THE SECOND LIFE [ PART 12 ]

Image

 

THE  SECOND LIFE  [PART  12]

Author : Keyholic (@keyholic9193)

Main Cast : Byun Baekhyun,Shin Hyunchan

Minor Cast :

Park Chanyeol

Do Kyungsoo

Suho

Yoon Jisun

Lee JinKi as Baekhyun’s Father

Genre : Romance/fantasy

Rating:  PG 16

Poster by : Cute Pixie

Part 1 | Part 2 | Part 3 | Part 4 | Part 5 | Part 6 |Part 7Part 8 | Part 9 | Part 10 | Part 11

***

Bola mata hitam Hyunchan bergerak mengitari  apa yang dapat tertangkap olehnya .Sebuah rumah kecil yang sangat sederhana dengan sekat berupa dinding tipis untuk membagi tiap ruangannya. Suara pembawa berita bersumber dari tv tua di pojok ruangan,dibiarkan begitu saja.Tak tampak banyak perabot-perabot yang biasanya memenuhi kebanyakan rumah-ruamah di Seoul.Begitu memasuki pintu utama,seseorang hanya disambut dengan pemandangan meja kayu persegi yang cukup besar di tengah ruangan dengan vas  yang nampak berdebu di tengahnya,di sudut ruangan terdapat buffet coklat  yang  menua termakan waktu dan tak jauh dari benda itu sebuah tivi yang sudah tak di produksi lagi entah sejak berapa tahun yang lalu,semakin menambah kesan berbeda pada hunian  ini.Suara dentingan peralatan terdengar dari arah dapur tanda sang tuan rumah sedang membuatkan suguhan untuk tamunya.

Merasa cukup pegal dengan posisi kaki bersilah dengan meja berkaki pendek di hadapannya,gadis itu memutuskan untuk berdiri sejenak meskipun baru  beberapa menit yang lalu ia dipersilahkan untuk duduk.

Foto hitam putih dengan wanita berpenampilan ala jaman 80-an menghiasi bagian atas buffet kecil yang tak jauh dari posisi Hyunchan.Rasa penasaran membuat kakinya melangkah lebih dekat untuk melihat jejeran foto masa lalu itu.Tak ada yang berbeda dengan deretan foto-foto itu dengan foto jadul kebanyakan.Semuanya nampak sama,warna hitam putih yang memiliki setiap kisah dibaliknya.Remaja yang terjebak dalam perjalan 49hari itu nampak begitu menikmati potret-potret masa lalu tersebut,hingga kemudian langkahnya terhenti tepat di ujung buffet.Lensa matanya tak bergerak,hanya terfokus pada sebuah foto yang membuat otaknya menggali memory masa lalu.

Sebenarnya tak ada yang aneh dengan foto itu,hanya sebuah foto keluarga yang terlihat harmonis.Wanita yang diyakini sebagai si pemilik rumah kala waktu berusia muda tampak cantik dengan balutan dress  80-annya.Disampingnya tampak lelaki dengan rambut klimis,bermata sipit dan cukup tinggi darinya, merangkulnya.Ada bukti rasa cinta  besar yang terbaca dari cara lelaki itu merangkul wanita disebelahnya.Sementara dihadapannya, anak laki laki berusia  sekitar 7 tahun menggenggam jemari adik perempuannya dan keduanya tersenyum memamerkan deretan gigi mereka yang tidak terisi penuh.Sungguh foto keluarga yang bahagia.

Gadis itu tak bisa menghentikan otaknya untuk melakukan reka ulang setiap adegan-adegan yang tiba-tiba saja mengingatkannya pada foto itu.Adegan pertama adalah ketika Jisun memperlihatkan foto yang sama seperti yang dilihatnya skearang ini namun dengan bagian yang tersobek disisi lainnya,hingga yang tersisia hanyalah fotonya dengan ibunya.Foto yang menurut pengakuan  Jisun sengaja disobek oleh Baekhyun karena merasa kesal dengan foto ibunya itu membuat otaknya menuju ke adegan yang lain.

Hyunchan menyentuh kaca foto tersebut.Tangannya tampak gemetaran.Fikirannya kembali melanglang buana ke suatu adegan dimana dirinya pertamakali diberikan tugas 49 hari.

“Disinilah tempat dimana semua doa yang manusia panjatkan tersimpan.Setiap manusia berdoa maka daun akan bertambah dan jika daunnya telah sangat banyak maka akan tumbuh lagi tuanas  pohon yang baru.” Jelas Suho kala itu memberikan penjelasan padanya.

“Ini adalah doa seorang ibu untuk anaknya.sang ibu selalu berdoa agar anaknya hidup bahagia dan menjadi anak yang baik.Si anak mungkin sudah menjalani kehidupannya dengan bahagia namun bukan bahagia seperti yang ibunya harapkan.”

Saat itu ia ingat betul suho memperlihatkannya sebuah daun harapan namun menurut pandangannya daun itu tak ada bedanya dengan daun yang biasa ia dapati di taman tua dekat rumahnya.

Untuk sepersekian detik ia merutuki dirinya yang terlambat menyadari semuanya.Seharusnya ia  cepat sadar bahwa keinginan seorang wanita yang menyebabkannya harus berurusan dengan Byun Baekhyun adalah keinginan dari ibu anak itu.Ibu Baekhyun berarti dia juga ibu dari Jisun.Andai ia lebih cepat menyadari hal ini dia akan secepatnya mengatakan pada Jisun bahwa ibunya masih hidup,dan tanpa harus repot-repot mencari kejelasan seperti sekarang ditengah waktunya yang sudah sangat mendesak.

Hyunchan segera kembali ke posisi duduknya dan meninggalkan foto usang itu ketika ia mendengar langkah kaki menuju kearahnya tanda si wanita pemilik rumah telah siap dengan suguhannya.Dipasangnya ekspresi normalnya,seolah tak terjadi apapun sebelumnya.

Si wanita sempat meminta maaf atas suguhan yang hanya berupa teh tanpa pelengkap lainnya dan dibalas dengan ucapan basa-basi Hyunchan yang merasa merepotkan sang pemilik rumah karena harus memberikannya suguhan.

Hyunchan menyampaikan maksud kedatangannya bahwa ia hendak mengembalikan payung yang pernah dipinjamkan wanita itu kepada Hyunchan dan alasan lain yang menyatakan sekalian ia ingin menjenguk juga karena menurut pegawai di rumah makan tempat ibu Baekhyun bekerja,ia ini sudah 3 hari tak masuk kerja.

Suasana hening kembali mengisi tempat itu.Bunyi menyeruput teh yang dihasilkan oleh mulut Hyunchan kadang mengisi keheningan berbalut suara pembawa berita di tv yang masih setia berkoar-koar.

“Kwon-ssi.” Panggil Hyunchan dengan menyebut marga dari ibu Baekhyun.Cangkirnya sudah kembali merapat di atas meja kayu dihadapannya.

Wanita berusia hampir setengah abad itu menoleh menatap anak gadis di hadapannya dengan mata sendunya.Di sisi lain,Hyunchan sendiri merasa tak enak harus melawati batas dan ikut campur ke dalam masalah orang lain.Namun,keadaaannya tak mau menerima alasan apapun.

Hyunchan mengatur nafasnya.Membahas menegnai masalah keluarga orang lain padahal kau hanyalah pendatang yang belum cukup lama dikenal sungguh bukan hal yang mudah dilakukan.Matanya menatap lurus ke tampilan bayangannya pada genanagan teh di cangkirnya.

“Sebenarnya,ada satu hal lagi yang menjadi maksud kedatangan saya  ke sini.”

Wanita dihadapannya masih menatap mata Hyunchan,menunggu lanjutan kalimat yang keluar dari mulut gadis sekolah menengah atas itu.Pada saat jeda inilah mendadak suara berita yang memang cukup keras  terdenganr membuat perhatian keduanya teralihkan ke tivi tersebut.Suara si pembawa berita terdegar begitu heboh menjelaskan apa yang terjadi pada tayangan video stasiun tivinya.Berita soal anak salah satu bisnisman berpengaruh di Korea Selatan Byun Jinki,Byun Jisun yang di gosipkan mengalami gangguan kejiwaan tanpa sebeb yang diketahui .Para pemburu berita pada tayangan tivi itu nampak begitu ingin mengetahui hal yang sebenarnya dan mulai menghubung-hubungkannya dengan dampak yanag akan diperoleh pada bisnis keluarga Byun .Sementara yang bersangkutan,terlihat bungkam dan hanya di wakili oleh juru bicaranya,mengatakan bahwa semua akan dijelaskan pada konferensi pers yang akan dilaksanakan.

Pergantian tema berita yang ditampilkan membuat kedua wanita itu kembali terfokus pada apa yang menjadi urusan mereka sebelumnya.

“Apakah anda tidak berniat untuk menjenguknya?” Hyunchan tak memperjelas lagi maksud pernyataannya yang pertama.

Ibu Baekhyun yang tadinya masih diliputi rasa penasaran atas maksud lain apa yang dimiliki Hyunchan atas bertandangnya ia ke kediamannya,tiba-tiba dibuat terkejut dengan pertanyaan anak itu.

“Apa maksud mu?” meski Hyunchan belum mengalihkan pandangannya dari tivi yang tidak sedang ia nikmati,tapi telinganya bisa menangkap nada keterkejutan lawan bicaranya.

“Byun Jisun.Dia gadis yang baik dan sungguh tak terlihat seperti orang yang memiliki beban dalam hidupnya.Kufikir dia sama saja dengan gadis berdarah biru lainnya  yang sombong dan bertopang pada nama besar orang tuanya,tapi kenyataannya tidak.Gayanya bersosialisasi tanpa memandang status kadang sulit membuat orang percaya bahwa dia salah satu putri pengusaha Korea Selatan.Sosoknya yang ceriah membuat orang tak bisa melihat apa yang ada di balik topeng  itu. Saking pandainya ia mengenakan topengnya,tak akan ada yang menyangka bahwa dibaliknya tersimpan begitu banyak masalah dan tekanan batin yang kapan saja dapat merusak topeng yang ia kenakan.”

Adegan saat ia pertama kali bertemu Jisun hingga keramahan hoobaenya itu pada siswa-siswi di sekolah tiba-tiba mencuat seiring dengan ceritanya.Jisun memang gadis baik.Ia tak akan segan untuk mengajak anak yang berlabel ‘culun’ untuk sekedar berbicara atau mengajaknya makan bersama.Ia tak pernah memilah-milah mana teman yang sederajat untuk berkawan dengannya dan mana tidak.Baginya selama orang itu baik,maka itu sudah cukup.

“apa yang sedang kau bicarakan? Bukankah kau tadi hendak mengutarakan maksud lain mu ke sini,tapi kenapa kau malah membahas hal tak jelas ini?”

Sebenarnya ada pukulan yang begitu hebat menyerangnya ketika Hyunchan mulai bercerita tentang gadis yang bernama Byun Jisun yang tak lain dan tak bukan adalah anak kandungnya yang telah ia tinggalkan bertahun-tahun yang lalu.

Hyunchan tak peduli atas respon dari Ibu Baekhyun dan tetap melanjutkan ucapannya.

“Ayah yang sibuk membuatnya tak punya waktu untuk berbagi bebannya.Kakak laki-laki yang seharusnya menjaganya dan bisa menjadi pendengar yang baik bagi adiknya justru sedang sibuk menunjukkan dirinya sebagai pecinta wanita terhebat dengan koleksi bak model dengan badan S Linenya.Pacarnya yang merupakan satu-satunya malaikat penolongnya justru pada akhirnya ia lah yang membuat  kondisi gadis itu seperti sekarang.Ia tak punya teman berbagi selain foto ia dan ibunya.Ia sungguh butuh ibunya.”

Hyunchan mengatur nafasnya yang mulai membuat nada suaranya bergetar,ikut miris membayangkan nasib Jisun.

“Andai saja ia tahu bahwa sebenarnya ia tak perlu lagi memandang kertas bergambar itu,karena sosok asli sang ibu masih berada di sekitarnya mungkin kondisinya tak seburuk ini.” Suaranya terdengar begitu pelan.

“Tapi sepertinya ibunya tak memiliki perasaan yang sama dengan anaknya.Ibunya yang tidak mungkin tidak mengetahui keberadaan anaknya dan entah atas alasan apa hingga sampai detik ini anaknya dirawat,belum sempat juga menjenguknya.Ia masih terduduk dihadapan ku sementara anaknya sudah  hampir seminggu di rumah sakit.” Begitu kalimatnya usai Hyunchan langsung menatap wajah ibu Baekhyun,membaca  reaksi yeoja itu melalui ekspresinya.Syok,sedih,marah semua bercampur.

“Apa kau salah satu orang suruhan Jinki?” Wanita itu akhirnya keluar dari kepura-puraannya tidak mengerti apa yang dibahas oleh Hyunchan.

Selama beberapa tahun itu orang-orang suruhan Jinki slelau mencarinya tapi ia terus menghindar.Bukannya ia tak sayang lagi pada keluarganya terutama anak-anaknya,namun ia merasa tak pantas kembali ke keluarga itu lagi setelah ia meninggalkan mereka.Semuanya sudah berakhir dan ia tak ingin lagi mengganggu kehidupan keluarga lamanya.

