[CHAPTER] Timeless (Chapter 1)

timeless_inhan99

berikan apresiasi kalian berupa komen pada ff milik teman saya ini 😉

Author : Inhan99 || Main Cast : Oh Sehun ( EXO’s ) – Han Lian ( OC’s/Readers ) ||
Genre : Hurt, Friendship , Romance , etc. ||
Lenght : Chaptered || Disclaime : Story is mine –   Sehun is owned God and family ||
Rate : Teen

 

Sport Cast find by yourself at this story

 

Note : This Fanfict pure from my idea and please being good readers and don’t bash this and plagiat.
Hope you enjoying.

Dan ff ini hanya khayalan author semata……. XD

 

Recomended song

Horan – Lost Things

Fx feat. D.O ( EXO-K ) – Goodbye Summer

 

           Credit : Doremigrl @ School Art Design

 

Prolog | Chapter 1

Chapter 1 : Painful

 

               Regret? yes, of course. was supposed to be things that need to be aware of. never allow yourself to get caught up and looks seem to be in that situation. but, the heart says another.

 

***

 

Gadis itu merasa tampak bodoh dalam waktu seminggu ini. Ia membiarkan waktu seminggunya terbuang dengan sia-sia hanya untuk mengamati rumah tetangganya yang kosong. Namun anehnya, lampu di setiap ruangan itu selalu menyala di malam hari dan ketika sore hari, ada beberapa jendela yang terbuka dan beberapa tirai beterbangan keluar akibat tertiup angin. Semua menjadi pertanyaan dalam benaknya, namun permintaan sang Ibu tadi siang sudah cukup memberinya clue untuk memecahkan misteri dari rasa penasarannya yang membuncah.

 

 

Ibunya memintanya untuk bergabung dalam makan malam bersama tetangga yang baru menempati rumah di sebelahnya. Lian- gadis itu   berusaha  tersenyum dan   mengangguk untuk   mengiyakan   permintaan Ibunya. Ia merasa   ada sesuatu  yang  berbeda   dari raut  wajah Ibunya   yang  berbunga-bunga  ketika  menyampaikan  hal  itu seolah-olah hal  itu sudah  di nantikan sejak lama. Ia tak  ingin  ambil pusing dan terlalu   memikirkan hal itu seolah hal itu adalah hal penting yang harus ia perhatikan sebagai perioritasnya.  Makan malam ini tak berkaitan apapun dengan dirinya.

 

 

Gaun yang ia kenakan terlihat cukup anggun walaupun rasanya sedikit membuatnya tidak  nyaman ketika lengan transparan gaunnya menyatu dengan kulit, membuat rasa geli yang menjadikannya tak nyaman. Sungguh, ia bukan model dan pecinta mode fashion seperti ini. Ia memang tinggi, namun fashionnya lebih tertarik pada gaya berbusana santai yang nyaman, atau mengenakan stelan coat resmi untuk wanita karir. Benar-benar gayanya.

 

 

Penyambutan utama di rumah tetangganya yang membuatnya terkesima, kagum sekaligus terharu. Siapa sangka bahwa ia akan kembali bertemu dengan Tuan dan Nyonya Oh yang sudah lama pindah ke paris untuk menjalankan bisnis mereka yang tengah berkembang pesat di sana. Nyonya Oh memeluknya, memberikan pujian atas penampilannya. Memberikan decakan kagum atas perkembangan dirinya, wajah dan tinggi tubuhnya yang membuat siapa saja iri akan hal itu. Namun, ia tak pernah tahu jika kalimat yang akan keluar dari mulut Nyonya Oh berbunyi seperti ini ” Kau memiliki fisik yang hampir serupa dengan Sehun ”

 

 

Di ruang makan, ia tak pernah menyangka untuk kedua kalinya bahwa ia bertemu dengan teman dari sahabatnya. Namanya Park Chanyeol, ia beserta keluarganya memenuhi undangan khusus untuk menghadiri acara penyambutan sederhana ini. Lelaki itu terkesima atas penampilannya yang memukau bak idola kpop yang sedang naik daun. Ia berusaha tersenyum menanggapinya, hingga sebuah suara keributan membuat mata semua orang yang berada di sana berusaha mencari dan menemukan sosok yang menimbulkan suara tersebut. Suara yang membuat para orang dewasa itu menghentikan candaan mereka yang terlihat menyenangkan.

