We Got A Baby (Part 9 + Little Epilog)

Tittle : We Got A Baby

Author : Little Fairy

Cast : Tiffany Hwang, Lee Jinki

Cameo : Kim Jonghyun , Park Jiyeon, & Other

Genre : Romance, Angst

Rating : PG+13

Length : Chaptered

Disclaimer : I don’t own Tiffany,Jinki,Jonghyun, & Jiyeon . They belong’s to themselves and their agencyt. I’m just the owner of the story

***

We Got A Baby

Written By Little Fairy

***

Jonghyun mematikan mesin mobilnya tepat di depan pagar rumah Tiffany, ia menengok ke arah pagar dan terlihat Tiffany yang tengah berjalan ke arah mobilnya.

Tiffany membuka pintu mobil Jonghyun dan masuk ke dalam.

“Kita pergi sekarang?” tanya Jonghyun.

“Ne…” jawab Tiffany datar

Jonghyun tersenyum dan kemudian membawa laju mobilnya pergi dari depan rumah Tiffany.

***

Angin semiliri berhembus dengan kencang, membuat pohon-pohon bergoyang (?). Jonghyun dan Tiffany duduk berdua berdampingan di sebuah bangku taman yang berada di Seoul. Tak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir mereka, hening. Keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing untuk beberapa saat.

“Hhh…” terdengar suara helaan nafas pelan Jonghyun.

“Apa kau sudah memutuskan sesuatu?” tanya Jonghyun tiba-tiba dan di lihatnya Tiffany mengangguk pelan.

“Ya… aku sudah memutuskan sesuatu.” Jawab Tiffany lirih

“Jinca? Lalu apa yang telah kau pilih?” tanya Jonghyun penasaran

“Hhhh…” Tiffany menarik nafasnya perlahan dan menjawab “Cerai, ya bercerai. Kurasa itu pilihanku.” Jawabnya dengan suara tertahan.

Mendengar itu tiba-tiba saja sebuah senyum mengembang di wajah Jonghyun.

“Jinca? Kau sungguh-sungguh kan?” tanya Jonghyun tak percaya sekaligus terkejut

Tiffany mengangguk pelan “Ne, aku bersungguh-sungguh.” Lirih Tiffany

“aku senang kau bisa menentukan sebuah pilihan yang terbaik untukmu.” Kata Jonghyun.

Tiffany mendongak dan tersenyum sekilas pada Jonghyun, kemudian wajahnya kembali merengut. Tanpa Jonghyun ketahui hati Tiffany terasa sangat perih. Bagaimana bisa seorang ‘Kim Jonghyun’ mengatakan itu sebuah pilihan terbaik jika pada kenyataannya Tiffany tersakiti.

“Jjong…” panggil Tiffany pelan

“Ne… ada apa?” tanya Jonghyun

“Bisa kau antar aku pulang sekarang?” tanya Tiffany pelan

“Cepat sekali, tidak mau ja-“

“Tidak, aku sangat lelah hari ini dan aku ingin istirahat.” Potong Tiffany tanpa menatap Jonghyun

“Hmmm… baiklah jika itu yang kau mau.” Kata Jonghyun seraya bangkit dan berjalan berdampingan dengan Tiffany menuju mobil.

Dalam perjalanan pulang tak ada satupun kata yang keluar dari bibir mereka, bibir mereka terkunci rapat, tak ada yang mau ataupun berani membuka pembicaraan, keadaan hening!!

***

“Nona Park Jiyeon!!” seru seorang perawat yang baru keluar dari sebuah ruangan

Deg…

Jantung Jiyeon berdetak cepat dan tak beraturan, rasa takut menghampirinya. Panik, ia sangat panik saat ini.

Jinki yang sudah berdiri sedari tadi menatap Jiyeon heran, gadis itu masih saja duduk dengan wajah sedikit pucat dan nampak sedikit mengeluarkan keringat!

“Hey! Kau tidak apa kan?! Ayo masuk!!” pekik Jinki , tapi Jiyeon tetap diam dan tak bergeming.