“saya tak mengerti maksud anda mengenai orang suruhan,yang pasti apa yang saya utarakan tak ada hubungannya dengan Tuan Byun.Maaf sebelumnya jika saya sedikit lancang mengurusi urusan keluarga orang lain.Sebagai seorang yang berutang budi pada Jisun,hanya ini yang bisa ku lakukan.Saya tak butuh untuk mengetahui masalah apa yang melatar belakangi ini semua. Saya hanya ingin dia bisa bertemu ibunya.Hanya itu.”

“Aku tidak bisa.”Suaranya terdengar seperti bisikan.Jemarinya tergenggam erat membuat telapaknya memutih,seolah ada yang ia tahan.Matanya tak lagi menatap Hyunchan,melainkan ke arah lain.

“Aku tidak ingin lagi mengusik mereka.Akan lebih baik jika mereka tak pernah menganggap ibunya ada,jika itu bisa membuat bahagia—“

“tapi sayangnya mereka tidak.” Hyunchan mulai tak sadar dengan apa yang dikatakannya.Suaranya naik beberapa oktaf.

“Anda tahu Baekhyun? Anda tahu bagaimana keadaannya besar tanpa ibu? Dan Jisun… Apa yang terjadi padanya sekarang ini  karena ibu yang ia butuhkan tak kunjung kembali.Itukah  yang anda maksud mereka bisa bahagia tanpa ibunya?”

Nafas Hyunchan tak beraturan akibat emosinya yang mulai meletup-letup tanpa ia sadari.

“Baekhyun memang sudah menganggap dirinya tak pernah mempunyai seorang ibu.Dan anda sudah tak ingin menganggu kehidupan mereka.Namun meskipun seperti itu,ikatan darah seorang ibu dan anak tidak akan bisa diputuskan ,apapun alasannya dan bagaimana pun caranya.Sebenci apaun anak pada ibunya,sesering apapun anak itu mengutarakan bahwa ia tak butuh ibu yang telah menelantarkannya,tapi pada kenyataannya mereka membutuhkannya—“

“Aku tidak bisa Hyunchan-ssi! Kau tidak mengerti bagaimana berada di posisi ku sekarang.Kembali kepada mereka tak semudah yang kau bayangkan .Masalah ini rumit.Usia mu masih terlalu muda untuk memahaminya.”

Manik hitam itu menatap gadis dihadapannya.Ia berusaha membuat gadis itu mengerti melalui sorotan matanya bahwa ia sulit melakukannya.Keduanya saling bertatapan untuk beberapa detik itu.Suasana begitu tegang.

“maaf,sepertinya aku harus beristirahat.” Usiran halus itu membuat Hyunchan mengerti bahwa ia sudah tidak diharapkan lebih lama lagi di tempat ini.

Hyunchan akhirnya tersadar akan reaksi berlebihannya.Ada apa dengan dirinya? biasanya dia bukan type orang yang seperti ini.

“Baiklah saya mengerti.” Ia bangkit dari posisi duduk bersilahnya yang membuatnya sedikit kesemutan akibat terlalu lama melipat kakinya.

Ia melangkah menuju pintu utama.Tangannya berhenti tepat di gagang pintu.

“Anda tahu,kadang karena usia masalah yang tadinya gampang untuk di selesaikan berubah menjadi rumit.Orang dewasa akan lebih sulit menyelesaikan sesuatu karena mereka terlalu banyak berfikir.Mereka mengandalakan logika tanpa mau menurunkan sedikit egonya untuk mendengarkan kata hantinya.”

Ia membuka pintu itu namun kembali menoleh karena masih ada yang harus ia sampaikan lagi.Ia benar-benar harus berusaha keras di sini.Paling tidak inilah yang bisa ia usahakan atas budi baik anak itu padanya sebelum ia pergi.

“Pertimbangkanlah apa yang saya katakan.Sekalipun anda tak ingin kembali lagi pada keluarga itu,tapi bisakah anda mementingkan Jisun disini ? Paling tidak pergilah menjenguknya,mungkin saja kehadiran ibunya bisa sedikit membantu.”

Tak ada tanggapan dari nona Kwon.Ia hanya diam meski ia mendengar dengan jelas setiap penuturan Hyunchan.Ucapan pamit dari gadis itu seiring dengan menutupnya pintu rumahnya tiba tiba saja membawanya kedalam keheningan.Tak ada suara tivi yang membisingkan lagi, yang ada hanyalah ia dan memory-memory masa lalu yang kembali terkuak.

***

Hidup memang tak seindah kisah Cinderella yang meskipun dipenuhi oleh penderitaan namun pada akhirnya bahagia akaibat bertemu dengan pangeran ataupun kisah yang biasa didendangkan para orang tua sebelum anaknya tertidur.Terkadang hidup juga bisa menyedihkan layaknya romeo dan Juliette ataupun jack dan rose.Jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan si kaya tak selamanya semanis akhir kisah Goo Junpyo dan Geum Jandi.

Saat itu, Kwon Yeonhi remaja terlalu bodoh untuk jatuh cinta pada Jinki.Sang Juara umum ke 2 sekolah.Si darah biru namun tidak pernah membeda-bedakan dalam sisitem pertemanannya.Siswa yang tidak pernah lengser dari jabatan ketua kelas yang membuat  siswi-siswi terpesona dengan pribadinya.Tak hanya bermodal tampang dan kekayaannya saja,kemampuan otaknya pun dapat di uji,selain itu gayanya berkawan,keramahannya,ketulusannya menolong orang membuat dia terlalu sempurnah untuk hidup di dunia manusia dan bukannya di dunia dongeng.

Meski berada di kelas yang sama sejak semester 1 hingga tahun terakhirnya di bangku Sekolah Menegah Atas,tapi Yeonhi dan jinki tak terlibat banyak percakapan.Bahkan interkasi keduanya dapat di hitung jari meski di jumlahkan dari kelas 1 hingga kelas 3.Sifat Yeonhi yang introvert Yeonhi lah yang membuatnya tak banyak bersosialisasi dengan siapaun,termasuk Jinki.Tak satu pun dari mereka yang memiliki perasaan saat itu,hingga takdir mulai  bertindak ketika wisata summer tiba dan semuanya berubah sejak saat itu.Projek kelompok yang ditugaskan untuk kelas mereka pada saat wisata summer membuat Jinki dan Yeonhi berada di grup yang sama dengan 2 orang anggota lainnya.

“Mohon kerja samanya Yeonhi-ssi.” itulah sapaan awal yang di ucapkan Jinki padanya dengan uluran tangan dan matanya yang berubah semakin sipit akibat tersenyum.Meski sedikit canggung pada akhirnya Yeonhi menyambut tangan itu lalu menjabatnya.

Semuanya berjalan begitu cepat.Mulai dari hanya percakapan yang di perlukan saja hingga pada minggu terakhir sebelum wisata ini berakhir mereka sudah bercakap begitu nyaman satu sama lainnya layaknya teman yang saling mengenal dalam waktu yang lama.Ketertarikan keduanya pada alam mungkin salah satu hal yang membuat mereka dekat.

“Kurasa kau tak seperti yang ku bayangkan selama ini.” tawa merdu Jinki memenuhi telinganya.

“memangnya apa yang kau bayangkan selama ini?” Yeonhi menantang namja itu membuat Jinki terkekeh pelan dan mulai menggaruk tengkuknya.

“kau tahu.Uhm maaf sebelumnya, tapi di fikiranku kau itu menyeramkan seperti anak psyco yang ada di film horror .”

“kau orang yang ke-1000 yang menebak ku seperti itu.Selamat.”

“baiklah, aku akan menunjukkan id pelajarku dan kau bisa memberikan ku hadianya.Uhm kuharap itu ayam .”

Mereka berdua terkekeh menyadari kebodohan percakapan mereka.Tapi ngmong-ngomong Jinki memang pernah menjadi salah satu pemenang undian  di salah satu supermarket dekat rumah neneknya.Ia adalah pembeli ke 50 bertepatan dengan ultah ke 50 supermarket itu.Makanya ia tahu bagaimana merespon kata-kata Yeonhi.

Hubungan akrab itu terus berlanjut hingga semester terakhir sebelum kelulusan.Dari hanya sekedar teman bicara ataupun pendengar yang baik berubah menjadi sesuatu yang lain.Perasaan antara mereka mulai tumbuh dan begitu cepat membesar.Entah apa yang membuat Jinki bisa menyukai gadis itu,padahal ada banyak yang mendekatinya tapi tak satupun mampu membuatnya  merasa ingin terjun bebas dari Namsan walau hanya melihat senyum Yeonhi ataupun ketika gadis itu tertawa pada  lelucon-leluconnya yang menurut orang-orang sangat membosankan.

Akhirnya tepat di saat hari kelulusan,ia mengutarakan perasaaanya di taman belakang sekolah dengan wajah merahnya.Sang gadis yang juga memiliki perasaan yang serupa membuat status ‘berpacaran’ itu mulai melekat pada mereka.Meski caranya mengungkapkan perasaan sungguh jauh dari kata-kata romantis,tapi baginya kata-kata bukanlah suatu masalah selama hati mereka merasakan hal yang sama.Ucapan hanyalah sebuah symbol untuk apa yang hati mereka rasakan.

Namun cinta itu bukan hanya soal kebahagiaan saja.Ada rintangan yang harus di lewati di sini.Itulah yang dialami Yeonhi dan Jinki.Jika kamu bukan orang berada,maka jangan coba-coba melirik mereka si kalangan atas.Seharusnya Yeonhi menanamkan kalimat ini baik-baik di otaknya.Tapi ketika kau merasakan apa yang mereka sebut ‘cinta’ maka otak mu taka kan berfungsi dengan baik.Cinta itu buta.Meski kalimat ini terdengar berlebihan dan sedikit menjijikkan tapi ketika kau jatuh cinta kau akan memahaminya.

Masa kerajaan sudah berganti menjadi modernisasi namun pengkastaan pada masayarakat Korea masih sangat kental.Ada jarak besar yang membatasi anatar si kaya dan si miskin.Yang kaya seharusnya menikah dengan yang kaya,itu sudah hukum mutlak bagi mereka golongan atas.Dan keluarga Jinki termasuk salah satu yang menganut paham itu.Ia putra satu satunya keluarga Byun yang akan menjadi pewaris dari setiap bisnis keluarganya.Dan begitu ibunya sudah tak ingin memimpin lagi maka ia akan segera menjadi pemegang tunggal  dari setiap bisnis keluarganya.

Meski awalnya keluarga Jinki,terutama ibunya yang kini memegang kekuasaan tertinggi setelah ayahnya wafat akibat serangan jantung,yang awalnya tak terlalu memikirkan masalah ini karena menganggap putranya itu hanya sedang bersenang-senang saja tetapi  rasa cemas mulai melandanya tatkala Jinki dan Yeonhi masih melanjutkan hubungan mereka hingga tahun  ke lima.

Jinki sudah mulai bekerja di perusahaan keluarganya,meski belum menjadi CEO  dengan alasan ia belum siap untuk memikul tanggung jawab sebesar itu.Rencana perjodohan atas nama kepentingan bisnis pun tak terelakkan.Ibunya sudah menyiapkan wanita-wanita pilihannya dan tinggal menunggu siapa yang akan dipilih Jinki diantaranya.

“Sudah kubilang aku tidak akan memilih siapa pun.Aku sudah punya Yeonhi,bu.Dan dia yang akan jadi pendamping ku.”  Tolak Jinki pada suatu malam ketika ia sudah lelah dengan desakan ibunya yang tak kunjung memahami bahwa ia sudah memiliki wanita pilihannya.Dan itu membuat Ibunya menjadi geram.

“Dengar,kau satu-satunya pewaris tunggal keluarga Byun.Keluarga mu bukan keluarga sembarang.Kau harus mementingkan kepentingan demi bisnis di banding perasaaan mu.Karena posisi mu sekarang tidak membiarkan mu untuk memilih selain kepentingan bisnis.”Ada tekanan kuat di setiap kata yang di lontarkan nona Byun itu.

“Dan Yeonhi, seberapa besar kau menyayanginya,seberapa lama hubungan kalian itu semua tak ada artinya.Karena gadis itu adalah orang yang hanya pantas kau jadikan persinggahan saja dan bukan orang yang pantaskau jadikan pendamping mu.”

Jinki mengakhiri obrolan itu tanpa berucap sepata kata pun.Suara hempasan pintu yang di tutupnya seolah menjelaskan kemarahannya.Marah atas takdirnya yang harus menjadi bagian dari keluarga Byun.

Sekuat apapun ibu Jinki menentang hubungan anaknya dan Yeonhi , namun cinta yang berjalan selama 5 tahun tak akan semudah itu untuk dihentikan.Air mata dan rasa sakit hati atas penghinaan sudah seperti makanan sehari-hari bagi Yeonhi.Meski begitu akan selalu ada senyum Jinki yang menguatkannya dari segala tekanan yang dilakukan Ibu dari orang yang paling disayanginya itu.

