[Chamomile/SongFic] U & I

[Chamomile] U & I

(c)missfishyjazz

Kim Myungsoo | Son Naeun

Romance, Teenage | PG-15 | One-Shot

Inspired by Ailee’s – U & I

 UI ffindo

Wait a minute, wait a minute, sorry for interrupting but

Why are you saying the same things over and over again?

One of us has to say it first

Let’s just end it here

 

“Kita putus ya putus.” Naeun berlari sekuat tenaga mendengar ucapan itu berikut orangnya yang tak henti-henti mengejarnya. Ya sudah kalau putus! Memang siapa butuh pria sok kegantengan seperti dia!

“Kita putus, Son Naeun.” Naeun hanya menyumbat telinganya dengan earphone mengubah volume hingga tingkat maksimum. Malangnya lagu ballad dengan tema menyedihkan lah yang terputar di sana, membuat Naeun terpaksa menarik earphone-nya lalu menjejalkan secara paksa ke dalam tas.

“Ya! Son Naeun kau tahu putus tidak?!”

“Ya! Kim Myungsoo kau tahu aku dengar tidak?!” Naeun mendorong Myungsoo dan berjalan cepat, ia tidak sanggup mendengar apapun yang keluar dari bibir pria itu selama satu minggu ini.. Karena apa? Karena isinya hanya pria itu mengatakan putus. Tidak seperti pria umumnya yang akan memutuskan kekasihnya dan pergi, pria itu terus berkutat di samping Naeun.

 

“Ya! Kau bahkan tidak merespon atau setidaknya menangis atau apa kek! Kau! Apa gunanya kau menonton drama selama ini!”

“YA! Aku bukan gadis dalam drama serial itu! Kalau kau mau putus ya putus saja sana! Masih banyak pria yang berjubel dalam waiting list-ku! Puas?!” Naeun menghentakkan kakinya sebal, tidak peduli kakinya panas menginjak tanah atau alas kakinya yang sebentar lagi akan sobek karena harus terus berlari dan menghentak karena Myungsoo. Sekalipun dalam hati Naeun bersumpah ia akan mendatangi Myungsoo ke rumahnya jika sepatunya yang ini sobek.

“Kau pikir hanya kau yang punya waiting list! Lihat itu Krystal, Suzy, Jiyeon, mereka sudah mengharapkan kita putus bahkan di hari pertama kita menjadi kekasih!”

“Ya makan saja semua barbie itu! Aku akan mencari Ken ku! Kalau perlu akau pacaran dengan Ken sekalian!”

“Ya! Ya! Kau baru putus sudah berpikir mencari pacar lagi?!” Myungsoo berdiri menghadang di hadapan Naeun, tangannya direntangkan lebar membuat Naeun terpaksa mengangkat kepalanya yang sudah akan meledak sebentar lagi. Bagaimana dulu aku bisa memilih pria secerewet ini sih?!

 

“Kita sudah putus sejak satu minggu lalu! Kau lupa atau pura pura lupa, hah!” Naeun menyikut pundak Myungsoo dengan pundaknya sekalipun ia terpaksa berjinjit. Ia kemudian memutuskan untuk duduk di salah satu sudut halte bus. Menunggu bus yang langsung mengarah ke rumahnya datang.

“Oke! Jangan berharap aku menghubungimu mulai sekarang!”

“Oke! Jangan menerorku dengan kalimat ‘kita putus’ lagi mulai sekarang!”

 

I want to stop fighting now

There’s not a day where we just let things go

 

3 days before ‘One-Putus-Week’..

 

“Son Naeun!”

“Kim Myungsoo!” Naeun dan Myungsoo sama-sama berkacak pinggang. Mereka berhadapan dengan mata yang saling memandang tajam seperti kucing dan anjing bukan pasangan yang beberapa bulan lalu menjadi pasangan favorit sekolah.

“Naeun, sudahlah.” Bomi berusaha menghalangi Naeun yang sudah melipat lengan bajunya, api kemarahan sudah berkobar di mata gadis itu.

