Nocturne (Fur Elise’s Sequel)

 

 

                                                     NOCTURNE

THE NEXT SONG FROM FUR ELISE

Cast:

Son Hyejun as YOU

Cho Kyuhyun (Super Junior)

Cho Jino (SM the ballad)

And others

Genre: Romance, AU, dll (?)

Rating: G/T

Length: drabble? Ficlet? Oneshot?

Previous song: Fur Elise

Disclaimer: I own the story, not the casts. Please don’t be a plagiator.

A/N: inilah sekuel yang diminta readers kemarin, komawo udah RCL ^_^. Oh ya, aku saranin bacanya sambil dengerin nocturne-nya chopin ya atau Last fantasy-nya IU ^_^ biar enak aja ehehe.

HAPPY READING!!

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Your POV

Aku membuka mataku perlahan, rasanya kepalaku berat sekali. Apa yang terjadi padaku? Mataku melihat sekeliling, aku tahu ini di ruang kesehatan sekolah namun, mengapa aku bisa berada di sini ya?

“Ya! Hyejun-ah, syukurlah kau sudah bangun. Apakah kau merasa pusing atau semacamnya?” Sunny? Mengapa dia ada di sini? Kepalaku rasanya sakit setiap mencoba mengingat apa yang terjadi. “Sunny-ah, kenapa aku bisa ada di sini?” tanyaku.

“Pabbo, kau tidak ingat tadi kau pingsan?” iya, aku pingsan dan itu karena—“Kyuhyun sunbae? Dimana dia Sunny-ah?” aku menatap sekeliling seperti orang kesetanan, aku ingat aku pingsan setelah melihat lelaki mirip Kyuhyun sunbae di ruang music namun, apa benar itu dia? Bukankah, dia sudah meninggal?

“Kyuhyun sunbae? Kalau yang kau maksud itu namja yang ada di dalam ruang music kau salah, dia itu Jino Seonsaengnim—guru musik baru di sekolah kita.” Jelas Sunny, gadis itu mendekatkan kursinya ke ranjangku.

“Ji—Jino saem? Itu tidak mungkin, aku yakin dia Kyuhyun sunbaenim!”

“Apa yang dikatakan Sunny benar Hyejun-ssi, aku bukan Kyuhyun aku Cho Jino!” aku menoleh ke arah suara yang tiba-tiba menyahut itu, di depan pintu berdiri seorang lelaki berjas coklat yang tadi kulihat di ruang music.

“Ta—tapi—“ aku tidak sempat melanjutkan kata-kataku ketika lelaki itu mendekat, wajahnya terlihat jelas sekarang. Ia memang bukan Kyuhyun sunbae, wajahnya saja yang kalau dari jauh terlihat mirip dengan Kyuhyun sunbae, rahang pipi Kyuhyun sunbae tidak terlalu tirus sepertinya.

“Mungkin karena wajah kami memang agak sedikit mirip.” Bisiknya namun, masih mampu kutangkap dengan inderaku *anggep aja Kyuhyun sama Jino mirip-mirip dikit di sini ya hehe*.

“A-anda mengenal Kyuhyun sunbae?” tanyaku, terkejut pastinya.

“Marga kami sama, aku dan Kyuhyun adalah sepupu.” Ia tersenyum sambil membetulkan letak kacamatanya yang merosot. “Sepupu?” ada apa sih denganku? Aku seperti orang bodoh. “Ne.”

Ini sungguh memusingkan, dimulai dari Kyuhyun sunbae yang tiba-tiba muncul sebagai hantu dan sekarang guru music kami yang ternyata sepupu dari Kyuhyun sunbae. Tuhan, ada apa ini?

Ada satu yang masih mengganjal di benakku, mungkin bisa aku tanyakan pada lelaki itu, “Kyuhyun masih hidup Hyejun-ssi, dia belum meninggal!” seru Jino saem, mataku melebar. Aku bahkan belum sempat menanyakan apapun padanya, “Itu terlihat dari matamu.” Katanya kembali, seolah bisa membaca pikiranku.

“Kyuhyun sunbaenim, masih hidup ba-bagaimana?” Jino saem tersenyum penuh arti, mungkinkah ini yang selalu orang bilang sebagai keajaiban? Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.