“Ya! Apa kau tuli?! Cepat berdiri” pekik Jinki lagi, tapi Jiyeon tetap tak memberi respon.

Jinki mulai jengkel, ia kemudian meraih pergelangan tangan Jiyeon namun tiba-tiba ia langsung terdiam.

“Hey! Tanganmu dingin sekali, kau tidak apakan?!” tanya Jinki panic, terdengar sedikit cemas.

“Kurasa..a-aku sedang tidak baik.” Jawbab Jiyeon gugup

“Jinca? Baiklah kalau begitu lebih baik ku antar kau pulang, hasil tes bisa di lihat kapan-kapan.” Jinki kemudian menarik Jiyeon dan membawa gadis itu keluar dari ruang tunggu di dalam rumah sakit.

***

Tiffany menghempaskan tubuhnya pelan di atas sofa, menyandarkan punggungnya pada punggung sofa dan menarik nafas panjang untuk merilekskan tubuhnya.

Matanya lagi-lagi memburam, air mata menghujani pipinya lagi. Ia menangis tersedu sambil mengelus pelan perutnya yang besar.

“My baby~…” gumamnya pelan “Kau tidak apakan lahir tanpa seorang ayah?” tanya Tiffany pelan pada janin yang masih berada di dalam rahimnya.

“Kuharap kau tidak akan mempermasalahkan ini sayang…” ucapnya terisak “dengarlah, ibu lakukan ini demi kebaikan kita semua…” sambung Tiffany , Yeoja itu masih mengelus perutnya sambil menatap fotonya dan Lee Jinki yang terpasang di sebuah frame kecil yang berada di salah satu dinding kamarnya.

Cklek…

Pintu kamar Tiffany terbuka dan suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan, Tiffany mendongak dan mendapati ummanya tengah berjalan menghampirinya dengan tatapan sendu.

“Kau yakin akan hal itu sayang?” tanya ummanya seraya duduk di samping Tiffany dan mengelus rambut putrinya itu lembut.

Tiffany mengangguk pelan dan memeluk ummanya “Ne umma, aku yakin akan hal itu.” Kata Tiffany pelan

“Meski kau akan merasakan sakit yang termat?” tanya ummanya.

Tiffany terdiam dan kembali menangis, ia membenamkan dirinya kedalam pelukan ummanya semakin dalam dan ummanya hanya dapat terus membelai rambut panjang putrinya dan membiarkan putrinya membasahi bajunya dengan air mata.

“Ne umma. Aku tidak mau membuat orang lain terluka karena kesalaha yang Jinki perbuat.” Kata Tiffany terisak. Ummanya terdiam mencoba mencerna kata demi kata yang di lontarkan Tiffany, dan sesaat kemudian ummanya menangis. “Fany~ah, kenapa kau begitu bodoh euh?! Membiarkan orang yang kau cintai pergi kepada orang lain.” Omel ummanya sambil menangis.

“Haha…” Tiffany tertawa hambar “Sudah takdirku umma.” Lanjutnya lirih

“Ani… ini bukan takdirmu sayang. Umma yakin, jika kalian berjodoh kalian pasti akan bersama lagi. Anggap saja ini ujian.” Kata ummanya

Tiffany mendongak dan menatap mata ummanya “Umma…” isaknya dan ia kemudian kembali memeluk ummanya erat.

***

Jinki terbangun dari tidurnya, ia beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamarnya.

Cklek…

Ia terdiam sesaat ketika menyaksikan bahwa yang tengah tertidur di atas ranjang bukanlah istrinya Tiffany Hwang melainkan mantan kekasihnya Park Jiyeon.

“Baiklah… aku lebih suka melihat Tiffany yang berada di situ.” Katanya kesal kemudian berjalan menuju dapur.

Namja itu kemudian menyiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng kimchi, Ia segera menyiapkan bahan makanan dan memasaknya karena perutanya sudah mulai bermain band sejak tadi.

***

Jiyeon mengerjap-ngerjapkan matanya ketika mencium bau harum dari dapur, ia membuka matanya lebar dan sesaat kemudian perutnya berbunyi. Ia memegangi perutnya dan tersenyum kecil, ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur.