“Yoon Bomi. Tidak untuk kali ini.” Bomi menelan ludahnya pahit begitu melihat Naeun yang melirik tajam seperti serigala bertemu vampir, tidak dapat dibohongi jika Naeun siap mencakar siapapun sekarang. Bahkan jika tiga fans setia Myungsoo—yang sudah pasti kalian ketahui—lewat sekarang, bisa dipastikan Naeun akan menggigit dan menguliti mereka langsung di tempat.

 

“Kim Myungsoo, kau sudah kelas 12, ingat? Jangan buat kerusuhan seperti ini.”

“Kau bilang aku? Aku tidak membuat kerusuhan jika Son Naeun itu tidak memutuskan mewakili sekolah untuk olimpiade bisnis hanya berdua dengan Lee Minhyuk!” Myungsoo menyingkirkan Woohyun yang sudah berdiri di hadapannya berusaha menghalangi Myungsoo yang seperti dobermann haus darah.

 

“Kenapa kau terus ikut campur urusanku, hah?!” Naeun mulai berteriak terlebih dahulu. Baru beberapa jam lalu ia menyetujui keikutsertaan dalam olimpiade bisnis ketika satu jam kemudian Minhyuk ditemukan nyaris kritis karena babak belur di toilet sekolah.

“Kau tanya kenapa? Kau bahkan tidak mau ikut saat aku mengajakmu lomba band, dan kau dengan senang hati hanya lomba berdua dengan Minhyuk… Ke Jepang pula?!”

“Ya! Aku sudah bilang apalagi kau pacarku, aku inginnya jadi pebisnis bukan penyanyi!”

“Ya! Setidaknya kau harus mencoba bersamaku! Lagipula satu kali ikut lomba tidak akan menentukan masa depanmu menjadi penyanyi kan?”

“Ya! Siapa yang tidak tahu jika seandainya aku ikut sekali kau pasti akan terus-terusan menyuruhku ikut!”

 

Wajah keduanya sudah memerah, bahkan urat-urat di tenggorokan Myungsoo sudah keluar dan siap meledak. Siswa lain yang melihat pertengkaran dua sejoli itu hanya diam dengan wajah pucat pasi. Memang pasangan itu akan terlihat begitu romantis dan manis saat kondisi mereka harmonis. Tapi saat mereka bertengkar, kau bahkan sanggup mencatatkan nama Son Naeun dan Kim Myungsoo sebagai pengganti Hitler di buku sejarahmu.

 

“Sudahlah Myungsoo.. Aku lelah. Hentikan semua ini.”

“Ya! Mana bisa?!”

“Aku lelah. Setiap hari harus bertengkar denganmu, menambah pikiranku. Bisa-bisa rambutku memiliki kebotakan sebesar botaknya Oh Jin Hee dulu.” Naeun langsung menurunkan lengan bajunya dibantu oleh Bomi begitu ia menarik nafas panjang kelelahan.

“Ya! Setidaknya kita harus meluruskan masalah ini dulu!”

“Oke! Intinya aku tidak mungkin ikut lomba band bersamamu karena sekali aku ikut kau pasti menyuruhku ikut lagi dan aku mengikuti olimpiade bisnis karena ini memang cita-citaku. Aku tidak peduli dengan siapa aku dipasangkan. Dan tolong, setelah ini minta maaflah pada Minhyuk. Jika sampai aku batal ikut olimpiade ini hanya gara-gara kau,” Naeun menunjuk Myungsoo dengan jarinya tepat di wajahnya, “akan kupastikan sampai kolong neraka pun kau akan ku kejar.”

 

Naeun menepuk nepuk baju seragamnya yang hampir berantakan karena ia tadi berlari begitu kencang untuk menghampiri Myungsoo. Ia mengambil bubble tea yang sebelumnya sudah di bawa Bomi kemana-mana dan menyeruputnya sedikit.

 

Oh.. Jadi aku sekarang hanya perlu mendengar penjelasanmu dan semua masalah kita berakhir, begitu?”

“Semua masalah berasal dari kecemburuanmu Kim Myungsoo. Sadarlah.”

 

My days have no meaning now

I don’t smile even for one minute or one second

I can’t do this anymore, I want to tell you today

.

1 day before ‘One-Putus-Week’..

 

“Kim Myungsoo!” Woohyun melempar segulung kertas tepat di hidung sahabatnya ketika ia melihat Myungsoo hanya terus melamun.