Dan ketika Jinki benar-benar melaksanakan niatnya dengan melamar Yeonhi tanpa menghiraukan ancaman ibunya untuk meningalkan gadis itu,jangan ditanya lagi kemarahan ibunya seperti apa.Jinki membangkang ketika ibunya memaksanya untuk membatalkan pertunangan itu dan jangan pernah punya niat untuk menikah dengan gadis kalangan bawah itu.Alhasil ia diusir dari rumah dan marga Byun sudah tidak menjadi bagian darinya. Hidup adalah pilihan dan Jinki lebih memilihh bahagia dengan cintanya meski tak berlimpah materi seperti dulu dibanding harus duduk di kursi kebesaran,menjadi orang kaya yang pulang ke rumah dan bertemu dengan istri yang dijodohkan dengannya dan harus  seperti itu sepanjang hidupnya tanpa ada cinta.Ia tak akan menjadi boneka ibunya.Ia hidup untuk dirinya dan berhak memutuskan hal untuk dirinya.

Keduanya menikah tepat dihari yang sama saat jinki mengutarakan perasaannya pada Yeonhi.Pesta yang sederhana mengingat gaji Jinki yang tak banyak sebagai pegawai biasa yang bekerja di perusahaan travel setelah ia dikeluarkan dari perusahaannya sendiri.Acara sakral itu hanya dihadiri orang-orang yang bisa mengertii kebahagiaan keduanya.

Pilihan Jinki tak salah,meski hidup sederhana tapi ia merasakan kebahagiaan setiap harinya.Semuanya berjalan dengan baik sampai anak kedua mereka berumur 4 tahun.Ibu Jinki ternyata masih belum bisa merelakan anaknya dan memadamkan kebenciannya pada Yeonhi.Ia mencari celah bagaimana caranya agar ia bisa menghancurkan keluarga itu dan membuat ke duanya terpisah.

Saat anak pertama mereka,Baekhyun harus menjalani operasi karena ada tumor kecil di otaknya di saat itulah ibu Jinki melihat celah yang baik.Keluarga Jinki tak punya cukup dana untuk membuayai operasi itu sementara tumor itu harus segera diangkat sebelum membesar dan berakibat fatal.Perkembangan tumor yang begitu cepat membuat mereka kelimpungan mencari pinjaman dana.

“Aku akan membiayai semua biaya  pengobatan Baekhyun.Tinggalkan Jinki dan operasi itu bisa segera di mulai.” Itulah kata yang di ucapkan Ibu Jinki ketika pada akhirnya berhasil membuat Yeonhi datang menemuinya.

Kondisi Baekhyun yang tak memberikannya waktu banyak,belum lagi dana pinjaman yang belum juga mencukupi setengah dari biaya perawatan anaknya membuatnya tak punya pilihan lain selain mulai menimbangkan tawaran ibu yang seharusnya menjadi ibu mertuanya.

“Coba fikirkan,apa kau tak kasian melihat keluarga mu menderita? Lihat suami mu,Jinki.Dahulu dia bukan orang yang sulit mendapatkan apa yang dia inginkan,tapi ketika bersama mu dia harus menguras setengah mati tenaganya hanya untuk membiayai keluarga kalian dengan biaya yang sama besarnya dengan ketika ia mengadakan pesta kecil-kecilan dengan teman-temannya dahulu.” Nona Byun mulai meracuni fikiran Yeonhi yang memang sedang kalut,membuat seolah yang jadi masalah disini adalah dirinya.

“Apa kau fikir dengan hidup kalian yang seperti ini bisa memberikan jaminan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mu? Coba bayangkan jika mereka berada di bawah asuhan ku.Fasilitas mewah,pendidikan berkualitas tinggi,kehidupan yang lebih layak,semuanya dapat mereka dapatkan. Ayolah Yeonhi-ssi jangan terllau egois.Cinta bukan satu-satunya cara agar kau bisa bertahan hidup,tapi materi juga berperan penting di sini. Lepaskan keegoisan mu untuk tetap memiliki Jinki meski kau membuatnya menderita.Biarkan dia kembali menjadi Jinki seperti yang dulu.Byun Jinki,pewaris tunggal keluarga Byun.”

Awal-awalnya ia tak mau terpengaruh dengan ucapan-ucapan ibu Jinki itu,tapi semakin gusar dan kalut perasaannya semakin ia mulai membenarkan kata-kata itu.Puncaknya adalah ketika pada suatu malam Baekhyun hampir saja berada pada masa kritis dan disitulah dia menerima tawaran ibu Jinki.Tak apa ia menderita,yang penting keluarganya bahagia.Bukankah cinta juga butuh pengorbanan?

Senyum kemenangan terpancar jelas di wajah Nona Byun ketika Yeonhi menerima tawarannya.Operasi Baekhyun sudah berlangsung tadi malam dan berjalan lancar.Dan sekarang tiba saatnya ia untuk meninggalkan apa yang ia perjuangkan selama ini.Ia memutuskan semakin cepat ia pergi meninggalkan keluarganya smeaki lebih baik.

“Kurasa uang ini cukup untuk membiayai hidup mu.” Amplop coklat tebal di sodorkan Ibu Jinki pada Yeonhi.

“Tidak.Simpan saja uang anda.” Sinisnya menolak.

Dan malam itu,sebelum menaiki kereta terakhir untuk jurusan Ilsan,ia menyempatkan diri untuk singgah di kamar inap putranya.Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 hampir tengah malam.Semuanya sudah tertidur lelap.Dihampirinya suaminya yang tertidur di sofa lebar bersama putri kecilnya.Ia berlutut,membelai rambut Jinki,menyingkirkan poni hitamnya dari jidat yang tebal itu.

Wajah lelaki itu masih putih namun tak seputih dulu,ketika masih bertsatus orang kaya.Pandangannya mulai kabur dengan air mata yang sebentar lagi siap meluncur.Mengingat ini terakhir kalinya ia melihat mereka,sungguh membuat dadanya sesak.

Di kecupnya kening itu untuk terakhir kalinya sambil berbisik ‘saranghae’.Kemudian dia melakukan hal yang sama pada putri kecilnya.Setelah ini mungkin anak-anaknya akan membencinya karena ia telah menelantarkan keluarganya.Biarlah kesalahpahaman itu ada selama anak-anaknya akan mendapat hidup yang layak setelah ini.Terakhir,ia menuju ke ranjang tempat anak lelakinya berbaring.Diusapnya  rambut anak itu.

“Jadilah anak yang baik.Jaga ayah dan adik mu dan jangan mengecewaakan mereka.”

Kata-kata ‘ibu menyayangimu’ terdengar dari mulut wanita itu sebelum mengecup kening anaknya.

Ia sudah mengambil keputusan dan paling tidak ia tidak boleh menyesali ini semua.Inilah bentuk pengorbanan terakhir yang ia bisa berikan kepada keluarga kecilnya.

Baru saja ia ingin naik ke taxi yang sedari tadi menunggunya untuk mengantar Yeonhi ke stasiun,jeritan anak kecil menyambangi pendengarannya.Ia menoleh dan badannya bergetar hebat ketika mendapati anak kecil dengan piyama rumah sakitnya bertelanjang kaki di tengah dinginnya malam.

“Jangan pergi bu.” Mohonnya lirih.

Ia sudah cukup besar untuk tahu bahwa ketika ibunya membisikkan kata-kata perpisahan tadi ,itu tanda ibunya akan pergi jauh.

“Jangan pergi.” Kini suara lirih itu berubah menjadi isak kecil. Yeonhi berlari menghampiri anaknya dan langsung memeluknya.Tangisnya pecah.Tetap meninggalkan putramu meski ia telah memohon sambil menangis untuk jangan pergi,bukanlah hal yang mudah.Ia membelai rambut belakang anaknya,berusaha mendiamkannya.

“Ibu mau ke mana? Kenapa ibu meninggalkan kami?” Baekhyun kecil memeluk erat badan Ibunya seolah tak mau melepaskannya.Air matanya bercucuran tanpa henti.Sesekali mulutnya terbuka memperlihatkan gigi serinya yang belum tumbuh.

“Kumohon jangan pergi.Aku janji akan menjadi anak yang baik,aku tidak akan bertengkar lagi dengan Jisunnie.” Tangis sesenggukan anak kecil itu membuat hati ibunya semakin pilu.

“Uljima.Kau sudah jadi anak yang baik selama ini.Yang tidak baik adalah eomma,karena tidak bisa berjuang lebih keras  untuk mu,untuk kalian.”

Ibu dan anak itu menangis dalam kesunyiam malam.Tak lama kemudian rintik hujan mulai turun membasahi Seoul,bahkan sang langit pun tak mampu membendung air mata kesedihannya.

”Baekhyun-ah  dengar.” Yeonhi akhirnya menarik dirinya dari pelukan Baekhyun.

“berjanjilah pada eomma , berjanjilah kau akan menjaga diri mu dan Jisun baik-baik, uh? berjanjilah kau akan hidup dengan bahagia,jadi anak yang baik yang tak akan mengecewakan appa.Yaksok?” Yeonhi menyodorkan jari kelingkingnya.

Mata sembab Baekhyun menatap mata ibunya yang tak jauh berbeda dengannya.Tangan mungil itu meraih pipi ibunya,mengusap aliran air mata yang ada disana.Tatapannya beralih pada kelingking ibunya dan kemudain menyambutnya.

“yaksok.” Ujarnya dengan suara bergetar sambil menautkan kelingkingnya.

“Anak baik.” Yeonhi mengusap rambut anaknya sebelum mengecup ubun-ubunnya.

“kau harus ingat bahwa ibu sangat menyayangi mu,dan akan selalu menyayangi kalian semua.Sekarang masuklah.Hujan deras sepertinya akan turun.Kalau kau  kena hujan kau akan sakit lagi dan ibu akan sangat sedih.”

Yeonhi berdiri dari posisinya,ia menunggu Baekhyun kecil untuk berjalan menuju kamar inapnya kembali.Tapi anak kecil itu tak kunjung bergerak dari posisinya.Tangan kecilnya menggenggam erat baju ibunya.

“kapan ibu akan kembali ?”

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Yeonhi.Ia tak bisa memberikan jawaban yang di inginkan anaknya karena ia tak akan kembali ke keluarga ini.

“Ibu harus pergi sekarang.Masuklah,Baekhyun-ah…Appa mu akan sangat marah kalau tahu kau terkena hujan.”

“Jangan pergi, bu! ” Lagi lagi ia mengulang kata-kata itu.Ia terus mengulangnya berkali-kali.

Yeonhi menghela nafas berat.Ia sungguh tak bisa meninggalkan anaknya,tapi ia sudah membuat keputusannya dan setiap keputusan memang punya resikonya sendiri.

“kau ini kenapa keras kepala sekali?! Ayo cepat,masuk ke kamar mu!” hatinya semakin pilu mengeluarkan kalimat bentakan pada anaknya.

“Tidak mau! Aku ingin ikut dengan ibu.Bawa aku pergi dengan mu bu~.” Baekhyun kecil kembali terisak.

Yeonhi harus menguatkan tekadnya.Ia tak boleh kalah sama perasaannya.Ia harus segera meninggalkan tempat ini.

“Bukankah kau sudah berjanji pada ibu untuk menjaga ayah dan adik mu? Kalau kau ikut dengan ibu saipa yang akan menjaga mereka? Sekarang masuklah.Ibu harus pergi.” Yeonhi memaksa tangan Baekhyun agar terlepas dari bajunya,membuat tangis anak itu semakin menjadi-jadi.

Ia terus berjalan menuju taksinya meski Baekhyun terus memanggilnya dari belakang.Merasa tak dihiraukan,kaki kecil itu berlari menghampiri ibunya,berusaha menahan agar wanita itu tak melangkah lebih jauh lagi.

Sambil menggigit bibir bawahnya menahan rasa perih yang ia rasakan,ia kembali memaksa Baekhyun untuk melepaskannya hingga anak kecil itu terjungkang kebelakang.Ia tahu Baekhyun terjatuh tapi ia tak akan menoleh.Karena sekali ia menoleh, ia yakin tak akan bisa memaafkan dirinya lagi.

“bencilah ibu sebesar yang kau mau.Kau akan memahami tindakan ibu ini ketika kau dewasa kelak.”

Itulah kata terakhir Yeonhi sebelum akhirnya ia naik ke taxi dan meninggalkan rumah sakit itu dengan kucuran air matanya.

Sementara Baekhyun kecil hanya bisa menangis terduduk.Hujan tak lagi rintik ,namun mulai deras menghantam kepalanya.Kedua tangannya memeluk lututnya sambil terus menangis di tengah malam tanpa memperdulikan tubuhnya yang mulai bergetar kedinginan dan membiru.

Dan tanpa sepengetahuan siapapun seorang gadis kecil juga turut menyaksikan kejadian memilukan itu.

Setelah itu tanpa Yeonhi ketahui,pada malam itu juga Baekhyun kembali masuk ke UGD setelah di temukan pingsan di pekarangan rumah sakit oleh seorang perawat.Entah apa sebabnya,tapi ia tak sadarkan diri hingga seminggu,membuat Jinki semakin pusing dan membuatya frustasi apalagi setelah kepergian tanpa alasan Yeonhi.

Baekhyun sadar seminggu kemudian namun dengan kondisi berbeda.Sejak saat itu ia menjadi pendiam dan berbicara seperlunya.