# # #

Aku melirik secarik kertas di tanganku, mataku bergerak liar melihat sekeliling halte bus. Tadi Jino saem memberikanku sebuah alamat, ia menyuruhku datang ke alamat itu jaraknya memang jauh sih dari rumahku tapi, hati kecilku memaksaku untuk datang ke sana.

Hari ini berlalu dengan begitu cepat, aku beruntung bisa pulang sore kali ini. Jadi, aku bisa pergi sebentar. Beberapa menit kemudian, bus yang ku tunggu datang. Mungkin karena sore dan sudah masuk jam pulang kerja, busnya agak penuh sesak.

Kakiku menendang-nendang ke lantai dengan pelan, menatap pertokoan yang terlewati dengan cepat melalui kaca bus. Pikiranku melayang kekejadian 3 bulan yang lalu, ketika malam itu Kyuhyun sunbae menunjukkan dirinya pertama kali padaku. Saat aku ceritakan pada Sunny dia agak terkejut, diapun mengalami hal yang sama denganku hanya saja begitu melihat Kyuhyun sunbae ia langsung berteriak dan lari seketika.

Yang aneh, dia tidak merasa dikendalikan ketika mendengar lagu fur elise yang dimainkan Kyuhyun sunbae. Lalu, mengapa hanya aku yang merasa begitu? Kepalaku menjadi pusing mengingatnya.

Aku turun dari bus itu, jam yang melingkar di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 17.34, perjalanannya ternyata memakan waktu sekitar 45 menit. Aku memutuskan menyebrangi jalan menuju ke sebuah jalan kecil menanjak.

Di sampingnya ada plang dengan nama jalan, sama seperti yang kertas itu tunjukkan padaku. Berarti aku tinggal mencari nomer rumah itu saja, mataku memperhatikan setiap nomer yang tertera di depan pagar rumah-rumah itu. Kalau dilihat-lihat sepertinya ini perumahan kaum berada, gaya rumah mereka cozy namun, mewah sekali.

“45, 46, 4—ah itu dia 49. Aku berlari kecil menuju ke sebuah rumah dengan pagar berwarna hitam berkarat. Tidak salah lagi, ini rumahnya, rumah besar berwarna putih namun, terkesan hangat—orang-orang kaya itu memang pandai memilih rumah.

Tanganku yang kecil memencet bel intercom di samping pagar itu, tak berapa lama sebuah sahutan terdengar dari speaker intercom. “Ne, nugusaeyo?” itu suara Jino saem. “Annyeonghaseyo Jino seonsaengnim, ini aku Son Hyejun.” Kataku.

“Ahh, Hyejun-ssi. Masuklah!” aku membuka pintu pagar rumah itu dengan perlahan. Suaranya tiba-tiba berdecit, tua sekali pagar ini. Tidak mau ambil pusing aku melangkah masuk ke dalam. Pekarangan rumah ini nampak terawat, sepanjang jalan setapak yang aku lewati tidak pernah absen tangkaian bunga tulip berwarna merah di sampingnya.

Aku berhenti 1 meter dari pintu, di sana berdiri seorang wanita paruh baya. Walaupun wajahnya penuh dengan garis penuaan namun, kecantikannya masih mampu kulihat. Aku dan dia saling menatap satu sama lain, aku terkejut  ketika air mata jatuh di pipi putihnya, ia berlari kecil mendekatiku sebelum memelukku dengan erat.

Ahjummonim—“ kata-kataku tersela, “kamsahamnida!” bisiknya. Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi, Jino saem keluar dari rumah dan tersenyum menyambutku. “Imo-ya, lepaskan Hyejun-ssi. Dia bingung kau memeluknya seperti itu”. Wanita itu melepaskan pelukannya dariku, ia menghapus sisa air mata di pipinya dan tersenyum ramah padaku.

Mianhae, kalau begitu masuklah!” aku menganggukkan kepalaku dengan canggung.

Aku di persilahkan duduk di ruang tamu, sementara bibi tadi berlalu ke dapur untuk membuatkanku minum padahal sudah kubilang aku tidak ingin merepotkan. Kini di depanku duduk Jino saem masih dengan senyum ramahnya, lama-lama risih dengan acara senyum-tersenyum ini, akukan hanya orang asing tapi, mereka menyambutku seperti keluarga mereka sendiri.