“Apa?” Myungsoo hanya menggerakkan kepalanya sedikit dan menjawab dengan suara serak tak bersemangat.

“Aku tidak mengerti dengan semua ini, beberapa hari lalu kau masih semangat lari ke sana kemari merecoki urusan Naeun dan sekarang.. kau seperti mayat hidup!”

“Ya! Ini semua karena Naeun! Aku bahkan tidak bisa tersenyum atau apapun itu karena setiap saat aku selalu memikirkan Naeun!”

“Ya sudah datangi dia. Minta maaf. Bukankah memang selama ini kau yang selalu menjadi akar semua masalah karena kecemburuaanmu?” Woohyun memakan sebungkus roti di tangannya dengan santai sampai Myungsoo tiba-tiba memukul kepalanya kasar

“YA!”

“Mudah bagimu mengatakannya, tapi bagiku? Mau ditaruh mana harga diriku nanti, Woohyun!” Myungsoo mengambil gelas minumannya paksa dan menegaknya habis dalam satu kali tegukkan. Wajahnya memerah dan matanya sama sekali tak fokus, antara marah dan sedih ia sendiri tidak bisa mendefinisikan kemana hatinya sekarang.

“Diantara kalian sepertinya harus ada yang mengakhiri semua ini, semuanya termasuk hubungan kalian.”

“APA?!” Myungsoo nyaris memukul kepala sahabatnya sekali lagi jika Woohyun tidak langsung berpindah ke hadapannya.

“Hubungan kalian mulai melangkah ke zona yang salah, teman. Naeun aku yakin semakin jenuh dengan tingkahmu sekalipun tidak bisa dikatakan bahwa Naeun sudah tidak menyukaimu lagi. Dan kau.. Kecemburuanmu itu.. Aku tidak mengerti kenapa kau begitu terbawa dengan mudahnya dengan perasaan itu. Hubungan antara orang yang bosan dan orang yang pencemburu kau tahu apa hasilnya? Kurva sinus yang sumbu y nya digeser ke kiri 360 derajat dan sumbu x nya di turunkan 15 satuan. Tidak menemukan hasil selain terlalu jauh terpencar.”

Myungsoo meresap kata-kata Woohyun dengan cepat. Ia kemudian hanya terdiam dan melihat gelas minumannya telah kosong. Mungkin seperti hubungannya dengan Naeun yang semakin kosong dan tidka memiliki arti sekarang. Jika dua tahun lalu mungkin gelas itu bahkan nyaris tumpah kini gelas itu bahkan sudah habis tak terisi.

 

I don’t want to care where you are or what you do

Whether you leave or not, do whatever you want

 

“Naeun!” Bomi berlari cepat dengan dua gelas susu coklat di tangannya. Naeun yang sedang asik membaca buku di pojok kantin hanya mendongakkan kepalanya sedikit.

“Ada apa?”

“Kau harus lihat itu!” Bomi meletakkan dua gelas yang ia bawa dengan cepat di atas meja dan mengambil posisi strategis di samping sahabatnya, sementara jarinya terus menunjuk satu arah.

“Myungsoo dan Suzy?” Naeun melirik Bomi sekilas sebelum kembali membaca paragraf yang belum selesai dari bukunya.

“Iya lah! Kalian kan baru dua minggu putus dan dia sudah langsung mendapat gebetan baru! Dipamerkan pula!” Naeun hanya menggeleng tidak peduli membuat Bomi mengerucutkan bibirnya sebal. Naeun memang menjadi cuek pada apapun tentang Myungsoo semenjak ‘One-Putus-Week’. Ia tidak lagi peduli apakah ia memiliki jadwal kelas yang sama dengan mantan kekasihnya itu atau tidak. Padahal selama ‘One-Putus-Week’ Bomi nyaris mati gaya ketika Naeun terus meminta agar jadwalnya terus ditukar dengan siapapun yang mau bertukar dengannya.

 

“Naeun, setidaknya kau juga harus mulai mencari pasangan baru! Sebentar lagi kan prom nite, tidak asik kan jika datang sendri?”