 

 

Ma! Putra bungsumu itu terlihat menggelikan hari ini ” pria dengan rambut berwarna coklat dan berwajah manis itu berbicara sambil menatap sang Ibu yang sedang menatapnya bingung. Lalu, ketika itu Ibunya memberikan senyuman dan tertawa melihat putra-nya yang di maksud tengah berjalan sambil menggandeng seorang gadis di sebelahnya. Gadis yang tampak lebih muda dan lelaki di sebelah gadis itu, seperti seseorang yang pernah ia temui di kelas dosen Jung minggu lalu sebelum mendapat jatah liburan seminggu untuk refreshing dan bersantai dari materi-materi.

 

 

” Sehunnie- ah! Eomma ingin memberitahu sesuatu untukmu. Lihatlah, siapa yang duduk di ujung sebelah sana ” Lian terkesiap ketika Nyonya Oh mengarahkan tangannya ke arahnya, membuat semua orang menatapnya tak terkecual Sehun– lelaki itu tengah membeku tak berdaya. Aliran darahnya mulai berjalan tak normal dan jantungnya kembali berdebar tak biasa seperti beberapa tahun yang lalu. Sudah lama sekali tak merasakan sensasi yang mendebarkan itu.

 

 

” Lian Han!!! ” pria berwajah manis itu terlihat antusias dan segera berlari menghampirinya. Pria itu meneriakkan namanya dengan histeris seolah ia itu adalah seorang idol yang baru saja memberikan performance terbaiknya untuk ribuan fans. ” Kau semakin cantik dan tinggi- eoh? ” pria itu menatap Lian penuh arti. Namun, ada guratan rasa menyesal yang tercetak jelas dalam sebagian pantulan cahaya di matanya. Lian tak mengerti.

 

” Kau tahu- Sehun sering bercerita tentangmu pada tunangannya ” Luhan sedikit mengatur nafasnya yang rasanya tercekat di kerongkongan. Jujur, ia sedikit menyesal harus berbicara seperti ini, tapi apa boleh buat karena hal ini memang sudah terjadi. ” Kau tahu, Sehun juga kuliah di tempatmu- Seoul university dan berada di semester ke 4 sama sepertimu. Namdongsaengmu itu begitu bersemangat mengikuti kelas akselerasi seperti yang kau sarankan. “ada suatu hal yang Luhan ketahui di antara Lian dan Sehun, dan hal itulah yang membuat Luhan merasa tak enak hati mengungkit soal tunangan Sehun. Namun, ia juga tak dapat membantu. Di makan malam ini juga akan anda pembahasan masalah pertunangan Sehun.

 

Lian mengangguk perlahan, tak tahu harus mengucapkan kalimat apa. Ia sendiripun bingung harus bersikap seperti apa? Caranya berekspresi sekarang terlihat sangat tolol. Ia sendiri merasa aneh dan kemudian baru tersadar dari ketololannya sendiri setelah seorang gadis tersenyum di hadapannya, mengulurkan tangannya dan tersenyum mengajak berkenalan. Lian menyambutnya dengan sungkan dan senyum manis yang mengembang indah di wajahnya. ” Park Chayeon, ibnida. Bangapseubnida, Eonni

 

” Lian Han, ibnida. Nado bangabda, Chayeon-ah ” Chayeon tersenyum dan segera membungkuk lalu menduduki tempat di sebelah Chanyeol. Luhan pun juga melakukan hal yang sama, berjalan mendekat ke arah meja makan dan duduk dengan tenang. Sedangkan Sehun, perlahan berjalan mendekat ke arah gadis di pojok sana yang perhatiannya teralihkan oleh sebuah ukiran nama pada meja kayu yang berlapis kaca- meja tempat mereka makan.

 

Nuna- ” Sehun merasa tenggorokannya tercekat ketika ia berhadapan langsung dengan gadis itu- gadis yang benar-benar tak dapat tersingkir walaupun ia sudah mempunyai tunangan. Hatinya tak dapat menyingkirkan nama gadis itu, padahal dulu ia pernah terpuruk dan mengira gadis itu tak akan pernah membalasnya. Bagaimana tidak, mereka tak pernah melakukan komunikasi sama sekali dan Sehun menganggap bahwa gadis itu hanya memberinya sebuah harapan yang tak mungkin dapat terbalasakan.