Lama kami terdiam sampai bibi tadi kembali bersama nampan berisi cake dan teh, kalau dari baunya sepertinya ini cammomile. “Komawo, kau sudah mau datang ke sini Hyejun-ssi. Aku tidak menyangka bisa melihat penyelamat anakku.” Apa? Aku tidak mengerti, “maksud anda ahjummonim?” aku mulai tidak nyaman.

“Kyuhyun sudah 6 tahun tidak sadarkan diri dari komanya, semenjak ia ditemukan keracunan obat penenang di dalam ruang music. Beruntung, dia berhasil di selamatkan. Namun, keadaannya masih saja kritis. Uisa mengatakan bila sampai keesokkan harinya ia masih tak sadarkan diri, mereka akan mencabut semua alat yang menjadi penopang hidup Kyuhyun.”  Aku menutup mulutku saking terkejutnya dengan cerita bibi di sampingku ini.

“Aku tentu menentang keras hal itu, dan memutuskan menyewa alat-alat rumah sakit itu dan merawat sendiri Kyuhyun di rumah. Pada tahun pertama dan ketiga aku masih yakin Kyuhyun akan hidup, dengan menopang rasa bersalah karena aku bukanlah eomma yang baik untuknya. Hingga saat ini,  aku hampir putus asa.”

Aku masih menjadi pendengar yang baik di sana, aku bisa merasakan sedikit penderitaan bibi—yang ternyata ibu kandung dari Kyuhyun sunbae. Mana ada seorang ibu yang rela melihat anaknya terpuruk seperti itu, sendirian dan ia tidak mengetahui hal itu. “Aku dan appa Kyuhyun selalu saja bertengkar, sampai melupakan Kyuhyun dan membiarkan ia besar dalam penderitaan—“

“—setelah Kyuhyun masuk rumah sakit akibat overdosis, appa Kyuhyun memutuskan menceraikanku dan meninggalkan korea, aku—“

“Ahjummonim, sudahlah. Aku tahu apa yang terjadi, Kyuhyun sunbae sudah menunjukkan semuanya padaku!” aku tahu tidak sopan menyela orang berbicara, tetapi melihatnya menceritakan kisah yang membuatnya terluka seperti itu aku tidak tega.

Kami terdiam dalam kesunyian, aku membersihkan tenggorokkanku sedikit. “Ahjummonim, bolehkah aku melihat Kyuhyun sunbae?” tanyaku akhirnya. “Oh, ne. Tentu tapi, kuharap kau tidak terkejut dengan keadaannya sekarang.” Jawabnya, aku penasaran memang ada apa dengan Kyuhyun sunbae?

Bibi mengajakku ke lantai dua rumah itu, kemudian berbelok ke kanan dari tangga menuju sebuah pintu besar di paling ujung koridor. Bibi kembali menatapku seolah berkata apakah aku siap, hanya ada anggukan sebagai jawaban.

Pintu itu terbuka, menampilkan sebuah kamar bernuansa serba putih dengan ukuran 2 kali kamarku. Aku masuk perlahan, melihat sekeliling dan menemukan sesosok lelaki duduk di kursi roda menghadap jendela. Kakiku mengambil langkah kecil menghampirinya, tubuh itu, rambut coklat kehitaman itu, kali ini aku tidak salah itu memang sosok Kyuhyun sunbae.

“Kyuhyun sun-sunbae?” gumamku pelan. Tak ada sahutan dari Kyuhyun sunbae, ketika aku berada di sampingnya aku bisa melihat wajahnya yang sangat pucat, lingkar hitam menaungi matanya dan pipinya sangat tirus. Oh tuhan, kenapa setiap aku bertemu pria ini selalu saja keadaannya terlihat miris.

“ Sudah 3 bulan semenjak Kyuhyun sadar dia seperti itu, diam dan tidak pernah bicara. Hal yang selalu dia sebutpun hanya Hyejun, ia selalu menyebut namamu. Dan saat itu aku sadar, bila kau sudah membawa Kyuhyun kembali pada kami. Walaupun,” bibi memandang sendu pada Kyuhyun sunbae.

“Ahjummonim, bolehkah aku merawat Kyuhyun sunbae?” aku tidak tahu mengapa tetapi, bibirku tiba-tiba mengeluarkan kalimat itu. Hati kecilku berkata ini adalah kesempatan yang tuhan berikan agar aku bisa membantu Kyuhyun sunbae.

