呪わしいキャンディー(Hateful Candies)


呪わしいキャンディー

呪わしいキャンディー

Title : Hateful Candies

Author : Kazu1chi

Rating : NC-17 (International) R-15 (EIRIN (?))

Genre : Horror, Dark, Mystery, Deathfic, Angst, Supernatural

Cast : Miyazaki Aoi, Kawaguchi Haruna, Im Yoona (SNSD), Aragaki Yui

Support Cast : Taka (ONE OK ROCK), Toru (ONE OK ROCK), Ryota (ONE OK ROCK), Tomoya (ONE OK ROCK), Sooyoung (SNSD), Tiffany (SNSD), Taeyeon (SNSD), Jessica (SNSD), Sunny (SNSD), Kris (EXO-M), Sehun (EXO-K), Honda Miyu

Disclaimer : The cast belong to their respective management.

Author Note : Inspired by One Missed Call. I’m sorry if my Indonesian isn’t very well. This is just a fanfiction. This fanfiction doesn’t mean to insult or sneer the cast.

タイトル 呪わしいキャンディー

作者 かず1血(Kazu1chi)

レーティング NC-17(国際)R-15(映倫(?))

ジャンル ホラー、ダーク、謎、デスフィク、苦悩、スーパーナチュラル

キャスト 宮﨑あおい、川口春奈、イムユナ(少女時代)、新垣結衣

サポートキャスト タカ(ONE OK ROCK)、トオル(ONE OK ROCK)、リョウタ(ONE OK ROCK)、トモヤ(ONE OK ROCK)、スヨン(少女時代)、ティファニー(少女時代)、テヨン(少女時代)、ジェシカ(少女時代)、サニー(少女時代)、クリス(EXO−M)、セフン(EXO−K)、本田望結

免責条項 キャストはあの人達のエンターテインメントマネジメントに属します。

作者ノート 着信アリに触発されて。インドネシア語があまり上手くありませんが許してください。これはただのSSです。このSS、キャストを侮辱や冷罵するという意味ではない。

ハッピーフライデーサーティーン

『・・・3日遅れたけど・・・笑う.』

 

 

呪わしいキャンディー

Hateful Candies

Sebuah rawa yang tak dapat dilihat oleh kasat mata, dihalangi oleh kepulan asap tebal. Berada di suatu hutan yang memiliki pepohonan yang cukup lebat. Angin malam memaparkan hawa dingin. Dingin nya pun mengiris. Silir-semilir angin membuat dedaunan tampak berdansa.

Sang surya tak mampu menampakkan diri, ia telah dihalangi oleh bulan yang berdiri dengan gagahnya. Suara jangkrik dan kodok terdengar dimana-mana. Burung gagak pun turut meramaikan suara di tengah malam ini.

Dibalik kepulan asap yang tebal, terlihat sosok manusia yang hanya terlihat belakangnya saja itu terapung. Sama sekali tak ada gerakan dari sosok tersebut.

Tak jauh dari posisi sosok manusia tersebut, terdengar suara yang lebih kencang dari suara-suara lainnya. Suara itu mampu memergikan burung-burung gagak hingga terbang untuk mencari tempat lain. Suara itu berasal dari benda yang seiring dengan suara itu bergetar-getar. Tak lain adalah sebuah ponsel.

Alangkah anehnya, walau ponsel itu terkena air karena berada di genggaman tangan sosok manusia tersebut, namun ponsel itu tetap menyala.

***

Sebuah gitar yang terpasang strap itu terlihat dikenakan oleh seorang pria. Alunan gitar listrik mulai dipetik-petik dengan pick. Jari-jari tangan kirinya menekan dan menahan senar, sedangkan jari-jari tangan kanannya yang dibantu dengan pick itu memetik-metik senar gitar listrik yang berwarna putih terang itu.

Seraya mencoba setelan amplifier, dan mencoba memainkan sambil menginjak stompbox di pedal boost / overdrive. Rambut pria tersebut memiliki warna yang dicat pirang, dia adalah Toru.

Terlihat sepasang sepatu hitam — seperti sepatu suede — itu dipijak-pijakkan di lantai berkarpet. Sebuah bass listrik hitam yang terpasang strap juga itu telah diselempangkan oleh seorang pria. Alunan bass listrik yang dibetot oleh jari-jari tangan kanan itu membunyikan nada-nada bass yang indah. Adalah Ryota, pria yang memainkan bass listrik tersebut.

Paling tengah, terlihat seseorang pria memiliki rambut berwarna hitam keriting cukup panjang dan berjenggot itu tengah memegang mikrofon yang menempel di gagang mikrofon. Ia berdeham. Perlahan mencoba nada dari rendah ke tinggi. Adalah Taka.

Di belakang mereka, terdapat drum berwarna biru langit, dan dua stik drum — yang terdapat tanda tangan dan tulisan “ONE OK ROCK Tomoya – SIGNATURE MODEL” — itu berada diatas kepalanya snare drum. Dua stik drum tersebut diangkat oleh seorang pria.

Pria itu menduduki kursi drum, lalu mencoba memijak pedal drum yang memukul drum bass, dan juga memijak pedal drum yang memukul drum hi-hat. Kemudian dia mulai memukul drum tom-tom, drum tom lantai, drum cymbal, dan tak lupa drum cymbal China. Adalah Tomoya.

Mereka ber-empat tengah melakukan Geladi Bersih di panggung sebelum para penonton mulai berdatangan. Selain mereka, para kru turut menyiapkan penampilan sebelum penampilan sesungguhnya dimulai.

Beberapa jam kemudian, para anggota ONE OK ROCK telah selesai melaksanakan Geladi Bersih. Hingga mereka telah berada di ruang bertuliskan “Member’s Room (Ruang anggota)” di pintu depannya.

Lalu terdengar suara ringtone dari ponsel nya Taka, vokalis ONE OK ROCK. Ia yang menyadari ponselnya bergetar dan mengeluarkan suara ringtone. “Sejak kapan aku mempunyai nada ringtone ini?” gumam nya bertanya pada diri sendiri. Ia segera mengambilnya dari saku celana nya. Layar ponsel nya menunjukkan nama lahirnya sendiri “森内貴寛 (Moriuchi Takahiro)”.

“Huh!?” tergemaplah dia, “Aku?”

“Ada apa, Taka?” tanya Toru heran melihat Taka yang tergemap, kemudian mendekati Taka untuk melihat apa yang Taka lihat, “Namamu?”

“Suara itu… sepertinya aku pernah mendengarnya,” Tomoya mencoba mengingat-ingat.

Kemudian, suara ringtone tersebut berhenti berbunyi dan meninggalkan sebuah pesan di layar, “不在着信1件 (Satu panggilan tak terjawab)”.

“Oh! Film One Missed Call!” seru Tomoya yang akhirnya ingat asal suara ringtone tersebut.

“Huh!? One Missed Call?” ekspresi Taka terlihat menunjukkan bahwa itu-konyol, “Ini pasti sebuah イタズラ (Kelakar),” yakinnya.

Tuts yang menunjukkan untuk membuka, ia tekan. Lalu layar menampilkan sebuah video yang bertanggalkan 31 Oktober 2013 pada pukul 7:03 malam. Isi video menunjukkan lokasi sebuah konser. Terdengar suara teriakan para penggemar serta lagu rock yang memenuhi tempat konser tersebut. Dan video rekaman ini direkam dari posisi penonton.

“Bukankah itu lagu kita?” komentar Ryota yang ikut menonton video itu juga. Selain Ryota dan Taka, yang lain juga menonton video itu.

“Sepertinya… itu panggung kita yang sekarang,” gumam Taka melihatnya dengan serius, “Bagaimana bisa…”

Tak lama kemudian, secara mendadak suara yang tampak seperti bom itu terdengar begitu kencang bersamaan dengan gelapnya ruangan itu. Video yang direkam dari ponsel ini terlihat terjatuh ke lantai disebabkan karena suara ponsel ini terdengar jatuh. Sesaat kemudian, terdapat sebuah kepala orang — yang sudah terbelah dua namun masih bisa diketahui wajahnya — yang terpental dari jauh itu, jatuh di hadapan ponsel itu.

Terkejutlah mereka seketika melihatnya.

“Ya ampun!” reaksi mereka melihatnya, kecuali Taka. Taka yang serius melihatnya itu hanya terbelalak dan tak dapat berkata-kata.

“Kepala…,” syok Ryota melihat kepala yang terekam di dalam video itu adalah… milik Taka.

Tak lama kemudian, satu per satu ponsel anggota ONE OK ROCK yang lainnya bergetar dengan nada ringtone yang sama dengan nada ringtone ponsel Taka. Masing-masing merasakan getaran ponsel pada saku celana masaing-masing. Mereka lalu mengambil ponsel mereka dan tertulis nama mereka masing-masing yang memanggil.

Mereka saling melihat satu sama lain. Lalu suara ringtone ponsel itu berhenti secara bersamaan dan memunculkan sebuah tulisan “不在着信1件 (Satu panggilan tak terjawab)”.

“Siapa yang membuat kelakar seperti ini!?” kesal Toru yang telah membuka video yang sama, “Ini sama sekali tidak lucu!”

Pintu ruang ini — yang tertempel “Member’s Room (Ruang Anggota)” di luar pintu — terketuk oleh seseorang. Hingga dibuka dan terlihat kru yang memakai headset — yang ada mikrofon nya — itu mengumumkan, “Satu jam lagi, kalian akan tampil. Harap segera bersiap-siap!” Pintu pun tertutup kembali.

Ternyata waktu tinggal satu jam lagi untuk penampilan konser ONE OK ROCK. Para anggota ONE OK ROCK yang sudah didandan ini, hanya menunggu waktu di ruang “Member’s Room”.

“Mari berkumpul!” seru Toru mencoba menyemangati para anggota ONE OK ROCK nya.

“Kita jangan menanggapi kelakar buruk tadi terlalu serius!” lanjutnya lagi yang masih mencoba menyemangati para anggota ONE OK ROCK nya.

Satu per satu, masing-masing tangan saling mengumpul pada satu titik, “Mari kita konsentrasi terhadap apa yang harus kita laksanakan!” teriak Toru dan tangan-tangan yang terkumpul itu digerak-gerakkan dan seperti sedang memukul angin. “Semoga sukses!” seru mereka.

***

Gitar listrik mengeluarkan alunan nada dari senar yang Toru petik. Ia mulai mengikuti irama lagu ONE OK ROCK. Kemudian, diikuti dengan suara drum yang terpukul dengan stik drum oleh Tomoya. Suara nyanyian khas dari Taka itu terdengar sangat keren. Hingga suara bass yang dimainkan oleh Ryota juga mengeluarkan suara sebagai latar lagu yang dimainkan. Lagu yang mereka mainkan adalah “Clock Strikes”.

Seolah-olah mereka telah memasuki ke dalam suasana kenikmatan yang luar biasa di dalam dunia musik bersama para penggemar mereka. Bagai yang tertinggal di dunia hanyalah mereka dan para penggemar mereka yang menonton. Sampai-sampai, mereka telah melupakan kejadian mengenai panggilan aneh tadi.

