Baby I need Love [Part 9 A]

Baby I need Love Part 9

Tittle : Baby I need Love [Part 9 A]

Main Cats :

Cho Kyu Hyun (Super Junior), Song Ki Hyun (OC), Park Na Ra (OC), Choi Min Ho (SHINEE), Kris Wu (EXO-M)

Support Cats : Temukan sendiri ^^

Genre : Romance, Family, and Married life

Rating : PG 15

Length: Chaptered

Author : rahmassaseol (@rahmassaseol)

Backsound : I’m Fool- Stay

Note: Tolong dibaca pesan Author di akhir part ini, Gomaweo ^^

Disclaimer  : Cerita ini hanya fiksi dan murni hasil imajinasi saya. Jadi, jika ada kesamaan apapun itu, entah peran, karakter atau bahkan jalan ceritanya saya benar-benar minta maaf, karena saya sama sekali tidak tahu menahu. Dan semoga FF ini bisa menghibur kalian semua! Gomawo! ^o^

[Prolog] [Part 1] [Part 2] [Part 3] [Part 4] [Part 5] [Part 6] [Part 7] [Part 8]

~Cause I Wonder if…~

Setiap orang memiliki kelemahannya masing- masing, dan godaan hidup terbesar, umumnya datang dari titik terlemah tersebut. Dan masa lalu yang tidak tuntas merupakan salah satu titik lemah yang harus diwaspadai sebagai pintu datangnya ujian hidup.

***

At Kyu Hyun’s Apartement 06.00 AM

Ia kini berada di depan sebuah lift, menunggu lift tersebut terbuka untuk membawanya turun ke lantai dasar di mana mobil miliknya terparkir. Tapi begitu pintu lift terbuka bukannya segera masuk ke dalamnya, lelaki bernama Kyu Hyun tersebut hanya bisa diam membeku. Sebuah lift yang terbuka itu membawa sepasang manusia.

Selamat pagi Mr.Cho,” sapa laki-laki berambut keemasan kepada Kyu Hyun.

Dalam sekejap darah yang mengalir dalam tubuh Kyu Hyun seolah- olah membeku. Tanpa berpikir panjang, ia mencengkram kerah kemeja Kris, menariknya mendekat ke arahnya dengan satu sentakan keras, lalu meninju wajahnya. Begitu Kris tersungkur di lantai, Kyu Hyun langsung menariknya berdiri lagi dan mendorongnya dengan kasar ke dinding, lengannya yang kuat menjepit leher Kris. Saat itu Kyu Hyun benar- benar kalap, otaknya sama sekali tidak bisa berpikir jernih. Yang dirasakannya hanyalah amarah yang begitu besar yang belum pernah dirasakannya sebelum ini.

Kris mencengkram lengan Kyu Hyun, berusaha melepaskan lengan Kyu Hyun dari lehernya. “Sial kau Cho Kyu Hyun,” umpat Kris dengan napas tersengal,” cepat lepaskan tangan kotormu!”

Tak terima dengan perlakuan Kyu Hyun, Kris pun membalas tinjuan Kyu Hyun setelah sempat melepaskan dirinya dari cengkraman lelaki yang saat ini sedang dikuasai amarah dan membuat lelaki itu jatuh tersungkur. Kyu Hyun mengangkat wajahnya yang pucat. Matanya menatap Kris dengan tajam. Sekujur tubuhnya gemetar menahan amarahnya yang bergejolak.

Kau,” kata Kyu Hyun dengan nada rendah dan dingin, “kau, apa yang telah kau lakukan padanya semalam?”

Kris mendecakkan lidah, mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan cairan merah pekat. Kemudian ia lebih memilih mengeluarkan seriangannya dari pada menjawab pertanyaan Kyu Hyun.

Rahang Kyu Hyun pun mengeras mendapati respon Kris yang sama sekali tak berniat menjawab pertanyaannya. “APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA SEMALAM!”

Kyu Hyun bergerak begitu cepat sampai sebelum Kris sempat membaca gerakan Kyu Hyun, tinju Kyu Hyun sudah melayang ke wajahnya dan membuatnya sekali lagi tersungkur di lantai marmer yang dingin. Tetesan darah mengalir dari hidung Kris dan jatuh ke lantai. Pria berambut keemasan itu pun mengerang keras saat rasa nyeri itu datang.

Sialan kau! Kenapa kau bertanya padaku jika kau bisa menjawabnya sendiri dengan otak kotormu Cho Kyu Hyun!” jawab Kris yang menatap Kyu Hyun sengit.

Kyu Hyun mendesis, ia berdiri menjulang di hadapan Kris dengan kedua tangan terkepal erat di sisi tubuhnya. Kemudian ia berjongkok menjajari Kris, satu tangannya menarik kerah kemejanya dan tangannya yang satu lagi sudah bersiap untuk kembali melanyangkan tinju. Kris memejamkan matanya pasrah, sekujur tubuhnya terasa ngilu saat Kyu Hyun menghujamnya dengan beberapa tinju sampai suara lemah itu sejenak menghentikan aksi anarkis Kyu Hyun.

Hentikan Cho Kyu Hyun,” ucap gadis pemilik mata coklat gelap itu lirih. Gadis cantik itu berdiri menegang di salah satu sudut koridor, ia sama sekali tak ingin mendekat ke arah dua laki- laki yang sedari tadi saling bertukar tinju. Sorot matanya memancarkan rasa takut yang luar biasa ketika ia melihat Kyu Hyun terus menerus melayangkan tinju ke tubuh Kris hingga tangannya sendiri berdarah.