# # #

Semuanya di mulai dari pertemuan anehku dengan ‘penghuni’ ruang music sekolah, saat itu aku akan pulang ke rumah sehabis rapat dan membersihkan ruangan OSIS. Entah mengapa, aku mendengar alunan fur elise dari sana dan tiba-tiba kehilangan kontrol atas tubuhku.

Lelaki itu. Kyuhyun sunbae. Menunjukkanku masa lalunya yang terasa menyesakkan, belum lagi caranya mengakhiri diri. Namun, kurasa ada hal yang harus aku jelaskan ulang di sini. 3 bulan setelah kejadian itu, aku bertemu Jino saem. Guru music baru kami yang ternyata memiliki ikatan darah dengan lelaki ‘itu’.

Dan lagi-lagi, tuhan membuatku bingung dengan kuasanya. Ternyata Kyuhyun sunbae tidak meninggal, ia hanya koma dan kurasa kau tahu apa artinya. Soal isu hantu sekolah yang bermain fur elise setiap malam itu kurasa memang benar, namun bukan terjadi karena pembunuhan. Ia bunuh diri dan secara tidak langsung mengikat dirinya di dunia karena ‘sesuatu’ yang belum seharusnya terjadi.

Aku  di sini sekarang, menemani lelaki ‘itu’ untuk malam ke 53 setelah pertemuan kami kembali. Dia masih sama seperti awal aku melihat sosok ‘hidup’nya , dia masih tidak mau berbicara panjang lebar selain memanggil namaku dengan suara kecilnya yang merdu.

Kadang ia akan tersenyum tanpa sengaja mendengar ceritaku, dan aku senang. Kondisinya lebih baik dari pada saat pertama, lingkar hitam di matanya pun perlahan-lahan menghilang dan tubuhnya sudah lebih berisi.

Aku mendorong kursi rodanya menuju ke taman belakang kediamannya, semenjak mengusulkan akan membantu merawat Kyuhyun sunbae aku tinggal di sini bersama keluarga Cho, tentunya dengan izin kedua orang tuaku. Awalnya mereka kurang setuju, tapi setelah menceritakan semuanya pada mereka, kedua orang tuaku hanya tersenyum saja.

“Kyuhyun sunbae, bukankah hari ini cuaca sedang baik? Akan sangat bagus kalau kita berada di luar selagi matahari pagi masih meninggi, dan malah akan lebih bagus kalau kau tersenyum sepanjang hari.” Kataku, berpindah ke hadapannya.

Walau samar, aku bisa melihat sedikit senyum serta kilatan keceriaan di matanya. Ya tuhan, aku baru sadar Kyuhyun sunbae sangat tampan bila dilihat sangat dekat seperti ini.

Matanya yang coklat itu, seperti menghisapku hidup-hidup. Aku tidak ingat bagaimana tetapi, tangan-tangan besar Kyuhyun sunbae menangkup kedua pipiku serta-merta menariknya secara perlahan untuk lebih mencondong mendekati wajahnya.

Jantungku berdetak dengan cepat, seiring rasa lembut dan halus itu mengusap di antara bibirku dan mengecupnya berulang kali. Itu ciuman pertamaku.

# # #

Darahku berdesir setiap kali melihat wajahnya, semenjak kejadian di taman hari itu. Dia akan tersenyum sangat lebar ketika menatapku, dan wajahku akan merona seperti kepiting rebus. Syukurlah aku tidak memiliki riwayat penyakit jantung, kalau tidak mungkin aku sudah di opnam karena serangan jantung. Berlebihan sih tapi, itulah yang aku rasakan bersamanya.

Sejauh yang aku ingat, aku tidak pernah merasakan hal seperti ini saat bersama seorang lelaki. Apakah, aku jatuh cinta? Memikirkannya saja sudah membuat nafasku sesak.

Mungkin, kata orang cinta itu tumbuh karena seringnya bertemu memang benar. Mereka tidak akan berkata seperti itu tanpa survey tentunya.

Tapi, aku putuskan untuk memendam semuanya bulat-bulat ketika gadis itu datang.  Park Hyuna, gadis yang mengaku teman kecil dan tunangan Kyuhyun sunbae. Hatiku rasanya terbakar saat pertama kali melihat dengan entengnya gadis itu memeluk Kyuhyun sunbae.

