Fate : Two :

fate-choi-soo-joon

FATE

EXO Lay | Wu Jia Yi (OC/You) | EXO D.O

Author : @MinhoNoona (Choi Soo Joon)

Genre : Romance,Angst,Life

Rate : PG-15

Length : Seriesfic

Summary :

Aku terpuruk dan lalu bertemu denganmu,apakah itu takdir kita? -Jia Yi-

Mencintaimu adalah sebuah kesalahan,bukan soal perasaan tapi kenyataan. -Yixing-

Poster : Haruru98 @ http://cafeposterart.wordpress.com/

Reccomended Song :

  • Breath (Chen feat Zhang Li Yin)
  • Growl (EXO-M)

Cerita Sebelumnya : 

( Prologue | One ) Tak cukup dengan konflik diantara kedua orangtuanya,kini Jia Yi menghadapi kenyataan bahwa Kris–kakak lelakinya sudah lama terlibat dalam dunia narkoba bahkan sang kakak ditemukan dalam keadaan overdosis. Disisi lain,Jia Yi bertemu Yixing—namja asing yang langsung menciumnya di pertemuan pertama mereka. Akankah Jia Yi-Yixing semakin dekat? Lalu sanggupkah Kris lepas dari ketergantungan obat terlarang? 

JIA YI 

“Ma,pulanglah dulu. Biarkan aku yang menjaga Kris gege,” ucapku saat sampai di rumah sakit.

“Lalu bagaimana dengan lesmu nanti sore? Bukankah hari ini ada jadwalnya?”

“Aku bisa bolos sekali Ma,yang terpenting sekarang adalah kondisi gege,” 

“Baiklah,kalau ada apa-apa hubungi Mama ya,” setelah itu Mama meninggalkanku.

Aku memperhatikan kondisi Kris gege,kondisinya sudah lebih baik dari dua hari lalu. Wajahnya tidak begitu pucat dan ia kelihatannya sedikit lebih segar,tapi aku belum pernah menemuinya dalam keadaan sadar karena kesibukanku sekolah.

“Eungh..,” kudengar ia mengerang.

Ia membuka matanya perlahan,seperti tengah mengumpulkan kesadarannya yang belum 100 %.

“Jia Yi..,” ujarnya lemah.

Gege,kau ingat kan pesanku padamu? Kalau ada apa-apa ceritakanlah padaku,kenapa kau malah lari ke barang haram itu,huh? Apa jadinya kalau kau mati? Kau tega meninggalkanku sendirian???” air mataku mengalir tanpa kusadari.

“Maafkan gege,Jia Yi. Ini memang kebodohanku,aku tidak tahu harus berbuat apalagi. Aku bingung,” Kris menatapku nanar.

Gege harus segera sembuh,agar kita bisa seperti dulu lagi,”

Kris menggeleng keras.

“Itu tidak semudah yang kau bayangkan,Jia Yi. Ada kondisi yang tidak kau mengerti,”

Kedua alisku bertaut dan menatapnya heran.

“Kondisi apa yang tidak kumengerti,ge? Apa yang tengah kau hadapi?”

Kris tersenyum kecil,tangannya menyentuh wajahku lembut.

“Aku tidak mau kau terlibat,kau harus baik-baik saja,”

Gege masih ingat kan apa yang baru kubilang tadi? Kau harus menceritakan semuanya padaku !!! Kau tidak boleh terjebak keadaan yang sama !!!” aku setengah berteriak.

“Aku akan baik-baik saja,tenanglah dan kau tidak perlu khawatir,”

“Kau memang bodoh,ge,” dan setelah itu aku menangis semakin keras.

***

Esok Harinya,Beijing Internasional High School…

“Jia Yi,ada yang mencarimu,” ucap Mei Lin.

“Siapa?” ucapku.

“Entahlah,dia sedang menunggumu di taman sekolah,”

Alisku bertaut. Perasaan hari ini aku tidak memiliki janji dengan siapapun.

“Sudah cepat temui dia sana,sebelum jam istirahat berakhir,” Mei Lin setengah mendorongku.

“Xiexie,Mei Lin,” aku tersenyum kecil.

Tak sampai lima menit,aku sudah sampai di taman sekolah.

“Tuan Zhang..,” ucapku saat mendapati sosoknya tengah tersenyum padaku.

Laki-laki itu beranjak dari duduknya dan mendekatiku.

“Hei,kau tidak perlu seformal itu. Panggil aku Yixing. Yah,cukup begitu saja,perbedaan usia kita hanya dua tahun,” cerocosnya.

Aku berusaha mencerna kata-katanya barusan.

“Kenapa kau menatapku begitu? Apa karena aku tampan,hm?” ucapnya penuh percaya diri.