“Kau masak Kimchi?” tanya Jiyeon yang spontan langsung membuat Jinki terkejut.

“Ah ya… kenapa memangnya?!” tanya Jinki balik

“Aniya… masak yang enak ya. Perutku lapar.” Kata Jiyeon sambil tersenyum-senyum sendiri , ia kemudian berjalan menuju meja makan, ia kemudian menyetel music klasik dan membuat susu untuk di nikmatinya sendiri. Sementara Jinki, namja itu masih sibuk membuat santap pagi mereka yaitu ‘Nasi Goreng Kimchi’.

***

Tiffany membuka kopernya dan mulai menyusun pakaiannya ke dalam lemari dan barang-barang yang ia bawa ke atas meja. Setelah selesai menyusun semua barangnya Tiffany tiba-tiba menyadari bahwa ada beberapa barang dan pakaiannya yang tertinggal di rumahnya dan JInki.

“Ish.. ottohke? Apa aku harus ke sana sebentar untuk ambil itu semua? Tapi… ish… sudahlah aku harus kesana sekarang. Tiffany kemudian pergi ke kamar mandi dan 30 menit kemudian ia keluar sudah dengan tatanan rapih.

Tiffany keluar dari kamar dan berjalan ke lantai bawah.

“Kau mau kemana sayang?” Tanya Nyonya hwang atau umma Tiffany

“Aku mau ke rumah sebentar umma, ada baju dan barangku yang tertinggal.” Kata Tiffany seraya kemudian keluar dari rumah.

“Hati-hati!!!” teriak ummanya

“Ne!!” balas Tiffany

***

Jinki meletakan piring berisi nasi goreng kimchi tepat di hadapan Jiyeon. Jiyeon menatapnya dengan senang dan memakannya dengan lahap.

Jinki menghela nafas sebentar seraya kemudian duduk dan mulai memakan nasi goreng bagiannya.

“Jinki~a…” panggil Jiyeon tiba-tiba

Jinki mengangkat kepalanya dan menatap Jiyeon dengan tatapan ADA-APA

“Errrr… apa kau tidak percaya padaku sepenuhnya?” tanya Jiyeon pelan

“eh?” Jinki menaikan sebelah alisnya “maksudmu?” tanya Jinki tak mengerti

“Tentang kehamilanku.” Jawab Jiyeon pelan

“Tidak.” Jawab Jinki tegas

“Kenapa? Bukankah waktu it-“

“Karena aku tidak merasa pernah melakukannya denganmu.” Potong Jinki

Tiba-tiba saja Jiyeon menunduk dan terdengar suara isakan tangis pelan.

“Ya! Park Jiyeon kau kenapa?” tanya Jinki

“Aku kecewa padamu Jinki~a…” jawab Jiyeon terisak “Kau selalu menyangkal perbuatan kita malam itu, padahal jelas-jelas kau yang mengajakku.. hiks…” lanjutnya terisak.

Jinki terdiam dan sesaat kemudian ia meraih telapak tangan Jiyeon “Mianhae…” ucapnya pelan

“Maaf? Untuk apa?” Jiyeon mendongak dan menatap Jinki bingung

“Maaf karena sudah melukai hatimu. Tapi aku memang merasa tidak pernah melakukannya terhadapmu, walaupun aku dalam keadaan mabuk aku tahu aku tidak melakukan apa-apa.”

“Jinki…hiks…” lagi-lagi Jiyeon menangis.

“Ya!! Uljima!!” Jinki mengangkat dagu Jiyeon dan menyeka air mata yang mengalir di pipi gadis itu.

“Maaf-“

“Eh…” Jinki terkejut, ia menoleh ke arah suara barusan. Matanya membulat ketika melihat Tiffany tengah berdiri tak jauh dari meja makan.

Jinki buru-buru menarik tangannya dan berdiri “Tiffany, kapan kau datang?” tanya Jinki setengah kaget

“Errr… barusan saja. Kebetulan ada barangku yang ketinggalan dan aku kesini untuk mengambilnya.” Kata Tiffany seraya melirik Jiyeon sekilas.