 

Lian tersenyum tipis seperti dahulu saat pertama kali Sehun mulai jatuh pada pesonanya karena senyuman tipis yang terlihat seperti sebuah seringaian itu. Sehun berusaha bersikap biasa, ” Kita bertemu lagi ” ia ingin tersenyum ketika gadis itu mengacak rambutnya dan berkata, ” Namdongsaeng yang manis, sudah lama sekali ” tapi ia malah merasakan dentuman konyol di jantungnya semakin meraja lela seolah tengah di pukul dengan pemukul drum dengan tempo yang cepat. Sehun merasa ada sedikit rasa panas di bagian pipinya.

 

” Cepat kembali ketempatmu ” akhirnya Sehun tersenyum setelah mendengar ucapan gadis itu kali ini. Ia pun berjalan menuju tempatnya yang berada di antara Luhan dan Chayeon.

 

 

Lian menghembuskan nafasnya ketika angin yang begitu dingin menusuk kulitnya. Ia tengah berdiri di balkon dan mulai terbawa suasana pikirannya yang tengah rumit tanpa menyadari keberadaan seseorang di balkon seberang sana yang menatapnya sendu. Kaki gadis itu mulai melangkah membawanya pergi, namun barusaja akan menginjakkan langkah ketiga ia tersadar dan segera menoleh, mendapati Sehun berada di balkon seberang yang tengah menatapnya sendu. Terlihat kentara dengan wajahnya yang menatapnya dengan ekspresi tak biasa, seperti ada rasa menyesal. Apa yang anak itu pikirkan?

 

NUNA!!!!!! ” teriaknya dari seberang sana, membuat Lian tersentak kaget dan menatapnya tak mengerti. Apa yang anak itu sedang pikirkan? Sedari tadi ia menatap sendu ke arahnya dan sekarang berteriak padanya. ” Wae? ” Lian sedikit bersuara lebih keras agar Sehun mendengar perkataannya dari seberang sana. Sehun terdiam, dan saat itu pikirannya tadi pupus seketika seperti terbawa angin dingin yang berhembus.

 

***

 

Baekhyun adalah satu-satunya lelaki manis yang sangat menyebalkan bagi Lian. Lelaki itu tak pernah puas jika tak menggoda siapapun, untungnya Lian selalu berhasil mengerjai balik sosok Baekhyun. Senyuman Lian terhenti ketika Sehun memasuki kelas dosen Jung hari ini, wajahnya terlihat sedikit muram dengan tatanan yang sedikit acak-acakan. Penampilannya membuat beberapa gadis lain masih bisa berdecak kagum. Lian ingin sekali mendekat dan membenarkan rambutnya yang tak beraturan, tapi apa daya. Sehun sudah bertunangan dan ia tak mau terjadi salah paham untuk ke depannya hingga akhirnya ia hanya diam dan menatap ke arah jendela besar di sebelahnya dan menghembuskan helaan nafas kasar berkali-kali.

 

Sehun, dari kursi tempat ia duduk hanya bisa menatap lesu ke arah Lian. Gadis itu seolah menganggapnya tak terlihat oleh diri gadis itu sendiri. Sehun seperti di hiraukan karena tadi pagi, gadis itu sama sekali tidak menilik dirinya yang berkali-kali menatapnya dari balkon. Gadis itu sibuk dengan urusannya sendiri, tidak ada lagi Lian Nuna yang akan melemparkan kertas-kertas bertuliskan kalimat seperti scene percakapan perang.

 

Lian mendengus lagi, ia tahu bahwa ada seseorang yang menatapnya dan tanpa perlu melihat iapun sudah tahu siapa seorang tersangka yang berani menatapnya seperti seseorang yang siap melubangi tubuhnya dengan tatapannya itu. Tapi, Lian tahu bahwa tatapan itu tak setajam dulu ketika mereka berperang dengan gumpalan kertas bertuliskan kalimat peperangan yang mereka rencanakan. Lian kembali teringat moment itu dan menundukkan kepalanya, ada sedikit cairan bening membendung di sudut matanya.

 

 

” Lian-ah, mengapa hari ini kau terlihat lesu? Kau tidak enak badan? ” tanya Baekhyun prihatin atas sahabatnya hari ini. Kondisi Lian cukup membuatnya khawatir dengan cara yang berlebihan padahal gadis itu tak terlihat mengenaskan sama sekali.

 

Lian menggeleng dan berusaha tersenyum, kali ini ia hanya menginginkan waktu sendiri dan berbaring di kamarnya sambil memandang hasil karya tangan Sehun. Ah, iya dia hampir melupakan hal itu. Sehun dan dirinya adalah pecinta seni tingkat akut. Saking terlalu cintanya pada seni, Sehun yang sewaktu itu masih pelajar Junior high school sering melukis dinding kamarnya dengan lukisan abstrak yang mampu membuat orang terkesima. Salah satu dinding yang tak di halangi apapun dan di tengah-tengahnya ada cermin besar, disanalah hasil karya Sehun yang anak lelaki itu buat untuk dirinya.