Aku rasa semua ini akan menjadi ujian untukku.

# # #

Hari ini, gadis Park itu sedang pergi. Kata bibi ia ingin bertemu dengan teman-temannya dulu, gadis Park itu baru kembali dari Kanada setelah menuntaskan pendidikan sekolah menengahnya di sana.

Aku berjalan dengan riang sambil membawa nampan berisi makan siang Kyuhyun sunbae, makanan hari ini spesial sudah lama aku ingin memasakkannya sesuatu. Tanganku memutar pelan knop pintu kamar Kyuhyun sunbae, ia sedang berada di balkon kamarnya lagi seperti biasa.

“Annyeong Kyuhyun sunbae, aku membawa makan siang. Hari ini menunya spesial, kita lihat apakah kau akan menyukainya!” aku berjongkok di depannya. Ia tersenyum lebar seperti biasanya dan pipiku kembali merona juga seperti biasanya.

“Ini makanan yang kumasak sendiri untukmu, memang sih agak gosong tetapi, aku jamin ini tidak akan meracunimu sunbae!” aku menyodorkan sesendok nasi berisi kare padanya, hanya resep membuat kare yang aku tahu dan kuharap aku tidak akan membuat seseorang muntah karena keterbatasanku dalam memasak.

Ia memakannya dengan perlahan, setelah suapan pertama turun ke tenggorokannya wajahnya lebih cerah dengan senyuman manis itu lagi. “Otthe sunbae?” ia hanya terdiam. Aku memasukkan sesendok kare itu ke dalam mulutku. Wajahku memerah, aku memuntahkan makanan biadab itu dari mulutku. Astaga, makanan macam apa itu?! Pedas sekali!

“Astaga sunbae, mianhaeyo. Aku rasa aku kelebihan lada saat membuatnya, ya ampun aku hampir meracunimu. Aku pesankan makanan dari luar saja ya?” ujarku panik.

Kyuhyun sunbae masih dengan senyum manisnya, telingaku bisa mendengar sedikit kekehan keluar dari mulutnya. “Yaa! Sunbae! Aku tahu aku masih payah dalam memasak, tapi jangan tertawa seperti itu! Lihat saja nanti, ketika aku sudah menjadi anae yang hebat kau akan tergugah dengan masakanku dan tidak akan pernah berhenti memakannya!” ucapku bangga, tanpa sadar dengan apa yang aku  ucapkan.

Senyumnya yang lebar sedikit—tidak menjadi sangat lembut. Aku tahu dia mendengar apa yang aku bicarakan tentang ‘istri’, dengan langkah seribu aku keluar dari ruangan yang terasa panas itu.

# # #

1 bulan terhitung dengan sangat cepat, hubunganku dengan Kyuhyun sunbae pun terkesan semakin dekat walaupun ada gadis Park itu. Kondisi Kyuhyun sunbae sudah sangat membaik, dia sudah bisa berjalan tanpa kursi rodanya namun, masih enggan untuk berbicara panjang lebar.

Aku turun memapah Kyuhyun sunbae, dan ketika akan duduk di sampingnya Hyuna mendorongku seraya duduk di kursi yang tadinya akan ku duduki. “Oppa, hari ini kau tampan sekali!” pujinya, dasar penjilat.

Kyuhyun sunbae dengan senangnya melempar senyum kepada gadis Park itu dan menggumam kata terima kasih padanya. Jino saem menarik pergelangan tanganku untuk duduk di sampingnya. “Kau tidak usah cemburu, Hyuna itu memang seperti itu!” bisik Jino saem sambil terkekeh.

“A—aku tidak—siapa yang cemburu? Lagi, aku bukan kekasih Kyuhyun sunbae.” Iya, aku baru sadar. Aku hanya pengasuh Kyuhyun sunbae, tidak lebih. “Kau tidak perlu mengelak Hyejun-ah, matamu selalu berbeda pendapat dengan penyangkalanmu.” Aku tidak tahu, apakah masih pantas berharap? Sementara bibi Cho kini sedang membahas mengenai pertunangan antara Kyuhyun sunbae dan si gadis Park itu.

Kyuhyun sunbae, kau benar-benar mengacaukan hidupku.