“Ya. Tapi aku belum tertarik, Yoon Bomi.” Naeun menutup bukunya setelah sebelumnya meletakkan pembatas di halaman terakhir yang ia baca.

“Yah! Padahal dari yang ku tahu pria-pria yang menunggumu adalah pria-pria super menarik! Ken, Hongbin, Leo, Daehyun, Himchan, Mark, Jackson, Yugyeom, Seungyoon, Jinwoo, Donghyuk, Junhoe, Sehun, Chen, Lay! AHH! Aku bahkan jika jadi kau, sekarang sudah melakukan audisi terbuka untuk mereka semua.” Bomi menyeruput susu coklatnya dengan sebal. Memang jika ia jadi Naeun, sekarang ia pasti sudah sibuk melakukan pemilihan langsung siapa yang cocok jadi kekasihnya.

 

“Bagaiamana dengan Kang Minhyuk?” Naeun tiba-tiba mencetuskan satu nama yang lewat dipikirannya. Kang Minhyuk adalah temannya sejak kecil, mereka bertetangga dan dari yang ibu Minhyuk sering katakan anaknya itu memang sudah menyukai Naeun sejak lama.

“Kang Minhyuk saingan seumur hidup Kim Myungsoo? Kenapa aku baru sadar jika kau lebih hebat dari yang kukira Son Naeun!”

“Jadi maukah sahabatku yang super baik ini memanggilkan Kang Minhyuk untukku?” Naeun meletakkan tangannya untuk merangkul Bomi dan berkedip manja, Bomi yang melihatnya nyaris tersedak karena tak kuat melihat sahabatnya yang bermanis-manis padanya.

“Baiklah, baiklah.” Bomi mengambil gelas susunya dan berjalan ke arah Minhyuk yang masih mengantri mengambil jatah makannya. Bomi berdiri di samping barisan dan nampak membisikkan sesuatu pada Minhyuk. Minhyuk hanya menoleh sekali ke arah Naeun, tersenyum dan mengangguk

 

“Ya! Mau apa Yoon Bomi dan Minhyuk itu?” Myungsoo menyikut Woohyun yang sedang menikmati makan siangnya hingga pria itu nyaris tersedak.

“Ya! Aku sedang makan, idiot! Mana aku tahu!”

“Tapi kan Yoon Bomi incaranmu! Bagaimana jika ia ternyata mendekati Minhyuk?” Woohyun tiba-tiba melebarkan matanya. Benar juga! Ia buru-buru melihat ke penjuru kantin berusaha menemukan keberadaan Bomi. Bomi dan Minhyuk memang tampak berbincang-bincang membuatnya nyaris melompati meja dan akan segera menarik Bomi ke tempatnya jika ia tidak melihat Minhyuk yang tiba-tiba menoleh ke satu arah dan tersenyum, setelahnya ia bisa melihat Bomi yang berjalan menjauh. Dan ketika Woohyun mengikuti arah yang tadi sempat dilihat Minhyuk, Woohyun yang tersenyum geli karena di arah itu Naeun sedang duduk sendiri.

 

“Ya! Siapa yang bilang dia mendekati Minhyuk! Kurasa justru Minhyuk sedang mendekati mantan pacarmu!”

“APA?!”

 

Wait a minute, wait a minute, will you get off of me?

Why are you doing this, let go of my hand

Even after hearing it several times, your words are all the same

Tired of all your lies and excuses now just get out my face

 

“MINGGIR DARI JALANKU KIM MYUNGSOO!” Naeun melemparkan kamus yang ia bawa tepat ke wajah Myungsoo begitu laki-laki itu masih tidak mau menyingkir dari hadapannya. Myungsoo sampai tersungkur karena harus menghadapi berat dari kamus itu yang ternyata.. luar biasa.

“YA! Bagaimana jika wajah tampanku rusak, hah?

“YA! APA PEDULIKU?! Sekarang pergi dari hadapanku dan aku harus menemui temanku!”

“Teman atau calon pacar?” Myungsoo menaik-naikkan sebelah alisnya berusaha menggoda Naeun namun Naeun justru semakin merengut.