Di lihatnya gadis itu memakai kemeja putih milik Jinki. Ia menghela nafas dan mencoba tersenyum.

“Ok, baru saja aku meminta berpisah ia sudah membawa Jiyeon ke rumah.” Batin Tiffany, kecewa? Tentu saja.

Tiffany kemudian berjalan menuju kamar dan mengambil beberapa barangnya yang tertinggal kemudian memasukannya ke dalam tas.

Ia keluar dari kamar dan kemudian berpamitan pada Jinki.

“Aku pulang dulu.” Katanya pelan

“Ku antar…” Jinki bersiap memasang baju t-shirt panjang tapi Tiffany menahannya.

“Aniya… aku bisa pulang sendiri. Kau temani Jiyeon saja.” Kata Tiffany seraya kemudian berjalan keluar rumah.

Jinki terdiam menatap punggung Tiffany, merasa sedikit kecewa karena Tiffany menolak tawarannya.

***

Tiffany duduk di halte bus, menunggu bus yang lewat. Ia duduk sambil menendang-nendangkan kakinya ke udara.

Sesaat kemudian ia teringat akan kejadian yang ia lihat di rumahnya dengan Jinki tadi. Adegan itu benar-benar membuatnya menangis tersedu sekarang.

Tin…tin…

Terdengar bunyi klakson dari arah depan, Tiffany mendongak dan menatap mobil itu dengan seksama.

“Jonghyun…” gumamnya pelan bersamaan dengan seorang namja yang turun dari dalam mobil.

“Kau menangis?” tanya Jonghyun sambil menghampirinya, Tiffany menggeleng pelan dan menyeka air matanya.

“Ani…” elaknya

“Kau bohong.” Kata Jonghyun pelan seraya menyentil hidung Tiffany dan kemudian duduk di samping yeoja itu.

“Hahaha…” Tiffany tertawa hambar “Kau tahu saja jika aku berbohong.” Lirihnya

“Aku sudah cukup lama mengenalmu. Ngomong-ngomong kenapa kau menangis?” tanya Jonghyun yang sukses membuat Tiffany terdiam cukup lama.

“Ya?!” Jonghyun menyenggol lengan Tiffany pelan

“Aku hanya…” Tiffany menggantungkan kalimatnya. Jonghyun mengangkat sebelah alisnya, memiringkan kepalanya untuk menatap Tiffany dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati Tiffany kembali menangis.

“Ya!! Kenapa kau menangis lagi?!” pekik Jonghyun panik

“Fany~ah…tenanglah…” Jonghyun mencoba menenangkan Tifanny.

“Jinki, ternyata ia benar-benar masih mencintai Jiyeon… hiks hiks…” kata Tiffany tiba-tiba di sela isak tangisnya, membuat Jonghyun terdiam.

“Aku kira dia benar-benar mencintaiku, ternyata…” Tiffany kembali menggantungkan kata-katanya dan lebih memilih untuk menangis.

“Kenapa kau mesti repot-repot memikirkan dia mencintaimu atau tidak? Kaukan tidak mencintainya.” Celetuk Jonghyun yang langsung membuat Tiffany menatapnya sendu.

“Tidak mencintainya? Tau apa kau huh?” tanya Tiffany dengan nada tak suka.

“Fany~ah…”

“Kau tak tahu perasaanku Kim Jonghyun. Kau tak tahu… hiks…hiks…” Tiffany kembali menangis.

“Mianhae…” gumam Jonghyun “Kau tidak tahu kan kalau aku sangat mencintainya? Tidak kan?!” racau Tifannya.

“Sejak kau pergi ke Italy waktu itu, aku mulai bisa menerima keadaannya dan mulai bisa mencintainya… Aku mencintainya Kim Jonghyun, sangat mencintainya.” Tiffany menangis terisak. Jonghyun berusaha menenangkannya, ia kemudian menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan mengucapkan kalimat maaf berulang-ulang kali.

‘aku mencintainya, dan aku akan bahagia pabila ku melihatnya bahagia. Cinta tak harus memiliki bukan?’

