Temperament n’ Cool Boy – Chap. 9

Temperament-n-cool-boy_4

Planning B

Author : Yanlu and my friend Mokuji 🙂

Genre : Romance, little bit comedy

Main Cast : Kris Wu, Lee Jinki, Samantha Lee (OC)

Other Cast : member of EXO-M, Kang Minhyuk

Length : Chaptered

Rating : PG-16

Come To You | Bad Luck | Going Party? Oh No! Broken Heart | Jinki’s Threat |

First as Fearfulness Date | In Love, In Pain | We are In Trouble

Sudah beberapa hari berlalu, dan kini Samantha semakin bingung tidak karuan, seolah kepanikannya memanjang dan tanpa ujung. Hari-harinya semakin tidak jelas. Itu bukan karena apa. Pangkal masalahnya memang ada pada malam itu, di rumah Nyonya Lee waktu itu, dan karena keinginan mengejutkan Nyonya Lee itu juga. Nyonya Lee bersikukuh menetapkan hari pertunangan mereka, dua minggu setelah pertemuan waktu itu.

Dan yang semakin menjengkelkan, setiap kali Samantha bertemu Jinki dan menanyakan bagaimana skenarionya untuk bisa ‘lari dari kenyataan’ sandiwara itu, Jinki selalu diam. Jawabannya hanya sekali, itupun tak menenangkan sama sekali bagi Samantha. “Diam dulu, biarkan aku berpikir ….”, begitulah jawaban Jinki.

“Apakah aku harus menyerah dengan mengatakan hal yang sebenarnya, atau dengan menjalani pertunangan itu ….”

Di tepi danau kampus itu, dalam duduknya, Samantha hanya bisa menggumam sendiri. Angin yang berlalu menerpa rambutnya, membuatnya berombak. Samantha berharap angin itu bisa membawa kepenatan dan rasa pusingnya hilang.

Plkk …

“Aw,”

Daun kering berukuran setelapak tangan terbawa angin dan mengenai wajah Samantha.

“Sial,” Ia mendesah. Melepas ikat rambutnya, dan membiarkannya terurai berkat angin. “Jika akhrinya aku harus seperti ini, buat apa aku jauh-jauh pulang ke Seoul … Bagaimana dengan Kris, yang selama ini~”

“Ada apa memanggilku …”

Suara dalam itu mengagetkan Samantha. Bersamaan dengan itu, seorang pria muncul dari balik deretan cemara yang goyang tertiup angin. Kris. Rupanya ia juga berada di tempat itu, sedari tadi hanya diam mengamati Samantha.

“K, Kris ?? Sejak kapan kau disini ??” Samantha tercengang.

“Kau belum menjawab pertanyaanku,” Tak menghiraukan bingungnya Samantha, Kris seketika justru duduk bersila di samping Samantha. “Kau membicaranku atau apa …”

“Ti, tidak, tidak ada apa-apa,” Samantha mendadak kikuk. “Mungkin, ng, mu, mungkin kau salah dengar,”

“Ya. Mungkin.” Tiba-tiba Kris melentangkan tubuhnya, membiarkannya tenggelam di antara rerumputan hijau. Matanya lurus menghadap langit, mengikuti pergerakan awan-awan yang terbawa angin. “Angin begitu kencang, ia menghalau semuanya, termasuk suaramu.”

Sadar akan kata-kata Kris yang seketika merubah suasana, Samantha tahu bahwa perasaan Kris sedang tidak dalam keadaan baik. Ia memberanikan diri untuk membawa dirinya masuk ke dalam pikiran Kris, secara kasar seperti itu.

“Kau kenapa ?” Itu pertanyaan pertama Samantha.

Kris semula hanya diam. Setidaknya, itu yang terjadi pada detik-detik pertama. Setelahnya ada kata keluar dari mulutnya.

“Hei ?”

“Ani … Tidak ada apa-apa,” Jawab Kris, santai.

“Dalam ucapanmu itu aku yakin ada kebohongan besar di baliknya,” Samantha mendengus.