“Eomma? Eomma?” Baekhyun terus bertanya pada dirinya sendiri seolah dia sedang mencari saiapa eomma sebenarnya ketika Jisun sembunyi-sembunyi mengeluh padanya karena dia  merindukan ibunya. Ada masalah yang terjadi pada ingatan anak itu,terutama menyoal ibunya.Itulah hasil yang di dapatkan dokter.

Tekanan batin yang tak sanggup dipikul anak sesusianya, menjadi salah satu sebab mengapa setelah ia tersadar dari koma seminggunya memory tentang ‘sosok ibu’ itu seolah lenyap.Ia tak bisa mengingat kenangan apapun dengan orang yang ayah dan adiknya sebut sebagai Ibu.Kepalanya akan sakit ketika ia berusaha mengingat sosok ibunya termasuk ketika ia diperlihatkan foto sang ibu tersebut.Ia memang tak mengingat ibunya lagi namun tiap kali ia memandang foto ibunya yang selalu berada di genggaman Jisun,ia merasakan kebencian yang begitu besar.Entah apa alasan di baliknya.Intinya dia membenci wanita yang ada di dalam foto keluarganya itu.

***

“Eomma! Jangan pergi.Jangan pergi.jangan—!”

Kelopak matanya perlahan terbuka di sambut oleh cahaya redup yang bersumber dari lampu tidurnya.Jam di dalam kamarnya menunjukkan pukul  7 malam.Ia sudah tertidur sejak pukul 2 siang tadi tapat sepulang sekolah.Lagi-lagi mimpi buruk yang sama yang mengusik istirahatnya.Dadanya naik turun pertanda ia bernafas tak karuan.Peluh menghiasi jidatnya dan perlahan mengucur dari arah pelipisnya.

Mau  tidur malam ataupun siang,tiap kali namja itu tertidur pasti ia akan memiliki mimpi yang sama dengan adegan di sebuah halaman rumah sakit dengan seorang anak kecil sesenggukan menahan ibunya untuk tidak pergi.Padahal beberapa hari ini dia sudah bisa tertidur lelap tanpa usikan dari mimpi yang entah apa maksudnya itu.Tapi kali ini,entah apa yang membuat mimmpi itu mengganggunya lagi.

Ia turun dari kasur empuknya menuju dapur untuk meneguk segelas air demi menengkan dirinya.Dikelurakannya suara legah ketika air dingin itu mengalir  menuruni kerongkongannya.Matanya menatap gelas kosong tak berisi yang ada di genggamannya.Fikirannya mendadak kembali mengingat mimpinya.Mimpi yang selalu sama,adegan yang sama,dialog yang sama,tapi anehnya ia tak pernah bisa melihat sosok wanita yang di panggil ‘ibu’ oleh anak kecil yang ada di dalam mimpinya,termasuk anak kecil itu sendiri.Kadang ia berfikir ,mungkinkan salah satu korban keplayboyannya mendatangi cenayang sakti untuk mengguna-gunainya seperti ini?

Deringan ponselnya yang terdengar memenuhi apartemen mewah itu membuat Baekhyun teralihkan dari apa yang sedang ia fikirkan.Ia melangkah malas mencari sumber bunyi tersebut.Begitu menemukannya di atas sofa  kesayangannya,id ‘Dodo’ dengan gambar burung hantu terpampang di layar ponselnya.Digesernya tanda hijau itu untuk mengetahui apa tujuan si penelfon.

“Wae Kyungsoo-ya?”

Sekitar beberapa menit ia berbincang-bincang dengan Kyungsoo sebelum ia mengakhirinya dengan ucapan ‘baiklah,aku akan segera ke sana.’

Kyungsoo  barusaja mengajaknya untuk merayakan hari terakhir ujian mereka.Saking lelahnya memeras otak di ujian tadi hingga tertidur,Baekhyun sampai lupa bahwa ujian telah berakhi dan itu artinya harus ada perayaan yang diadakan di sini. Chanyeol dan Hyunchan juga akan ikut bergabung dan nama terakhir itulah yang menjadi alasan senyuman di akhir percakapannya dengan Kyungsoo dan membuatnya semakin  bersemangat.

Ia meninggalkan apartemennya tepat pukul 8 malam menuju ke arah tempat yang di maksud Kyungsoo,noraebang.Sepanjang perjalanan ia terus saja berdendang sambil mendenegarkan lagu My Lady milik boyband rookie bernama Exo.Sesekali ia akan melirik ke kaca spion depannya untuk memastika bahwa tak ada yang salah dengn stylenya hari ini.Ia akan berusaha untuk membuat perhatian Hyunchan jatuh padanya dan bukan Kyungsoo.

Black audi keluaran terbaru itu terparkir mulus di depan sebuah noraebang elit tempatnya membuat janji dengan Kyungsoo.Ia,Chanyeol,dan Kyungsoo memang cukup sering ke tempat ini untuk melepas stress ataupun hanya sekedar bersenang-senang saja.Meski suara Baekhyun dan  Kyungsoo terbilang bagus tapi ketika mereka tiba di tempat ini  bukannya suara merdu yang di sajikan melainkan hanya teriakan frustasi ataupun nyayian yang keluar dari nadanya.Terkhir kali ia ke sini sekitar 4 bulan yang lalu ketika lagi-lagi Baekhyun dan Chanyeol mendapat panggilan atas nilai rendah mereka oleh wali kelas.

 Tubuh kurus dan putih itu keluar dari mobilnya sambil memasang kaca mata hitamnya bak artis papan atas.Ia mungkin saja langsung masuk ke dalam jika sudut matanya tak menangkap mobil antic 1962 250 GT Berlinetta lusso berwarna merah menyala  yang terparkir tak jauh darinya.Ia hapal betul itu kendaraan Kyungsoo,karena ia sudah berkali-kali memperingatkan anak itu untuk mengganti mobil antiknya dengan yang sedikit lebih baru yang tidak menyiksanya dengan keluhan-keluhan yang ada pada mobil tua itu.Kakinya pun berjalan perlahan menghampiri mobil itu.Ia berjalan ke bagian pengemudi,hendak mengetuk kaca jendela Kyungsoo.

Seharusnya ia tak memilih untuk menyambangi mobil Kyungsoo dan langsung masuk ke dalam restoran,karena begitu ia membungkuk pemandangan tak menyenangkan menyambutnya dari balik kaca pengemudi.Dilihatnya punggung Kyungsoo membelakanginya dan badan namja itu semakin mendekatkan diri dengan sosok yang ada di kursi penumpang.Meski lampu hanya bermodalkan lampu parkiran yang hanya mampu memberikannya sedikit bayangan pada gadis di sebelah Kyungsoo itu namun,matanya masih cukup tajam dan ia hapal betul orang itu meski hanya dari bayangannya.

Shin Hyunchan.Yah,itu Shin Hyunchan.Gadis yang membuat jantungnya berdetak tak karuan belakangan ini,tapi sekarang entah sedang melakukan adegan apa dengan sahabatnya,Do Kyungsoo.Ia tak butuh lebih lama lagi melihat apa yang selanjutnya terjadi antara Kyungsoo dan Hyunchan,baginya adegan itu sukses menyayat hatinya.

Mungkin inilah yang dirasakan gadis-gadis yang ia kerap kali ia tinggalkan begitu saja tanpa memperdulikan perasaannnya.Di tegapkannya badannya dan berputar  kembali menuju ke audi hitamnya.Ia menutup pintu mobil mewah itu dengan begitu keras bak mobil rongsokan.Tangannya menggenggam erat stir di hadapannya.Matanya memandang lurus kedepan sembari otaknya melakukan flashback ke kejadian beberapa saat yang lalu.Rasanya ia ingin membenci Kyungsoo,tapi ia tak bisa.Kyungsoo tak salah di sini. Dari awal Kyungsoo memang sudah menyatakan niatnya yang ingin mendekati Hyunchan kepadanya,dan jelas saat itu Baekhyun tak ada masalah sama sekali.Karena waktu itu perasaannya tak separah sekarang.

Do Kyungsoo,gadis baik-baik mana yang tak ingin Kyungsoo menjadi teman spesialnya? Semua wanita baik-baik di luar sana pasti menjadikan Kyungsoo sebagai type idealnya.Tampan,baik,ramah,rasa kepedulian yang tinggi,jika dibandingkan dengan Baekhyun,mereka begitu kontras.

“Maaf,seat belt ini memang punya sedikit masalah.Sepertinya aku benar-benar harus mengganti kendaraan ini.” Keluh Kyungsoo begitu seat belt yang macet itu terlepas dari Hyunchan.

 “Ayo turun,Baekhyun mungkin sudah berada di dalam.” Kyungsoo keluar dari tempatnya dan segera berlari ke arah pintu Hyunchan untuk membukakan pintu untuk gadis itu.

“Gomawo.Tapi sebenarnya kau tak perlu melakuakn itu Kyungsoo-ya.” Hyunchan terseyum kecil merasa sedikit malu diperlakukan seperti adegan yang biasa ia lihat di drama korea.

Namja bermata bulat seperti burung hantu itu hanya membalas komentar Hyunchan dengan senyuman yang memamerkan gusi merah mudanya.

***

Chanyeol memasuki salah satu ruangan di noraebang itu.Ia sedikit terkejut ketika ia hanya di sambut oleh Hyunchan.

“Kemana Kyungsoo?”

“Dia sedang keluar sebentar menerima telpon.” Jawab Hyunchan

“Aish,anak itu.Sudah berkali-kali kuperingatkan jangan aktifkan ponsel jika di acara kumpul-kumpul seperti ini.” Gumam Chanyeol sambil menyampirkan jaket coklatnya ke sandaran kursinya lalu mulai menyetel monitor untuk mencari lagu yang bisa ia nyanyikan,SNSD-Oh.

Kecanggungan pun meliputi keduanya.Hyunchan memang tak banyak bicara dengan Chanyeol begitu pula sebaliknya.Mereka jarang dihadapkan pada momen-momen yang mengharuskannya untuk saling bercakap satu sama lainnya.

“Kufikir kau tak akan datang.”

Chanyeol hanya terkekeh mendengar pernyataan Hyunchan.

“Sepertinya aku juga butuh penyegaran.Jika terlalu lama berdiam diri di rumah sakit mungkin aku bisa stress melebihi Jisun.”

Tangan Chanyeol  masih sibuk menyentuh monitor yang cukup besar itu,mencari lagu yang dicarinya berdasarkan abjad.

“Oh iya,kenapa Baekhyun belum datang? Kalau tidak salah aku sempat sekilas melihat mobilnya di parkiran.”

“katanya dia ada urusan mendadak dan tidak bisa hadir.Mungkin kau salah lihat.”

“Yah,mungkin.Sepertinya.” Angguk Chanyeol,tapi ia merasa tak salah lihat.

“Jadi bagaimana hubungan mu dengan  Baekhyun?”Lanjut Chanyeol memulai topic baru.

“Apa?”

“Kulihat kalian semakin dekat.Apa dia sudah mengatakan sesuatu pada mu?”

“Apa yang sedang kau bicarakan? Aku tidak mengerti.” Raut bingung nampak jelas di wajah gadis itu.Ia tersu menatap Chanyeol yang tengah membelakanginya.

“Sepertinya dia belum mengatakannya.” Gumam pemilik suara berat itu.

Baru saja Hyunchan ingin memperjelas apa maksud perkataan Chanyeol,namun Kyungsoo sudah selesai dengan urusannnya dan bergabung dengan mereka.

“Sepertinya ada pembicaraan serius di sini.Apa kalian membicarakan ku?”Tebak Kyungsoo sedikit narsis yang langsung di sambut gelak tawa Chanyeol.

“aku sedang mengatakan pada Hyunchan bahwa betapa baiknya teman ku yang satu ini.Hari ini kau yang traktir kan?” Ujar chanyeol memaerkan senyumannya yang sudah jarang terlihat sejak pertengkarannya  dengan Jisun.Tangan panjangnya merangkul namja yang begitu kontras dengan ketinggiannya.

“Yah,berpestalah sepuasmu.Aku yang membayar semuanya.”Kyungsoo menepuk-nepuk dadanya,seolah membanggakan dirinya sambil tertawa.

“Aigoo~ uri Do Kyungsoo memang baik.” Sura berat Chanyeol dibuat seimut mungkin lalu mengacak-ngacak rambut Kyungsoo.

Mereka berdua tertwa dan Hyunchan yang memperhatikannya membuat seulas senyum terpampang di wajahnya.Sebentar lagi ia akan meninggalkan mereka.Senyuman wajah-wajah yang bahagia itu akan hilang dan menjadi rahasia sang waktu.

Percakapan dia dan Chanyeol mungkin cukup diketahui oleh mereka berdua.Tapi Hyunchan masih penasaran dengan apa yang dikatan Chanyeol padanya barusan.Mungkin ia harus mencari tahu?

***

Sneakers coklat yang senantiasa menemani langkahnya seharian ini melangkah malas keluar dari kotak besi bergerak yang mereka sebut lift itu.Koridor apartemennya tampak sunyi,ah bukankah memang selalu begitu?