 

***

“Ada apa kau mengajakku bertemu disini?” tanya Jiyeon saat sudah berada tepat di depan Jonghyun.

Ia duduk dan meletakan tasnya di atas meja.

“Kau menipuku.” Kata Jonghyun yang berhasil membuat Jiyeon terkejut dan membulatkan matanya.

“Menipumu? Apa maksudmu? Aku tidak pernah merasa menipumu.” Kata Jiyeon pura-pura tak tahu apa-apa.

“Sudahlah kau jangan bohong lagi Park Jiyeon aku sudah tahu semua.”

“Apa yang kau bicarakan? Aku tak mengerti.” Jiyeon membuang muka

“Kau bilang Tiffany tidak bahagia hidup dengan Jinki, Kau bilang Tiffany mencintaiku, Dan kau bilang Tiffany tidak mencintai Jinki,, itu semua bohongkan?!” kata Jonghyun penuh penekanan

“Aku tidak per-“

“Aku sudah tahu semua!! Sudahlah jangan bohong lagi.” Potong Jonghyun kesal

“Baiklah aku memang berbohong. Ternyata kau tidak sebodoh yang ku kira tuan Kim, maafkan aku.” Kata Jiyeon dengan nada sakarstik.

“Cih… “ Jonghyun mendecak kesal “Dengar Park Jiyeon, aku tidak akan membiarkanmu merusak hubungan Tiffany dan Jinki!” katanya memberi peringatan

“Bagaimana mungkin, mereka sudah akan bercerai. Mereka bahkan sudah pisah ranjang.” Kata Jiyeon tak peduli.

“Mereka belum menandatangani surat apapun. Dan tak akan ku biarkan mereka menandatangani apapun. Aku juga akan membeberkan yang sebenarnya pada mereka.” Kata Jonghyun

Jiyeon tertawa dan kemudian tersenyum licik “Hahaha… katakan saja. Toh kaukan juga turut serta dalam membuat masalah ini.”

“Aku akan mengakuinya dan aku tak peduli jika Tiffany akan membenciku nantinya. Karena bagiku Tiffany bahagia berarti akupun bahagia.” Kata Jonghyun mantap

“Tuan Kim!!” pekik Jiyeon

“Sudah, aku masih banyak urusan aku harus pergi dan tak ada waktu untukku berbicara dengan wanita licik sepertimu Park Jiyeon!” Jonghyun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan Jiyeon seorang diri.

Jiyeon menatap Jonghyun kesal dan seraya kemudian menggebrak meja di hadapannya.

“Sial!!” umpatnya

***

“Aku harus mengatakan yang sebenarnya, ya aku harus.” Kata Jonghyun sungguh-sungguh sambil terus memacu laju mobilnya.

Ia menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Jinki, ia menghela nafas sejenak sesaat sebelum ia turun dari mobil dan menghampiri pintu rumah Jinki.

“Ingat Jonghyun! Kebahagiaan Tiffany adalah kebahagiaan mu !!” katanya lagi , Jonghyun kemudian menekan bel rumah Jinki.

***

Ting…tong…

Jinki menengok ke arah pintu dan menaikan sebelah alisnya.

‘Siapa yang datang ya?’ batin Jinki , ia beranjak dari sofa dan mematikan televisi di hadapannya ia lantas berjalan untuk membukakan pintu.

“Siapa?” Tanya Jinki bersamaan dengan ia membuka pintu

“Ah… Jinki~a…”

“Kau-” kata Jinki kaget seraya menunjuk Jonghyun dengan jari telunjuknya.

“Mau apa kau kesini?” Tanya JInki dingin

Jonghyun tersenyum “Bisa kita bicara sebentar?” Tanya Jonghyun

Jinki menatap Jonghyun aneh, namun beberapa detik kemudian ia mengangguk dan mengajak Jonghyun masuk ke dalam rumahnya.

“Duduklah, apa yang ingin kau bicarakan?” Tanya Jinki to the point seraya kemudian duduk di atas sofa di ikuti oleh Jonghyun.

“Maaf sebelumnya…” kata Jonghyun

“Maaf? Maaf untuk apa?” Tanya Jinki penuh penekanan seraya menatap Jonghyun tajam.