Sejenak Kyu Hyun mengalihkan pandangannya ke arah Ki Hyun, ia tersentak ketika melihat tubuh gadis itu bergetar hebat. Seolah kembali tersadar, Kyu Hyun kemudian bangkit berdiri dan berjalan pelan menghampirinya. Kris terkulai lemah, ia hanya bisa bernapas lega setelah sedetik yang lalu Kyu Hyun berhenti melayangkan tinjunya.

Song Ki Hyun, gadis itu tak kuasa lagi menahan air matanya yang sedari tadi mendorong ingin keluar ketika langkah Kyu Hyun semakin dan semakin dekat ke arahnya. Tubuhnya tak mau berhenti bergetar dan kedua kakinya terasa lemas saat tangan Kyu Hyun hendak meraihnya. Dengan sekuat tenaga ia menghindar mencoba menciptakan jarak agar Kyu Hyun tak bisa meraihnya. Kini kedua tangannya mendekap tubuhnya sendiri mencoba menguatkan tubuhnya yang bisa ambruk sewaktu- waktu.

***

Hati Kyu Hyun mencelos saat Ki Hyun menghindar ketika ia hendak meraih tubuh gadis rapuh itu. Gadis itu menatapnya dengan sorot mata ketakutan, keringat dingin pun terus mengucur deras membasahi pelipisnya. “Jangan mendekat,” ucap Ki Hyun lirih yang semakin menambah kekalutan yang ada di hati Kyu Hyun.

Ki Hyunie… aku…,” ucap Kyu Hyun yang tak mengindahkan kata- kata Ki Hyun. Laki- laki itu pun semakin mendekat sampai sebuah tamparan terasa amat nyata mendarat di pipinya.

Kubilang jangan mendekat!” Ki Hyun yang semakin panik dan ketakutan menampar pipi Kyu Hyun membuat laki-laki itu mendadak menghentikan langkahnya dan menatap sedih ke arah Ki Hyun. Kyu Hyun termangu.

Entah siapa yang memberinya kekuatan, Ki Hyun segera berlari menghampiri Kris yang masih terduduk lemas. Kris mengenggam tangan Ki Hyun erat mencoba menenangkan gadis itu agar tak meledak dalam tangisannya. Sementara itu Kyu Hyun masih diam membeku, masih terngiang jelas ucapan Ki Hyun yang menyuruhnya tidak mendekat, masih segar di ingatannya ketika gadis itu menghindar dan menatapnya dengan sorot penuh dengan ketakutan, dan ia tak tahu mengapa itu semua sangat menganggu pikirannya.

Song Ki Hyun, kita harus bicara,” ucap Kyu Hyun terakhir kalinya sebelum ia meninggalkan sepasang manusia itu dan kembali masuk ke dalam apartemennya.

***

Apa kau seorang pelacur?”

Pertanyaan Kyu Hyun itu pun sontak membuat sepasang mata milik Ki Hyun membeliak, “Apa? Pelacur?” kata Ki Hyun mengulang pertanyaan Kyu Hyun.

Ya benar, pelacur,” jawab Kyu Hyun membenarkan. “Belum lama ini kau sendiri yang mengungkapkan perasaanmu bahwa kau mencintaiku dan semalam kau menghabiskan waktumu bersama pria tak berotak itu? Bukankah semua fakta itu membuktikan bahwa kau memang seorang pelacur?”

Cho Kyu Hyun jaga ucapanmu!”

Kau yang seharusnya menjaga tingkah lakumu Song Ki Hyun,” balas Kyu Hyun dengan nada rendah dan dingin. “Kau bahkan berniat pergi bersamanya.” Kyu Hyun melemparkan sebuah tiket pesawat dengan tujuan Paris ke arah Ki Hyun. Gadis itu menatapnya tidak percaya.

Aku menemukannya terselip di salah satu buku yang ada di meja nakas di dalam kamarmu,” kata Kyu Hyun lagi dengan nada yang masih sama. “Pergilah kemana pun yang kau mau, aku tidak akan ikut campur dalam urusanmu lagi.”

Kyu Hyun berbalik membelakangi Ki Hyun, memandang kosong ke luar jendela besar di ruang tamunya. “Baik, ayo kita akhiri sampai di sini Cho Kyu Hyun,” ucap Ki Hyun yang kemudian melenggang pergi menuju kamarnya untuk mengemas barang- barangnya.

***

Kyu Hyun masih dalam posisi yang sama ketika Ki Hyun selesai mengemas semua barang- barangnya ke dalam dua buah koper besar. Laki- laki itu sama sekali tak ada niatan untuk berbalik menatapnya, ia hanya memandang kosong keluar jendela, menatap puluhan gedung pencakar langit yang berdiri dengan kokohnya.

Aku pergi,” kata Ki Hyun lirih yang masih tak bisa membuat Kyu Hyun berbalik.

Pastikan tidak ada barangmu yang tertinggal,” sahut Kyu Hyun datar.

Ki Hyun pun berjalan pergi dengan dua buah kopernya, namun ia mengurungkan niatnya yang hendak membuka kenop pintu dan berbalik berjalan cepat menuju dapur. Gadis itu mencari-cari sesuatu di salah satu lemari di dapur, dan beberapa saat kemudian ia kembali dengan sebuah kotak kecil bewarna putih dan meletakkannya di atas meja ruang tamu.

Segera obati lukamu,” kata Ki Hyun pelan yang kemudian mulai melangkahkan kakinya pergi.

Belum genap empat langkah, gadis itu kemudian berhenti ketika mendengar suara halus nan ramah itu, masih dengan posisi yang sama Kyu Hyun berkata, “Gomaweo, Ki Hyunie.”

Jaga dirimu,” ucap Ki Hyun lirih yang mencoba menyembunyikan emosi dalam kata- katanya. Perlahan air matanya kembali meleleh, ia pun menangis dalam diam.