Hek !!! aku tersedak. Aish,laki-laki ini kenapa? Oke memang kuakui ia tampan,apalagi saat ia memamerkan lesung pipinya barusan.

“Aku mau mengembalikan ini,kau lupa ya?” ia mengacung-acungkan kantong kertas berwarna abu.

Aku meraihnya dan membukanya,ternyata bajuku saat bertemu dengannya dua hari lalu.

“Ah,xiexie,” 

“Sudah kucuci dan wangi,”

“Eh,bajumu..,”

“Untukmu saja,aku sudah tidak membutuhkannya,” ucapnya ringan.

“Eh,tapi..,”

“Sudahlah,sudah kubilang bajuku itu untukmu,”

Suasana hening sesaat.

“Ah,sudah lama sekali aku tidak ke sekolah begini. Jia Yi,jadi anak SMA itu lebih menyenangkan daripada jadi mahasiswa,”

Aku menatap laki-laki ini dengan perasaan campur aduk,baru kulihat tipe semacam dia. To the point dan banyak bicara.

“Apa kau haus? Kebetulan aku beli bubble tea. Satu untukku dan satu lagi untukmu,”

Aku menerimanya. Chocolate bubble tea. Rasa kesukaanku. Kenapa jadi kebetulan begini?

Xiexie,” ucapku.

“Tak adakah yang bisa kau ucapkan selain terimakasih?” ia terkekeh.

“Memangnya aku harus bicara apalagi?” tanyaku polos.

Tawanya semakin kencang,bahkan beberapa mata tertuju pada kami berdua.

“Yixing,pelankan suaramu,” ucapku.

Dengan tidak sopannya Yixing malah mencubit pipiku gemas.

“Aish,sakit tahu !!!” gerutuku.

“Habiskan bubble teanya,jangan bagi untuk teman-temanmu yang lain. Itu kubeli khusus untukmu,oke?” laki-laki itu melambaikan tangannya dan lalu beranjak pergi.

TTTEEEETTT !!! bel berbunyi nyaring,aku menghabiskan bubble tea itu dalam waktu singkat. Dasar laki-laki aneh,tapi sungguh senyum plus lesung pipinya begitu membekas di benakku.

YIXING

“Kau habis darimana sih,ge? Kau melewatkan kelas tahu,” sosok Zitao langsung hadir dihadapanku.

“Tadi aku baru menemui seseorang,” ucapku sambil tersenyum sendiri.

“Seseorang? Jangan bilang siswi SMA yang kau temui dua hari lalu? Iya,kan?”

Aku tertawa.

“Haha,pintar sekali kau,Zitao. Benar sekali !!! Aku mengembalikan bajunya yang tertinggal di apartemenku. Kau tahu,ekspresinya begitu lucu dan menggemaskan. Kalau tak ingat di sekolah,aku ingin menciumnya lagi,”

“Huuu…dasar otakmu yadong,ge !!! Dia itu masih anak kecil,masih banyak mahasiswi cantik lainnya,”

Aku menoyor kepala Zitao dengan penuh suka cita.

“Lalu apa kabarnya dengan A Lin,huh? Bukankah dia juga anak kecil? Sudahlah,sesama pedofil dilarang mendahului,”

“YAAAA !!! Siapa bilang aku pedofil? Dan aku sudah tidak menyukai A Lin lagi !!!”

“Sudahlah,jangan mencoba berbohong dariku,Zitao. Kau hanya perlu berbicara duluan dan dia akan kembali padamu,”

“Aku takut,ge..,” air muka Zitao berubah drastis.

“Aku takut akan menghancurkan masa depannya,”

Aku mengusap pundaknya lembut dan mencoba memberi ketenangan. Zitao memang tidak terlibat dunia yang sama sepertiku,tapi pekerjaan ayahnya sebagai seorang mafia membuat hidupnya tidak pernah tenang,termasuk untuk kehidupan cintanya. Entah berapa gadis yang sudah diputuskannya hanya karena tidak ingin mereka terlibat,termasuk A Lin. Aku tahu,Zitao sangat mencintai A Lin tapi ia tak ingin masa depan A Lin rusak hanya karena masalah keluarganya. Dan kini aku tak tahu jadinya kalau aku benar-benar menyukai gadis bermarga Wu itu.

***

Malam Harinya…

“Ada kabar bagus,Yixing-ah,” ucap Ken via telepon.

“Apa?” tanyaku.

“Kau tidak melihat sosok Kris kan dua hari ini?”

“Ya,memangnya dia kemana?”

“Dia overdosis,Yixing-ah. Tepat di hari kau memberinya obat,”

“Lalu? Apa sekarang dia sudah mati?” tanyaku dingin.