“Mau teman, calon pacar, bahkan calon suami pun! Kau sudah tidak ada urusannya!” Naeun merundukkan badannya dan berhasil kabur melalui celah tangan Myungsoo. Ia kemudian harus memunguti barang-barang yang sedari tadi dilemparkannya ke arah Myungsoo. Mulai dari pensil, penghapus, kotak pensil, buku, sampai kamus yang baru saja mensukseskan langkahnya.

 

“Hei Son Naeun!”

“APA?!” Naeun sudah lelah, tidak peduli ini masih di depan perpustakaan yang harusnya menjaga ketenangan.

“Kenapa dulu aku bisa menyukaimu ya?” DEMI NYAMUK NYAMUK YANG MUNGKIN SEBENTAR LAGI AKAN BISA BERENANG DI AIR….

“Ehm. Mungkin lebih tepatnya dulu aku terkena radang mata stadium lanjut hingga melihatmu sebagai pujaan hati. Sekian.”

 

Naeun tidak peduli Myungsoo yang nampak tergagap atau entah kata apa yang masih sanggup bertengger di bibirnya tapi ia memutuskan untuk berlalu. Bosan dengan pria yang entah kenapa bisa mengisi hidupnya begitu lama.

 

You may think I’ll be crying here where you left me

But I’m alright, because it won’t happen again

You and I, it’s over now

“Naeun!” Yoon Bomi melambaikan tangannya tinggi-tinggi begitu melihat Naeun yang baru memarkirkan mobilnya di spot tempat biasa ia berada. Di belakangnya ada sahabat Myungsoo—uhh pria itu lagi—siapa lagi kalau bukan Woohyun?

“Kalian sudah jadian ya?” Naeun spontan melihat tangan Woohyun dan Bomi yang bertaut kemudian pipi sahabatnya yang bersemu merah.

“Selamat ya! Aku kira kalian akan menunggu Hongbin move on dari Baek Jin Hee dulu baru jadi sepasang kekasih.” Naeun bergurau dengan menepuk pundak sahabatnya. Lagipula siapa yang bahkan akan berharap Hongbin akan pindah hati dari cinta sebelah tangannya sejak masih mengompol di popoknya itu?

 

“Terima kasih Naeun.” Bomi melepaskan pegangan tangannya dan memeluk sahabatnya erat. Tapi sebenarnya Bomi sempat melihat mata Naeun yang hari ini terlihat baik-baik saja.

“Kau tidak menangis lagi?”

“Untuk apa? Bukankah semua sudah berakhir?” Naeun tersenyum dipaksakan. Sementara Bomi tersenyum sedih. Ia menepuk pundak Naeun sekilas sebelum memeluk erat sahabatnya sekali lagi.

 

“Aku masuk dulu ya. Aku tunggu traktiran kalian!” Naeun melambai dan meninggalkan Bomi dan Woohyun yang masih mengikuti kemanapun arah pergerakkannya. Bomi melirik Woohyun sekilas.

 

“Apa menurutmu tidak lebih baik kita ikuti saran ibu Naeun?”

“Aku masih tidak tega, Woohyun-aa.” Cari pria baru untuk Naeun? Tidak bukan itu.

 

I don’t want to care where you are or what you do

Whether you leave or not, do whatever you want

The same thing repeats every day, U & I, U & I, U & I

 

“Ini buku yang aku pinjam minggu lalu.” Naeun meletakkan dua buku bersampul kuning dan biru yang ia pinjam minggu lalu. Penjaga nampak meliriknya dengan simpati dan juga kaget, namun ia memilih sesegara mungkin mengurus pengembalian buku Naeun.

“Itu Naeun kan? Yang suka bicara sendiri?”

“Ya itu. Sudah satu bulan lebih dia seperti itu.”

“Apa kau pikir itu karena—”

 

“Terima kasih.” Naeun berkata tajam sebelum mengambil kartu pelajarnya kembali dari penjaga perpustakaan. Ia mengabaikan suara-suara yang terus membicarakannya tiada henti. Naeun memutuskan untuk berjalan melalui lorong-lorong, mendapatkan pandangan miring dan berakhir di satu dinding yang dipenuhi murid-murid di depannya.