Lagu terus dimainkan tanpa ada kesalahan sama sekali. Kegembiraan semakin lama semakin muncul di tempat konser ini. Hingga, lagu telah memasuki Chorus.

“Believe that time… It’s always forever… And I’ll always be here… Believe it till the end… I won’t go away… And won’t say never… Doesn’t have to be afraid… You can keep me to the end… (Percaya akan waktu itu… Itu (akan) selalu selamanya… Dan aku akan selalu berada disini… Percaya tentang itu sampai akhir… Aku takkan pergi… Dan takkan berkata tidak pernah… Tidak perlu takut… Kau dapat menyimpanku sampai akhir…),” nyanyi Taka dengan serius.

Dan mereka mulai teringat akan panggilan telepon aneh tadi. Nyanyian Chorus terakhir yang hampir mendekati kejadian ‘bom’ itu. Kemudian mereka saling melihat satu sama lain, tapi mereka masih menampilkan penampilannya.

Taka lalu mengambil nafas dan mengeluarkan kembali dan bernyanyi, “Keep me to the end… You can keep me to the end… (Menyimpanku sampai akhir… Kau dapat menyimpanku sampai akhir…”

Jarum detik pun bergerak dan hampir mengarah pada angka 4 yang menunjukkan 19 detik terlewati. Tanpa diduga, suara bom terdengar sangat kencang beserta dengan asap yang menutupi di panggung, ditambah dengan lampu yang mati dan menimbulkan kegelapan yang sangat luar biasa. Debu bertebaran dimana-mana. Tak ada satupun di konser itu yang mampu melihat dengan jelas.

***

2013年4月1日(月曜日)
Senin, 1 April 2013

Merupakan hari pertamaku sekolah di Jepang. Aku merupakan siswa yang mengikuti pertukaran siswa ke Jepang.

Pertama kali masuk ke sekolah, aku merasa gugup sekali. Bahkan berada di depan pintu kelasku. Begitu masuk ke dalam kelas 2-2 bersama dengan wali kelasku, aku memperkenalkan diriku dengan menggunakan bahasa Jepang di depan kelas. Aku juga disuruh menulis namaku pada papan tulis yang berwarna hijau. Lalu aku diminta duduk di kursi yang kosong.

“Salam kenal,” ucap teman sebangku ku yang berbicara dalam bahasa Jepang, sambil tersenyum. Dia ramah sekali. Dia merupakan teman pertama ku semenjak aku tinggal di Jepang.

Teman-temanku disini ramah semua. Bahkan mereka mau menemani ku makan di kala jam istirahat. 弁当 (Bekal makanan) mereka juga isi nya sangat lucu dan kreatif.

“Di Korea Selatan, kami menyebut nya 도시락 / ドシラッ(Bekal makanan)),” ucapku tersenyum.

“Uwah! Lucu sekali!” tanggap mereka yang juga tersenyum.

Semoga buku harian ku selama berada di Jepang ini, memberikanku kenangan yang indah serta pengalaman yang bagus dan hari-hari yang bahagia.

2013年4月5日(金曜日)
Jumat, 5 April 2013

Ini merupakan akhir minggu pertama ku sekolah di Jepang. Seperti biasa, aktivitas ku sebagai seorang pelajar yaitu belajar. Dan tak lupa bergaul dengan yang lainnya.

Hanya berbeda bahasa, tak dapat dimungkiri aku bisa beradaptasi. Kini aku sudah akrab dengan teman-teman sekelasku. Mereka semua sungguh baik. Juga ramah.

Besok dan besok lusa adalah hari yang kugunakan untuk bekerja sambilan di sebuah restoran Korea. Aku yang hanya tinggal seorang diri di Jepang, mau tak mau harus mencari nafkah secara diam-diam untuk diriku sendiri walaupun aku masih seorang pelajar SMA. Mungkin, orang tua ku akan mengirimkan uang untukku setiap bulan. Tetapi, aku tidak ingin merepotkan mereka.

Tinggal di Jepang, berarti harus bekerja keras. Itulah pesan 先生 (Guru) ku padaku saat hari pertama sekolah di Jepang.

2013年4月8日(月曜日)
Senin, 8 April 2013

Pukul 8:50 pagi JST (Waktu Standar Jepang) adalah jam masuk sekolah. Sebenarnya, jam masuk sekolah di Jepang, tidak jauh berbeda dengan jam masuk sekolah di Korea Selatan. Bahkan pulangnya juga tidak jauh berbeda, sama-sama bisa malam.

Sebenarnya aktivitas pada hari ini sama seperti dahulu. Tapi, di kelasku, ada seorang temanku yang absen. Entahlah kenapa alasannya dia absen.

2013年4月12日(金曜日)
Jumat, 12 April 2013

Sampai sekarang, temanku yang absen dari hari Senin itu masih absen. Semua guru sudah mencoba menelepon nomor telepon rumahnya, tapi tak ada yang menjawab.

2013年4月15日(月曜日)
Senin, 15 April 2013

Hari ini, wali kelas ku mengumumkan sebuah pengumuman yang sama sekali tak pernah aku maupun teman-teman kelasku bayangkan.

Pengumuman itu berisikan tentang temanku yang sudah lama absen itu ditemukan oleh penduduk setempat di sebuah kali, dengan wajah maupun tubuh yang terbakar.

Pihak polisi menduga bahwa ia melakukan aksi bunuh diri dengan membakar dirinya sendiri. Karena, di kali juga ditemukan sebuah tangki bensin dengan sidik jarinya.

Mendengar pengumuman ini, seisi kelasku syok. Begitu juga denganku. Seumur-umur, aku tak pernah mendapati kejadian seperti ini.

Kami lalu memberikan setangkai bunga melati di meja temanku yang absen itu.

2013年4月19日(金曜日)
Jumat, 19 April 2013

Tiga hari kemudian setelah kasus meninggalnya temanku yang absen itu yaitu, hari Kamis atau kemarin, berita mengejutkan datang kembali. Dan itu terjadi lagi di kelasku.

Isi berita itu adalah temanku yang berteman akrab dengan temanku yang absen itu meninggal karena bola mata kirinya keluar karena tercongkel dan mata kanannya tertusuk pisau cutter.

Hal ini membuatku gelisah. Apa sebenarnya yang terjadi?

***

Embusan angin menggerakkan dedaunan 紅葉 (Pohon maple) yang seiring dengan waktu mampu merubahi warnanya sendiri. Di bawah pohon, terlihat dedaunan yang berjatuhan itu berserakan di tanah. Seekor capung merah hinggap di sebuah ranting 紅葉 (Pohon maple) itu. Didekatnya, terdapat pula capung-capung merah yang lain berterbangan ke sana kemari tanpa tujuan.

Tak jauh dari situ — di halaman rumah — terdengar suara reporter sedang membawakan berita yang berasal dari TV di dalam rumah tersebut. Juga terdengar suara orang tengah memakan di depan TV. Orang itu tengah makan 栗ご飯 (Nasi kacang) di meja pendek.

“Hari ini, 1 November 2013, ramalan cuaca untuk kota Tokyo menunjukkan 最高気温 (Suhu maksimum) 20.5℃ dengan 最低気温 (Suhu minimum) 14.1℃ dengan cuaca yang 晴 (Cerah)…,” belum selesai laporan dari reporter tersebut, tombol remote ditekan yang membuat channel terganti.

“Tadi malam, 31 Oktober 2013, terjadi ledakan bom pada konser 人生×僕=TOUR (Kehidupan × Saya = / Kehidupan kali Saya sama dengan) dari ONE OK ROCK yang sedang diadakan di 東京ドーム (Tokyo Dome). Ledakan bom yang berskala kecil ini mampu menewaskan sebanyak 4 orang yang merupakan anggota band ONE OK ROCK dan para penonton serta kru-kru lainnya selamat. Bom tersebut dipasang di dalam panggung tepatnya pada belakang amplifier besar di belakang para anggota band ONE OK ROCK. Bom ini…”

Channel segera diganti kembali karena tombol remote yang ditekan. Sebuah tayangan variety show muncul sebentar sebelum TV pun dimatikan.

Sebuah browser pada ponsel dibuka. Halaman pada browser menunjukkan tw*tter. 日本のトレンド (Tren di Jepang) terlihat tulisan “ONE OK ROCK”. Selain itu, juga terdapat pula tulisan “ご冥福を祈ります (Semoga nyawa (nya) dalam damai)”. Bahkan begitu dia membuka halaman ア*ブロ (A*blo), dia juga menemukan 芸能ブログニュース (Blog berita hiburan) yang juga terdapat post yang berkaitan dengan itu. Hingga akhirnya, dia menekan link post itu, dan membacanya.

“Malam hari, Kamis, 31 Oktober 2013, telah terjadi sebuah ledakan bom di konser yang ONE OK ROCK bertajuk 人生×僕=TOUR (Kehidupan × Saya = / Kehidupan kali Saya sama dengan)…,” hingga tangan yang memutarkan roda scroll pada mouse dengan menggulir ke bawah dan melihat sebuah kalimat, “Bom tersebut terbuat dari dua botol larutan zat ニトログリセリン (Nitroglycerin) dan alat pengatur waktu berupa jam alarm カシオ (Casio) berwarna merah.”

“Huh!?”

***

Tampak seorang gadis dengan rambutnya terikat dan tertutup oleh sebuah topi dan masker yang menutupi mukanya itu berjalan pelan-pelan dengan menunduk sambil membawa tumbler dan tas mengantung di bahu kirinya. Adalah Sooyoung, gadis — berpakaian jaket yang berwarna hijau dan celana panjang putih yang santai — itu terus berjalan dan hanya melihat ke depan sesekali. Ia terlihat sedang menyembunyikan jati dirinya.

Tak jauh dari posisi gadis itu, tampak seseorang mengamatinya dengan seksama dengan rambut yang menutupi wajahnya sebelah kanan. Dengan tatapan datar, ia terus berdiri disitu sambil melihat Sooyoung masuk ke dalam supermarket.

Begitu Sooyoung keluar dari supermarket, seseorang yang mengamati dia telah menghilang. Entah kemana ia pergi. Sooyoung yang tidak menyadari bahwa tadi ada seseorang yang mengamatinya itu terus berjalan kaki menuju 新宿駅 (Stasiun Shinjuku).

Sampai disana ia berjalan ke 券売機 (Mesin penjual tiket). Ditekanlah tombol untuk pergi ke JR 中央線 / 中央線各停 / 中央・総武緩行線 (JR Jalur Chuo / Jalur Chuo [Lokal] / Jalur Chuo-Sobu). Pilihan tarif tiket muncul dan tombol bertuliskan “160円 (160 Yen)” ditekan. Uang pun segera dimasukkan ke dalam kotak yang ada petunjuk gambar uang ¥. Kemudian sebuah tiket keluar dari kotak yang kiri paling bawah.

Beberapa saat kemudian, jam yang telah dijadwalkan sekitar kurang dari 6 detik lagi tiba, namun suara pengumuman jadwal pergi dengan JR 中央線 / 中央線各停 / 中央・総武緩行線 (JR Jalur Chuo / Jalur Chuo [Lokal] / Jalur Chuo-Sobu) ke 御茶ノ水駅 (Stasiun Ochanomizu).