“Jika kau menyukai seseorang, dan dalam beberapa waktu orang itu merespon rasa sukamu itu, seolah ia memberimu harapan padanya, lalu tiba-tiba ternyata orang itu meninggalkanmu begitu saja, apa yang kau lakukan ?”

Perkataan Kris barusan membuat Samantha terkejut. Rupanya masalah cinta, itu yang mengganjal perasaan Kris.

“A, aku, mungkin aku akan marah, ng, dan setelahnya aku akan melupakannya,” Jawab Samantha. “Kenapa kau bertanya seperti itu ?”

“La Yin.” Balas Kris, dengan ekspresi paling datar yang pernah Samantha lihat. “Dia pergi ke Beijing, bersama seseorang.”

La, La Yin ? Gadis yang kau peluk saat itu kah ??

Kini Samantha tahu. Walaupun ia hanya asal menebak, tapi begitu yakin ia, sekiranya tebakannya itu tepat. Dan memang benar. Gadis yang jatuh dalam pelukan Kris yang ia lihat saat itu memang benar La Yin. Namun, Samantha berusaha untuk menyembunyikan apa yang ia ketahui itu pada yang bersangkutan.

“Ng, Kris, a, apakah, apakah kau ……”

Tiba-tiba Kris bangun. Ia menatap tajam mata Samantha. Kontak mata ini begitu menggelikan bagi Samantha, membuatnya sampai sedikit bergidik mundur.

“W, wae ?”

“Kau sangat mirip La Yin …”

“Mwo ?? Kris kau~”

“Sungguh, kau mirip La Yin,”

“Yaa, Kris Wu, sadarlah …. Aku tahu kau patah hati, tapi jangan seperti ini,”

“La Yin ……. La Yin ……………..”

“K, Kris …. ?”

“La Yin ……. La~”

“Kris !”

Kris sontak terdiam. Tak menyadari sama sekali, ia diam dalam posisi yang sangat canggung.

“Ng, mu, mundurlah sedikit,” Samantha mendorong pelan bahu Kris dengan kedua tangannya. Nafas Kris yang terasa hangat di wajahnya barusan seketika hilang. Untung Kris tidak terlalu memperhatikan, pipi Samantha begitu merah sekarang.

“A, ah, maaf, maaf ……” Kris tampak kikuk.

^ ^ ^

Dan dalam langkah cepatnya menyusuri lorong panjang itu, otak Samantha masih dipenuhi dengan kejadian di danau kampus beberapa jam lalu.

Mengapa langkahnya begitu cepat, itu mungkin karena ia sedikit ketakutan dengan cuaca yang tiba-tiba berubah. Tak ada tanda-tanda akan hujan sebelumnya, tapi seketika di luar sana mendung begitu gelap, beberapa kali terdengar gelegar suara petir.

Aku … Seperti La Yin …. ?

Samantha menerawang. Ia membayangkan wanita yang ia lihat bersama Kris itu beberapa waktu lalu. Sosok yang tinggi, dengan rambut panjangnya, raut wajahnya begitu terkesan lembut dan anggun. Samantha lalu mendesah. Ia berpikir bahwa ia sangat jauh jika dibandingkan dengan La Yin, tapi mengapa Kris menganggapnya justru sangat mirip dengan wanita itu.

Ttaaarrrr~

“Chamkkan~ Aisshh, kau mengagetkanku saja !”

Rupanya Samantha terkejut melihat ada Jinki yang sedang menyandarkan dahunya di selasar jendela. Sedikit mistis, dia sendirian di lorong remang ini, di tengah mendung gelap seperti ini pula. Kilatan petir tadi bahkan tak digubrisnya, ia masih saja diam.

“Hei, kau …” Samantha mencoba menegur Jinki.

Hening.

“He~”

Tiba-tiba Jinki menoleh. Ia menatap wajah Samantha. Hanya diam, ia lalu pergi begitu saja.

“E, eh, tunggu !! Tunggu sebentar !! Aku ingin bicara !!”

Bodohnya, Samantha hanya berteriak dan tak melangkahkan kakinya sejengkalpun untuk mengejar Jinki. Tentu tidak sampai hitungan menit Jinki sudah tak dilihatnya lagi.