Hmm. Semoga perjalananmu menyenangkan.”

Dan sekali lagi, sekali lagi langkah Ki Hyun terhenti ketika ia hendak melangkahkan kakinya. Suara itu yang menghentikannya, suara itu yang menahannya.

Maafkan aku Song Ki Hyun.”

Bulir- bulir air bening itu semakin deras mengalir membasahi pipi Ki Hyun, tak ingin Kyu Hyun sampai mendengar isakkannya gadis itu pun buru- buru berjalan pergi meninggalkannya.

Sunyi, satu kata itu yang saat ini paling tepat menggambarkan suasana di dalam apartemen Kyu Hyun setelah gadis cantik berdarah Prancis itu lenyap di balik pintu. Perlahan ia membalikkan tubuhnya, menatap pintu itu sayu.

Kyu Hyun memejamkan mata dan berusaha mengatur napas. Sesuatu yang gelap dan asing mulai menjalari dirinya, menyesakkannya. Ia merasa dirinya tenggelam dalam kegelapan yang dingin dan berputar- putar. Tidak bisa bernapas… Ia tidak bisa bernapas…

***

At Na Ra’s Apartement 08.00 AM

Matahari pagi yang terasa hangat menyapa seorang gadis cantik yang sedang duduk santai di kursi yang terletak di beranda apartemennya sambil menyesap pelan kopi panasnya. Matanya menerawang menatap langit cakrawala yang biru tanpa ada satu pun awan kelabu yang dapat merusak keindahan pagi itu. Angin berhembus lembut menerpa anak rambutnya kebelakang, sejenak ia memejamkan mata mencoba menikmati waktu senggang di pagi hari yang sangat jarang ia nikmati. Gadis itu memang sengaja mengosongkan jadwalnya hari ini untuk menjernihkan pikirannya dari segala sesuatu yang menyangkut pekerjaannya sebagai seorang entertainer di negeri ginseng tersebut. Namun derap langkah yang sangat dikenalnya itu membuatnya seketika membuka mata, ia segera memalingkan pandangannya ke arah seseorang yang sudah berdiri di belakangnya.

Oh Eonni, bukankah hari ini aku libur?” tanya gadis itu dengan muka sebal. “Kenapa kau masih saja datang ke apartemenku dengan wajah menakutkan seperti itu?”

Sayangnya aku harus mencabut hak liburmu hari ini Park Na Ra,” jawab seorang wanita berkacamata yang merupakan manajernya itu dingin seraya membenarkan letak kacamatanya, “ada sesuatu hal yang harus kau jelaskan kepadaku sekarang juga.”

Gadis bernama Park Na Ra itu pun menegakkan tubuhnya, keningnya mengerut ketika manajernya itu berbicara dengan nada yang sangat serius. Dalam hati ia bertanya apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat wanita berkacamata yang sekarang duduk di hadapannya itu terlihat gelisah.

Well, apa yang harus aku jelaskan kepadamu eonni?”

Kau tahu, pagi ini kau menjadi orang nomor satu yang paling banyak dicari di internet,” jawab manajernya yang membuat seulas senyum tersungging di bibir Na Ra.

Oh ayolah eonni, aku memang selalu menjadi nomor satu,” ucap Na Ra yang kembali menyesap kopinya.

Lihat ini,” ucap sang manajer datar. Kemudian ia memberikan iPad-nya kepada Na Ra.

Napas gadis cantik itu tercekat ketika membaca sebuah artikel tentang dirinya dimana dalam artikel tersebut terdapat foto dirinya dengan seorang wanita tua malam itu. Malam dimana ia datang menemui ibunya. Dadanya begitu terasa sesak melihat judul artikel tersebut yang ditulis dengan huruf besar dengan kata- kata yang tidak mengenakkan.

PARK NA-RA ADALAH ANAK SEORANG PELACUR?”

Kau lihat, scandal ini sudah menyebar di internet, dan sekarang aku ingin memastikan sesuatu,” kata wanita yang duduk di hadapannya. Ia menatap tajam ke arah Na Ra. “Apakah berita ini memang benar adanya Na Ra-ya?”

Sesaat Na Ra terdiam sebelum ia mengangguk lemah sembari berkata, “Ya eonni berita itu memang benar, ibuku memang mantan seorang pelacur.”

Wanita berkacamata itu tersentak mendengar pembenaran dari Na Ra, ia memijit- mijit pelipisnya yang terasa pening. Ia sungguh tidak bisa mengerti jalan pikiran aktris bimbingannya itu. “Astaga Na Ra-ya kau telah melakukan kebohongan publik,” katanya pelan. “Kenapa kau sama sekali tidak pernah bilang padaku bahwa kau masih mempunyai seorang ibu?”

Bagaimana aku bisa mengatakannya kepadamu? Jika ibu kandungku sendiri tidak mau mengakui keberadaanku,” jawab Na Ra yang berusaha sekuat tenaga agar air matanya tidak jatuh.

Bersiaplah Park Na Ra, kau sedang berada dalam masalah besar.”

***

At Incheon Airport 10.00 AM

Bagaimana Kris apa masih terasa sakit?” tanya Ki Hyun lembut.

Kris menggeleng lemah berusaha menghilangkan kekhawatiran yang memenuhi hati gadis yang saat ini sedang mengamati luka lebamnya dengan seksama, “Setidaknya sekarang terasa lebih baik, jangan khawatir.”

Apa perlu kita pergi ke rumah sakit?” ucap Ki Hyun masih dengan mimik cemas dan Kris kembali menggelengkan kepalanya.