Ia yang sedaritadi duduk di kursi tunggu, lekas berjalan menuju kereta warna kuning. Seraya membuat ponsel nya dalam “マナーモード (Mode manner)”. Cukup ramai penumpang yang hendak masuk ke dalam kereta disebabkan karena stasiun Shinjuku adalah stasiun tersibuk di dunia.

Di dalam kereta, ponselnya Sooyoung telah dimasukkan ke dalam saku jaketnya. Dia duduk sambil tetap menunduk — menutupi dirinya.

10 menit telah berlalu, waktu tinggal 5 menit lagi tiba di 御茶ノ水駅 (Stasiun Ochanomizu). Seraya menunggu, Sooyoung tengah membaca buku yang diambil dari tasnya.

Tak disangka, ternyata ada dua orang yang duduk di sebelahnya itu tampak menyadarinya. Mereka berdua tampak berbisik-bisik satu sama lain, hingga akhirnya mengambil foto secara diam-diam.

Dengan tiba-tiba, terdengar suara ringtone ponsel berbunyi. Seluruh penumpang merasa terganggu akan suara itu. Mereka saling mencari sumber suara tersebut. Beberapa ada yang menyadari bahwa suara ringtone itu tampak tak asing.

Sooyoung yang tengah sibuk membaca buku itu, menyadari ada sesuatu yang bergetar di saku jaketnya. Buku ditutup, dan ia mencoba merogoh sakunya. Ternyata sesuatu yang bergetar itu adalah ponselnya yang membunyikan suara ringtone. Terkejutlah ia.

“Huh?” gumamnya sambil mengeluarkan ponsel untuk dilihat. Pikirnya, Bukankah aku sudah membuatnya dalam “マナーモード (Mode manner)”? Dan… suara ini… aku tak pernah mengunduhnya.

Semua orang memusatkan pandangannya pada Sooyoung yang sedang tertegun melihat nama “최수영 (Choi Sooyoung)” lah yang menelepon — namanya sendiri. Sebagian orang tampak berpindah posisi — berusaha menghindar Sooyoung. Dan yang lainnya hanya terpaku dan ketakutan karena suara itu adalah ringtone yang ada pada film One Missed Call. Tak sedikit juga merasa biasa saja dan hanya sedikit merasa risih.

Ringtone tersebut langsung mati begitu ia menekan tombol terima. Sebuah pesan muncul dan menampilkan subjek “転送スレバ死ナナイ (Pembebasan kematian dengan meneruskan pesan)”, serta tanggal dan waktu yang menunjukkan masa depan dari sekarang.

“13/11/01 3:33 PM”. Itulah waktu yang tertera di pesan tersebut yang menunjukkan perbedaan waktu 13 menit dari sekarang.

Sooyoung tertawa sedikit melihatnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Ini pasti sebuah kelakar, komentarnya.

Tiba di 御茶ノ水駅 (Stasiun Ochanomizu), dia tetap berada di dalam kereta untuk meneruskan tujuan perginya ke 秋葉原 (Akihabara).

Akhirnya kereta berangkat kembali untuk menuju ke 秋葉原駅 (Stasiun Akihabara). Seraya menunggu, ia masih tetap membaca buku namun kini ditambah sembari mendengarkan lagu melalui earphone dari MP3 player nya.

Waktu terus berjalan hingga tinggal 5 menit lagi akan sampai di 秋葉原駅 (Stasiun Akihabara), lagu berjudul “Complete” di MP3 player nya pun terputar. Sooyoung telah melupakan dan masa bodoh tentang pesan itu. Ia terus asik membaca dan mendengar lagu kesukaannya sembari menunggu tiba di 秋葉原駅 (Stasiun Akihabara).

1 menit telah berlalu.

2 menit telah berlalu.

Sampai 3 menit telah berlalu.

Halaman per halaman telah ia lewati cukup banyak selama perjalanannya ke 秋葉原 (Akihabara).

Lirik lagu “Complete” perlahan menunjukkan bagian Ending. Lirik lagu bagian Ending pun akhirnya dinyanyikan, “To make my life complete (Untuk membuat hidupku lengkap),” oleh suara Jessica dan setelahnya Tiffany, “You make my life complete (Kau membuat hidupku lengkap).”

Dengan tiba-tiba, suara bising terdengar sangat keras di kedua telinganya. Seketika ia langsung meletakkan buku di pangkuannya, melepas earphone nya dari telinganya. Sambil berdiri, ia menutup kedua telinganya tanpa menyadari mp3 player — masih tersambung earphone — yang berada di pangkuannya itu terjatuh. Kaca mp3 player itu pun retak akibat jatuh yang cukup fatal. Begitu juga dengan terjatuhnya buku yang tadi ada di pangkuannya itu dalam keadaan terbalik.

Suara bising itu masih terus berlanjut tanpa henti. Hal ini membuatnya berteriak histeris karena terasa sakit. Namun teriakan histeris nya tak dapat ia dengar walaupun seluruh mata orang-orang yang disekitarnya itu tertuju padanya karena suara teriakannya.

Air matanya mengucur tanpa ia sadari.

Tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang basah dan lengket yang menempel di kedua telapak tangan yang menutup kedua telinganya. Saat ia ingin mengetahui sesuatu yang basah dan lengket di telapak tangannya itu ternyata juga menempel di pipi yang dekat dengan telinganya.

Warna merah pekat itu mengalir pelan di telapak tangannya. Sekejap matanya terbelalak dibuatnya. Mulutnya menganga karena warna merah pekat itu adalah darah.

Kedua telinganya terus mengalami pendarahan. Sambil merasa sakit, ia berteriak-teriak histeris meski ia sama sekali tidak mendengar teriakannya. Kemudian, timbullah kepanikan di dalam kereta ini.

Tak diduga, ia hanya mendengar satu suara saja. Bukan suaranya. Bukan suara orang lain. Dan bukan suara berisiknya kereta. Melainkan satu suara yang terdengar seperti lagu kematian dari film One Missed Call.

Sesaat ia kebingungan dengan suara itu yang bergema entah darimana. Ia memegang-memegang jendela kereta hingga terdapat bercak darah yang menempel di jendela. Ia terus berjalan pelan sambil menahan rasa sakit di telinganya menuju ke dinding yang terdapat tombol untuk rem darurat.

Pada dindingnya terdapat tulisan “非常ブレーキ (Tombol Darurat)”. Ia langsung menekan tombol itu sehingga menimbulkan suara seperti suara bel berdering. Kereta pun tiba-tiba berhenti.

Pintu pun otomatis terbuka, Sooyoung yang merasa seperti berada di neraka itu meloncat keluar tanpa berpikir dan memerhatikan terlebih dahulu. Sesaat sebelum ia meloncat, ternyata sebuah kereta meluncur dari jalur yang berlawanan.

Tepat pada waktu ia meloncat, bagian depan kereta yang arah berlawanan itu tak sengaja menghantam tubuhnya Sooyoung sebelum akhirnya kereta tersebut direm darurat oleh sang masinis.

Semua orang yang sedaritadi memusatkan pandangan pada Sooyoung itu sangat terkejut melihat itu. Bahkan ada yang histeris karena ketakutan.

Sang masinis yang dari kereta arah berlawanan itu mengalami syok dan bergemetaran melihat seseorang yang menempel di jendela depan nya sebelum terjatuh dan terseret kereta, dan darah orang itu berlumuran di jendela depan.

Kemudian sang masinis keluar untuk melihat keadaan Sooyoung. Sekejap ia bergemetaran karena menemukan Sooyoung berada di bawah kolong kereta dalam keadaan seperti termutilasi. Kaki sebelah kanannya berada di belakang kepala Sooyoung. Dan kaki sebelah kirinya remuk. Dagingnya berserakkan di sekitar Sooyoung. Dan kepala Sooyoung cukup remuk dan hampir terbelah.

Darahnya bersimbah dimana-mana. Begitu juga dengan tas yang diselempangkan di tubuh Sooyoung itu robek.

***

“Sooyoung ke mana?” tanya seorang manajer pada teman-temannya Sooyoung, sambil mencoba menelepon ponselnya Sooyoung. “Mengapa dia pergi sendirian?”

Semuanya terdiam. Tak ada satupun yang bisa menjawab lontaran pertanyaan dari sang manajer. Mereka saling melihat satu sama lain untuk memastikan bahwa kita-harus-tutup-mulut.

Taeyeon, orang yang tertua, diam-diam mengirim pesan pada ponsel Sooyoung dengan berisikan, “Sebaiknya kau pulang sekarang. Manajer sedang mencarimu!”

Seusai menekan tombol untuk mengirim, Taeyeon memasukkan ponselnya ke dalam sakunya.

Sesaat kemudian, suara ringtone ponsel terdengar berbunyi. Semakin lama semakin kencang bunyi suara ringtone tersebut. Sang penerjemah yang juga berada di ruangan itu mengerutkan keningnya. “Sepertinya… aku pernah mendengar suara itu,” gumam sang penerjemah asal Jepang itu.

Ponsel terasa bergetar-getar di sakunya Tiffany. Tiffany yang menyadari suara itu pun segera merogoh saku untuk mengambil ponselnya.

Dengan cepat Taeyeon merespon dengan berbicara pelan-pelan, “Oh? Mungkin itu dari Sooyoung.”

Tiffany mengangguk pelan sebelum ia menggenggam ponselnya. Sebuah panggilan tertulis nama “스테파니 황 (Stephanie Hwang)” yang merupakan nama lahir nya sendiri.

Melihat namanya yang memanggil dia itu membuatnya memiringkan kepalanya.

Belum sempat menekan tombol untuk menerima panggilan maupun menolak panggilan, panggilan telah berakhir dan meninggalkan tulisan “不在着信1件 (Satu panggilan tak terjawab)”.

“Hah? tonton TV?” sang manajer yang sedaritadi sibuk menelepon itu tak memperhatikan Tiffany yang daritadi mendapatkan panggilan. Sang manajer kemudian memutuskan panggilannya sesudah ia berkata, “Baiklah. Terima kasih.”

Remote TV diambil dari meja dan ditekan tombol untuk menyalakan TV.

Channel tentang berita itu pun muncul. Karena memakai bahasa Jepang, sang penerjemah yang terikut menonton itu pun sambil menerjemah, “Diberitakan tentang seorang gadis…”

Taeyeon yang terikut menonton juga itu tak lupa untuk mendengarkan apa yang diucapkan oleh sang penerjemah.

Hanya satu orang yang sama sekali tidak menonton televisi, dia adalah Tiffany. Ia masih memegang ponselnya dan memandang layar ponselnya dalam keadaan yang masih bingung.

“Meninggal karena ditabrak dengan kereta. Pihak berkewajiban telah mengidentifikasi bahwa sang korban asal Korea Selatan bernama Choi Sooyoung…,” lanjut sang penerjemah menerjemahkan apa yang dikatakan oleh reporter berita di TV tersebut.