“Aih, dasar laki-laki aneh …”

^ ^ ^

Dua hari terlewat sejak kejadian itu. Bagi Samantha, semakin dekat menuju tanggal ‘pertunangannya’, justru semakin membuatnya panik. Pokok permasalahannya ada pada Jinki. Dia menjadi sangat diam akhir-akhir ini. Dan walaupun Samantha beberapa kali menemuinya dan menanyakannya tentang rekayasa apa yang akan ia buat soal ‘pertunangan’ itu, Jinki tampak ogah-ogahan menjawabnya.

Karena kesal, bahkan Samantha terkesan ‘mengancamnya’ dengan akan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Nyonya Lee. Reaksi Jinki ? “Terserah …”, hanya itu jawaban yang dilontarkannya. Dan setelah jawaban itu Samantha selalu mendengus kesal.

Jam pelajaran yang panjang itu sudah usai, membuat Samantha merasa lega. Ia melangkahkan kakinya menuju halte bus, tempat biasanya ia duduk berlama-lama dengan memandangi lalu-lalang orang untuk menunggu bus kampus.

“Hhhhhh ……..” Desahan Samantha begitu panjang hingga mencoba menyaingi tiupan angin yang saat itu bertiup cukup kuat.

Mengapa ia jadi pendiam begitu ? Apa yang dipikirkannya sekarang ?” Kegamangan Samantha pasal sikap aneh Jinki kembali muncul.

Tiin, tiin …

Hah ? Jinki ?

“Kau menunggu siapa ?” Jinki meneriaki Samantha dari dalam mobilnya.

“Sudah tau aku duduk di halte bus seperti ini kau masih bertanya aku menunggu siapa ? Jelas menunggu bus lah !” Jawab Samantha ketus.

“Bus sedang istirahat, naiklah ke mobilku, cepat,” Ujar Jinki dengan membukakan pintu mobilnya untuk Samantha. “Palli,”

“Dasar sok tau,”

Walaupun Samantha menjawab dengan ekspresi marah seperti apa, ia tetap saja beranjak dan masuk ke dalam mobil Jinki.

Setelah beberapa menit dalam perjalanan mereka saling diam, perkataan awal Samantha ini memulai pembicaraan.

“Ini bukan jalan ke apartemenku. Kita mau kemana sebenarnya …”

“Kau pasti tau nanti,”

“Aku turun,”

Tiba-tiba Samantha melepas safety belt-nya dan tangannya memegang kenop pintu mobil. Itu membuat Jinki berteriak panik.

“Yaa, yaa ! Kau gila ?!”

“Jawab dulu pertanyaanku ……”

Jinki mendengus.

“Hhhh … Kita akan ke butik busana langganan eommaku,” Ujar Jinki.

“Untuk a~”

“Dia menyuruhmu memilih gaun yang cocok untuk acara pertunangan kita,” Jinki menyambar pertanyaan Samantha begitu saja.

“Hei,”

“Ng ?”

“Aku ingin bertanya sesuatu, tolong, jawab yang jujur. Aku yakin ini tidak akan membebanimu jika kau segera memberiku jawaban,”

“Apa … ?”

“Kenapa kau terkesan menyerah dengan semuanya ?”

“Apa maksudmu …”

“Bukankah saat itu kau begitu panik ketika ibumu menyuruhmu kita bertunangan ? Bukankah saat itu kau bilang jika nanti kau akan memikirkan rekayasa untuk mengelabuhi ibumu ? Bukanka~”

“Aku tidak tega,”

“Hah ?”

“Masih bertanya lagi ? Coba kau pikir, aku harus menipu eommaku sendiri, dan itu pasti akan mengecewakan perasaannya … Kau ingat perkataannya saat itu ? Bagaimana bisa aku melepas harapannya yang sudah ia gantungkan dalam pertunangan yang tak sampai dua minggu lagi nanti ?”

“Lalu kenapa kau menyuruhku berpura-pura untuk menjadi pacarmu ?? Jika kau tidak melakukan itu, yang terjadi pasti tak akan serumit ini !”

“Dulu kau juga tak menolaknya,”

“Itu karena kau mengancamku !!”

Jinki menghentikan mobilnya. Rupanya sudah sampai, dan Samantha tidak sadar akan itu.