Tidak perlu Ki Hyunie, kita akan tertinggal pesawat nanti,” tolak Kris halus. Gadis bermata coklat itu pun menyerah, ia hanya bisa menatap sedih melihat Kris yang tersenyum memaksa. Ia begitu merasa bersalah karena sudah melibatkan sahabat karibnya itu dalam masalah rumah tangganya.

Mereka berdua pun terdiam sampai suara pengumuman yang memberitahukan bahwa pesawat yang akan mereka tumpangi sudah siap berangkat. Ki Hyun beranjak dari tempat duduknya, ia membenarkan bajunya yang sedikit terlipat dan kemudian mengambil tas tangannya. Namun ia mengurungkan niatnya ketika kakinya hendak melangkah, gadis cantik itu mengerutkan keningnya saat mendapati Kris masih duduk terdiam di tempat duduknya.

Kris ayo berangkat, kenapa kau masih diam saja?”

Pria berambut keemasan itu pun menoleh menatap Ki Hyun, matanya yang biasanya berbinar- binar itu kini meredup. Ia mengehembuskan napas berat sebelum berkata, “Kau yakin akan pergi?”

Apa maksudmu? Tentu saja aku yakin,” jawab Ki Hyun. Perlahan Kris beranjak dari tempat duduknya, ia berdiri menghadap Ki Hyun, dipandangnya gadis itu tepat di manik mata.

Kau tidak akan menyesal dengan keputusanmu?”

Ki Hyun mengalihkan pandangannya dari Kris, ia tak sanggup menatap mata pria itu yang menuntutnya untuk berkata jujur. Dengan sekali anggukan lemah Ki Hyun meyakinkan Kris akan keputusannya, “Dia sendiri yang menyuruhku untuk pergi.” Gadis pemilik mata coklat gelap itu pun kemudian berjalan pergi meninggalkan Kris yang masih berdiri termangu.

Seandainya kau melarangku untuk pergi. Seandainya kau menarik tanganku untuk tetap berada di sisimu. Seandainya kau mau berbalik menatapku sekali saja, mungkin aku tidak akan berada di sini, berada di tempat yang jauh darimu, berada di tempat dimana aku tidak bisa melihat wajahmu lagi, berada di tempat dimana aku mencoba untuk menghapusmu dari ingatanku.

Cho Kyu Hyun tak bisakah kau melihat ke arahku sekali saja?

***

At the same time

Pria berambut putih dengan perut tambun itu terlihat sangat serius membaca sebuah rencana kerja milik cucu satu-satunya. Di ruang kerja yang amat luas itu ia duduk di kursi singgahsananya yang agung, sesekali ia membenarkan letak kacamatanya ketika ada salah satu kalimat yang kurang dapat ia lihat dengan jelas. Sementara itu di samping kanannya berdiri seorang pria muda berwajah manis juga sibuk membantunya untuk mengecek ulang berkas- berkas yang dikirimkan cucunya tiga hari yang lalu.

Produser film?” gumam pria berambut putih itu kepada kaki tangannya, Lee Dong Hae.

Ya sajangnim, Kyu Hyun berencana menjadi produser film yang akan dibintangi oleh aktris kenamaan,” jawab lelaki yang sedari tadi berdiri di sampingnya membenarkan.

Sejak kapan anak nakal itu mempunyai jiwa seni?” kata pria berambut putih yang bernama Cho Jin Hyuk lirih lebih kepada bergumam. “Aku tak tahu jika ia tertarik dengan dunia film.”

Oh mungkin gara- gara nona Song Ki Hyun,” sahut Dong Hae yang menimpali gumaman bos besarnya itu.

Cho Jin Hyuk mengerutkan keningnya, ia menatap Dong Hae tidak mengerti, “Ki Hyun? Bagaimana bisa?”

Bukankah nona Song Ki Hyun adalah seorang desainer? Apa anda tidak tahu?”

Pria berperut tambun itu pun mengangguk- anggukkan kepalanya. “Kau benar Dong Hae, mungkin gara- gara Ki Hyun yang menularkan jiwa seni padanya,” ucapnya. Namun Cho Jin Hyuk kembali mengerutkan keningnya dan kembali berpikir, “Tapi tetap saja aku merasa ada sesuatu yang ganjal.”

Kedua pria berbeda generasi itu tersentak ketika mendengar suara pintu dibuka, mereka pun sontak mengalihkan pandangannya menatap seorang pria yang kini berdiri di ambang pintu ruang kerja milik Cho Jin Hyuk tersebut. Pria berambut ikal itu pun terlihat salah tingkah ketika melihat dua orang pria yang berada dalam ruangan itu menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Cho Kyu Hyun menggaruk punggung kepalanya yang tidak gatal. “Apa aku menganggu pembicaraan kalian?” tanya Kyu Hyun ragu.

Ah tidak, kami memang sedang membicarakanmu Kyu Hyun,” jawab Cho Jin Hyuk yang kemudian menggerakkan tangannya yang mengisyaratkan kepada cucu semata wayangnya itu untuk masuk.

Membicarakanku?”

Hmm. Kami sedang berdiskusi tentang rencana kerjamu,” sahut Dong Hae membenarkan.

Oh. Ada apa? Apa kakek kurang puas?”

Tidak, bukan itu Kyu Hyun. Kami hanya heran mengapa kau tiba-tiba tertarik dengan dunia hiburan?” ucap Cho Jin Hyuk.

Ah itu rupanya, aku hanya berusaha membantu seorang teman kek.”

Teman?” tanya Dong Hae ragu.

Ya teman hyung, kau ingat Park Na Ra kan? Dia temanku sewaktu SMA,” jawab Kyu Hyun yang terlihat berpikir. “Seingatku kau pernah bertemu dengannya sekali saat upacara kelulusanku.”