“Hah? Soo… Soo… Sooyoung!?” kaget mereka serempak yang membuat Tiffany bertanya-tanya dengan apa yang sedang terjadi.

“Merupakan seorang anggota grup Girls’ Generation yang akan mengadakan konser di Jepang…”

“Girls’ Generation?” tanya Tiffany yang tidak mendengar terjemahan dari sang penerjemah tadi, “Siapa?”

“Sooyoung, Tiffany,” Jessica yang berada disitu juga itu menjelaskan pada Tiffany, “Sooyoung!”

“Sooyoung!? Ba… bagaimana bisa…?”

“Para saksi mata mengatakan bahwa sebelumnya Sooyoung bertingkah laku yang aneh tanpa sebab. Sooyoung berteriak histeris sambil menutup kedua telinganya seusai melepaskan earphone nya. Dan juga darahnya mengalir dari telinganya, Sooyoung pun juga menempelkan bercak darah pada jendela sebelum menekan tombol untuk rem darurat. Setelah itu, Sooyoung meloncat keluar dan tertabrak oleh kereta yang berarah berlawanan.”

Semua yang mendengar terjemahan dari sang penerjemah itu terpaku. Tak mampu berkata apa-apa. Bahkan Taeyeon menutup mulutnya karena terkejut.

“Mustahil! Bagaimana bisa dia seperti itu…?” komentar Jessica menanggapi perkataan para saksi mata yang telah diterjemahkan itu.

“Hah?” tiba-tiba sang penerjemah terkejut pada ucapan dari pihak bagian forensik, “Permen merah!?”

“A… apanya permen merah?” sang manajer bingung dengan ungkapan sang penerjemah yang terkejut.

“Hmm… permisi aku mau ke kamar mandi dahulu,” izin Tiffany yang langsung menuju ke kamar mandi dari kamar hotel nya — ruang kamarnya Tiffany — meskipun tak ada siapapun yang menghiraukannya karena kesibukan memerhatikan berita tentang Sooyoung.

Sesampai di kamar mandi, ia kemudian duduk di kloset duduk untuk buang air kecil. Seraya melihat kembali daftar Panggilan Tak Terjawab, nomor itu tertera nomor miliknya dan nama peneleponnya tertulis nama lahirnya.

This is so weird (Ini sungguh aneh)…, ungkap Tiffany dalam hati.

“That isn’t weird (Itu tidak aneh).”

Mata Tiffany melebar, ia merasa merinding karena mendengar lontaran perkataan yang tak diketahui siapa itu secara tiba-tiba. “Huh?” hanya itu saja yang bisa Tiffany katakan untuk mengekspresikan kekagetannya. Kemudian ia segera menyelesaikan buang air kecilnya.

Diam. Tak ada siapa-siapa yang menjawab.

Please… don’t bother me (Kumohon… jangan ganggu aku), Tiffany berdoa dalam hati.

“I don’t bother you (Aku tidak mengganggumu).”

Tiffany semakin ketakutan mendengar balasan yang tak diketahui siapa yang membalas, ia melihat ke sekeliling ruang kamar mandi. Tak ada siapa-siapa. Ia pun juga berpikir bahwa tak mungkin teman-temannya yang membalas perkataannya, karena perkataannya itu terucap dalam hati.

“Who are you (Siapa kau)?” tanya Tiffany yang mencoba menegur ‘seseorang’.

Diam. Kembali lagi tak ada yang menjawab.

Tiffany mendesah. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Berusaha berpikir bahwa itu hanyalah imajinasinya saja.

“I need your help (Aku butuh bantuanmu).”

Kembali lagi suara itu terdengar. Matanya Tiffany melebar lagi. Tangannya ia kepal untuk menahan rasa takutnya.

Please… Leave me alone now. I don’t know who you are. And I can’t help you (Kumohon… Tinggalkan aku sekarang. Aku tidak tahu siapa kamu. Dan aku tak bisa membantumu), kata Tiffany dalam hati sambil menutup mata.

Hening.

Tiffany yang masih dalam keadaan duduk di kloset duduk itu mendesah untuk meredakan rasa takut. Hening ini cukup panjang. Hingga Tiffany memutuskan untuk membuka matanya. Perlahan ia membuka matanya.

Sesosok wajah terlihat jelas berhadapan dengan wajahnya Tiffany.

Seketika Tiffany sangat terkejut dan memundurkan posisi duduknya semakin ke belakang. Desahannya sangat berat seperti berirama beat.

Sosok wajah itu terlihat pucat pasi, sklera kedua matanya tidaklah berwarna putih melainkan berwarna hitam sehitam warna lensa matanya. Matanya cukup besar. Rambutnya berwarna hitam pekat dan panjang. The clothes… the clothes… uniform… school uniform (Pakaiannya… pakaiannya… seragam… seragam sekolah)? pikir Tiffany yang memerhatikan sesosok yang ada di hadapannya yang tidak berkedip sama sekali ini.

“Yes. I’m still a student (Iya. Aku masih seorang pelajar).”

Suara itu terdengar kembali. Mulut sesosok yang ada di hadapannya ini sama sekali tidak bergerak. Ekspresi nya pun juga dingin. Tiffany lalu menelan ludah.

I’m sorry. I really can’t help you (Maafkan aku. Aku sungguh tak bisa membantumu).

“It means that you’ll get hurt (Berarti kau akan celaka).”

Huh? Get hurt? What has she cursed me? (Celaka? Apa dia baru saja mengutukku?) pikirku yang takut dengan perkataan itu.

“Nope. But the curse is on you (Tidak. Tetapi kutukan itu tertuju padamu).”

On me (Padaku)?

Mata Tiffany terus-menerus melebar hingga ia memutuskan untuk keluar dari kamar mandi. Kedua tangannya yang bergemetaran sedaritadi itu, ia coba mengepal-ngepalkan. Sekujur tubuhnya Tiffany sedaritadi berkeringat dingin.

Pintu pun ditutup dengan kencang.

Ia pun mendapati ruang kamar hotel nya kosong tak seperti tadi. TV yang tadi menyala itu dalam keadaan mati. Kembali lagi ia terbelalak disebabkan karena suara ketukan pintu kamar secara tiba-tiba.

Tiffany berjalan pelan menuju pintu untuk melihat siapa yang mengetuk seraya berkedip-kedip dan menelan ludah.

Kemudian ia melihat layar インターホン呼び鈴 (Bel Pintu Intercom) untuk mengetahui siapa yang mengetuk pintu.

Terlihat sosok dirinya sendiri di dalam layar. Wajah ‘dirinya’ itu sangatlah pucat pasi dan ekspresinya dingin. Berdiri diam dan kemudian seolah-olah melihat ke arah kamera dan tersenyum dingin.

Tiffany langsung mundur ke belakang hingga ia terjatuh ke lantai. Matanya melebar melihat ‘dirinya’ berada di dalam layar. Ia mengejapkan mata, berusaha berdiri dan melihat kembali pada layar itu untuk memastikan bahwa itu hanya halusinasinya saja.

Terlihat seorang perempuan berambut gelombang yang berwarna hitam kecoklatan itu mengetuk pintu berkali-kali seraya menekan tombol bel dan memanggil, “Tiffany! Cepatlah keluar! Kita akan pergi untuk mengadakan Press Conference (Konferensi Pers) tentang Sooyoung!”

Tiffany mendesah lega. Ia pun segera membuka pintu dan mendapati orang yang mengetuk adalah Taeyeon, sang ketua.

“Huh… kau lama sekali di kamar mandi. Sampai-sampai sang manajer lupa kalau kau masih ada di kamar. Untung saja aku ingat,” gerutu Taeyeon yang cemberut.

Tiffany hanya diam saja sebelum ia melihat sosok rambut panjang itu tepat di belakang Taeyeon — sosok rambut itu mengenai bahu Taeyeon. Tiffany meresponnya dengan sebuah kekagetan dan teriakan.

Tiffany langsung keluar dari pintu dan menarik tangan Taeyeon untuk bergegas keluar dari hotel.

Sampai di dalam mobil, Tiffany yang duduk paling belakang sebelah kanan itu tengah sibuk dengan ponselnya. Ia mencoba untuk menghapus tulisan — namanya dan nomornya sendiri — yang ada di Panggilan Tak Terjawab. Namun tak bisa.

Hingga ponsel nya berdering kembali dengan suara ringtone dari lagu kematian One Missed Call. Sang penerjemah yang juga berada di dalam mobil itu sekejap terbelalak. Ia tampaknya mengingat suara ringtone itu.

“Itu suara… film… One Missed Call!” ungkap sang penerjemah yang akhirnya mengetahui suara itu berasal.

“One Missed Call?” balas Tiffany yang langsung merespon meski masih bingung, “Bukankah lagu dari film One Missed Call itu seperti lagu mobil es krim?”

“Itu versi Baratnya. Ringtone yang ada di ponsel mu itu versi Jepang. Dan… mengapa kau tidak mengetahui hal itu? Bukankah kau mengunduh ringtone One Missed Call versi Jepang?”

“Huh? Mengunduh? Aku tidak mengunduhnya.”

“Hah? Lalu ringtone itu mengapa bisa ada pada ponselmu?”

Hening.

Tak sengaja jari Tiffany menekan tombol terima panggilan. Matanya sedikit melebar dan ia segera mendekatkan ponselnya pada telinganya.

“Panggilan ini aneh sekali. Suara yang terdengar itu seperti suaraku. Benar-benar aneh,” dengar Tiffany dalam ponselnya. Ia melihat sebentar layar ponselnya yang menunjukkan durasi waktu telepon yang sedang berjalan, lalu mendekatkan ponselnya lagi ke telinganya.

Tak lama kemudian, terdengar suara tabrakan di dalam ponsel. Tiffany terkejut mendengarnya begitu juga dengan orang-orang di dalam mobil karena suara tabrakan itu terdengar kencang. Panggilan pun mati.

Jantung Tiffany berdegup kencang setelah mendengar panggilan yang ‘aneh’ itu. Kemudian, sang manajer yang berada disamping supir itu berkomentar, “Panggilan dari siapa itu? Suaranya berisik sekali.”

“Tak tahu. Panggilan ini aneh sekali. Suara yang terdengar itu seperti suaraku. Benar-benar aneh,” jawab Tiffany cepat dan tiba-tiba ia tersadar dengan perkataannya yang sama dengan panggilan tersebut.

Sunny yang sedaritadi tertidur di mobil itu bangun dan ikut berkomentar, “Sudah… itu hanya sebuah lelucon dari penggemar saja. Tak ada hal gaib di dunia ini,” sebelum ia mencoba tidur kembali.

Suara Sunny… sama persis dengan yang ada di panggilan ini, pikir Tiffany yang mulai ketakutan serta kebingungan dengan melihat ke seluruh arah.

“Ada apa, Tifanny?” tanya Jessica bingung melihat tingkah laku Tiffany.

“Kumohon! Berhenti!” Tiffany berteriak sambil menutup kedua telinganya. Ternyata suara-suara seperti komat-kamit itu mengelilingi Tiffany meski tak didengar oleh yang lain.