“Belum,dia masih terselamatkan. Tapi kabar yang kudengar dia akan melakukan rehabilitasi,”

“Lakukan berbagai cara agar dia tidak bisa direhab,aku belum puas melihatnya hancur,”

“Kau ini benar-benar jahat,” Ken tertawa kecil.

“Sudah kubilang,pembalasan dendamku padanya tidak akan setengah-setengah,”

“Ya,sudah. Soal penyeranganku dua hari lalu,itu salah paham. Kupikir kau belum berhasil melumpuhkan Kris,”

“Tak apa,lagipula aku mendapat sesuatu dari sana,”

“Apa itu?”

“Sudahlah itu bukan urusanmu,” Klik. Aku memutus sambungan telepon.

Sesaat aku terdiam dan lalu menepuk keningku. Kenapa tadi aku tidak meminta nomor ponselnya??? Kau memang bodoh,Zhang Yixing !!!

KYUNGSOO

“Kyungsoo,apakah kau sudah makan siang?”

“Kyungsoo,ini kubuatkan curry ramyeon kesukaanmu,”

“Kyungsoo maunya eskrim,ini kubelikan rasa cokelat,” 

“Kyungsoo,kau mau banana milk? Aku belikan banyak untukmu,”

Suara gadis-gadis itu terdengar jelas di telingaku,aku menghentikan langkahku dan otomatis langkah gadis-gadis itu juga berhenti bahkan beberapa diantara mereka saling menabrak satu sama lain.

“Aku sudah makan siang dan kenyang,terimakasih banyak atas perhatian kalian. Tapi lebih baik kalian makan sendiri atau berikan pada orang yang lebih membutuhkan,itu jauh lebih baik daripada kalian berikan semua padaku,” ucapku.

Air muka mereka nampak kecewa,aku melempar senyum tipis dan beranjak meninggalkan mereka.

“Kau ini memang benar-benar,Kyungsoo-ya. Kalau aku jadi kau sudah kuterima salah satu dari mereka,” ucap Chen,teman sekelasku.

“Ya,sudah kau ambil saja salah satu,”

“Aish,mereka itu menyukaimu,Kyungsoo-ya. Tidak mungkin mereka melirikku,”

Aku tersenyum.

“Mereka menyukaiku hanya karena fisik dan harta orangtuaku,tidak lebih dari itu. Apa mereka akan tetap menyukaiku kalau aku jelek dan miskin? Kurasa tidak,oke kuakui mereka cantik dan menarik tapi aku perlu lebih dari sekadar itu untuk seseorang yang kelak menjadi pacarku atau bahkan istriku,”

“Aigoooo…pikiranmu sungguh dewasa,Kyungsoo-ya. Jadi setelah ini kau mau kemana?”

“Tentu saja ke kafe,ini sudah jam kerjaku. Aku duluan ya,Bye,” aku melambaikan tangan kearah Chen.

1 jam berlalu,akhirnya aku sampai di kafe. Suasana cukup ramai sehingga tanpa banyak kata aku langsung bergegas menuju dapur dan berganti baju.

“Kau tahu entah sudah berapa banyak pelanggan perempuan yang menanyakan kapan kau datang. Aigooo..mereka rajin datang kesini hanya karena ingin melihatmu,” ucap Donghae—sang pemilik kafe.

“Ah,kau bisa saja,Hyung. Mereka juga pasti menyukai kue dan kopi kafe ini yang enak,apalagi cupcakes buatanmu,”

“Ya sudah,cepat gantikan Chanyeol di kasir. Dia katanya akan ujian satu jam lagi,”

“Siap,Hyung !!!” aku berlagak hormat bak tentara.

Lee Donghae—dia tak sekedar pemilik kafe dan bosku,ia juga sudah seperti kakak lelakiku sendiri. Sosoknya begitu hangat dan ramah,ia juga tak segan-segan memberi cuti jika aku dalam masa ujian kuliah. Suasana kekeluargaan disini membuatku betah bekerja dan merasa tidak terbebani. Aku pertama kali datang kesini karena mendengar cupcakes buatannya yang enak,benar saja aku dan Jongin langsung menyukainya. Kebetulan kala itu Donghae tengah mencari pekerja part-time yang baru dan aku langsung tertarik untuk ikut.

“Kau boleh pergi sekarang,Chanyeol Hyung. Sukses untuk ujianmu ya,” ucapku.

Chanyeol tersenyum lebar dan menepuk pundakku. Chanyeol satu tahun usianya diatasku,dia mahasiswa K-ARTS. Kemampuannya dalam memainakan alat musik tak perlu diragukan lagi,bahkan beberapa kali live music di kafe ini selalu diisi olehnya. Hasilnya? Pengunjung pun membludak dan menambah keuntungan kafe.

“Satu slice tiramisu dan green tea latte,” suara seorang yeoja membuyarkan lamunanku.