Penampilannay tak sesegar  ketika ia meninggalkan apartemen ini.Bagaimana mau segar,setelah di suguhi nyanyian yang lebih tepat di sebut dengan teriakan bak orang kesurupan oleh Chanyeol dan bahkan Kyungsoo yang disini memiliki suaraseperti petikan harpa.Belum lagi Chanyeol yang terus memaksanya untuk mencoba vodka dan hasilnya ia berakhir di toilet dengan memuntahkan seluruh isi perutnya meski hanya seteguk gelas kecil.Sudah ia duga,ia memang tak pernah cocok dengan gaya hidup ala kebarat-baratan termasuk mengkonsumsi minuman beralkohol.Tapi atas dasar kata pertemanan yang selama ini tak terlabelkan pada dirinya,ia menerima tawaran Chanyeol itu.Dan ia janji itu adalah pertama dan terakhir kalinya.

Tubuhnya yang sedikit linglung,membuatnya sempat harus menempelkan telapak tangannya ke tembok hanya untuk membuatnya tak jatuh ke lantai.Dari kejauhan matanya menangkap sosok yang tengah terduduk di samping pintunya.Kakinya terhenti tepat lima langkah sebelum memncapai pria itu.Siapa malam-malam begini bertandang ke tempatnya? Apa dia salah satu kawan Kris, tetanganya yang kadang mengadakan pesta semalaman suntuk itu ?

Hyunchan sibuk bergelut dengan pikiranya sambil menagamati sosok itu,mencoba menebak siapa dia.Lelaki itu menaikkan lututnya,menjadikannya sebakai tempat ia membenamkan wajahnya.Sebuah jaket terkapar tak jauh dari posisinya.ia hanya memakai kaos oblong hitam yang senada dengan jaketnya.Dari jarak itu Hyunchan sudah mampu menangkap aroma alcohol yang begitu menyengat.Ia yakin itu bukan berasal dari ‘vodka paksaan Chanyeol’ yang ia teguk melainkan milik pria di hadapannya.

Sepertinya ia tak asing dengan orang ini.Ucapan sang satpam apartemennya  beberapa saat yang lalu mendadak terngiang.

“kau harus memberitahu sepupu mu untuk tidak sellau mabuk-mabukan.Dia masih terlalu muda.”

Satu orang kandidat  telah terpilih untuk membuat Hyunchan membayangkan siapa lelaki  berbaju hitam ini.Ia berjalan mendekat dan semakin jarak mereka yang kian dekat semakin kuat pula keyakinan Hyunchan bahwa orang ini adalah… Byun Baekhyun.

Ia bisa menebak dari aroma wewangian yang sering lelaki ini kenkan meski berbaur dengan aroma alcohol.Selain itu ,pernyataan dari sang satpam di tambah dengan sebagian wajah Baekhyun yang mulai tertangkap penglihatannya,sudah cukup menguatkan tebakannya.

Hyunchan berjalan acuh menuju pintunya ,melewati sosok Baekhyun yang mulai menyadari kedatangannya.

“Tidak bisakah kau datang dalam kondisi yang normal? Kenapa kau selalu datang ke apartemen ku dalam kondisi mabuk?” protes gadis itu.

“Tidak bisakah kau menyapaku dengan kata-kata yang lebih baik? Seharusnya kau menyapaku dengan kata ‘hai’ di awal.” Namja itu mengangkat wajahnya yang sedari tadi aia sembunyikan.Penampilannya kacau.Matanya merah akibat alcohol yang terlalu banyak di konsumsi.Suaranya parau.Sungguh berantakan.

“Dan ini baru yang kedua kalinya aku ke sini dengan kondisi mabuk,jadi kau harus menghilangkan kata ‘selalu’ itu.” Sangkalnya terhadap tuduhan Hyunchan dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya.

“terserah.” Gadis itu memutar bola matanya,tak lagi menatap Baekhyun.Tangannya sibuk memencet kode sandi apartemennya.

“Jadi kali ini apa tujuan mu?”

“Bisakah kita masuk dulu? Aku sudah menunggu mu lama di luar sini? Paling tidak tunjukkan tata cara mu menerima tamu dengan baik.

Hyunchan hanya bisa mnghelah nafas seiring dengan bunyi klik yang terdnegar tanda pintunya telah terbuka.

“Ok.Masuklah.” Ujarnya setengah hati. Begitu kakinya melangkah masuk secara otomatis lampu diruangan itu menyala.Ia meletakan sepatunya di tempatnya dan mulai akan berjalan lagi ketika terdengar suara Baekhyun meneriakinya.

“Ya! Bantu aku untuk berdiri.” Hyunchan meringis kesal dan segera menuju sumber suara dengan hentakan kakinya  menghantam lantai kayunya  terdengar cukup besar tanda ia mulai kesal.

Dibantunya sosok kurus itu untuk berdiri,sebelum akhirnya tangan Baekhyun melingkra di pundaknya,untuk bertopang pada gadis itu.

“Kau bau vodka.Apa Chanyeol memaksamu minum? Karena biasanya dia memang selalu begitu.Mengusili sang pemula.”

Hyunchan tak menjawab,yang terdengar adalah suara ‘klik’ tanda pintu yang tertutup.

“bagaimana dengan acaranya? Pasti menyenangkan.” Kata-katanya itu lebih terdengar seperti mencibir dari pada pertanyaan rasa ingin tahu pada umumnya.

Apa yang terjadi padanya setelah ia mendapati Hyunchan-dan Kyungsoo di mobil itu,tak seorangpun dari temannya yang tahu.Tak ada yang tahu bahwa ia lagi-lagi menjadikan alcohol sebagai pelariannya,sebagai obat pembunuh rasa sakit hatinya.Tak soerangpun tahu bahwa di saat teman temannya tertawa,merayakan hari terakhir ujian mereka di sebuah noraebang,dilain sisi dirinya sedang berjuang melawan rasa sakit di dadanya.

Badannya berbungkuk lemah di atas sofa.Salah satu Lengan bawahnya bersandar pada pahanya sementara yang satu sibuk memijit pelipisnya.Poni hitam pekat yang biasanya ia naikkan kini terjatuh menutupi sebagian matanya.

Dengan sempoyongan Hyunchan sibuk menutup rapat-rapat jendela yang lupa ia tutup sebelumnya lalu menyalakan penghangat  ruangannya.Untung salju tak turun beberapa hari ini sehingga malam tak terlalu dingin.

“Uhm,tentu saja.Akhirnya aku bisa merasakan apa yang tak pernah kurasakan selama 18 tahun hidup ku.”

Hyunchan mendadak melankolis,saking melankolisnya ia tak menyadari bahwa dirinya sekarang sudah terduduk tepat di samping Baekhyun.Sedetik kemudian ia baru menyesali apa yang baru saja ia katakan.Biasanya dia bukan type orang yang akan mengatakan hal-hal seperti ini.Mungkinkah ini efek vodka yang diminumnya? Tapi seingatnya ia sudah memuntahkan minuman tak enak itu beserta seluruh isi perutnya.

Tanpa wanita itu sadari sorot mata daribalik poni hitam lelaki di sampingya menajam.Jari-jarinya  membentuk geggaman kuat hingga membuat tangannya sedikit bergetar.Ia salah kaprah mengartikan jawaban Hyunchan.Otaknya yang dipenuhi kecemburuan tak lagi berfikir jernih bahwa maksud dari kata-kata itu bukan hanya di tujukan kepada Kyungsoo.Ia melupakan bahwa park Chanyeol juga ikut andil untuk membuat gadis itu memilih kata ‘menyenangkan’ ketika merespon pertanyaan Baekhyun.

Hyunchan berdehem untuk mematahkan kediaman yang membawa rasa canggung di antara mereka.

“Aku tak punya aspirin ataupun semacamnya,jadi akan kuambilkan air putih saja.” Baru saja yeoja itu hendak melewati tubuh Baekhyun ,namun sebuah tangan terlanjur  menahan langkahnya.

Ia berbalik menghadap Baekhyun dengan posisi berdirinya sehingga yang ia tangkap hanyalah ubun-ubun lelaki itu.Namun ketika wajah Baekhyun menegadah menatapnya,ia  tak tahu harus berkata apa.

Wajahnya di penuhi peluh membuat ujung-ujung rambutya menjadi sedikit basah.Bola matanya tak lagi berbinar seperti saat ia sedang berlakon sebagai seorang playboy.Tak ada cengiran dari balik bibirnya yang biasa membuat gadis –gadis menjerit heboh.Wajah itu datar  seperti foto buku tahunan.Matanya seolah menyimpan ekspresi yang tak mampu di tampakkan oleh wajahnya dan kata-kata yang tak mampu di ucapkan mulutnya.Ia manatap Hyunchan lama,mencari bayangannya di dalam bola mata gadis itu.Bulu kuduk Hyunchan mulai berdiri,ia merinding ngeri sekarang.

“A—Ada apa?”

Baekhyun masih belum merespon.

“Jangan menatap ku seperti itu. Aku merinding,Byun Baekhyun.”

Selama ia mengenal lelaki itu,tak sekali pun ia melihat Baekhyun memberikan tatapan seperti ini padanya.Entah apa maksud tatapan itu seolah ia ingin menyampaikan sesuatu lewat tatapnnya.Namun sayangnya Hyunchan bukanlah salah satu anak dengan IQ tinggi ataupun orang yang mengambil program studi psikologi,jadi jangan salahkan Hyunchan ketika ia tak mampu menangkap apa maksud tatapan itu.Ia hanya manusia biasa seperti manusia kebanyakan yang hanya mampu memahami bahasa melalui mulut dan bukan melalui mata.

“hey..” ia mencoba menarik tangannya berharap Baekhyun melepaskan  cengkramannya.

Bukannya melepas,jemari  kurus nan panjang itu malah bergerak menuju telapak tangannya dan menggenggamnya erat.Apa yang dia lakukan sekarang semuanya diluar kendali otaknya,ia melakukan ini atas dorongan perasaannya yang kacau balau.Bayangan Kyungsoo dan Hyunchan di mobil itu masih terus mengusiknya.Bahkan kejadian selanjutnya yang ia bayangkan bahkan terlalu hiperbola dibanding dengan kejadian aslinya yang sama sekali tak seperti itu.Tapi rasa cemburu sedang  memenuhinya,dan orang yang tengah panas-panasnya di serang rasa kecemburuan jangan berharap logikanya masih berfungsi.Ia menatap bibir gadis itu,tempat dimana menurut persepsinya kejadian di mobil tadi berakhir.Tempat Kyungsoo melakukan apa yang tak seharusnya ia lakukan,menciumnya.

Ia menelusuri wajah gadis itu,menerkah-nerkah apa Kyungsoo juga menyentuh bagian wajah yang lain?  Ia mengenal baik Kyungsoo.Namja itu bukan type orang yang akan sembarangan mencium wanita ketika mereka belum memiliki hubungan special. Jadi,apakah hubungan mereka sudah sejauh itu? Apakah ia sudah tak memiliki kesempatan ? Tentu saja Hyunchan memilih Kyungsoo.Siapa yang akan menolak orang sebaik Do Kyungsoo? kenapa ia terlambat menyadari perasaannya ?

Pertanyaan-pertanyaan di otak Baekhyun terhenti ketika ia merasakan rasa perih di jidatnya hingga membuat ia meringsi perih.

“Maaf.Tapi aku butuh istirahat dan jika kau terus mengengam tangan ku dan memandangiku seperti para penjahat yang ingin menghipnotis korbannya,maka aku akan butuh waktu yang lebih lama lagi untuk segerah menikmati kasur ku.” Hyunchan baru saja menyentil jidat Baekhyun,karena terlalu lelah memanggil nama namja itu untuk melepaskan tangannya dan tak ada respon darinya.Meski nampaknya itu sedikit sakit tapi paling tidak dia berhasil menyadarkan namja itu dari tatapan anehnya dan membawanya kembali kedunia nyata.

Bekhyun melepaskan genggamannya dan terkekeh pelan setelah meringis sejenak mengusap jidatnya yang mulai memerah.

“Maaf,maafkan aku.Kau tahu orang mabuk sering melakuakan hal yang aneh-aneh.” Mendadak namja itu berubah,berbanding terbalik dengan dirinya beberapa saat yang lalu.

Bukannya beranjak pergi,Hyunchan malah terdiam memandangi tawa renyah milik Baekhyun.Gigi kecil putih yang berjejer rapi di balut gusi merah mudanya,membuat Hyunchan tenggelam di dalamnya untuk beberapa saat hingga ia tak menyadari bahwa tawa renyah itu sudah sedari tadi terhenti.

“Hey… Hey Shin Hyunchan,kau baik baik saja?”

Hyunchan tersadar ketika Baekhyun mengguncang tangannya pelan.

“A—A—Aku .. Minum.. tunggu sebentar.”

Ia tak butuk mendengar seperti apa respon Baekhyun terhadap kebodohannya barusan.Yang dia inginkan segera menjauh dari anak bernama Byun Baekhyun itu.Sementara Baekhyun,ia hanya tersenyum simpul melihat reaksi Hyunchan namun beberapa saat setelah gadis itu berbelok ke sebuah ruangan,raut wajahnya kembali berubah.Berubah menjadi menakutkan beberapa saat yang lalu.