“Hei itu Son Naeun.” Semua orang nampak membelah begitu Naeun masuk ke antara mereka. Hari ini adalah peringatan 49 hari korban kecelakaan bis yang mengangkut angkatannya pulang dari perjalanan studi wisata di Jeju. Naeun melangkah ke salah satu lilin besar yang menyala tepat di hadapan sebuah foto pria yang tersenyum manis. Naeun menyalakan lilin itu dan berdoa sebentar sebelum beranjak pergi.

 

 

“Son Naeun.” Naeun menoleh ada Bomi di sana. Bomi tiba-tiba memeluknya erat, sangat erat.

“Ikhlaskan kepergiaan Myungsoo ya.” Dan ia terjatuh. Naeun terjatuh dan tergugu. Semua metamorfosis lorong sekolahnya berubah ke sebuah kamar putih yang hanya berisi ranjang sama putihnya dan sofa lembut pun putih.

 

“Aku..”

“Naeun, Myungsoo sudah pergi. Dia mungkin tidak sempat meminta maaf karena mengacaukan satu minggu mu dengan kata putus tapi aku tahu dia masih sangat mencintaimu.” Bomi masih memeluknya dengan Woohyun yang menatap Naeun nanar. Naeun begitu kehilangan hingga menurut dokter pikirannya telah tercampur antara kenyataan dan buatannya. Naeun tidak sanggup menghadapi kehilangan Myungsoo tepat di hari yang seharusnya menjadi hari jadi mereka. Naeun tidak sanggup menghadapi kehilangan Myungsoo yang begitu cepat dan mengucap sepatah kata pun dalam kecelakaan bus beberapa bulan lalu.

 

Myungsoo yang kala itu berdiri dari bangkunya dan hendak memisahkan Minhyuk dan Naeun yang duduk bersama malangnya harus menjadi salah satu korban yang meninggal dari bus yang terjun bebas ke sebuah jurang landai. Andai ia tak berdiri dan berusaha menghampiri Naeun kala itu, ia mungkin masih bisa mengganggu hidup Naeun lebih lama lagi namun nyatanya tidak.

 

“Tapi.. Tapi dia sempat bertanya padaku di perpustakaan kenapa dulu dia bisa menyukaiku.. Bomi-ya.. Dia pasti belum meninggal.” Naeun merasakan dadanya yang bisa saja meledak karena kesedihan ini.

“Naeun, tidak ada yang berbicara denganmu di perpustakaan. Tidak ada.”

“BOHONG! KALIAN BOHONG! DIA JELAS-JELAS BERBICARA DENGANKU BAHKAN AKU MELEMPARNYA DENGAN KAMUS!”

“Naeun, tidak ada yang berbicara denganmu. Kau berbicara sendiri dan melemparkan kamus itu ke udara kosong, tidak ada Myungsoo, Naeun-aa.

“BOHONG! KAU SAMA SAJA SEPERTI IBUKU! AKU TIDAK BOHONG AKU TIDAK LUPA BAHWA SAAT ITU—”

“KAU YANG LUPA SON NAEUN! KAU YANG LUPA KALAU KAU BISA MELIHAT HANTU! KAU YANG LUPA JIKA MYUNGSOO MENINGGAL DALAM GENGGAMANMU! KAU YANG LUPA SEMUANYA!” Bomi langsung membekap mulutnya rapat. Naeun bisa melihat hantu. Mungkin benar ia berbicara dengan Myungsoo saat itu, tapi Myungsoo dalam eksistensi yang tidak bisa dilihat semua orang.

 

 

.

.

.

.

Naeun terduduk di bangku taman yang sepi. Sudah genap enam bulan Naeun di kurung dalam sebuah rehabilitasi khusus yang sudah dibeli keluarganya. Ayah dan ibunya rajin mengunjungi untuk melihat bahwa Naeun tidak memiliki perkembangan yang berarti, sementara Dongwoon, kakaknya yang bahkan menuntut ilmu di luar negeri terpaksa pulang untuk selalu berusaha ada bagi adiknya.

“Naeun..

 

Naeun menoleh, Myungsoo tersenyum di sana. Naeun akan mengangkat kedua ujung bibirnya sebelum ia sadar bahwa Myungsoo tidak nyata. Naeun sudah bosan melihat ibunya yang tidak berhenti menangis karenanya, atau kakaknya yang selalu menatapnya sedih diam-diam. Myungsoo tidak nyata. Myungsoo sudah tidak ada lagi. Myungsoo.. Cepat atau lambat ia harus melupakannya.