# # #

Suatu hari kediaman keluarga Cho kedatangan tamu, mereka adalah ayah dan ibu dari Hyuna. Kau tahu? Mereka datang untuk membahas mengenai peresmian pertunangan yang keluarga mereka sudah atur sejak mereka masih kecil. Meskipun bibi Cho masih berkata akan memikirkannya ulang namun, aku tahu pertunangan itu akan terjadi, beberapa minggu ini aku tidak bisa berada di dekat Kyuhyun sunbae, gadis Park itu mengambil alih semua tugasku.

“Kau lebih baik menyingkir Hyejun!” hardik gadis Park itu. Aku sedang berada di lantai 2 sambil menguping sedikit perbincangan kedua pihak paruh baya itu. “Mworago?” ia mengibaskan sedikit rambut coklatnya.

“Aku tahu, kau memiliki perasaankan dengan Kyuhyun oppa? Tapi, kuharap kau tahu diri karena Kyuhyun oppa sudah memiliki tunangan dan sebentar lagi kami akan menikah!”  aku mendengus.

“Aku? Memangnya penting dengan perasaan itu? Aku tidak sepertimu Park agasshi, memanfaatkan situasi saat Kyuhyun sunbae sedang dalam keadaan seperti itu. Kau bodoh, aku tahu kau hanya memanfaatkan keluarga Cho?” tangan Hyuna sudah meninggi, aku tahu ia akan menamparku. Mataku terpejam erat-erat bersiap merasakan sakit ketika sadar tamparan itu tak kunjung datang.

Manik mataku membulat memandang pundak lebar lelaki yang melindungiku itu. “Kyuhyun sunbae—“ bisikku.  Kyuhyun sunbae melempar tatapan tajamnya padaku, tubuhku agak menegang, ia tidak pernah menatapku seperti itu sebelumnya. Dan Hyuna menyadari itu, ia tersenyum licik ke arahku sebelum Kyuhyun sunbae membawanya berlalu.

“Apa sih yang aku pikirkan? Memang dari awal aku bukan siapa-siapa!” sial! Sial! Aku tahu sejak awal seharusnya aku tidak pernah mengatakan akan menjaganya, lihat apa yang ia lakukan padaku. Hidupku rasanya berputar-putar dan ini adalah pertama kalinya aku menangis karena Kyuhyun sunbae.

# # #

Hari-hari pun berlalu, sejak kejadian itu Kyuhyun sunbae mulai menjauhiku. Tidak jarang ia melemparkan tatapan dingin padaku, aku tidak tahu dimana letak kesalahanku. Apa karena ucapanku yang mengatakan tunangannya itu tidak baik makanya dia marah dan menjauhiku?

Terserahlah, dia itu lelaki tidak tahu balas budi. Aku mulai jengah berada di sekitarnya. Aku sedang berbaring di ruang kamarku ketika ponselku berbunyi, di sana ada ID kak Dongwoon. Tumben sekali dia menelponku, “Yeobosaeyo oppa?”

“…….”

“MWORAGO?? Mengapa mendadak sekali?”

“……”

“Ha—hajima oppa! Yaa! Oppa?!”

Sambungan telpon itu terputus, tubuhku merosot ke lantai dan aku tidak tahu kenapa, tiba-tiba air mataku keluar, aku hanya tidak mau berpisah dengan Kyuhyun sunbae.

“Jadi, kau akan pindah ke Swiss 2 hari lagi?” bibi Cho kembali mengulang pertanyaan yang sama, dari raut wajahnya aku tangkap kesedihan. “Ne, ahjumma. Appa di pindah tugaskan ke sana, dan selagi aku merawat Kyuhyun sunbae di sini mereka sudah mengatur kepindahan kami, jadi aku tidak dapat menolak.” Ceritaku lemah.

“Joayo, kalau begitu. Akupun tidak bisa menahanmu di sini. Selama ini Kyuhyun sudah banyak merepotkanmu, dan sekarang kondisinya sudah membaik jadi kau bisa pergi dengan tenang.” Kepalaku menunduk, alasanku berada di sini memang sudah tidak ada lagi.

Malam itu, tanpa sepengetahuan siapapun kecuali bibi Cho aku pergi dari rumah itu. Kak Dongwoon menungguku di depan gerbang rumah, sebelum aku benar-benar pergi aku menatap rumah itu kembali.