Suara-suara seperti komat-kamit itu bukanlah suara dari ‘sosok’ yang ia temui di kamar mandi.

Sang supir yang melihat ke arah Tiffany yang berteriak-teriak secara tiba-tiba itu tanpa menyadari ia telah melencengkan mobilnya. Sampai mobil itu menabrak pembatas jalan raya dan terbalik ke samping kanan.

Kaca pun pecah. Mobil pun rusak. Orang-orang yang didalamnya mengalami luka-luka. Begitu juga dengan Tiffany. Kepalanya sedikit tergores dengan kaca. Meskipun begitu ia masih sadar, It’s hurting (Sakit)!, ungkapnya menahan rasa sakitnya.

“I’ve told you (Sudah kukatakan padamu).”

Why did you do this to me (Mengapa kau lakukan ini padaku)? ucap Tiffany dalam hati sambil mencoba berjalan keluar dari mobil yang terbalik ini.

“I didn’t do it. She’s the one who did this to you (Aku tidak melakukannya. Dia satu-satunya yang melakukan ini padamu).”

She? Who is she (Dia? Siapa dia)? Tiffany kemudian muntah darah dan berhenti bergerak setelah pecahan kaca ada yang terjatuh dan menancap di perutnya — tepatnya bagian ginjalnya. Selain menyimbahkan darah, sebuah permen merah keluar mendadak dari mulutnya.

***

Secangkir kopi hangat diletakkan di meja yang berwarna putih yang bersih ini. Sebuah laptop yang sudah diletakkan di meja itu, dibuka dan dinyalakan.

Tampak dua tangan menyentuh keyboard laptop tersebut dan mulai menekan tuts-tuts keyboard nya. Terlihat seseorang berpakaian hitam sedang memainkan laptop. Juga terdapat sebuah tato Borneo Scorpion (Kalajengking Borneo) hitam di lengan kirinya. Rambutnya bercat pirang.

Ia membuka Micros*ft W*rd, dan mengetik narasi dalam sebuah naskah di dalamnya dalam bahasa Jepang.

Suatu hari… terdapat seorang gadis berusia 19 tahun… bernama…, ucapnya dalam hati seraya mengetik tulisan itu di laptop. Ia mendapatkan ilmu supernatural…

Ia berhenti mengetik sejenak, menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi. Diangkatlah secangkir minuman berisi kopi yang telah dicampur susu low fat (Rendah lemak). Dan diseruputlah ke dalam mulutnya. Lalu diletakkan kembali ke meja.

Suara ringtone terdengar di ponselnya yang diletakkan di meja. Ia segera mengangkatnya, “Halo. Ini Kris.”

“Oh, pak editor. Bisa beri waktu sekitar 2 bulan lagi?” balas orang itu yang bernama Kris, “Aku sedang sibuk. Jadinya aku sedikit susah untuk menyelesaikannya.”

“Kumohon, pak. Kemarin aku baru saja tiba di Tokyo,” jelas Kris sambil mengetik beberapa kata kembali, “Iya. Jika aku ada waktu, pasti aku sudah menyelesaikannya.”

Panggilan telepon terputus. Kris pun mendesah mendengar omelan dari editor nya. Ia lalu meletakkan kembali ponselnya di meja. Dan sambil berimajinasi, ia mengetik naskah di laptop.

Tangannya terdiam di atas keyboard. Sebuah garis — yang menunjukkan bisa diketik — di layar itu terus-menerus berkedip-kedip saja dan tak berpindah-pindah. Kris mendesah kembali. Ia sama sekali tak bisa berpikir jernih.

Pada akhirnya ia memutuskan untuk pergi keluar untuk menjernihkan pikirannya agar bisa mendapatkan imajinasi yang bagus.

Laptop pun dimatikan dan ditutup. Dimasukkan ke dalam tas laptop. Me-resleting tas laptop itu.

Ia berdiri. Membawa tas laptop dan menghabiskan kopi nya, kemudian pergi keluar dari kamar apartemennya.

Ia kemudian berjalan kaki menuju ke kafe yang tidak begitu jauh dari apartemennya. Ia terus berjalan sambil mencoba mendengarkan lagu horror di ponselnya.

Sesaat kemudian, ia akan melewati jalan penyeberangan. Rambu penyeberangan untuk pejalan kaki masih berwarna merah, ia pun berhenti sambil menunggu rambut penyeberangan berwarna hijau.

Tak lama, tak sengaja ia melihat sosok perempuan — berseragam sekolah — menyeberangi jalan tanpa memerhatikan kiri-kanan. Kris yang melihat itu langsung terkejut.

Kris hendak berteriak untuk hati-hati, akan tetapi sosok perempuan itu tiba-tiba tertabrak oleh mobil. Pada waktu bersamaan, pandangan Kris pada perempuan itu terhalang oleh sebuah truk yang berjalan.

Tahu-tahu setelah truk tidak menghalangi lagi, perempuan itu sama sekali tidak diketahui kemana. Menghilang begitu saja. Kris segera melepaskan earphone nya, lalu melihat ke arah sekeliling. Tak ada siapapun yang sepanik dengannya yang berarti tak ada siapapun yang melihat kejadian itu.

Kris mendesah lega. Ia berpikir bahwa itu hanyalah imajinasinya saja.

Sesampai di kafe, kemudian Kris duduk seusai memesan minuman es teh. Ia masih mengingat kejadian perempuan itu. Dan akhirnya memutuskan untuk memasukkan kejadian itu ke dalam ceritanya. Paragraf yang sudah ia ketik sebelumnya, ia hapus. Dan mengetik tentang kejadian tadi.

Begitu selesai menceritakan kejadian itu, ia berhenti sejenak. Meminum es teh yang telah diantar oleh sang pelayan. Es teh itu menyegarkan dan melepaskan dahaganya.

Disamping meja nya yang tak jauh dari meja nya, ia mendengar suara keributan antara seorang perempuan dengan perempuan. Tak sengaja ia menguping pembicaraan mereka karena mereka berbicaranya membuatnya bisa terdengar.

“Kawaguchi, benarkah kau yang melakukannya?” sedikit nada ketus terlontar dari seorang perempuan yang bergaun bahan satin. “Jujurlah.”

“Huh? Apa maksud kakak Aragaki? Aku tak mengerti,” balas dengan ekspresi bingung dari seorang perempuan yang berpakaian bahan katun rayon yang memiliki nama keluarga Kawaguchi.

Perempuan yang bergaun bahan satin yang memiliki nama keluarga Aragaki itu sedikit menggebrak meja nya sebelum ia mendesah, “Mengapa kau menyembunyikannya?”

“Lihat foto ini,” lanjutnya seraya menunjukkan suatu foto dari ponselnya pada Kawaguchi, “Foto itu kutemukan di blog berita.”

Kawaguchi itu terlihat terkesiap. Matanya terbelalak melihat foto itu. Kris yang menyaksikan keributan mereka itu tidak dapat melihat foto apa itu.

“Benar, ‘kan?” tanya Aragaki dengan singkat, “Benda ini pastilah punyamu. Tak mungkin punya orang lain.”

Pertanyaan yang seperti ‘ancaman’ bagi Kawaguchi itu membuatnya terdiam.

Beberapa saat kemudian, ponsel yang ada di saku baju nya Kris itu berdering. Dengan suara ringtone yang berbeda sekali dengan apa yang ia punya. Suara itu… membuat seluruh orang mencari-cari sumber suara itu.

Kris terlihat bingung dengan suara ringtone yang sama sekali tidak pernah ia unduh. Apalagi ia melihat nama lahirnya “吴亦凡 (Wu Yi Fan)” dan nomor teleponnya lah yang meneleponnya. Bagaimana bisa nama lahirku dan nomor teleponku terpampang disini? tanyanya pada diri sendiri.

Suara ringtone pun mati.

Seusai suara itu mati, terdengar pula suara yang tak diketahui, “Karena ada yang mengutukmu.”

Kris tidak menyadari suara itu karena ia sedang fokus, melihat baik-baik nomor dan nama yang meneleponnya yang ada didalam Panggilan Tak Terjawab. Tertulis tanggal dan jam “13/12/13 1:33 AM”.

Pikirnya, Mengapa itu tertulis pada tanggal yang kubenci?

Kawaguchi itu segera berdiri dan pergi bersama Aragaki meninggalkan kafe.

Kris menghela nafas dan meletakkan kembali ponselnya, karena ia menganggap itu hanyalah kerjaan orang iseng. Ia pun mengetik naskahnya kembali, dan mengambil keputusan untuk memasukkan juga kejadian-kejadian tadi.

Pada malam harinya, Kris yang tengah memakan ラーメン (Ramen) buatannya itu sedang membaca paragraf-paragraf yang telah ia ketik di laptop — yang sedang diisi baterai nya. Kemudian ia memperbaiki kata-kata dan membuatnya menjadi lebih bermakna. Seraya menyetel lagu horror untuk mengambil latar kesuraman dalam ceritanya, ia mencoba mengetik kembali.

Apakah ini hanyalah sebuah imajinasi? Ataukah ini sebuah kenyataan? ucapnya dalam hati yang diikuti dengan pengetikan dua kalimat itu. Jari-jarinya kembali berhenti.

Ia pun iseng-iseng melihat ke ponselnya untuk menulis pesan pada temannya. Setelah selesai menulis pesan, ia melihat kembali ke layar. Terkesiaplah seketika.

Didalam layar terdapat sosok wajah perempuan yang pucat pasi, sklera kedua matanya tidaklah berwarna putih melainkan berwarna hitam sehitam warna lensa matanya. Matanya cukup besar. Rambutnya berwarna hitam pekat dan panjang.

Melihat wajah yang dingin itu yang tiba-tiba muncul di layarnya, membuatnya mendorong ke belakang yang tentu saja membuatnya terjatuh ke belakang bersama dengan kursi yang ia duduki. Kepala bagian belakangnya tak terlalu parah terkena lantai. Membuatnya merasa kesakitan dan mengelus-elus kepala bagian belakangnya.

Aduh… sakit sekali, ungkapnya dalam hati.

“Itu belum seberapa. Karena ada suatu kutukan tertuju padamu.”

Kris yang masih mengelus-elus kepala bagian belakangnya itu, itu bingung dan mencari-cari darimana sumber suara itu berasal.

“Siapa kau!?” tanya Kris yang masih di lantai dengan nada kencang.

Hening.

Sama sekali tak ada jawaban.

Huh… syukurlah hanya imajinasi saja, ungkap Kris dalam hati dan mencoba membangkitkan tubuhnya sendiri.

“Ini bukan imajinasi. Aku butuh bantuanmu.”

Huh? Apakah aku mengalami gegar otak? Sehingga mendengar suara yang aneh?

“Kau tidak mengalami itu. Aku sungguh butuh bantuanmu atau kau juga akan celaka.”

Kris terdiam. Ia bingung ingin berkata apa. Perasaannya setengah berani dan setengah takut.

“Kau tak perlu takut. Jika kau membantuku, maka kau takkan celaka.”