 

Son Naeun..”

“Aku tidak mendengar. Aku tidak peduli.” Naeun menutup telinganya rapat-rapat. Tapi kemudian ia menjadi sedih, ia masih bisa mendengar Myungsoo dan melihatnya. Ia benci kemampuannya melihat hantu.

Waktu itu aku bertanya padamu, apa yang bisa membuatku menyukaimu.

“AKU TIDAK PEDULI! KAU SUDAH MATI! AKU TIDAK PEDULI!” Naeun berteriak berusaha menghalau suara Myungsoo yang masih saja masuk dalam gendang telinganya.

.

.

“Kau tahu alasan aku menanyakannya? Supaya aku tahu alasan untuk bisa meninggalkanmu. Supaya kau tahu kau masih memiliki banyak alasan untuk terus dicintai dan untuk terus bertahan hidup.”

“AKU TIDAK PEDULI KIM MYUNGSOO! Kita sudah putus! Kita sudah berakhir! Kau dan aku tidak lagi kita, urusi urusanmu di dunia sana! Aku akan urusi urusanku di dunia sini! Kalau perlu aku akan pacaran dengan Kang Minhyuk setelah keluar dari tempat ini biar kau puas! AKU TIDAK PEDULI!”

Benarkah?” Naeun menoleh, ia menggerakkan kepalanya dengan sulit. Napasnya pun menjadi sulit. Myungsoo menatapnya tulus tapi senyumnya sedih.

“YA!”

Penuhilah kata-katamu Naeun. Kau harus segera keluar dari tempat ini. Jadi pacar Kang Minhyuk dan hidup bahagia.”

“BAIKLAH! KAU YANG MENGINGINKANNYA KAN?!” Naeun tidak berhenti berteriak namun air matanya juga tak berhenti mengalir. Ia bisa melihat Myungsoo yang bias oleh cahaya dan tangannya yang sama sekali tak sanggup menggapai milik Naeun.

“Jangan menangis Son Naeun.”

“Kau yang membuatku menangis Myungsoo, kau yang menghancurkan hatiku, kau yang melakukan semuanya. Aku membencimu Myungsoo, aku membencimu.” Naeun mengusap air matanya sendiri, tidak peduli dengan Myungsoo yang berusaha mengusap air mata yang terus mengalir dari mata indahnya namun gagal.

Maafkan aku Son Naeun.

“Apa jika aku tidak memaafkanmu kau akan kembali jadi manusia? Apa jika aku memaafkanmu kau akan kembali jadi manusia? Tidak kan?” Naeun tersenyum sinis sebelum matanya mengercap sendu.

Son Naeun, kau tahu aku akan melakukan apapun juga untuk jadi manusia lagi kan? Untuk menghapus air mata mu, untuk mengetahui alasan kenapa aku dulu menyukaimu, dan menyukai bahkan mencintaimu sekali lagi. Tapi—”

“Berhenti bicara Myungsoo. Hentikan bualanmu. Kau tidak berusaha jadi manusia. Kau tidak pernah berusaha. Bahkan kau dengan teganya mati di tanganku. Di depan orang yang kau sebut ingin kau cintai sekali lagi.” Naeun berdiri, mengusap sekali lagi air matanya yang tak berkompromi.

Son Naeun..

“Baiklah Kim Myungsoo. Kita sudah berakhir. Aku dan kau. Kita sudah putus lebih dari setengah tahun lalu. Dan aku tidak tertarik juga terjebak denganmu dan tempat ini berlama-lama, tidak tertarik membuat ibuku terus menangis dan kakakku terus mengambil cuti kuliahnya.”

“Apa kau akan..”

“Ya. Mulai sekarang aku akan melupakanmu. Melupakan semuanya dan berjalan lagi. Aku masih memiliki sepasang kaki untuk terus berjalan, ke depan tidak ke belakang. Selamat tinggal. Semoga kau bahagia dengan pilihanmu. Jangan berharap bertemu aku lagi, di kehidupan kedua sekalipun.” Naeun tersenyum lurus dan beranjak pergi. Ia mengeraskan hatinya yang entah masih berupa kepingan atau debu. Aku akan melupakanmu Myungsoo, sekalipun menyakitkan, aku dan kamu kita memang sudah berakhir. Tanpa kematianmu pun aku harus tetap melupakanmu.