Di sana, ada ceritaku dengan Kyuhyun sunbae. Mungkin, kami memang tidak berjodoh. Aku sudah tidak memiliki alasan lagi berada di sampingnya, kuharap kau bahagia dengan gadis Park itu Kyuhyun sunbae.

Setelah pesawat yang membawaku dan keluargaku lepas landas dan membawaku ke tempat baru yang aku dengar dari Jino saem sebelum pergi, Kyuhyun sunbae dan Hyuna akan meresmikan pertunangan mereka 2 bulan lagi.

Inikah yang Jonghyun oppa rasakan ketika Luna eonni pergi meninggalkannya beberapa tahun yang lalu? Sakitnya sampai ke tulang belakangmu,  bahkan untuk bernafas saja rasanya sesak sekali.

# # #

Itulah yang ku alami 4 tahun lalu, aku tidak mengetahui lagi kondisi Kyuhyun sunbae. Aku dan korea seakan putus hubungan, aku hanya menghubungi Sunny setiap 3 bulan sekali.

Setelah lepas dari bayang-bayang lelaki Cho itu aku mulai bisa bersikap sedikit dewasa, setidaknya aku tidak lagi menangis mengingat senyum yang selalu terpasang di wajahnya itu.

Mataku kembali bisa memandang indahnya tanah kelahiranku, waktu 4 tahun tidak banyak mengubah Seoul. Udaranya masih seperti yang sering aku rasakan 4 tahun lalu. Sejuk dan sedikit lembab.

Aku menyetop sebuah taksi dan memberitahu alamat yang akan aku tuju, 30 menit perjalanan aku menatap gedung apartemen bertingkat di depanku. Taksi itu sudah berlalu ketika aku menyetop dan turun dari sana, kakiku melangkah memasukki gedung itu.

Saat akan menekan lift menuju lantai yang kutuju, seorang lelaki memasuki lift yang sama. Wajahku berubah pias menyadari siapa lelaki itu, dan lelaki itu juga sama terkejutnya menatapku, “Hyejun-ah!”

# # #

“Jaljinaesseoyo?” tanyanya, memangnya apa yang kau harapkan? Haruskah aku menangis mengingatmu? “Ne, aku baik-baik saja.”

“Sudah lama sekali ya!” katanya, senyuman seperti 4 tahun lalu itu masih terpahat jelas di wajahnya. Memang sudah lama sekali sejak kita bertemu, Kyuhyun sunbae. “Hn.” Hanya itu yang bisa aku jawab.

Lelaki itu adalah Kyuhyun sunbae, tidak aku sangka kami akan bertemu secepat ini. Ketika di lift tadi ia mengajakku untuk berbicara, dan sekarang kami ada di café di sebrang apartemen itu.

“Malam itu—mengapa kau pergi?” sungguh aku tidak siap dengan pertanyaan semacam ini. Tapi, cepat atau lambat hari ini pun pasti akan tiba. “Aku—appa di pindah tugas ke Swiss 4 tahun yang lalu, mianhae aku tidak mengatakan itu padamu. Aku hanya tidak bisa melakukannya.”

“Kau tahu, saat tahu kau pergi aku menangis. Dan aku sadar aku kembali kehilangan apa yang kucintai.” Aku terperanjat mendengarnya.

“aku sangat mencintaimu Hyejun-ah, rasanya sakit ketika tahu kau sudah tidak ada di sisiku lagi. Apalagi saat kau berkata perasaanmu tidaklah penting, apakah kau tidak merasakan perasaan yang sama denganku? Aku tahu, aku hanya orang merepotkan bagimu.”

Rasa sakit dan sesak itu kembali datang, di saat dia menderita apa yang aku lakukan? Aku bahkan bisa beberapa kali menjalin hubungan dengan lelaki-lelaki pirang di sana. Kini aku tahu alasan di balik dinginnya sikap Kyuhyun sunbae beberapa hari terakhir menjelang kepergianku.

Ia salah menafsirkan kata-kataku, dan ini semua berujung salah paham. “Aniyo, seandainya kau tahu sunbae. Aku juga memiliki perasaan yang sama sepertimu, dan yang terjadi selama ini adalah salah paham aku bilang apakah perasaan itu penting bukan maksudku mengatakan kalau Hyuna saat itu tidak perlu tahu apa perasaanku dan pentingkah baginya mengetahui itu.”