“Sebenarnya, foto-foto itu….” Jonghyun menggantungkan kalimatnya “aku yang mengambil gambar foto itu dan sebenarnya kau dan Jiyeon tak melakukan apa-apa, itu semua hanya rekayasa apalagi tentang kehamilan Jiyeon. Itu semua rekayasa!” jelas Jonghyun

Jinki membulatkan matanya dan menatap Jonghyun dengan tatapan berapi-api. Ia mengepal tangannya untuk menahan emosinya.

“Kau!! Ish…puas kau sudah membuat keluarga kami berantakan huh?!” bentak Jinki emosi

“Mian Jinki~a ,, aku benar-benar minta maaf padamu. Aku sendiri melakukan ini karena tertipu oleh kata-kata Jiyeon.” Tutur Jonghyun

“Tertipu? Maksudmu?” Tanya Jinki benar-benar tak mengerti

“Dia bilang padaku bahwa Tiffany tidak bahagia hidup denganmu, menikah denganmu pun karena suatu keterpaksaan , dan dia bilang bahwa Fany masih mencintaiku dan itu membuatku mau untuk bekerja sama dengannya.” Kata Jonghyun panjang lebar.

“Dasar wanita bit**!!!” Jinki memukul meja di hadapnnya kesal

***

2 Day Later…

“Fany~ah, Jinki ingin bertemu!!” teriak Umma Fany dari luar

“Ne umma, suruh saja dia masuk!!” balas Tiffany dengan teriakan keras

“Masuklah JInki, Fany ada di dalam.” Samar-samar terdengar suara umma Tiffany menyuruh Jinki untuk masuk.

Cklek… pintu kamar Tiffany terbuka. Tiffany yang sedang asyik memandangi kota Seoul dari balkon kamarnya menoleh dan mendapati Jinki yang tengah menutup pintu kamar dan kemudian menatapnya dengan sebuah senyuman.

Tiffany menyunggingkan senyumnya dan kemudian kembali melihat pemandangan kota Seoul yang menyegarkan matanya.

Tiba-tiba Tiffany merasakan tubuhnya di tarik dan di peluk dari belakang oleh seseorang yang tak lain adalah Jinki. Di rasakannya hembusan nafas JInki di tengkuknya.

“Bogoshipo…” bisik Jinki pelan seraya kembali menghembuskan nafasnya di sekitar leher Tiffany.

“Na do…” jawabnya pelan

“Mianhae…” kata Jinki lirih

“Gwenchana… Jonghyun sudah cerita semuanya padaku.” Kata Tiffany pelan namun terdengar senang.

“Aku harap setelah ini tidak akan ada pengganggu lagi dalam hubungan kita.” Bisik Jinki

“Semoga… oh ya kata Jonghyun, JIyeon pindah ke Jepang. apakah itu benar?” Tanya Tiffany seraya menoleh dan menatap Jinki.

Di lihatnya JInki mengangguk pelan “Bagaimana bisa?” Tanya Tiffany sedikit kaget

“errr… dia di pindah tugaskan di Jepang.” Jawab Jinki singkat

“Oooh…” Tiffany membulatkan bibirnya.

Sesaat kemudian suasana di antara mereka hening. Mereka kini asyik menatap matahari yang hendak kembali ke tempat peristirahatnya.

Tiba-tiba saja…

“Augh…” Tiffany meringis pelan seraya mencengkram erat baju hamil yang di kenakannya.

“Gwenchana?” Tanya Jinki panic

“Appo… aigoo.. ini sungguh sakit… arrghh…” ringis Tiffany

“Ahh… apa jangan-jangan kau sedang kontraksi?” Tanya JInki panic

“Mollayo… tapi sepertinya aku memang sedang kontraksi…” kata Tiffany seraya menggigit bibir bawahnya.

“Kalau begitu kau harus segera di bawa ke rumah sakit…” Jinki kemudian menggendong Tiffany dan berlari masuk ke dalam.