 

Sementara Myungsoo perlahan tersenyum lembut. Naeun telah melepaskannya. Ia tahu Naeun tidak bermaksud dengan semua kata-kata tajamnya, ia hanya ingin menyampaikan pada dunia terlebih pada roh Myungsoo bahwa Naeun kini telah berusaha melepaskan kepergiannya. Dan sekalipun dilupakan itu menyakitkan, Myungsoo tahu inilah yang terbaik bagi Naeun terus melangkah dan melupakannya yang tinggal arwah. Toh tak lama lagi arwahnya akan pergi ke tempat di mana ia seharusnya berada, tugasnya untuk membuat Naeun merelakannya telah selesai.

 

Naeun terus berjalan, ia harus terus berjalan bukan?

 

“Kim Myungsoo..” Myungsoo masih berdiri di sana. Menatap Naeun, perempuan pertama dan terakhir yang ia cintai dengan sepenuh hati sebagai seorang pemuda tanggung.

“Ya?”

.

.

.

“Aku mencintaimu.. Kau, semua tentang aku dan kau, tentang kita yang pernah ada, akan selalu ada di sini.” Naeun menekan dadanya dan menjatuhkan tetes terakhir air matanya sebelum berbalik. Ia tidak mau menatap Myungsoo, tidak lagi. Sebelum ia kembali tak sanggup melepaskannya.

 

Naeun terus berjalan, ia harus terus berjalan bukan? Tapi bukan berarti ia tidak boleh menengok sekali kali ke belakang, karena seperti spion mobil, hidupnya juga harus sesekali menoleh ke belakang, untuk setidaknya memberi kekuatan dan arahan yang benar untuk maju ke depan. Mungkin tidak ada Myungsoo di depan, tidak ada Myungsoo di sisa takdirnya, tapi setidaknya Naeun bisa mensyukuri bahwa Myungsoo setidaknya sempat berada di sebagian takdirnya.

.

.

.

“dan aku.. Aku juga Son Naeun.”

 

Come back, come back, come back to me like

You would, you would if this was a movie

Stand in the rain outside ’til I came out

Come back, come back, come back to me like

You could, you could if you just said you’re sorry

I know that we could work it out somehow

But if this was a movie you’d be here by now

 

I know people change and these things happen

But I remember how it was back then

Wrapped up in your arms and our friends were laughing

‘Cause nothing like this ever happened to them,

Now I’m pacing down the hall, chasing down your street

Flashback to the night when you said to me,

“Nothing’s gonna change, not for me and you

Not before I knew how much I had to lose”

—Taylor Swift – If This Was A Movie

 

the end.

Couple_9Blur

Couple_9

Ada yang kebayang endingnya bakalan sesedih ini? Hihihihihi maaf ya, emang sebenarnya dari awal U&I endingnya bakalan semenyedihkan ini, karena kalau endingnya di buat bagus Myungsoo bakalan tetep dalam kediamannya menyimpan cinta buat Naeun, Naeun yang mungkin gak bisa move on jadi terus sedih atau Naeun sama cowok lain. DAN ITU… MENYUSAHKAN UNTUK SAYA BIKINNYA.

 

Nggak kerasa setelah nyaris sembilan bulan Chamomile, Chamomile bakalan ending di ff terakhir nya yang selanjutnya ini. FF selanjutnya kalau bisa sih secepatnya ya, awal Juni saya posting. Sebisanya. Setelah itu saya bakalan fokus di satu ff terakhir buat LIFE dan benar-benar fokus di Autumn’s Twilight. Karena horay nya saya kelas 11 sudah memutuskan masuk IPS yang pastinya bakalan lebih longgar. Kekekekekkk

 

Okay, saran, kritik, komen, like, saya terima dengan lapang dada!

 

Next : Huodslntcobcmaek – H – 4 votes

40 responses to “[Chamomile/SongFic] U & I

Leave a comment