Hyunchan menuangkan air putih hangat untuk Baekhyun dan yang dingin untuknya.Seharusnya ia juga meminum minuman yang hangat,tapi tubuhnya terasa begitu panas setelah kejadian barusan.Di teguknya minuman dingin itu hingga tak bersisa kemudian kembali menambahkannya.Tangannya masih bergetar ketika ia hendak mengembalikan botol air putih dingin itu ke lemari pendinginnya.Di tutupnya kulkas silver itu.Ia terdiam dengan tangan menumpu pada lemari pendinginnya.Bisa ia rasakan wajahnya memanas.Bekas genggaman Baekhyun pun masih terasa hangat.Jantungnya masih berdebar tak normal akibat kejadian itu.

Seharusnya ia tak boleh bereaksi seperti ini lagi.Ia telah berjanji pada dirinya.Waktunya akan habis dan dia akan meninggalkan tempat ini,segera.Tak ada waktu untuk berlarut-larut dengan perasaan konyol ini,karena ini hanya dunia palsu dan dunia nyatanya sedang menunggunya.Yah mungkin,ketika ia berhasil melaksanakan misi 49 hari.Ia hendak berbalik dan meraih gelas berisi air dingin itu untuk diteguknya lagi tapi kejutan lain ternyata datang menyambutnya.

Sosok lelaki kurus yang tadinya masih terduduk di sofa kini berada tepat beberapa sentimeter di hadapannya.”Astaga! kau membuat ku terkejut.” Kesalnya sambil memegang dadanya.

Lagi-lagi Baekhyun melemparkan tatapan itu padanya,tatapan yang sempat membuat Hyunchan merinding.Dan sekarang,di tengah lampu dapurnya yang memang belum sempat ia perbaiki sehingga ia hanya bergantung pada pencahayaan dari ruang tengahnya membuat suasana di sekitanya berubah menjadi horror.

Tubuh Baekhyun yang cukup jauh tinggi darinya membuat wajahnya tak bisa mendapat cahaya dengan baik dan sedikit mengganggu penglihatannya.

“Bu—bukankah sudah ku katakan untuk menunggu di tempat mu saja? Apa kau begitu haus hingga tak sabar—“

Hyunchan tak melanjutkan omongannya ketika salah satu tangan Baekhyun mendarat tepat di samping telinga kirinya.Badan tinggi itu membungkuk untuk menyamaratakan wajah mereka.

Hyunchan berusaha untuk tenang dan berfikir positif bahwa Baekhyun tak akan berbuat hal-hal nekat di sini.Ia percaya Suho tak akan membuat  salah satu peserta 49 hari mengalami pelecehan fisik selama menjalani tugasnya,termasuk dirinya.

“B—Biar kuambilkan air minum mu—“ baru saja Hyunchan ingin bergerak mengambil gelas kaca yang berada tepat di depan matanya,yang diperuntukkan untuk Baekhyun tapi tangan yang lain milik namja itu kembali menghalanginya .Hyunchan terkunci di anatara dua lengan Baekhyun yang tak membiarkannya bergerak.

“Ap—apa yang kau lakukan,Baekhyun-ah.” Ia mulai sedikit ketakutan.

Tangan Baekhyun perlahan menyingkir dari posisi sebelumnya.Hyunchan menutup matanya,was-was dengan apa yang selanjutnya terjadi padanya.Di rasakannya sesuatu sedang mengusap lebut rambutnya,itu tangan milik Baekhyun.Jemari itu perlahan menghapus keringat dingin yang mulai menghiasi pelipisnya.Hyunchan bisa saja mendorong lelaki ini sekuat mungkin,berlari keluar apartemnnya dan meminta pertolongan pada siapa pun,tapi ia tidak melakukannya,lebih tepatnya ia tak bisa.Tubuhnya seolah membeku.Matanya terus menatap kaki Baekhyun,tak berani menatap matanya lagi hingga kemudian kelopak matanya melebar dari biasanya ketika tangan Baekhyun mulai beralih kepipinya.Nafas Hyunchan mulai tercekat.Tangan itu terus bergerak hingga mencapai dagu gadis itu.

Hyunchan seketika menatap mata Baekhyun,ketika sesuatu mendorong dagunya untuk mendongak ke atas,menatap Baekhyun.

“Hyunchan-ah.” Entah mengapa suara parau itu terdegar lembut di telinganya.

Baekhyun menatap Hyunchan dengan intens.Perlahan wajah itu mendekat kepada targetnya.hanya ada satu cara untuk menghilangkan rasa sakit hatinya yaitu dengan…

Menghapus jejak Kyungsoo.

“Baek—“

Semuanya terjadi begitu cepat.Hyunchan tiba-tiba saja  merasakan sesuatu menyentuh bibirnya dan mulai bergerak-gerak.Byun Baekhyun sedang menciumnya.

Ia hanya bisa terdiam bagaikan patung.Dirinya terlalu terkejut untuk memikirkan apa yang harus ia lakukakan di saat-saat seperti ini.Lagi pula dia bukan orang berpengalaman.Nafas Baekhyun mulai berat,kaki Hyunchan mulai tak kuat menopang rangka atasnya.Tiba-tiba sesuatu seolah menghantam otaknya .Membuat matanya yang tadinya terkejut berubah menjadi tatapan kosong.Dirinya seolah dirtarik ke masa lalu.

“kau tahu,bagi ku penampilanmu lah yang terbaik malam itu.”

“Kau hanya seseorang yang pernah menjadi pengajar ku dan kaupun cukup tahu dimana batas pertanyaan untuk posisi  mu.Nada pertanyaan mu itu tampaknya lebih pantas dimiliki untuk seseorang yang memiliki posisi hubungan dekat.Dan kau pasti tahu betul,kita tidak didalam posisi yang seperti itu.”

“atau jangan jangan kau berfikir kita sudah hampir berada pada posisi itu?”

“Kau menyukai ku?”

“Hyunchan-ah…Maaf.”

“Untuk apa?”

“Untuk segalanya.”

Setiap kenangannya dengan Baekhyun mulai ditampilkan,berganti dari satu kenangan ke kenangan yang lainnya dengan begitu cepat.

Mulai dari saat pertama kali ia melihat Baekhyun,saat ia mendapati namja itu melakukan hal yang tak sepantasnya dengan seorang wanita di ruang kesehatan sekolah yang tak terpakai lagi,saat-saat ia harus menjadi guru Baekhyun,saat mereka berjalan di tengah hujan dibawah naungan payungnya,saat ia harus mengantar Baekhyun pulang dalam keadaan mabuk dan insiden ciuman itu terjadi,saat mereka terkunci di ruang peralatan music dan bermain piano bersama,saat mereka bersenang-senang di taman bermain dan mendapatkan cincin dari seorang kakek yang aneh,saat Baekhyun menggenggam tangannya di taman itu juga,saat mereka tiba-tiba saja bertengkar hebat akibat Baekhyun yang kembali berubah dan mulai menjauhinya, saat namja itu mendatanginya keapartemennya dan meminta maaf padanya,hingga saat Baekhyun menceritakan mengenai gadis yang akan ia kencani setelah pengumuman kelulusan keluar yang membuatnya tak bisa mendeskripsikan rasa sakitnya saat itu.

Setiap skinship yang terjadi antara mereka juga tak luput dari flashback itu.Tiap kali jantungnya berdetak tak normal jika berada di dekat Baekhyun,tiap kali wajahnya memerah,tangannya yang berkeringat,hingga bunyi lonceng dan kembang api yang  ia dengar dan hampir menganggap dirinya gila.

Rangkaian kenangan itu terhenti ketika Baekhyun mengakhiri ciumannya.Ia terdiam mematung,tak bergerak sedikit pun.Tak ada suara lain yang terdengar selain hembusan nafas mereka yang tak beraturan.

“jangan pernah mendekati Kyungsoo lagi.” Suara itu akhirnya mampu membuat Hyunchan tersadar dari kondisinya. Ia menatap lekat-lekat mata hitam di hadapannya.

“Kumohon.” Lanjutnya Baekhyun setengah berbisik.

Matanya sedikit berkaca-kaca menunjukkan sorot kesakitan,keperihan yang dirasakannya.Sorot itu mengingatkannya pada mata Byul,anjing kecilnya pada saat detik-detik terakhir anjing itu ingin meninggalkannya.Kenapa Baekhyun melemparkan tatapan seperti itu padanya? Hal apa yang telah ia perbuat padanya sehingga ia harus menatap Hyunchan  dengan penuh keperihan? Dan apa hubungannya aku mendekati Kyungsoo,dengan arti sorotan mata itu?

“Kulihat kalian semakin dekat.Apa dia sudah mengatakan sesuatu pada mu?”

“Sepertinya dia belum mengatakannya.”

“Dia sama sekali gadis yang tak pernah terfikirkan bisa membuat ku seperti ini.Sifatnya yang aneh,sedikit introvert,dan suka mencampuri urusan orang lain.”

“Tapi aku tahu,dibalik sifat-sifatnya itu dia orang yang baik.Dialah yang mengajari ku untuk lebih menghargai hidup,menghargai apa yang telah kumiliki.Dia membuatku tahu bagaimana rasanya mendapatkan sesuatu berkat kerja keras dan usaha sendiri.Tanpa ia sadari aku banyak belajar darinya.”

“Awalnya juga aku kurang yakin soal perasaan ku.Dari sifatnya kau bisa tahu bahwa dia sangat berkebalikan dengan gadis yang biasa ku kencani.Bahkan aku sempat berusaha menolak bahwa tanpa aku sadari aku mulai menyukainya.Aku tak bisa terima itu.Aku berusaha menghindarinya yang justru malah membuat ku tersiksa sendiri.Sisi lain dari diriku mulai merindukannya,aku sakit saat melihatnya dengan orang lain.Dan pada akhirnya aku sadar,apa yang kulakukan dengan tidak mau menirima kenyataan itu semua kesalahan terburuk.Aku sadar bahwa aku memang menyukainya.Sangat.”

Ucapan Chanyeol dan percakapan terakhirnya dengan Baekhyun di taman sekolah mengenai pengakuannya terhadap gadis yang disukainya tiba-tiba terngiang di telinganya.Otaknya mulai dipaksa untuk berfikir dan menganalisis kedua dialog berbeda itu.

Dan ketika akhirnya dia menemukan satu kesimpulan untuk sepersekian detik ia merutuki  IQnya yang rendah sehingga tak mampu menemukan kesimpulan ini sedikit lebih cepat.Tapi sebenarnya,mau cepat ataupun lambat tetap saja kesimpulan itu adalah sebuah kesalahan dan tak akan merubah apapun.

“Wae?” Suara wanita itu bergetar,takut mendengar jawaban yang sama seperti yang telah ia simpulkan.

“karena itu membuatku sakit di sini.” Tangan Baekhyun mencari tangan Hyunchan lalu menempelkannya ke dadanya.Matanya tak sedetik pun meninggalkan mata Hyunchan.

“sangat sakit.” Kini giliran suara Baekhyun yang bergetar.Mungkin itu efek mabuk namja itu,mungkin saja namja itu sedang berusaha menahan tangisnya,atau mungkin saja keduanya.Semuanya benar.

“Dan kenapa kedekatakan ku dengan Kyungsoo membuat mu sakit?”

Baekhyun terdiam tak menjawab.Haruskah ia mengatakan semuanya sekarang?

Keheningan itu seolah mencekik keduanya.Hyunchan meremas buku-buku jarinya.Ia takut dengan kenyataan yang sebentar lagi akan di dengarnya.Karena ketika Baekhyun terdiam,disaat itulah ia menyadari kesimpulannya benar.

Mereka berdua memiliki perasaan yang sama.

Ini salah.Semuanya adalah kesalahan.Ia tidak bisa seperti ini.Baginya ia sudah cukup puas ketika ia merasakan apa yang mereka sebut jatuh cinta dan lebih baik jika perasaan itu hanya dialami oleh sebelah pihak.Karena ketika pihak yang lain juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya,ia takut ia akan berniat memiliki orang itu dan kata memiliki tidak berlaku dalam perjalanan 49 hari.

Memiliki berarti akan siap mengalami kehilangan.Kehilangan akan menyebabkan kesakitan.Dan itulah hal yang paling ditakutkannya.

“jangan katakan.” Hyunchan berusaha tak membuat suaranya bergetar tapi ujung-ujungnya dia gagal.

“Apa?” Baekhyun menatap heran Hyunchan.Padahal kata-katanya sudah berada di ujug lidahnya.

“Hyunchan-ah dengar,aku… aku—“

“Sudah ku bilang jangan katakan apapun !” teriakan itu menggema disetiap sudut apartemen Hyunchan,memecah kesunyian bangunan itu.

Matanya melotot,marah,sedih,keperihan,semuanya terpancar jelas dari mata itu.Bayangan Baekhyun mulai kabur,entah itu karena air mata atau rasa pusing yang ditahannya sedari tadi sudah tak ingin berkompromi lagi.

“kenapa? Kenapa aku tak boleh mengatakan apapun?” Baekhyun bigung tak mengerti dengan reaksi Hyunchan. Tangannya  hendak meraih wajah Hyunchan namun gadis itu segera berpaling,membuang wajahnyanya dari penglihatan Baekhyun.

Tanpa siapa pun sadari pipi gadis itu basah.Air mata itu bersembunyi dibalik yang gelapnya ruangan ini,dan Hyunchan sedikit bersyukur untuk itu.