“Diam, kita sudah sampai …” Ujar Jinki dengan melepas safeti belt-nya.

“Aissshh, dasar !”

Di dalam butik itu, Nyonya Lee yang sudah datang lebih dulu menyambut Samantha dengan pelukan ramah.

Menit dalam jam berlalu. Nyonya Lee begitu perhatian dengan Samantha. Satu per satu gaun-gaun cantik (dan mewah) ia ajukan untuk Samantha. Sementara Jinki, yang awalnya diam cemberut, entah mengapa lama-kelamaan tampak senyum-senyum kecil, melihat Samantha mengenakan berbagai macam busana-busana eksklusif itu.

Yang Samantha rasakan sekarang adalah, tidak tega. Benar, sama seperti jawaban Jinki tadi. Melihat Nyonya Lee yang begitu perhatian padanya, dalam benaknya mulai tumbuh rasa tidak sampai hati untuk mengatakan yang sebenarnya pada Nyonya Lee.

Eottoke …….

^ ^ ^

“Hah ?? Ibu laki-laki itu menyuruh kalian untuk segera bertunangan ??”

Saat itu Samantha hanya berdua bersama Minhyuk di taman belakang apartemen mereka. Rupanya Samantha menceritakan semua yang menjadi pokok kegamangannya pada Minhyuk.

“Begitulah … Apa yang harus aku lakukan …”

“Katakan saja semuanya kepada ibu laki-laki itu !” Ujar Minhyuk. “Sebelum terlambat !”

“Aku tidak tega. Ia begitu gembira mengetahui Jinki bersama gadis sepertiku, sepertinya ia benar-benar senang padaku,” Sanggah Samantha. “Yang aneh adalah sikap diam Jinki. Dia sendiri yang bilang kalau ia akan menggagalkan pertunangan itu nanti, tapi kenyataannya setiap aku bertanya apa rencananya, ia selalu diam,”

“Mungkin dia memang benar-benar tak ingin membatalkan pertunangan itu,”

“Ng ? Tau darimana ?”

“Mungkin dia menyukaimu,”

“M, mwoo ??”

“Kenapa wajahmu begitu?” Minhyuk setengah tertawa melihat ekspresi wajah Samantha setelah mendengar pernyataannya. “Kalau begitu, cari saja beasiswa untuk bisa kabur lagi ke luar negeri. Oh, aku lupa bukankah ibumu masih berada di Vancouver ? Kabur saja menemui ibumu,”

“B, beasiswa … ?”

“Ya, beasiswa. Ng ?”

“Tunggu …..” Samantha tampak menyadari sesuatu. “Kalau tidak salah, kalau tidak salah orang itu ……..”

~

“…… eomma ingin aku bertunangan dengannya segera, lalu bagaimana soal beasiswa dari Dosen Han ? Bukankah pemenuhan administrasinya tinggal dua minggu …….”

~

“OH ??”

“Ada apa ?? Hei, Samantha ??”

“A, aku tau, aku tau ……..”

“He, hei mau kemana ??”

Samantha segera beranjak dan meninggalkan Minhyuk yang masih tergagap.

^ ^ ^

Samantha POV

Setidaknya mulai sekarang aku tahu apa yang menjadi barang sebab diamnya orang aneh itu.

Ibunya, Nyonya Lee, memintanya untuk membatalkan beasiswa idamannya itu. Aku mungkin tak merasakan tapi setidaknya aku bisa membaca apa yang mengganjal lidahnya yang biasanya begitu ‘ganas dan lincah’ mencela dan meneriakiku.

Apa aku harus menyuruhnya untuk mempertahankan beasiswa itu ?

Semoga ketika besok aku bertemu dengannya, dia belum merobek lembar-lembar pemenuhan adminsitrasinya.

End POV

tbc

Mian judulnya aku ganti hehe, oya Next part bakal jadi last part, tunggu final day ya 😉

13 responses to “Temperament n’ Cool Boy – Chap. 9

  1. Pingback: Temperament n’ Cool Boy – Chap. 10 [Final Choice] | FFindo·

Leave a reply to yanluwritinganything Cancel reply