Ah iya aku ingat!” sahut Dong Hae bersemangat. “Dia temanmu yang sangat cantik itu kan? Kau beruntung sekali mempunyai teman seorang aktris terkenal.”

Cho Jin Hyuk mengernyit, pria tua itu sedikit ragu. “Benar kalian hanya teman?” tanyanya yang kini menatap Kyu Hyun penuh selidik dan berhasil membuatnya gugup.

Y….yaa tentu saja kek, kami hanya berteman,” ucap Kyu Hyun gagap.

Ah yang benar saja kau Kyu, tidak mungkin kau hanya berteman dengan gadis secantik itu,” timpal Dong Hae asal, mata Kyu Hyun pun sontak melotot ke arah pria berwajah manis itu dan membuatnya seketika terdiam mematung.

Aish kau ini bercanda hyung,” ujar Kyu Hyun mencoba melucu dengan memamerkan senyum polosnya kepada kakeknya. Ia pun berjalan menghampiri Dong Hae dan menepuk- nepuk pundak pria itu pelan seolah sembari berkata dengan tatapan mengerikan, ‘Akan kujahit mulutmu nanti hyung!’

Cho Jin Hyuk menghela napas panjang, “Ya sudalah, aku percaya padamu Kyu Hyun-ah. Kau boleh kembali ke ruang kerjamu sekarang.”

Gamsahamnida harabeoji,” ucap Kyu Hyun yang kemudian membukukkan badannya sembilan puluh derajat untuk memberi hormat sebelum ia berjalan pergi.

Tepat saat pria berambut ikal itu hendak menekan engsel pintu, Cho Jin Hyuk menghentikan niatnya sembari berkata, “Ah ya bagaimana kabar Ki Hyun?”

Seketika tubuh Kyu Hyun membeku dan ia hanya bergumam lirih, “Hmm. Dia baik- baik saja kek.” Dan kemudian sosoknya lenyap di balik pintu.

Menyadari tingkah aneh cucunya Cho Jin Hyuk memberi isyarat pada Dong Hae untuk lebih mendekat ke arahnya. “Segera cari tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

***

Chales de Gaulle, Paris, Perancis

Matanya masih tertutup rapat, kepalanya disandarkan pada kaca jendela yang tertutup tirai bewarna putih. Pria berambut keemasan itu masih terlelap dalam tidurnya sampai ia merasa sebuah tangan menepuk- nepuk pundaknya pelan, kemudian ia pun membuka mata.

Kris segera menegakkan badannya, melebarkan matanya ketika menyadari bahwa hanya dia yang masih berada dalam pesawat. Dengan segera ia beranjak dari tempat duduknya, mengambil tasnya di bagasi kemudian berjalan pergi, namun seorang pramugari cantik yang tadi membangunkannya menghentikan langkah kakinya.

Dalam bahasa Perancis, pramugari itu berkata, “Semalat malam tuan,” sapanya ramah. Kemudian ia menyodorkan sebuah kertas kepada Kris, “Tadi seorang wanita yang duduk di samping anda meminta saya untuk memberikan ini kepada anda.”

Kris tersenyum kemudian mengambil sebuah kertas itu sembari berkata dalam bahasa Perancis yang fasih, “Oh terimakasih.” Dan pramugari itu pun membalas senyum Kris sebelum ia melenggang pergi.

Dahi Kris mengernyit ketika membuka kertas yang dilipat menjadi dua itu yang ternyata sebuah surat, ia pun menghembuskan napas berat ketika membacanya.

Maaf aku tidak membagunkanmu, kuharap kau tidak marah padaku karena meninggalkanmu terlebih dahulu. Ada tempat yang sangat ingin kukunjungi sebelum pulang ke rumah ibuku.”

***

Place de la Concorde, Paris

Sudah kuduga kau berada di sini,” kata Kris yang kemudian duduk tepat di samping Ki Hyun. Gadis itu terhenyak dari lamunannya ketika mendengar suara sahabat karibnya itu. “Apa yang sedang kau pikirkan?”

Kau, bagaimana kau bisa tahu aku berada di sini?” Ki Hyun balik bertanya, ia menatap pria di sampingnya dengan tatapan tidak percaya.

Kris mendengus, “Hei kau pikir sudah berapa lama aku mengenalmu?” Ia kemudian semakin merapatkan duduknya di samping gadis cantik bermata coklat itu. “Kau selalu kemari jika ada sesuatu yang menganggu pikiranmu.”

Ki Hyun pun tertawa sumbang, “Kurasa aku tidak perlu bercerita padamu kali ini, karena kau sudah tahu apa yang mengganggu pikiranku saat ini.”

Setelah itu mereka berdua terdiam, sibuk dengan pikiran masing- masing. Ki Hyun hanya memandang kesekelilingnya dengan tatapan kosong, entah mengapa Alun- alun terluas di Paris yang selalu ramai oleh wisatawan itu terlihat sepi di matanya.

Kemudian suara Kris terdengar, yang mengawali pembicaraan mereka, “Apa kau sudah merasa lebih baik?” tanya pria itu ragu.

Hmm. Kurasa begitu,” jawab Ki Hyun ringan. Gadis itu kemudian menyandarkan kepalanya di pundak Kris, merasa nyaman ia pun sejenak memejamkan matanya.

Kris terlihat salah tingkah, jantungnya yang semula bekerja normal itu kini mulai berdetak cepat tidak beraturan. Ini pertamakalinya hatinya begitu merasa sangat dekat dengan gadis yang duduk di sampingnya dengan menyadarkan kepala di pundaknya. Dan jauh di dalam hatinya ia berteriak berseru mengatakan betapa bahagianya ia saat ini. Seulas senyum tipis kini tersungging di bibirnya.