Kris bertanya dengan nada sedikit kencang — ia masih merasa itu hanyalah imajinasinya saja, “Membantumu bagaimana!?”

Diam. Kembali lagi tak ada jawaban.

Aku harus pergi ke rumah sakit sekarang.

Kris bergegas pergi meninggalkan kamar apartemennya, dan menaiki taksi untuk menuju ke rumah sakit. Dalam perjalanan, ia kemudian ditelepon kembali oleh asistennya editor.

“Kris! Kau sudah menulis berapa halaman!?” sang asisten editor yang bernama Sehun itu berteriak-teriak dan juga terdengar keberisikan di dalam panggilan ini.

“Huh? Aku… Aku akan pergi ke rumah sakit,” jawab Kris yang melenceng dengan apa yang ditanyakan oleh Sehun.

“Hah!? Aku tak bisa mendengarmu!” teriak Sehun.

Kris menjawab dengan teriakan juga, “Aku akan pergi ke rumah sakit!” Teriakan Kris membuat sang supir taksi menengok ke arah Kris sebelum ia memfokus menyetir kembali.

“Untuk apa kau ke rumah sakit!? Apa ada yang sedang sakit!?”

“Kurasa aku mengalami gegar otak!”

“Hah!? Gegar otak!? Bagaimana bisa!? Lalu bagaimana dengan naskahnya!? Apakah kau meminta untuk memanjangkan waktu lagi!? Tidak bisa! Bosku sudah marah-marah sedaritadi!”

“Bisakah kau pindah ke ruang yang tidak berisik!?” pinta Kris yang kecapaian berteriak-teriak.

Akhirnya latar suara Sehun pun semakin lama semakin hening yang menunjukkan Sehun telah berada di tempat kosong, “Mengapa kau bisa mengalami gegar otak?”

“Aku terjatuh bersama kursi ke belakang dan bagian belakang kepala ku terjeduk lantai.”

“Perlukah aku ke sana?”

“Terserah. Asalkan disana jangan berbicara tentang naskah dahulu.”

“Tak bisa. Atau gajiku akan dipotong jika kau tidak menyelesaikan naskah itu!”

Perbincangan terus berlanjut, sampai taksi berhenti tepat di rumah sakit. Kris yang masih menelepon itu melihat argometer dan membayar sesuai dengan apa yang ada di argometer.

***

“Kau menipuku! Dokter berkata kalau otakmu sama sekali tidak ada cedera,” kesal Sehun karena ia sudah capai-capai kemari.

“Tapi… kurasa aku memang gegar otak. Mengapa aku…,” belum selesai diucap, perkataan Kris dipotong.

“Sekarang, kita akan bahas naskahmu. Sudah berapa halaman yang telah kau tulis? Kumohon jangan berikan jawaban yang menyakitkanku,” sela Sehun yang sedikit heboh.

“Ayolah, Sehun. Kita ini teman. Janganlah membahas soal pekerjaan dahulu. Temanmu ini sedang sakit.”

“Sakit? Dokter saja sudah memvisum bahwa kau sama sekali tidak mengalami gegar otak.”

“Ya, ya. Baiklah. Aku menyerah.”

“Jadi, sudah berapa yang kau tulis?”

“Baru 3 halaman,” jawab Kris singkat.

“Apa!? Baru 3 halaman!?” kaget Sehun mendengarnya.

“Menjadi seorang penulis itu tidaklah mudah, Sehun,” terdengar seperti putus asa.

“Jangan bilang kau sedang mengalami Writer’s Block.”

“Itu kau tahu.”

“Tamat sudah diriku,” ujar Sehun yang lebih putus asa.

Benar-benar aneh, Kris yang tidak memperhatikan nasib Sehun itu hanya memikirkan tentang suara ‘misterius’ itu.

“Aku sangat butuh bantuanmu.”

Kris tiba-tiba mendengar suara ‘misterius’ itu lagi, kemudian Kris langsung mengguncang-guncangkan bahunya Sehun, “Sehun, apakah kau mendengar ucapan itu?”

“Mendengar apa?” balas Sehun yang sedih sambil kedua tangannya memegang kepalanya.

Kurasa dia tidak mendengarnya. Apa ini benar-benar suara dari hantu? pikir Kris yang bingung.

“Iya. Dia takkan mendengarnya. Hanya kau lah yang bisa mendengarnya. Karena kau adalah idolaku.”

Kris yang merasa bingung campur ngeri itu langsung meminta pamit pada Sehun dengan alasan akan melanjutkan naskahnya. Alasan ini membuat Sehun bersemangat kembali.

Sesampai di kamar apartemennya, Kris duduk dan menyalakan laptopnya. Ia telah memutuskan untuk memasukkan dialog dari suara ‘misterius’ itu ke dalam ceritanya. Sambil menunggu laptop menyala, ia pun berpikir-pikir.

Huh? Idola?

“Kau adalah seorang penulis horror yang best seller. Kau adalah idolaku. Dan maukah kau membantuku? Jika kau tidak membantuku, maka kau akan celaka.”

Siapa kau? Kumohon jangan ganggu aku jika kau memang penggemarku.

“Karena aku adalah penggemarmu, maka aku ingin menolongmu. Menolongmu hanya dengan kau membantuku.”

Maksudnya?

“Ada seorang perempuan yang pernah kau lihat itu, namanya Kawaguchi Haruna. Ia adalah orang yang mengutukku. Dia sangat membenciku. Dia akan memusnahkan segala macam tentangku dan semua yang berhubungan denganku. Bahkan aku sudah kehilangan orang-orang yang kuidolakan dan anggota-anggota keluargaku. Jadi… ku sangat harap jika kau membantuku maka kau akan selamat.”

Ka…wa…gu…chi? pikir Kris yang sepertinya pernah mendengarnya.

“Iya. Perempuan yang ribut dengan kakak sepupunya di kafe. Apakah kau sudah ingat?”

Kris tampak mengingat-ingat. Dan akhirnya ia mengingat perempuan itu yang adegan keributannya ia masukkan ke dalam ceritanya.

Benarkah? Kris tampak bingung. Laptop nya yang sudah menyala dan membuka dokumen naskahnya dalam Micros*ft W*rd itu segera ia menggulir.

“Namaku Miyazaki Aoi. Carilah berita kematian seorang pelajar bunuh diri di rawa.”

Kris pun menuruti apa yang dikatakan oleh Miyazaki Aoi itu, akhirnya ia menemukan berita kematian seorang peljar bunuh diri di rawa.

“Kawaguchi Haruna adalah teman kelasku sekaligus sahabatku. Awal cerita seperti ini, aku berpacaran dengan orang yang dia sukai. Dia pun memendam rasa dendam padaku. Apalagi ketika rahasia dia itu terbongkar. Dia semakin dendam padaku. Dia berpikir bahwa akulah yang membongkar rahasianya. Hingga ia memutuskan untuk membunuhku dan melenyapkan semua hal yang berhubungan denganku.”

Rahasia? Rahasia apa?

Hening sejenak.

Suara ‘misterius’ yang berasal dari Miyazaki Aoi itu terdengar kembali, “Ketika ia masih kecil, ia sudah hampir kehilangan nyawanya karena penyakit yang misterius. Semenjak kecil dia sudah bolak-balik ke rumah sakit, namun tak ada hasil. Bahkan para dokter saja sudah memberi visum yang negatif padanya. Hingga pada akhirnya, orang tua nya memutuskan untuk menjual nyawa nya yang sekarat itu pada hantu yang bernama 水沼美々子 (Mizunuma Mimiko) atau biasa dipanggil Mimiko untuk menyelamatkan anaknya. Jadi… Semenjak itu Kawaguchi Haruna memiliki kekuatan supernatural.”

Kris terpaku mendengar penjelasan dari Aoi, karena penjelasan itu sama persis dengan ide yang diketik dalam naskahnya.

“Sekarang… kau harus memusnahkan Kawaguchi Haruna sebelum semuanya terlambat. Atau dia akan membunuh orang kembali.”

Memusnahkan? Memusnahkan bagaimana?

“Dengan membunuhnya.”

Satu kata kerja itu cukup membuat Kris membuka matanya lebar-lebar.

Membunuhnya? Itu merupakan perbuatan dosa!

“Lebih dosa lagi apabila kau sama sekali tidak membunuhnya. Karena selain ia akan membunuhmu, dan dia akan lebih banyak membunuh orang.”

Maaf. Aku tak bisa. Kau carilah orang lain.

“Berarti kau akan celaka.”

Kris terdiam. Dia sama sekali tak bisa membalas kalimat itu. Dia sangatlah bingung. Selain dia memiliki kesibukan tentang pekerjaannya sebagai seorang penulis. Dia harus menyelamatkan dirinya dengan membunuh orang yang bernama Kawaguchi Haruna.

“Dia memiliki kekuatan supernatural. Ingat itu!”

Lanjut Aoi, “Dia bisa membunuhmu jika kau tidak membunuhnya! Jadi… sebelum terlambat maka cegahlah dia. Apalagi besok lusa adalah hari Jumat tanggal 13. Itu adalah hari dimana ‘kematian’mu tiba.”

Kris mendesah pasrah.

***

Dia bisa membunuhmu jika kau tidak membunuhnya. Kalimat itu terus-menerus terngiang di pikirannya Kris. Antara percaya dan tidak percaya, ia terus memikirkannya.

Kemudian, suara dari Aoi itu bergema kembali. “Kau mendapat panggilan yang berasal dari nama lahirmu sendiri dan nomor teleponmu sendiri, bukan?”

“Kumohon… bisakah kau tidak menggangguku? Aku benar-benar tak sanggup,” hardik Kris yang stres memikirkan itu.

Hening.

Tidak mungkin itu terjadi, pikirnya secara matang-matang.

“Sebuah celaka akan terjadi padamu karena kau telah mendapatkan panggilan itu.”

Darimana dia tahu? tanya Kris dalam hati dengan mengangkat kepalanya.

“Aku dibunuh olehnya dengan cara panggilan telepon seperti itu.”

Benarkah? Bagaimana mungkin bisa seperti itu? Kris berkomentar dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Karena… dia memiliki supernatural.”

Kris mendesah kembali. Dia ingin sekali tidak memercayai apa yang dikatakan Aoi, namun dia takut apabila itu benar-benar terjadi.

“Kau masih tidak percaya? Carilah berita tentang kematian ONE OK ROCK dan dua anggota Girls’ Generation.”

Kris mengerutkan kepalanya, dia pun akhirnya mengikuti perkataan Aoi karena penasaran. Dia menemukan berita kematian ONE OK ROCK disebabkan karena bom waktu yang diletakkan tepat di belakang amplifier. Sebuah pernyataan kalimat “Jam alarm カシオ (Casio) berwarna merah” juga ia baca.

“Itu adalah jam milik Kawaguchi.”

“Huh?” respon Kris bingung dan menggulir ke bawah terdapat gambar jam alarm itu sambil berpikir, Bukankah jam alarm itu turut hancur dalam ledakan bom?

“Memang. Tetapi serpihan-serpihan jam alarm itu beserta pita yang masih lumayan utuh karena tulisan “愛している隆氏くん (Aku cinta kamu Takashi)” masih dapat terlihat.”