***

“Arghhh!!! Ashhh… aigooo…” Tiffany menjerit-jerit kesakitan, tangan kirinya meremas baju yang ia kenakan dan tangan kanannya menjambak rambut JInki yang tengah mendorongnya ke ruang persalinan bersama beberapa perawat.

“A…a…appo…” rintih Jinki

“Aigoo!!!! Arghhh…. Aigooo…” teriak-teriak Tiffany kesakitan, krakkk … Tiffany mencakar pipi JInki membuat suaminya itu meringis kesakitan.

Sesampainya di ruang persalinan, dokter dan perawat yang menangani Tiffany segera masuk dan meminta keluarganya untuk menunggu di depan.

“Maaf silahkan tunggu di depan…” kata Suster itu kemudian menutup pintu ruang bersalin.

Semua keluarga menunggu di luar dengan keadaan cemas, mulai dari Jinki, Eun Ji, Taemin, Umma dan appa Tiffany dan juga umma appa Jinki, semua menunggu kelahiran bayi dengan cemas.

Tiba-tiba pintu ruang persalinan terbuka dan seorang suster segera menghampiri keluarga Tiffany yang tengah menunggu di depan.

“Tuan Lee Jinki!” seru suster tersebut.

“Ya ada apa sus?” Tanya JInki

“Anda harus ikut saya masuk ke dalam.” Kata perawat tersebut seraya kemudian masuk ke dalam di ikuti oleh JInki.

***

“Hwaaaa!!!!” teriak Jinki saat Tiffany menjambak ramputnya!!!

Krak…. Lagi-lagi Tiffany mencakar pipi Jinki.

Habis sudah namja itu menjadi bulan-bulanan sang istri yang hendak melahirkan.

Sekali lagi Tiffany menjambak rambut Jinki dan bersamaan dengan itu terdengar suara tangis bayi yang menggema di seluruh ruangan.

“Huh..huh…huh…” terdengar suara nafas Tiffany yang ngos-ngosan

“Akhirnya perjuanganku tak sia-sia!!” teriak Jinki saat melihat bayinya lahir dengan selamat dan dalam keadaan sehat.

“Selamat bayi anda perempuan.” Kata dokter itu member selamat ia kemudian memberikan bayi itu pada perawat untuk membersihkan bayinya.
Jinki berjalan mendekati Tiffany dan membisikan sesuatu di telinga istrinya.

“Terimakasih atas semuanya, aku mencintaimu.” Bisik Jinki mesra seraya kemudian mencium pipi Tiffany.

“Ne…” kata Tiffany sambil tersenyum lemah.

***

“Hwaaa… bayinya perempuan…”seru Eun Ji saat melihat bayi yang berada di samping Tiffany.

“Lucunya…” Kata Taemin gemas.

“Iya lucu sekali…” kata Umma Tiffany.

“anak siapa dulu?” sambung Jinki yang langsung membuat semua orang mencibirnya serta tertawa terbahak-bahak.

“Hey! Bagaimana jika kita abadikan momen ini?!” kata Appa Jinki yang tiba-tiba datang.

“Ya aku setuju!” sahut appa Tiffany

“Tapi siapa yang memfotokan?” Tanya Umma Jinki bingung

“Permisi…” tiba-tiba Jonghyun masuk ke dalam ruangan

“Jonghyun~a!” Seru Tiffany kaget

“Annyeong Fany~ah,, ku dengar dari Jinki bayimu baru saja lahir jadi aku buru-buru kesini.” Kata Jonghyun sambil tersenyum

“Ne… gomawo sudah menengokku.” Kata Tiffany tersipu.

“Ne… Oh ya aku bawa bingkisan untuk bayimu.” Kata Jonghyun seraya meletakan sebuah bingkisan di meja yang terdapat di kasur samping Tiffany.

“Jonghyun~sshi… jeongmal kamshamnida.” Kata Jinki sopan

“Ne… hitung-hitung ini buat menebus kesalahanku haha…” balas Jonghyun dengan diiringi tawa kecil.

“Hemm… ngomong-ngomong siapa yang akan mengabadikan foto kita?” Tanya appa Jinki lagi.

“Appa!! Appa!!” Taemin yang tadi sempat keluar kembali masuk ke dalam ruangan sambil menarik seorang suster.