“Eh?” aku memekik.

“Apa perlu kuulangi lagi pesananku,Kyungsoo-ya? Ah,akhirnya aku memenangkan taruhan,”

Hek !!! Aku tersedak. Narsha,aku sudah hafal sosoknya. Noona satu ini padahal usianya hampir 28 tahun,tapi wajahnya tak kalah imut dari yeoja berusia belasan,ia selalu tampil cantik dengan potongan rambut pendeknya. Aku tertarik padanya? Tidak. Sikapnya yang terlalu to the point membuatku tak nyaman.

“Ini pesananmu,Noona,” lima menit berlalu akhirnya aku memberikan pesananku padanya.

“Terimakasih banyak. Oh ya,lebih banyak tersenyum dan aku yakin kau akan terlihat lebih tampan,”

Heol !!! Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal,apa sebaiknya aku pindah bekerja di dapur saja ya? Jujur lama kelamaan aku tak nyaman menerima godaan semacam ini dari pelanggan apalagi seperti Narsha. Aku menghabiskan waktu di kafe hingga jam menunjukkan pukul 9 malam.

***

22.00,Kediaman Keluarga Do…

“Jongin-ah,bangunlah. Aku bawa sesuatu untukmu,” ucapku saat mendapati Jongin tertidur di sofa.

“Eungh,kau baru pulang,Hyung?” ia menatapku dengan mata lima watt.

“Hari ini pengunjung ramai sekali,” ucapku.

“Kau bawa apa?”

“Seperti biasa,ayam madu kesukaanmu,”

Tatapan mata Jongin langsung berbinar-binar ia meraihnya dengan semangat dari tanganku.

“Wuah,kau tahu saja aku sedang lapar,Hyung,”

“Dasar maniak ayam,mukamu langsung cerah begitu,”

Akhirnya malam itu aku menghabiskan makanan bersama Jongin sambil mengobrol. Tak lupa aku membantunya untuk mengerjakan tugas kimianya yang baru dikerjakan setengah,tepat tengah malam aku dan Jongin sudah benar-benar terlelap.

ZITAO 

A Lin. Hhmmm..apa kabarnya? Dia memang berada di kota yang sama denganku tapi sebulan belakangan ini aku menghindarinya mati-matian. Cerita Yixing di kampus tadi membuatku kembali teringat padanya. Aku menghampiri sebuah kedai bubble tea. Dulu saat masih bersama,aku dan dia sering membeli minuman ini dan lalu menikmatinya di taman kota.

“Aku pesan…,”

Vanilla choco bubble tea,” sebuah suara perempuan mendahuluiku.

Aku menoleh. Ternyata dia A Lin.

“Kau..,” tenggorokanku rasanya tercekat.

A Lin ikut menoleh dan tak kalah kagetnya mendapati sosokku disampingnya. Kami larut dalam keheningan hingga akhirnya minuman pesanan A Lin selesai,ia hendak pergi meninggalkanku tapi aku menahannya.

“Bisa kita bicara sebentar?” cicitku.

A Lin mengangguk. Angin malam Beijing bertiup cukup kencang,udara dingin menusukku. Aku melirik A Lin yang hanya menggunakan jaket tipis,aku melepas jaket tebalku dan memakaikan padanya.

“Cuaca dingin,kau perlu pakaian yang lebih tebal,”

“Xiexie,” 

Lima menit berlalu,akhirnya aku dan A Lin sudah duduk di sebuah kursi taman.

“Kau baru pulang?”

“Aku baru selesai les,”

Aku berusaha meraih tangan mungilnya,tapi ia beringsut menghindarinya.

“Cukup,tidak perlu lagi kau beri aku harapan palsu,Zitao,” ucapnya dingin.

“A Lin,aku masih..,”

“Mencintaiku? Bukankah kau bilang sendiri kalau itu terlalu membahayakan untukku? Jadi untuk apa kau mendekatiku lagi sekarang?”

“Aku hanya ingin tahu kabarmu,A Lin,”

“Kabarku baik,baik sekali. Jauh lebih baik dibandingkan saat aku bersamamu,apa kau puas?”

A Lin beranjak dari duduknya,tapi aku menyentak lengannya hingga ia kembali terduduk dan bahkan jatuh dalam dekapanku.

“Maafkan aku,bukan maksudku untuk membuatmu terluka,A Lin,”

Bubble tea yang dipegang A Lin jatuh begitu saja,gadis itu menangis.

“Jangan pernah hadir lagi dalam kehidupanku,Zitao,” ia mengenyahkan dekapanku dengan kasar dan berlari meninggalkanku.

___________________________________________________________________________________

45 responses to “Fate : Two :

  1. Pingback: Fate : Four : | FFindo·

Leave a reply to shinestory Cancel reply