Jadi… gambar itu adalah ilustrasi yang dibuat serupa dengan yang aslinya?

***

Keesokan harinya, tepat pada hari Kamis tanggal 12 Desember 2013, jam 8 malam. Kris diberitahu alamat tempat tinggal Kawaguchi.

Dari jarak jauh, Kris mengawasi kamar apartemennya Kawaguchi. Sampai Kawaguchi keluar rumah dengan mengendarai sepeda.

Dia pun mengikutinya juga dengan menaiki sepeda sewaan. Lalu sampai di tempat parkir, Kawaguchi memarkirkan sepedanya. Dan berjalan kaki menuju sebuah toko パン (Roti). Ternyata Kawaguchi adalah seorang pelayan toko di toko kecil ini.

Kris pun masuk dan mencoba berpura-pura menjadi pelanggan. Kebetulan orang yang melayani Kris adalah Kawaguchi.

“Anda ingin yang mana, tuan?” tanya Kawaguchi yang ramah.

“Hmm… roti yang ini,” jawab Kris sambil menunjuk roti yang ada di etalase.

Kawaguchi segera mengambil roti itu dan membungkusnya, serta menghitung di mesin kasir. “Harganya 225円 (225 Yen), tuan,” ujar Kawaguchi seraya tersenyum ramah.

Tidak mungkin… dia ramah sekali. Bagaimana bisa dia yang membunuh orang-orang itu? sambil berpikir, Kris merogoh sakunya untuk mengambil uang dari dompetnya. Dia lalu memberikan 2 koin yang bertuliskan “100 平成25年 (100 Tahun 2013)” dan 2 koin 10円 (10 Yen) dan 1 koin 5円 (5 Yen).

“Terima kasih. Uang Anda sebesar 225円 (225 Yen). Selamat berbelanja kembali,” ujar Kawaguchi tersenyum. Dan tiba-tiba ia teringat akan sesuatu, “Tuan bukannya penulis horror yang terkenal itu, bukan?”

“Ah, iya,” Kris mau tak mau tersenyum dan kemudian keluar dari toko roti, dia pun memutuskan untuk menyelidikinya sampai Kawaguchi selesai kerja. Ternyata Kawaguchi hanya アルバイト (Kerja part-time). Jam 11 malam, ia yang telah diberi gaji dan keluar dari toko roti yang buka 24 jam ini.

Kemudian Kawaguchi pergi ke tempat parkir untuk mengambil sepedanya, begitu juga dengan Kris. Tanpa sengaja sepeda Kawaguchi menabrak sepeda Kris. Keduanya hampir terjatuh karena tabrakan pelan ini.

“Ah…,” Kawaguchi turun dari sepedanya, “Apa kau baik-baik saja?”

“Iya, aku baik-baik saja,” Kris juga turun dari sepedanya.

“Maafkan aku,” Kawaguchi membungkuk badannya dan terkejut karena Kris adalah pelanggannya yang tadi, “Tuan? Tuan yang… membeli roti tadi bukan?”

“Iya,” Kris tersenyum begitu Kawaguchi tersenyum. Benarkah dia orang jahat?

“Ah, baiklah. Syukurlah kalau tuan tidak apa-apa. Permisi dahulu,” Kawaguchi menaiki sepedanya kembali dan hendak pergi sebelum dicegah oleh Kris.

“Begini… apakah kau mengenal seorang bernama… Miyazaki Aoi?”

Ajuan pertanyaan ini menyebabkan Kawaguchi terbelalak matanya dan sedikit membungkuk kepalanya. “Hmm… aku sedang terburu-buru. Permisi, tuan,” dia dengan cepat pergi dengan sepedanya.

Dia menyembunyikan sesuatu, pikir Kris berkomentar dengan tingkah lakunya.

“Dia memang menyembunyikan sesuatu.”

Suara itu datang kembali tanpa diduga, hal ini menyebabkan Kris sedikit kaget. Tetapi… mengapa dia sangat ramah? Kris bingung.

***

Satu jam kemudian, tibalah hari Jumat tanggal 13 Desember 2013. Kris yang memiliki パラスケイヴィデカトリアフォビア (paraskevidekatriaphobia) ini memang sedikit takut meskipun dia adalah seorang penulis buku horror. Apalagi ditambah, tentang dia ‘akan’ meninggal tepat pada Jumat-13.

Kris masih mengikuti kemana pun Kawaguchi pergi. Sampai Kawaguchi bertemu dengan seorang ibu bersama seorang anak perempuan kecil.

“Dia… dia adalah Mimiko!” kembali lagi suara Aoi muncul.

Huh? Mimiko?

“Anak kecil yang tersenyum itu… itu adalah Mimiko!”

Kris terkejut seketika begitu anak perempuan kecil itu tampak tersenyum padanya. Kawaguchi yang melihat senyuman anak perempuan kecil itu tertuju pada seseorang, membuatnya menoleh ke belakang untuk melihat siapa.

Kris yang bersembunyi di balik pohon itu kepanikan, takut ketahuan bahwa dia mengikutinya.

Suara ringtone dari lagu kematian One Missed Call tiba-tiba terdengar di ponselnya Kris. Melihat itu Kris terbelalak, dia merasa kepanikan. Dan secara tiba-tiba juga, suara ringtone itu berhenti. Kris mendesah lega.

Begitu Kris melihat ke arah mereka kembali, mereka sudah tidak ada disitu. Kris pun mencarinya kemana-mana. Tetap tidak ada. Sampai ia memutuskan untuk pergi ke kamar apartemennya Kawaguchi.

Sesampai di luar rumah Kawaguchi, Kris mendapati Kawaguchi sudah berada di dalam kamar apartemennya. Baru hendak masuk ke dalam rumah Kawaguchi, tiba-tiba Kris mendapatkan panggilan telepon.

Tertulis dari Sehun. Secepat mungkin Kris menerima panggilan telepon itu.

“Hei! Bisakah kau tidak meneleponku secara tiba-tiba?” kesal Kris yang mencoba berbicara pelan-pelan agar tidak ketahuan oleh Kawaguchi.

“Hei juga! Sudahkah kau menyelesaikan naskah itu?” balas Sehun yang kesal juga.

“Mengapa kau masih membicarakan itu!?”

“Karena itu memang pekerjaanku. Sudah berapa halaman yang kau tulis?”

Kris yang merasa gelisah akan waktu yang ‘membuatnya’ meninggal itu langsung memutuskan panggilan telepon.

Saat itu juga, Kris mengetuk pintu kamar apartemennya Kawaguchi.

Pintu pun terbuka, dan terlihat Kawaguchi memiringkan kepalanya karena bingung.

“Tuan? Bagaimana tuan… apa tuan mengikutiku?” tanya Kawaguchi terkejut.

“Hentikan kutukan itu sekarang juga,” jawab Kris yang melenceng dari pertanyaannya Kawaguchi.

“Ku… kutukan? Maksud tuan?” Kawaguchi tampak kebingungan dengan kehadiran Kris yang ‘aneh’ ini, “Aku tak mengerti.”

“Jangan pura-pura bodoh. Kau… kau pasti kenal dengan Miyazaki Aoi, ‘kan? Akuilah!”

Kawaguchi tampak terdiam.

Tak lama kemudian, tiba-tiba kamar apartemennya Kawaguchi mati lampu. Angin kencang berterbangan dan mengguncang-guncangkan daun-daun pepohonan di sekitar mereka.

Kris melihat ke sekelilingnya, angin kencang yang tiba-tiba datang itu mendinginkan kulit mereka.

“Apa kau yang mengutuknya!?” hardik Kris yang kesal dengan Kawaguchi.

Kawaguchi bingung mendengar hardikan Kris, “Apa maksud tuan? Aku sama sekali tidak mengerti.”

“Anak perempuan kecil yang tadi bertemu denganmu itu adalah Mimiko, bukan!?” bentak Kris. “Akuilah!”

“Huh? Dia itu adik sepupuku. Dan dia bukan Mimiko, namanya Honda Miyu,” jawab Kawaguchi yang bertambah bingung.

“Dia berbohong, Kris. Jangan terperangkap oleh omongannya,” suara dari Aoi tiba-tiba bergema.

Dan angin yang sangat kencang secara tiba-tiba mendorong Kris ke belakang. Hal ini membuat Kris kesakitan dan sekaligus terkejut.

“Ini perbuatannya. Hati-hati, Kris,” suara dari Aoi bergema kembali.

Kris yang sedaritadi membawa pisau cutter di sakunya, itu segera ia keluarkan. Hal ini membuat Kawaguchi terkejut melihat pisau cutter itu.

“Aku tidak akan membiarkan kutukan ini terjadi kembali!” bentak Kris sambil mendorong Kawaguchi yang bingung campur kaget itu. Mereka berdua pun jatuh tertelungkup di lantai kamar apartemennya Kawaguchi yang gelap ini.

Badan Kris bergeser ke kiri, dia pun melihat sebuah pisau cutter menancap di lambungnya Kawaguchi. Terkesiaplah seketika. Ia telah menikam seseorang!

“Oh… tidak… tidak…,” Kris terbungkam melihat aksinya seperti itu. Kawaguchi sambil memegang pisau cutter yang menancap di perutnya itu, menghela nafas dengan cepat.

“Me… nga… pa…?” air mata Kawaguchi otomatis keluar dari matanya karena rasa sakit yang begitu dalam, dan terbata-bata, “Menga… pa…?”

Kris menggeleng-gelengkan kepalanya, ia merasa seperti telah kesurupan akibat menikam seorang. “Tidak… aku… tidak…,” suaranya terbata-bata.

Tak lama, Kawaguchi menghembus nafas terakhir dan butiran air mata turun dari matanya, matanya pun juga terbuka. Mata Kris terbelalak melihat itu, “Tidak! Jangan…”

“Terima kasih… Kris…” Suara itu bergema kembali sebelum pintu kamar apartemen tiba-tiba tertutup tanpa ada yang menutupinya.

Kris melihat ke sekeliling, ruang kamarnya Kawaguchi yang gelap itu tiba-tiba sedikit terang dengan nyalanya sebuah lampu redup.

Simbah darah mengotori baju yang dikenakan Kawaguchi dan lantai-lantai disekitarnya. Begitu juga dengan baju dan kedua tangan Kris yang penuh dengan darahnya Kawaguchi.

Sesaat, Kris dikejutkan oleh suara pintu yang terbuka dengan kencang. Sosok Sehun yang membukanya. “Sehun?” kaget Kris yang melihat Sehun.

Namun lebih kaget lagi dengan Sehun yang melihat jenasah disamping Kris. “Kris? Apa yang…?”

“Ti… tidak! Aku… tidak bermaksud…,” suara Kris terbatah-batah. Dia menjadi salah tingkah karena mendapati dirinya tertangkap basah.

“Kau membunuhnya!?” Sehun — yang sudah berteman akrab dengan Kris sedari kuliah — yang kebetulan melihat Kris masuk ke dalam suatu apartemen ketika Sehun sedang dalam perjalanan menuju rumah — dan memutuskan untuk mengikuti Kris — itu tidak menyangka bahwa Kris membunuh orang.