Karena kita sedang berada di dunia yang tak membiarkan ku untuk menerima perasaan dari orang lain.Karena aku hanyalah sosok yang akan terhapus ketika kau terbangun bangun dari tidurmu suatu hari nanti.Aku akan menjadi debu,yang menghilang tanpa bekas.Dan ketika kau mengakui perasaan mu secara langsung,aku takut,aku takut diriku akan berusaha menampik kenyataan-kenyataan itu.Jadi akan lebih baik jika kata-kata itu tak terucapkan.Terkadang tak semuanya harus dikatakan.Ada hal-hal yang akan jauh lebih baik jika tak diucapkan saja.

“Karena aku tak bisa mengatakan apa yang ingin kau dengarkan.” Mata sembab itu menatap lurus ke mata Baekhyun,berusaha membuat Baekhyun paham akan kata-katanya.

Tangan itu akhirnya terkulai lemas kembali ketempat asalnya.ia paham apa maksud dari perkataan Hyunchan.Yah,gadis itu tak bisa memberikan jawaban yang ingin Baekhyun dengar karena jawaban yang di inginkan Baekhyun adalah sebuah kalimat penerimaan atas pernyataannya,bukannya sebuah penolakan.Tak butuh kata-kata lagi untuk mengerti apa yang hati mereka ingin mengerti karena masing-masing sudah memahami apa maksud dari setiap pertanyaan dan jawaban yang terucap.Dan tinggallah Baekhyun dalam kelemahannya hingga ia tak mampu lagi meraih tangan Hyunchan ketika gadis itu beranjak pergi meninggalkannya.Mungkin ini salah satu karma yang harus ia terima atas gadis-gadis yang ia sakiti di masa lalu.

Malam itu kesunyian begitu pekat menenggelamkan tangisan kedua anak manusia yang telah terlibat pada perasaan yang tak seharusnya mereka rasakan.Perasaan yang berada di waktu dan tempat yang salah.Takdir terkadang memang kejam dan egois.Tapi manusia tak punya hak untuk protes.Sabar saja,mungkin akan ada kejutan darinya di akhir nanti.

***

Hyunchan perlahan membuka matanya yang entah kenapa terasa begitu berat.Sinar matahari yang menyusup melalui tirai putih dikamarnya tampaknya menandakan matahari belum terlalu tinggi meninggalkan tempatnya semula.Pagi yang cerah,meskipun ia harus disambut bau salju pertanda musim dingin masih akan sangat lama berakhir.

Ia bangkit dari posisi tidurnya,membuat dirinya bersandar pada sandaran tempat tidurnya.Rasa sakit kepala masih terasa akibat efek vodka paksaan Chanyeol.Minuman itu sungguh merepotkannya.Ia sama sekali tak mengerti mengapa orang-orang itu bisa tahan dengan efek siksaan minuman yang sama sekali tak enak di tenggorokannya.

Dengan malas ia beranjak ke kamar mandinya untuk menyikat gigi sekalian membasuh wajahnya.Mungkin dengan begitu ia akan lebih baik.

Tangannya meraih handuk kecil yang tergantung dekat cermin kecil di kamar mandinya.Ketika wajahnya tengah menatap kedepan  untuk melihat pantulan dirinya,keterkejutan menyerangnya saat bayangannya itu terlihat seperti sebuah bencana.Dengan pakaian yang masih sama ketika ia berangkat ke noraebang,rambut yang acak-acakan,mata sembab,apa pantulan di cermin ini sungguh dirinya?

Bayangan  kejadian semalam tiba-tiba menghampirinya.Itulah salah satu sebab mengapa ia sehancur ini.Kepalanya tertunduk menatap keramik yang membaluti wastafelnya.Ia berharapa kejadian malam itu hanyalah mimpi. Tapi kejadian yang terasa begitu nyata itu sepertinya sulit untuk mengelaknya menjadi hanya sebuah mimpi.

Ketika ia keluar dari kamarnya,suara tivi memenuhi ruang tengahnya.Disana tampaklah sebuah sosok berbaju kaos hitam dengan salah satu tangannya yang berselonjor pada sandaran sofanya.Dan itu cukup membuatnya sadar sepenuhnya bahwa kejadian semalam bukan hanya bunga tidur semata.Kehadiran Baekhyun di kediamannya,tatapan mata yang hampir membuat Hyunchan tenggelam,ciuman itu,pertengkaran itu,dan apa yang terjadi setelahnya yang membuatnya menangis hingga tertidur dengan mata sembab di kamarnya,semuanya adalah kenyataan.

Suara Baekhyun yang menegurnya menyadarkannya bahwa ia sudah terdiam selama 2 menit di tengah-tengah antara pintu kamarnya dengan posisi Baekhyun yang memunggunginya.

“Pagi,kau sudah bangun teryata.” Sambut namja itu menoleh kebelakang dengan wajah yang jauh lebih segar di banding semalam.

Hyunchan tak menjawab,kakinya hanya terus melangkah menuju dapur.Tenggorokannya terasa kering,mungkin ini akibat ia menagis semalaman.Mengingat apa yang tejadi pada mereka saat itu,ekspresi Baekhyun tak seharusnya bahagia seperti itu.

Ia terduduk di meja makan mininya sambil menuangkan air putih kedalam gelasnya.Perasaannya jauh lebih baik ketika air segelas itu habis dalam satu kali minum,meskipun ia masih memikirkan adegan yang terjadi di dapur ini semalam.

“kau tahu,ketidakadilan sedang terjadi di sini.Sementara kau bisa tidur nyenyak di kasur empuk mu ,kenapa aku harus tertidur di sofa itu dan tanpa selimut?” Baekhyun datang menghampiri Hyunchan dan membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.Kini mereka telah duduk saling berhadapan.

“Apakah setidakikhlas begitukah jika aku menumpang semalam di rumah mu? Bisakah kau memperlakukan aku dengan sedikit manusiawi?” Hyunchan mungkin akan mengartikan lain keluhan Baekhyun itu jika saja matanya tak menangkap Baekhyun yang sedang memanyunkan mulutnya.Dan itu sangat lucu.

Setelah meninggalkan Baekhyun malam itu Hyunchan tak sempat lagi mengurusi lelaki itu.Padahal sebelumnya ia sudah berniat memberikan beberapa lembar selimut yang tebal untuk di jadikan alas tidurnya dan juga menyelimuti badannya.Tapi apa yang terjadi malam itu sungguh diluar perkiraannya.

Apa Baekhyun sama sekali tak mengingat apa yang terjadi semalam? Kenapa kesannya  solah tak terjadi apaun diantara mereka sebelumnya.Mulai dari ekspresi ceriahnya dia pagi ini hingga pertanyaannya yang seolah mengisyaratkan otaknya telah menghapus sebagian memory semalam.

“Apa kau sama sekali tak ingat kejadian semalam?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Hyunchan.Baekhyun yang tadinya sibuk mengeluh tak jelas seketika terdiam mendengar pertanyaan Hyunchan.

Dalam sedetik ekspresinya berubah kembali normal lalu menjawab pertanyaan gadis itu.”Sepertinya tidak.Coba biar kuingat-ingat lagi uhmm..”

“Aku menunggumu negitu lama di luar apartemen mu,lalu kau membawaku masuk ke dalam dan apalagi..?” matanya menerawang ke langit-langit apartemen Hyunchan,salah satu tangannya bertengger di dagunya,menopangnya.

“Sepertinya hanya itu.Aku mabuk berat dan tak terlalu bisa mengingat semua yang terjadi.Kenapa? Apa semalam terjadi sesuatu yang butuh untuk kuingat?”Wajahnya mendadak maju sedikit lebih dekat dengan Hyunchan,meski meja putih itu tak membirakannya terlalu sangat dekat.Matanya melotot kearah Hyunchan.

“ti—tidak. Entahlah,aku juga kurang mengingat apapun.”Hyunchan mengalihkan pandangannya kembali ke gelas kacanya,takut kebohongannya terungkap melalui matanya.Gelas kaca dihadapnnya mendadak menjadi sesuatu yang menarik untuk dipandang  daripada bola mata hitam milik lelaki dihadapannya.

“Vodka paksaan teman mu membuat kepala ku pusing bahkan hingga sekarang.” Lanjutnya.

Baekhyun hanya terkekeh mendengar penuturan terakhir dari Hyunchan.Meskipun sorot matanya sempat berubah ketika Hyunchan mengatakan tidak mengingat apapun.

Lama terlarut dalam keheningan,tiba-tiba Hyunchan menyadari ada sesuatu yang tertata di atas meja makan kecilnya ini.Ia sudah duduk selama bermenit-menit di tempat ini dan dia baru sadar bahwa di mejanya sudah tertata rapi dua buah omelet yang sepertinya berisikan nasi goreang didalamnya dengan balutan saus tomat di depannya.

Baekhyun yang sedari tadi tak mengalihkan pandangannya sedetik pun dari Hyunchan menyadari kemana lensa mata itu tertuju.

“Sewaktu bangun aku mendadak kelaparan.Aku ingin membangunkan mu tapi,kau masih tertidur.Jadi kucoba untuk memeriksa dapur mu sekaligus membuatkan sesuatu untuk mu dan aku untuk disantap pagi ini dan..TADAAA!” ia melebarkan ke dua tangannya.

“Omerice ala Byun Baekhyun!”

Hyunchan menatap masakan cukup lama.Tadinya ia fikir Baekhyun memesan makanan ini.

“Ayo makan,aku sudah kembung meminum air terus hanya untuk menunggumu terbangun.”Begitu ucapannya selesai Baekhyun segera menyambar sendoknya dan memasukkan makanan itu kedalam mulutnya hingga membuat pipinya menggembung seperti ikan buntal.

Neneknya dahulu sering membuatkan makanan inii untuk sarapan pagi mereka.Meski ia sudah berusaha membuat makanan ini,tapi ia tak pernah berhasil.Jika bukan sebagian telurnya yang gosong,mungkin saja bumbu-bumbunya yang keasinan.Bisa menatap makanan ini lagi,kembali memngingatkannya pada sosok nenek yang kini tengah menjaga tubuhnya yang lain sedang terbaring koma di rumah sakit.Jika saja ia tak berhasil menjalani misinya mungkin makanan ini hanya tinggallah menjadi sebua kenangan.

“Ya! Kenapa tak memakannya? Meskipun aku tak sepandai Kyungsoo dalam memasak,tapi aku bisa menjamin makanan itu layak untuk di santap.Jadi jangan memandangnya begitu sedih seolah aku telah menauh racun didalamnya dan memaksamu untuk memakannya.” Omel Baekhyun dengan mulutnya yang penuh dan membuat beberapa butir nasi berhambur keluar dari mulutnya.

“Jangan berbicara dengan mulut penuh,kau bisa tersedak nanti.” Ujar Hyunchan mengingatkan sebelum akhirnya ia memasukkan potongan omerice itu ke dalam mulutnya.

“Tak kusangka orang sepertimu bisa masak.”

Baekhyun menegukse gelas air lalu memaksakan makanan dalam jumlah banyak itu meluncuri kerongkongannya.

“Hey,apa maksud mu dengan kalimat ‘Orang seperti mu’? memangnya orang seperti apa aku?”

“Aku tak perlu menjelaskannya.Kau tahu betul orang seperti apa diri mu.”

Tawa Baekhyun mendadak  memenuhi apartemen itu.

“Jadi menurutmu playboy seperti ku hanya pantas dengan pemandangan wanita disekilingnya,tebar pesona,popularitas,acuh tak acuh,dan tidak mandiri?”

Ia tertawa pelan kali ini

“Shin Hyunchan,kau baru hanya melihat sebagian dari sisi Byun Baekhyun.Dan seharusnya kau bersyukur karena bisa melihat sisi lain lebih banyak dibanding wanita lainnya yang bersama ku.”

Hyunchan tak merespon,hanya menikmati masakan Baekhyun.Tapi tenang saja telinganya masih menangkap setiap kata yang diucapkan oleh lelaki itu.

Baekhyun kembali meneguk air putih sebelum berbicara.”Aku tak tahu bagaimana wanita-wanita itu akan semakin tergila-gila jika tak hanya kemampuan memasak ku yang kutunjukkan,tetapi permainan piano dan hapkido ku juga.”

“Kau bisa bela diri juga?” komentar Hyunchan cukup terkejut dengan pengakuan Baekhyun.Tak dia sangka namja playboy itu jago bela diri juga.

“Kenapa kau sepertinya sangat meremehkan ku?”Baekhyun melotot ke Hyunchan dan lagi lagi memanyunkan mulutnya.Apakah dia memang suka bertingkah cute seperti itu atau ini cara dia menarik perhatian Hyunchan?

“Aku selesai.”Hyunchan berdiri menggeser kursinya lalu segera mengangkat piringya untuk di letakkan di tempat cuci piringnya.

Baekhyun hanya terdiam menyadari kecepatan gadis itu dalam melahap makanan.Ataukah dia yang terlaku keasyikan memamerkan kelebihan lain yang dia miliki pada Hyunchan?

“Bagaimana masakan ku?”Tanya sambil segera melahap omericenya yang tersisia sedikit dengan satu kali suapan.

“Biasa saja.”Jawab Hyunchan datar.Ia mulai mencucui piringnya.

Dari balik suara berisik air yang mengucur dari kran,ia masih bisa menangkap suara kursi tergeser tanda Baekhyun juga telah selesai.

“piringmu tak akan kosong bersih begitu jika makanan ku biasa saja.”