Sejak kapan kau menyukaiku?” tanya Ki Hyun lirih dan masih memejamkan matanya. Namun suara yang terdengar sangat lirih tersebut bagai sebuah petir yang bergemuruh di telinga Kris, ia merasa jantungnya akan berhenti berdetak saat ini juga.

Kenapa kau tiba- tiba menanyakan hal itu?”

Sudahlah jawab saja pertanyaanku.”

Kris menyerah dan kemudian menjawab, “Sebenarnya aku sudah lupa kapan tepatnya tapi yang pasti saat aku mulai memandangmu sebagai seorang wanita bukan sebagai seorang sahabat. Saat itulah aku ingin kau terus berada di sisiku, berada di tempat di mana aku bisa melihat wajahmu setiap hari,berada di tempat di mana aku bisa terus menggenggam tanganmu, dan berada di tempat di mana aku bisa merengkuhmu dalam dekapanku.”

KiHyun terhenyak , ia pun menegakkan tubuhnya kembali dan menatap lurus ke mata teduh milik Kris, kemudian gadis itu tersenyum. “Kau tahu Kris, saat ini wajahmu seperti kepiting rebus,” sahutnya yang membuat pria itu berganti menatapnya dengan kesal.

Hei! itu karena kau yang memulai duluan,” elak Kris. Pipinya semakin merona, membuat Ki Hyun tertawa geli. Gadis itu pun kembali menyadarkan kepalanya di pundak Kris.

Kemudian ia bergumam kepada dirinya sendiri, “Mengapa aku tidak jatuh cinta pada pria sepertimu Kris?”

***

Salah satu café di pusat kota Seoul siang itu sangat ramai membuat Choi Min Ho tertarik dan memutuskan untuk makan siang di café tersebut. Ia memilih tempat duduk di sebelah kaca jendela yang cukup besar, matanya yang bulat itu pun sesekali menatap ke luar- mengamati jalanan yang tidak pernah sepi sambil menunggu pesanannya datang. Suasana di dalam café itu sangat tenang berbeda dari penampakan luarnya yang cenderung terlihat riuh sampai seseorang muncul dari balik pintu.

Cantik, ramping, dan stylist itulah kesan pertama Min Ho ketika melihat seorang gadis yang baru saja menapakkan kakinya di café itu. Seketika para pengunjung café tersebut saling berbisik dan bergumam tak jelas.

Bukankah itu Park Na Ra?” kata salah satu pengunjung yang berhasil ditangkap pendengaran Min Ho. Min Ho pun mengerutkan keningnya seraya mengamati gadis itu secara seksama untuk memastikan sesuatu.

Bisikkan para pengunjung pun semakin riuh ketika gadis itu membuka kacamata hitam yang dipakainya- memperlihatkan wajah ayunya yang sangat dikagumi oleh banyak remaja Korea. Min Ho tersenyum puas ketika ia dengan jelas melihat wajah rupawan gadis itu, dugaanya tak salah lagi, gadis itu adalah Park Na Ra yang dikenalnya.

Kenapa dia ada di sini? Dasar gadis tak tau malu!”

Bagaimana bisa dia dibiarkan lepas begitu saja? Seharusnya dia berada di penjara karena menipu seluruh masyarakat Korea.”

Gadis jalang!”

Suara yang berasal dari pengunjung café tersebut membuat Min Ho membulatkan matanya, ia pun mengedarkan pandangannya ke sekitar. Ia melihat semua orang yang berada dalam café tersebut saling berbisik, dan bergunjing. Mereka dengan jahatnya mencibir terang- terangan dan menatap Na Ra dengan jijik.

***

Park Na Ra tetap berjalan dengan percaya diri menuju mejanya walaupun orang- orang di sekitarnya saling bergunjing tentang keburukannya. Ia memutuskan untuk tidak memperdulikan kata- kata kasar yang dilontarkan untuknya, sebagai seorang artis ia sudah terbiasa dengan situasi seperti ini ketika scandal kembali menyebutkan namanya.

BRAKK!!!

Seketika suasana di café itu menjadi hening, suara bisikkan- bisikkan pengunjung pun tak terdengar lagi. Kini seluruh pasang mata tertuju ke arahnya. Ke arah Park Na Ra.

Astaga! Maafkan aku, aku sama sekali tak melihatmu,” ucap seorang gadis berambut sebahu. Semua yang melihat kejadiaan itu pasti tahu jika gadis itu memang sengaja menabrak Park Na Ra namun mereka memilih untuk tetap diam dan menonton pertunjukan gratis ini.

Na Ra yang terjatuh pun kini berusaha berdiri kembali dengan dibantu oleh gadis berambut sebahu tersebut. Ia sedikit merapikan bajunya yang terlipat. “Ne, gwenchana.”

Dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat gadis berambut sebahu itu kembali berkata, “Omo! Bukankah kau adalah Park Na Ra? Kau artis yang sangat terkenal itu kan?”

Ne, kau benar,” jawab Na Ra singkat. Sungguh ia sudah muak dengan tingkah laku gadis itu, ia hanya ingin segera duduk di mejanya dan menikmati makan siangnya.

Wah ternyata benar,” sahut gadis itu seraya tersenyum palsu. “Lalu mengapa kau berada di sini Park Na Ra-shi? Bukankah penipu dan putri pelacur sepertimu seharusnya berada di penjara? Aku jadi heran apa saja yang dilakukan polisi di luar sana.”

Seketika wajah Na Ra memanas menahan amarah yang bergejolak dalam dirinya, rasanya ingin sekali ia menancapkan pisau tepat di jantung gadis bermulut harimau itu. Dengan sekuat tenaga ia menahannya, ia tidak ingin memperburuk keadaan yang sudah kacau balau ini. Dan kini kedua tangannya terkepal rapat di kedua sisi tubuhnya.