“Ya! Lee Taemin ini rumah sakit jangan teriak-teriak!” kata Ummanya mengingatkan

“Hehe… mianhae. Ini aku tadi cari suster buat memfoto momen penting ini.” Kata Taemin

“Aigo… Oppa!! Kau kira suster ini fotografer apa!!” omel Eun Ji

“Biar saja, namanya juga minta tolong bwekk..” Taemin menjulurkan lidahnya

“Ahh… baiklah kalau begitu, tolong fotokan kami ya suster.” Appa Jinki menyerahkan kamera pada suster itu.

Mereka kemudian mengatur posisi dan setelah itu.

“Hana…tteul…sset!!”

Jpreett…

Foto keluarga itu pun akhirnya berhasil di abadikan. Semuanya kemudian buru-buru berlari menuju tempat suster berdiri untuk melihat gambar yang di peroleh suster.

“Aigo…”

“Fany~ah gwenchana?” Tanya Jinki panic

“Argh…aisshhh…” lagi-lagi Tiffany menjambak rambut Jinki.

“OMG… kurasa Tiffany onnie akan melahirkan lagi.” Kata Eun Ji yang langsung membuat semua mata menatapnya.

FIN…

Epilog :

Jinki dan Tiffany kini hidup bahagia tanpa ada gangguan dari pihak lain, hidup mereka tenang bersama kedua anak kemba perempuannya Lee Hyunmi dan Lee Hyuna.

 

 

Akhirnya selesai juga 😀

Maaf ya reader-deul endingnya bikin kalian kecewa TT.TT #Nangisdipojokanbarengkey

Endingnya gaje banget,, ini aku buru-buru banget ngerjainnya 😀 soalnya minggu-minggu ini ada UTS , jadi mau langsung ku selesein deh nih WGABnya.

Buat Readerdeul yang udah ngasih coment ataupun like, aku bener-bener terimakasih 😀 ,, maaf gak sempet bales komen kalian satu-satu :D. Aku sekali lagi mau bilang makasih dah mau ngasih respon , kritik dan saran buat ff** aku yang selama ini bisa di bilang ‘GAJE’, makasih banget ya ‘ I ❤ U All’ 😀

Dan karena ini part END ,, please di mohon dengan sangat yang sempat jadi siders kasih komentarnya dund… please… jebal T.T

Ok kayanya aku terlalu banyak ngomong… Sekali lagi makasih ya…

Sampai jumpa lagi di lain ff 😀

 

Note :

  • Mian kalau di ff ini Jiyeon ku jadiin agak sangat jahat. Maaf banget yah,, semua ini demi tuntutan ff *?*. Tapi bener deh aku fansx Jiyeon bukan antisnya suer ^^V.

 

-LITTLE FAIRY-

 

 

 

 

65 responses to “We Got A Baby (Part 9 + Little Epilog)

  1. hwaaa
    keren bgt,.
    Sory ya br komen,.reader baru nh,,
    ff.a keren tak terkira lho..
    Feel.a dapat bgt,.

  2. hahahahaaaa……
    Jinki oppa sabar ya…..
    gpp, kan, dijambak dulu….
    toh, itu cuma bentar….
    buatnya sama2…, menderitanya sama2lah…..
    *digampar Jinki-Tiffany…

    Aku seneng akhirnya hepi ending…
    Dan Jonghyun menjadi penyelamatnya…
    Yah… nebus kesalahanlah….
    *dua jempol buat Jjong… peyuk Jinki oppa…

    Buat authonrya….
    Keep writing ya….
    Dan sbg masukan dikit…
    Coba tiap konflik antar karakternya
    lebih diolah lagi, biar pembaca bener2 bisa terbawa emosinya…
    Sepanjang cerita, aku merasa feel konfliknya ada
    cuma di Part 8…
    Tapi keseluruhan ceritanya dr Part 1-9, bagus, kok…
    buktinya aku mau baca sampe habis, kan…
    oke, deh… ciaooww….

    *gandeng Jinki oppa…. bawa ke KUA

Leave a comment