“Itu karena aku juga lapar.”

“tapi ekspresi mu sewaktu memakannya mengatakan hal yang lain.” Bisik Baekhyun di telinga Hyunchan membuat gadis itu hampir menjatuhkan piringnya sebelum sampai di tempat pengeringannya.Ia bisa merasakan rona merah itu kembali menghiasi wajahnya.

“jujurlah terhadap apa yang sebenarnya kau rasakan.katakan apa yang perasaan mu inginkan.Jangan sampai kau menyesali kata yang tak terucap itu.” Ada makna mendalam dalam ucapan Baekhyun itu.Hyunchan membeku di tempatnya.Suasana tiba-tiba saja berubah,seolah ruangan tempatnya berada menyempit dan membuatnya sesak.Kejadian semalam,kejadian yang paling ingin ia lupakan kini kembali menghantui pikirannya.

Suasana diantara keduanyayang tadinya mulai mencair kini kembali menegang.Gemericik air dari kran air yang tak sempat ia matikan ikut mengisi ketegangan itu.

Hyunchan tak akan pernah menyesal tidak mengucapkan kata-kata yang ingin dia ucapkan.Karena tak kurang dari seminggu lagi ia akan lenyap dari tempat ini beserta memori-memorinya.Ia tak akan pernah mengingat bahwa ia mengenal Byun Baekhyun.Ia tak akan pernah mengingat bahwa ia pernah menyukai namja itu.Ia tak akan mengingat bahwa semua perasaannya itu berakhir tanpa pengakuannya pada namja itu.Ia tak akan mengingat apapun.

“Baek—“ suaranya tercekat ketika ia merasakan lengan lelaki itu memeluknya,mengecilkan jarak diantara mereka.

Sisa-sisa air yang masih memenuhi jari-jarinya menetes sedikit demi sedikit membasahi lantai.Baekhyun memeluk gadis itu dengan sangat erat.Tak sedikitpun dari ucapan Hyunchan semalam terhapus dari ingatannya.Ia ingat setiap kata dan setiap ekspresi dari gadis itu.Tangannya semakin mengeratkan pelukannya,seolah jika ia melemah Hyunchan akan menghilang dari hadapannya.wajahnya ia benamkan dipundak gadis itu berusaha untuk tidak mempercayai kata-kata Hyunchan.

Kata-kata Hyunchan itu sungguh tak bisa ia percaya.Sebab respon secara tidak langsung dari gadis itu menunjukkan ketidaksamaan dengan apa yang dia ucapkan.Hey,dia mengenal wanita dengan baik.Dia tahu apa yang dirasakan wanita hanya dengan membaca bahasa tubuhnya.

Hyunchan yang selalu gugup ketika mereka melakukan skinship,rona merah yang menghiasi pipinya,pupil yang membesar setiap jarak mereka berdekatan,tatapan yang dilemparkan gadis itu padanya,dan debaran yang kini ia rasakan begitu kuat dari Hyunchan ketika ia memeluknya,semua pertanda itu seolah berdanding terbalik dengan apa yang mulutnya utarakan.Semua tanda-tanda itu memberikannya harapan bahwa Hyunchan memiliki jawaban yang ingin didengar oleh Baekhyun,bukannya jawaban yang tak bisa didengarnya.

***

Baekhyun berjalan santai di koridor rumah sakit menuju kamar inap Jisun.Daripada hanya tinggal di rumah dan memikirkan masalahnya dengan Hyunchan mungkin lebih baik ia menemani Chanyeol menjaga Jisun.Ia masih mengingat jelas bagaimana ia memutuskan untuk segera keluar dari rumah Hyunchan sebelum kecanggungan menyelimuti mereka.Dengan alasan ia ada urusan dengan Chanyeol pagi itu,akhirnya ia meninggalkan Hyunchan setelah berucap terima kasih karena telah membiarkannya untuk tidur di apartemennya.

Dua hari telah berlalu dan ia tak pernah lagi melihat Hyunchan,apalagi mengingat kegiatan di sekolah juga mulai tak aktif sejak ujian selesai.Biasanya jika sedang tak ada kegiatan dia akan berakhir dengan liburan di suatu tempat dan berpesta dengan teman-teman club malamnya.Tapi kali ini,entah mengapa rasa jenuh mendatanginya.Padahal belakangan ini ia sering mendapat panggilan dari teman-teamnnya itu untuk mengadakan pesta.Ia sudah tak ada minat untuk melakukan hal-hal yang berbau pesta-pesta tak jelas yang ia tahu akhirnya akan berujung pada ia dan teman wanitanya berakhir di dalam kamar hotel.Dan tak tahu apa yang merasukinya,ia mulai merasa jijik sendiri membayangkan kelakuannya di masa lalu itu.

Ia merapikan posisi ransel hitamnya yang berisi PSnya dengan kumpulan game sejenis winning eleven yang akan ia mainkan bersama Chanyeol di kamar inap Jisun.Ia janji tak akan berisik di tempat itu.Ia harus seperti ini,jika Chanyeol juga hanya dibiarkan terus-terusan menjaga Jisun tanpa melakukan apapun,itu bisa bebahaya bagi mentalnya juga.

Tangannya mulai memutar  gagang pintu tempat Jisun berada.“Park Chan—“ Niatnya ingin menyapa Chanyeol dengan suara teriakannya,justru ia di sambut dengan pemandangan yang berbeda membuat panggilannya tak terselesaikan.

Dilihatnya seluruh bagian ruangan dan orang yang ia cari tak ada di tempat itu.Yang ada hanyalah Jisun dan seorang wanita hampir setengah abad menatapnya dengan ekspresi yang tak kalah syoknya dengan dirinya.

Senyuman yang tadinya hampir memperlihatkan seluruh gigi putihnya yang berjejer rapi  berangsur memudar bergantikan garis lurus tanpa ekspresi saat matanya bertabrakan dengan wanita itu.Tubuhnya terdiam mematung di ambang pintu.Ada amarah dan kebencian yang tiba-tiba saja tersulut dalam dirinya.

“Baekhyun-ah.”

Bola matanya tampak bergetar ketika suara itu sampai ke telinganya.Seketika itu juga ia merasa dirinya tak lagi di berada di ruangan Jisun.Semuanya mendadak gelap dan tiba-tiba saja ia berada di sebuah tempat yang tak asing baginya.Tempat yang sama dengan apa yang  selalu muncul dalam mimpi buruknya.Apakah dia bermimpi lagi ?

Tak cukup sedetik ia selesai menyimpulkan, semua adegan-adegan dalam mimpinya itu mulai terputar di hadapannya.Ia seolah menyaksikan semuanya dengan kedua matanya.

“Baekhyun-ah,dengar.Berjanjilah pada eomma , berjanjilah kau akan menjaga diri mu dan Jisun baik-baik, uh? berjanjilah kau akan hidup dengan bahagia,jadi anak yang baik yang tak akan mengecewakan appa.Yaksok?”

“Jangan pergi, bu.”

“Tidak mau! Aku ingin ikut dengan ibu.Bawa aku pergi dengan mu bu~.”

Setiap adegan terus berputar dari awal hingga akhir.Dari ketika Baekhyun memergoki wanita yang dipanggilnya ibu sedang ingin pergi hingga pada adegan ketika ia tersungkur ke tanah akibat dorongan ibunya sendiri dan segera masuk ke dalam taxi meninggalkannya seorang diri menangis dalam balutan hujan.Rintihan,tangisan,jeritan,semuanya menyatu di pendengarannya hingga membuatnya pusing.

Lelaki diambang pintu itu itu hampir saja terjatuh kalau tangannya tak berpegangan pada tiang pintu.Ia membungkuk.Nafasnya terengah-engah,kedua tangannya menutupi kupingnya seolah ia mendengar sesuatu di dalam otaknya.Ia meringis kesakitan,kepalanya rasanya ingin meledak.Akhirnya semua teka-teki itu terjawab sudah.Memori masa kecilnya yang sempat hilang kini kembali seiring dengan kemunculan wanita itu.Anak kecil itu adalah dirinya dan wanita di dalam mimpinya itu adalah ibunya,orang yang telah menelantarkan ia,Jisun,dan ayahnya,wanita yang tak punya hati yang pergi begitu saja meninggalkan keluarganya ketika mereka sedang dalam masalah .Namun kenapa sekarang wanita itu kembali lagi setelah bertahun-tahun tak pernah menampakkan wujudnya ?

“Baekhyun-ah,kau kah itu?” Wanita itu perlahan mendekati tubuh Baekhyun yang bergetar hebat.Meskipun ia tak pernah melihat perkembangan anaknya,tapi ia tak mungkin salah mengenalinya.Anaknya tumbuh menjadi pemuda yang tampan seperti ayahnya dan ia bahagia bisa melihatnya lagi.

“Untuk apa kau kembali?” suara itu terdengar begitu dingin.Matanya menunjukkan rasa kebencian yang tak terbendung lagi.

Setelah wanita itu menghilang dan menelantarkan keluarganya  untuk apa dia kembali sekarang? Ia sungguh tak membutuhkannya.Ia kembali ataupun tidak,tetap tak akan mengubah apa yang telah terjadi.Luka besar akan sulit untuk di sembuhkan.Sekalipun sembuh tetap akan menyisakan bekasnya.

***

TBC

HOLLAAA SAYA KEMBALI LAGI..!! MAAP BERIBU RIBU MAAP BUAT SEMUA READERS YANG UDAH LUMUTAN MENUNGGU SEABAD BUAT FF INI

DAN MAKASIH BANYAK BUAT SEMUANYA YANG MASIH MAU NGEBACA  INI FF MESKIPUN UDAH LAMA BANGET GAK PUBLISH PUBLISH

DAN KALI INI SAYA PUBLISH DENGAN VERSI TERPANJANG  SAYA DALAM SEJARAH NULIS FF WKWKWKK

SEMOGA PART  YANG INI GA MENGECEWAKAN BUAT READERS YANG UDAH NUNGGU LAMA BANGET..

MAAF KALAU TYPONYA BANYAK BANGET WKWKW

SEKALI LAGI SAYA MINTA MAAF *BOW 90 DERAJAT *

DAN BUAT KOMEN-KOMEN YANG BELUM SEMPAT SAYA BALAS DI PART SEBELUMNYA SAYA AKAN SEGERA BALAS KOK J J

MAKASIH 😀 😀 

140 responses to “THE SECOND LIFE [ PART 12 ]

  1. Adegan ibu baehkhyuun sediiiihhbngeet bikin w nanggiiiss…
    Gilaaa ni certa dah buat w mewek 2x huuuhh yang sehuun ituu jugaa sediiih bngeett …. Crta x sehun d crtain lagi gak??

  2. waaahh, ini part yg paling seru thorr kalo menurut aku. keren bgt, nguras emosi, aku sampe nangis,..
    daebakk, keep writing 😉

  3. chapter ini keren bgt, mungkin ini klimaksnya ya thorr ?
    sumpah keren bgt, author daebakk. keep writing
    makasih author udh nulis cerita yg keren kayak gini 😉

  4. Jadi baekhyun gak bener2 lupa sama kejadian malem itu? huhu ikutan sakit ngeliat dia ngomong jangan dekati kyungsoo lagi.. :” btw kok rasanya ini udah lebih dari 49 hari yah ._.

  5. omo,akhrny ibu ny baek menampakan diri…ksian baek 😦
    mslh ma hyunchan aja blm slese,skrg dtg mslh bru…mana wkt hyunchan tggal sbntar lg,,gk bs kah mrk brstu?!hiks

  6. waahh.. nyesek bacanya ..kasian eommanya baekhyun..knapa baekhyun malah benci sih..padahal eommanya mengorbankan smuanya demi kesembuhan baekhyun..*hiks hiks* smoga baekhyun cpet tahu yg sbenarnya..:'(

  7. Baekhyun cemburu banget, dan ga tau kenapa seneng kalo dia udah cemburu kaya gtu. Sumpah deg degan pas dia dateng ke rumah hyunchan dalam keadaan mabuk dan aku ngebayangin kalo aku yg ada di posisi hyunchan, dan langsung deg degan. Sumpah ga boong, feelnya dapet jadi bisa ngebayangin kek nonton drama gtu. Dan pas paginya kan si hyunchan dipeluk tuh sama si baekhyun, masih aja deg degan bacanya😂 ini reader terlalu menghayati ka jadi seketika baper :v
    Baekhyun ga inget kejadian semalem itu mustahil, tapi aktingnya bagus banget :v
    Oalah ibunya beneran dateng tuh? Huhu jadi sedih inget masa lalu baekhyun kecil ditinggal ibunya, tapi kan ibunya ninggalin baekhyun untuk kebaikan dia juga. Sebelumnya pas di part sebelum-sebelumnya nebak kalo ibunya baekhyun ninggalin baekhyun karena dia selingkuh atau apalah yang berbau negatif, tapi alasan dia ninggalin keluarganya ga bisa ngalahin apapun, apalagi sama perasaannya.

    *Semoga komentar saya yang selalu panjang, bertele-tele dan ga jelas ini menjadi kenangan bagi kaka😂*

    Oh ya ka, jangan bosen liat komentar di atas sama kya kmentar di par lain, hahaha😂

Leave a reply to hyunni09 Cancel reply