Gadis berambut sebahu itu mendecakkan lidahnya, ia tak menduga Park Na Ra akan diam saja seperti ini. “Kenapa kau hanya diam? Apa kau sama sekali tidak ingin menyangkal ucapanku barusan?” katanya lagi dengan tatapan intimidasi. “Ah ya! Aku baru ingat jika semua yang kukatakan adalah benar, jadi bagaimana bisa kau menyangkalnya? Aku benar kan gadis jalang?”

Cukup. Kali ini Na Ra tak bisa lagi menahannya, kata- kata gadis itu sungguh ingin membuatnya benar- benar ingin menancapkan pisau tepat di jantungnya. Ia pun melangkah cepat ke arah meja kasir.

Dan gadis bermulut Harimau itu hanya diam di tempat bingung melihat sikap Na Ra. Apa yang gadis itu lakukan pikirnya dalam hati. Ia pun membelalakkan matanya ketika Na Ra kembali menghampirinya dengan sebuah pisau di tangan kirinya, kini ia tahu apa yang akan dilakukan Park Na Ra setelah ini.

Sebenarnya apa maumu? Apa yang kau inginka dariku?” Nada suara Na Ra rendah dan dingin. Ia terus berjalan mendekat ke arah gadis bermulut Harimau yang terus saja melangkah mundur untuk menghindar dari Park Na Ra.

Namun di langkah berikutnya Park Na Ra terhenti ketika sebuah tangan hangat mengenggam pergelangan tangannya dari belakang. Tangan itu pun menariknya menjauh mengikuti langkah seseorang pemilik tangan tersebut, ia sempat memberontak sebelum pada akhirnya ia menyerah karena tenaganya sama sekali tak bisa mengimbangi tenaga seseorang itu.

***

Apa kau gila!?” sahut seorang lelaki yang kini menatap gadis di hadapannya itu tajam. “Kau tahu apa yang akan terjadi jika kau benar- benar melakukannya?”

Gadis cantik itu kini hanya bisa menunduk, ia sama sekali tidak berani menatap mata lawan bicaranya itu. Ia bergumam tak jelas menyesali sikap bodohnya tadi.

Apa jadinya jika aku tadi tidak berada di sana? Wajahmu pasti akan terpampang di seluruh sampul depan surat kabar di Korea besok.”

Aku menyesal,” ucap Na Ra lirih. “Gomaweo Min Ho-ya.”

Min Ho pun kembali menghela napas berat, ia memicingkan matanya ke arah Park Na Ra dan kemudian bedecak kesal. “Astaga, aku tidak menyangka akan kembali bertemu denganmu dengan cara seperti ini setelah sekian tahun,” ucap Min Ho seraya mengusap wajahnya frustasi.

Jadi bagaimana kabarmu Park Na Ra-shi?”

Seperti yang kau lihat, aku benar- benar tidak baik- baik saja.” Na Ra tersenyum kecut. “Dan kau, bagaimana kabarmu Min Ho-ya?”

Hmm. Aku baik-baik saja,” jawab Min Ho disertai anggukan- anggukan kecil.

Kapan kau kembali ke Korea?”

Sebenarnya sudah cukup lama tapi tidak bisa juga dikatakan lama,” kata Min Ho yang kini kembali menghela napas. “Maaf aku tidak menghubungimu. Aku hanya tidak tahu apa yang harus kulakukan jika aku kembali menemuimu.”

Ne, aku mengerti. Aku juga sama sepertimu, itu sebabnya aku juga tidak berusaha menghubungimu saat aku berada di New York.”

Sejenak suasana menjadi hening. Kedua pasang muda mudi itu kini sibuk memikirkan apa yang sebaiknya mereka ucapkan untuk mengurangi rasa canggung di antara mereka berdua. Selama beberapa saat mereka hanya terduduk di sebuah bangku dalam diam, mencoba menikmati keheningan ini dengan menyibukkan diri dengan memandang pemandangan yang terhampar di hadapan mereka.

Sebuah taman di pinggiran kota Seoul itu tak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang juga duduk bersantai, menikmati langit yang bewarna biru cerah itu atau sekedar makan siang bersama teman- teman mereka. Taman itu memang tak terlalu besar tapi mempunyai pemandangan yang cukup indah untuk melepaskan penat sesaat setelah berkerja dan menjadi tempat yang cukup strategis untuk beberapa pasangan kekasih yang sedang di mabuk cinta.

Seperti yang kau inginkan Na Ra-ya, kau sudah menjadi artis top sekarang,” ucap Min Ho memecah keheningan, laki- laki itu pun tersenyum hangat kepada Na Ra untuk pertamakalinya setelah beberapa tahun tidak bertemu.

Gadis cantik itu pun membalas senyuman Min Ho manis. Senyumnya masih sama seperti dulu, tak berubah sedikitk pun pikir Min Ho. “Hmm. Kau tahu aku adalah salah satu wanita yang paling diinginkan oleh pria di Korea saat ini,” jawab Na Ra percaya diri. Kemudian ia tertawa.

Percaya diri sekali kau.” Min Ho mendengus kesal. “Pantas saja jika banyak wanita yang tidak menyukaimu. Yah…. Buktinya seperti tadi.”

Kau benar Min Ho-ya,” timpal Na Ra santai dan masih tertawa.

Sepertinya mereka sudah tahu tentang ibumu.”

Na Ra terdiam sejenak mendengar kata- kata dari Min Ho, gadis itu terlihat memikirkan sesuatu sebelum akhirnya kembali bicara, “Yah kau benar. Gara- gara scandal itu sekarang pekerjaanku sedang terancam.”