***

2013年4月21日(月曜日)
Senin, 21 April 2013

Setelah meninggalnya dua temanku, banyak orang menyama-nyamakan tentang hal mistis. Dua meja temanku yang meninggal itu pun dibiarkan tetap berada di kelas dan sama sekali tidak sentuh.

Setelah aku balik dari toilet, aku melihat luar kelas ku penuh dengan orang-orang. Aku yang penasaran segera melangkah dengan cepat untuk melihat apa yang terjadi.

Kemudian, aku menemukan seorang teman kelasku yang laki-laki itu tergeletak dalam keadaan mulutnya berbusa. Mata temanku itu pun juga ke atas.

Polisi pun berdatangan dan menyatakan bahwa temanku ini meninggal karena racun tikus. Tidak ada yang mengetahui kenapa dia keracunan racun tikus. Disebabkan karena, begitu dia masuk ke dalam kelas, tahu-tahu dia terkapar.

2013年4月26日(金曜日)
Jumat, 26 April 2013

Kembali lagi temanku meninggal dengan meloncatkan diri dari jendela kelasku. Aku tak tahu harus berkata apa. Mengapa hal ini bisa terjadi? Sungguh menyeramkan.

Semua orang tua pun akhirnya diminta untuk mengikuti rapat. Hanya aku yang tidak bisa membawa orang tuaku ikut rapat disebabkan karena orang tuaku ada di Korea Selatan.

2013年4月28日(月曜日)
Senin, 28 April 2013

Besok adalah 昭和の日 (Hari Showa) yang merupakan libur nasional Jepang dan termasuk dalam 大型連休 (Liburan Minggu Emas).

Aku menjadi tidak tenang begitu hari-hari sebelumnya mendapati kematian teman-teman kelasku. Ada apa sebenarnya dengan mereka? Kenapa mereka bisa seperti itu?

Tak lama, semua teman-temanku mendiskusikan hal ini. Dan di antara mereka menerka-nerka bahwa ada yang membunuhnya. Dan salah seorang temanku yang merupakan temannya temanku yang laki-laki itu berkata, “Kau ingat dua minggu lalu, ada yang bertengkar? Mungkin orang itu yang melakukannya.”

“Bagaimana cara dia melakukannya?”

“Dia… orang tuanya menjual nyawanya pada Mimiko,” bisik salah satu diantara mereka.

“Huh? Mimiko? One Missed Call itu? Jadi itu bukan fiksi?”

Aku yang penasaran pun turut berbicara, “Siapa orang itu?”

“Hati-hati, Yoona. Jangan sampai perbincangan ini ketahuan oleh dia. Jika ketahuan oleh dia, mungkin kita bisa dikutuk.”

“Kutuk?” tanyaku yang bingung.

“Rumor mengatakan kalau dia itu memiliki kekuatan supernatural.”

“Supernatural? Tentang siapa yang sedang kita bicarakan?”

Dua minggu lalu, memang terjadi pertengkaran di dalam kelasku. Diduga pertengkaran ini mengenai perebutan pacar. Dua orang yang ribut ini adalah Miyazaki Aoi dengan Kawaguchi Haruna.

“Tentang…”

***

Kata selanjutnya membuat Kris terbelalak. Dia yang sudah berada didalam ruang investigasi dalam keadaan terborgol itu, diperbolehkan membaca buku diari — yang sudah menjadi barang bukti.

Suara ringtone dari lagu kematian One Missed Call tiba-tiba berbunyi kembali, dan ponsel itu milik sang polisi yang ada didepannya. Sang polisi kemudian memeriksa siapa yang menelepon, dan tertulis dari nama lahirnya Kris dan nomor teleponnya Kris. Padahal ponselnya Kris berada di atas meja investigasi dalam keadaan mati.

Sang polisi bingung melihat ponselnya berdering dengan ringtone yang bukan miliknya. Kris langsung berdiri dan mengambil ponsel milik polisi meski dalam keadaan terborgol dan menerima panggilan telepon itu.

Tiba-tiba kedua matanya Kris mengeluarkan darah. Membuat sang polisi yang hendak mengambil kembali ponselnya itu terkejut. Dari mulutnya juga terjatuh sebuah permen merah. Permen merah itu menggeliding hingga berhenti saat bersamaan dengan terkaparnya Kris di lantai dalam keadaan mata terbuka.

“Kau akan kubawa ke rumah sakit… Kris.” Sosok Aoi pun muncul dalam layar ponsel dengan kondisi tubuh yang… hancur.

Mendengar itu membuat Kris tertawa. Tawanya… tawa ironis.

***

– Flashback –

“Tentang… Miyazaki Aoi,” jawab temannya Yoona berbisik-bisik pada Yoona, “Diam-diam.”

“Untuk apa harus diam!? Orang itu harus kita singkirkan agar tidak membunuh lagi!” kesal teman lainnya yang tidak mau hal ini dibiarkan.

“Benar! Setuju!” seru teman-teman kelas Yoona lainnya.

Tak lama kemudian, Miyazaki Aoi masuk ke kelasnya. Semua orang memusatkan pandangannya pada Aoi. Hal ini tidak menganggu Aoi. Dia terus berjalan menuju ke bangkunya. Kemudian, ia mendapati kertas — berada di atas mejanya — yang bertuliskan “すぐに死ぬことを望む!!! (Kuharap kau segera mati!!!)”.

Aoi tidak menghiraukannya, ia merobek kertas itu dan membuangnya ke dalam tong sampah tanpa berbicara sepatah katapun bahkan tanpa rasa takut. Kemudian, Aoi yang sudah meletakkan tasnya di meja itu meninggalkan kelasnya untuk pergi ke toilet.

Semua orang kecuali Yoona yang hanya melihat saja itu segera membongkar tas milik Aoi untuk memasukkan sesuatu. Namun, mereka menemukan sebuah boneka vooodoo yang terbuat dari jerami di tasnya. Mereka melihat boneka voodoo itu terdapat tulisan nama dari teman mereka — laki-laki — yang meninggal itu.

“Sudah kuduga, memang dia pelakunya,” komentar temannya Yoona yang melihat boneka itu.

“Kita harus segera melaporkannya pada kepala sekolah,” ajak temannya Yoona yang lain dan bersama-sama mereka pergi menuju ruang guru sambil membawa tas miliknya Aoi.

Yoona yang penasaran saja itu mengikuti mereka. Dalam perjalanan menuju ruang guru, mereka bertemu dengan Aoi yang baru dari toilet. Sebagian dari mereka langsung terkejut dan merasa takut. Sebagian dari mereka lagi masa bodoh dengan kemunculan Aoi.

Mereka terus menuju ruang guru tanpa menghiraukan Aoi yang hanya berdiri diam melihat mereka. Sesampai di ruang guru, baru hendak mengatakan tentang boneka voodoo itu, orang yang provokator tadi tiba-tiba kesakitan di perutnya. Dan memuntahkan dua helai jerami yang tiba-tiba ada di mulutnya.

Orang-orang yang ada disekitarnya termasuk Yoona itu terkejut. Hingga orang yang provokator itu jatuh tertelungkup sambil kesakitan dan memegangi perutnya.

Keesokkan harinya, orang yang provokator itu diberitakan meninggal karena dalam lambungnya terdapat helaian jerami. Hal ini membuat mereka semua takut, namun masih saja ada yang menentang. Salah satu dari mereka pun sampai-sampai menelepon polisi untuk menangkap Aoi. Aoi pun tidak jera, ia tetap saja sekolah.

Beberapa polisi pun berdatangan, dan orang yang menelepon polisi itu dengan tiba-tiba memuntahkan darah. Ternyata urat nadi di tangannya itu terputus, padahal dia sama sekali tidak memotongnya.

Begitu mereka kembali ke kelas, sudah tidak ada Aoi didalamnya. Sebuah jendela telah terbuka. Diduga Aoi melarikan diri melalui jendela itu. Boneka-boneka voodoo tergeletak di semua meja teman-teman kelasnya Yoona. Juga terdapat tulisan “これはすべての川口春奈の所為です! 川口春奈死んでしまえ!!! 川口春奈をいつまでも拷問する!!! (Ini semua adalah kesalahan Kawaguchi Haruna! Kawaguchi Haruna kau harus mati!!! Kawaguchi Haruna kau akan kusiksa selamanya!!!)” yang ditulis menggunakan kapur di papan tulis.

Tulisan itu membuat Kawaguchi Haruna terkesiap. Dia sangat takut sekali. Sebegitu dendam Miyazaki Aoi padanya. Apalagi Aoi akan menyakiti semua hal yang berkaitan dengannya.

Pada pagi subuhnya, jenasah Aoi ditemukan dalam keadaan mengapung di rawa. Badan forensik menyatakan bahwa dia meninggal karena bunuh diri. Dia membakar dirinya sendiri dan menenggelamkan dirinya di rawa-rawa tanpa ada sedikitpun rasa takut.

Semua kejadian ini tertulis dalam buku diarinya Im Yoona. Hingga sekarang, buku diari milik Im Yoona terus menjadi barang bukti bahwa orang yang jahat dan penuh dendam itu adalah… Miyazaki Aoi.

終わり

The End

追伸 インドネシア語は、上記のストーリーの中で使用されている、韓国語として想定してください。O.K.
   ストーリーを書くのインターナショナルな様式を従いました。
   みんな、このストーリーに読んでくれて、来てくれてありがとう!そしてO.K.このSS、奇妙なや最悪だった。−_− 他よりも「着信アリ Final」の方を選ぶ(?)
P.S. : Indonesian language is used in the story above, please assume as Korean language. O.K. I followed International style of writing a story. Thanks, everyone, for coming and read this story! And O.K. this fanfiction was strange and the worst. -_-I prefer “One Missed Call Final” than others (?)

呪わしいキャンディー-3

Soundtrack :

 

日本語でO.K.・英語でO.K.・インドネシア語でO.K.(とてもスラングことはありませんけど)
You may use Japanese [to comment]・You may use English [to comment]・You may use Indonesian [to comment] (But don’t use very slang)

122 responses to “呪わしいキャンディー(Hateful Candies)

  1. Ini klo dibuatin film pasti bakal daebak..misterix dpt bgt..awal2 masi penuh tanda tax..agak bingung..dalam benak sy pas baca ini di awal2 cerita sy hax bisa bilang..kok bisa..kok gini..tanggal kejadian kok lompat2..hubungan antar tiap tokohx mana..jdi intix..tiap baca slalu ada rasa penasaran, kepengen baca lagi..lagi..n lagi..ga ada bosenx..pokokx pengen nagih terus..n..hampir akhir..udah dpt klimaksx..akhirx terjawab semua..Q udah bisa tarik kesimpulan dri p’?an2 sy diawal..keren abis deh pokokx..Good Job chingu..maaf bru bisa koment cos ff ini sy jg bru dpt habis browsing ff yg castx yoona..Q YoonAddict..so..gomawo udah buat ff sekeren ini

Leave a reply to vichan Cancel reply