“Kau juga harus tahu sakitnya aku ketika tahu kau dan yeoja itu akan bertunangan, kukira kau masih berharap pada yeoja bernama Suri itu. Sudahlah sunbae, itu hanyalah masa lalu bukan, sekarang aku yakin kau sudah bahagia dengan Hyuna, mianhae aku tidak bisa datang pada pertunangan kalian.” Aku sadar, jika aku tidak segera pergi dari sana Kyuhyun sunbae akan melihat air mataku, dan itu akan semakin sulit untukku mengubur perasaan ini.

Aku berdiri dari dudukku, “Mianhae sunbae, aku masih ada urusan. Kuharap kita…bisa bertemu lagi, annyeong!”

Aku tidak akan pernah berharap lagi padanya, sekarang kami memiliki kehidupan masing-masing dan aku tidak ingin mengingat apapun lagi. Lagi pula aku tidak mungkin memutuskan hubunganku dengan Jinki, aku sudah mencintainya walaupun hatiku belum sepenuhnya meninggalkan lelaki itu, Cho Kyuhyun.

# # #

Hari itu, awal pertama turunnya salju. Aku dan Jinki sedang berkencan di daerah apgujeong ketika mataku tak sengaja bertemu pandang dengan sosoknya. Ia sedang menggandeng seorang gadis, itu bukan Hyuna, Kyuhyun tidak pernah menyetujui pertunangan itu sejak awal ataupun Suri yang notabene telah berselingkuh dengan Choi Siwon , gadis itu hanya kekasih dari Cho Kyuhyun, lelaki yang pernah aku cintai.

Inilah kisah cintaku, tidak berakhir mulus? Karena ini bukan sebuah novel dengan isi roman picisan, ini hanya kisahku,  Son Hyejun yang pernah mencintai hantu ruang music bernama Cho Kyuhyun.

Bila kau mengorbankan perasaanmu demi kebahagiaan orang lain maka kau mengorbankan sesuatu yang benar jikalau hasilnya kau menemukan senyuman di wajah orang itu, namun bila kau mengorbankan perasaanmu dan membuat orang yang kau cintai menderita, itu bukanlah pengorbanan melainkan sebuah penyiksaan.

 

FIN

A/N: bagaimana sekuelnya? Mengecewakan bukan haha sama saya sebagai author aja kecewa banget sama ff ini! Kenapa akhirannya tidak bahagia? Sengaja karena ini sebenarnya mengandung sedikit pengalaman pribadi author  hihi.. soo bisa dibilang ini ada true storynya lho xixixi.  Itu gak penting, author mohon maaf yang kalau ff ini gaje atau aneh, dan banyak miss typo. Author mencoba sebisa mungkin agar ini lebih baik namun nyatanya GATOT maning ehehe..

Ssiiip RCL please? See you in the next ff bubye!! ^_^V

16 responses to “Nocturne (Fur Elise’s Sequel)

  1. huaaah aku suka 😀
    endingnya kece ~
    hyuna dateng suasana (?) jadi hot ~ aaaa ~ pokoknya suka 😀

  2. hyaaaaaaaaaaa Kyuppa sama aku aja atuh, kasian kasian kasian
    endingnya, ceritanya sama sekali gak ketebak. daebak chingu 😀
    ini masih ada sequel lagi kah? 🙂

  3. hai chingu, aku baca ffmu lagi.

    NAISEUUU!!

    Tpi sedih-_- kalo kmrn ak protes pngin sad ending di your stalker, kali ini justru pingin kyuhyun berakhir sm hyejun. wkwkwkwk

    tapi endingnya keren, hidup emang bkn drama, tidak slmanya berakhir indah. tapi tapi, kesian kyuhyunnya. huaaah. *apa bet*

    overall, keren!!

  4. ^Wuaaaahhh, nice FF, aku suka sma FF eonnie. Mnurutku, Endingnya nice. Biasanya, FF lain happy ending atau gmna lah, klo FF ini punya krakter trsendiri, satu lagi, cara eonnie ngerangkai klimatnya debak.^

  5. endingnya make me bete….kekekekeke…y sudah dah …..kagak papa. tp kyunya bodohhhh…menyebalkannnn

Leave a reply to sazsa zaskia (@sazsa_zaskia) Cancel reply