Ah ya! Apa kau sudah menemui Kyu Hyun?” tanya Na Ra tiba- tiba. Jelas sekali caranya untuk mengalihkan topik pembicaraan. Gadis itu terlihat tidak suka jika membahas scandal tentang ibunya lagi.

Ya aku sudah bertemu dengannya,” jawab Min Ho yang pura- pura tidak sadar jika Na Ra sedang mencoba mengalihkan pembicaraan mereka, “aku bertemu dengannya seminggu setelah kedatanganku ke Korea. Aku banyak mendengar kabar tentangmu darinya.”

Benarkah?”

Hmm tentu saja. Dia banyak bercerita tentang hubungan kalian yang sangat rumit.”

Na Ra mengerutkan dahinya, matanya pun menajam menatap lelaki yang menjadi lawan bicaranya tersebut. “Apa maksudmu?”

Kau tahu apa yang kumaksud Na Ra-ya,” jawab Min Ho yang tak memperdulikan tatapan menuntut gadis cantik itu. “Jangan buat dia bingung akan sikapmu yang egois Na Ra-ya. Kau tentunya sudah tahu jika Kyu Hyun sudah mempunyai seorang isteri dan bahkan kau yang membuat Kyu Hyun menikahi gadis polos itu. Jadi berhentilah membuatnya menjadi lelaki bejat dengan menduakan isterinya.”

Wajah Na Ra kembali memanas mendengar ucapan Min Ho yang begitu mengena di hatinya. Yah memang tidak seharusnya ia kembali pada lelaki itu- Cho Kyu Hyun. Lelaki itu sudah menikah, dan kini seharusnya ia hanya menjadi sebuah kenangan pahit di masa lalu pria yang dicintainya itu. Tapi ia sungguh tidak rela jika itu benar- benar terjadi, ia akui dirinya memang sangat egois yang juga telah mengabaikan perasaan seorang gadis yang sudah sah menjadi isteri lelaki itu.

Seandainya dulu ia tidak tunduk pada ambisinya untuk menjadi seorang seniman di layar hiburan. Seandainya dulu ia tak mengabaikan rasa cintanya pada lelaki itu. Seandainya ia mengikuti kata hatinya untuk menerima lamaran laki- laki itu.

Seandainya ia bisa memutar kembali waktu ke masa itu…..

Yah…. Seandainya….. Seandainya….. Seadainya…..

-To be Continued-

ALOHA Readers!!! 😀

Hehehehe akhirnya setelah sekian lama aku bisa nyelesain part sembilan ini *nyengir2 minta digebukin readers

Gimana kabar kalian semua? Pada sehat kan? *peyuk- peyuk. Sebelumnya aku minta maaf banget karena baru sekarang sempet ngelanjutin ff ini setelah sebelumnya dibuat pusing tujuh keliling dengan UNAS dan ujian masuk perguruan tinggi. Tapi sekarang aku lagi seneng-senegnnya nih karena udah diterima di salah satu Univ di Indonesia *cieeee udh mahasiswa plok plokkk hehehhe

Makannya begitu udh diterima aku cepet nerusin ff ini. Dan aku berterimakasih banget kepada readers semua yang udh setia menanti sampe lumutan *plak. Eh iya satu lagi aku juga minta maaf karena slalu aja ingkar janji buat publish ni ff, pertama janji publish setelan UN trus akhirnya mundur lama banget sampe sekarang. Maapin ya…. Maapin ya… mumpung bulan puasa nih maapin aku yaaaaa T_T

Ok dah kembali ke ff. Oh iya nih sekedar informasi kalau ff BINL ini insyaallah akan tamat di part sepuluh. Jujur ini ff terpanjang yang pernah aku buat *gk nanya. Sebenarnya aku niatnya pengen ngegabungin langsung part 9 A sama 9 B tapi karena terlalu panjang jadi aku takut jadi bosen bacanya, yang jelas di dua part terakhir nanti aku bakal berusaha nyelesaiin konfliknya serapih mungkin.

Dan untuk Min Ho, sebenernya tokoh Min Ho itu termasuk tokoh utama tapi entah kenapa lama kelamaan keberadaannya semakin tersingkir gara- gara Kris hehehe *plak. So, untuk part ini aku berusaha ngebanyakin bagiannya si Min Ho supaya lebih kliatan gitu *plakk plak

Untuk part 9 B bakal aku publish secepatnya jadi beri respon yang baik ya ke ff ini berupa komentar, entah komentar kalian berisi kritikan juga gk papa kok aku trima dengan senang hati sebagai koreksi buat ff ku selanjutnya. Jadi jangan ragu ragu buat komen, kalian pasti tahu kalau komen kalian adalah semangatku buat tetep namatin ni ff sampe tuntas.

Segitu dulu dah ya hehhehehe ^^

Ok jangan lupa like sama komennya XDD Gomaweo!!

50 responses to “Baby I need Love [Part 9 A]

  1. kihyun eonni kenapa pergii… dua-duanya keras kepala….
    kasian nara eonni… dikorea kalo udah pada gag suka ngehujatnya kejem kejem…..
    gag ad romantisnya niii…:(

  2. Kyaaaa thor aku jd sedih…….. Kyuhyun bego ihh :”( lanjutannya cepet di post lg dong thor….. Penasaran nih

  3. yaa elahhh si kyuhyunn pakek bego.a di keluarin lagi :(. eonni lanjut teruss ne :)? n jangan lama” eonni post.a 😀

  4. aku kira awalnya si minho bakalan suka sama kihyun. ternayata ada kris juga. ok di tunggu ff selanjutnya, jangan lama lama yah thor 😉

Leave a comment