 

Lian masih sangat ingat bahwa di cermin itu ada foto dirinya dulu bersama Sehun. Ia yang tersenyum sambil merangkul Sehun yang tengah cemberut karena mendengar ocehan si pengambil gambar bernama Luhan- kakak lelaki Sehun.

 

***

 

Lian merasa berada di dunia berbeda sekarang ini. Tak ada lagi anak lelaki yang akan berteriak dari seberang sana dan mengibarkan bendera perang lalu melemparkan gumpalan kertas sebanyak mungkin pada Lian. Tak ada lagi anak lelaki manja yang meminta perlindungan padanya. Tak ada lagi anak lelaki yang suka mencorat-coret dinding kamarnya dan membuat kondisi kamarnya menjadi berantakan. Tak ada lagi anak lelaki yang meminta saran darinya, karena menurut anak lelaki itu saran darinya adalah sebuah hal yang harus di pertimbangkan.

 

Sekarang anak lelaki itu tumbuh tinggi melebihi dirinya dan menjadi lelaki dewasa yang tampan yang di puja banyak gadis. Lelaki yang kini sibuk dengan dunianya. Lelaki yang sudah memiliki tunangan dan lelaki yang- pikiran itu membuatnya menunduk tak mampu menatap balkon seberang sana yang tanpa gadis itu sadari ada seseorang yang tengah berdiri tepat berhadapan dengannya. Memandangnya sedih, dan di sudut mata lelaki itu terdapat cairan bening yang mulai penuh. Lelaki itu merasa sakit karena tak bisa melihat keceriaan gadis itu seperti dulu lagi.

 

 

Smartphonenya berdering keras menandakan sebuah panggilan telah masuk dan memunculkan tombol jawab dan reject. Tak ada nama pemanggil disana, yang tertera di layar phonecell nya hanyalah sebuah nomor asing yang tak ia kenal sama sekali. Dengan sangat malas, ia pun mengangkat panggilan tersebut.

 

” Yoboseyo “

 

” Nuna- ” mata Lian terbelalak dan mulutnya terbuka tak percaya dengan apa yang ia dengar. Benarkah itu suaranya? Terdengar berat dan membuat telinganya terasa nyaman ketika mendengar deru nafasnya melalui panggilan di phonecell.

 

” Sehun-nie…. “

 

” Nuna- bogoshipeo “ mata Lian terasa berair saat kata-kata itu terlontar dengan mulus dari mulut sang penelepon.

 

” Kau- bagai- “

 

” Nuna- tolong berdiri di balkon kamarmu ” suara beratnya terdengar seperti mantra sihir yang mampu menghipnotis dirinya untuk berjalan dan berdiri di balkon, menatap sang penelepon di seberang sana yang tengah menatapnya teduh. Tatapan yang dulu ia arahkan pada Sehun, sekarang berbalik.

 

” Nuna- bagaimana kabarmu? “

 

” Kau bisa melihatku sekarang, aku baik-baik saja ”

 

” Nuna- “

 

” hmm.. “

 

” Apa jawabanmu atas pernyataanku beberapa tahun lalu? “ Lian terdiam seolah ada sebuah palu yang menghantam rohnya dan menjatuhkannya langsung ke bawah sana, membuat ia terkapar dan tak bisa lagi bangun untuk berdiri maupun duduk.

 

” Tak perlu bertanyapun kau sudah tahu- aku tidak bisa Se- “

 

” Bukankah kau akan memberikan jawabannya jika aku kembali dengan perasaan yang masih sama “

 

” Ugh! Tapi sayang! Bagaimana jika aku bilang aku sangat mencintaimu? “

 

” Huh! Tetap saja- sejak kapan kau berubah menjadi seperti ini? “

 

” Sejak bertemu denganmu lagi, Nuna ” lagi, Lian merasa palu itu kembali    memukul   dan menghempaskannya yang baru saja meraih pegangan untuk berdiri.

 

” Kau- “

 

” Nuna, aku mencintaimu. Sangat mencintaimu, sejak dulu perasaanku tak pernah berubah. AKU MENCINTAI- ” Lian mematikan sambungan telepon secara sepihak dan memandang Sehun yang memandangnya terkejut sebentar sebelum akhirnya berlari masuk kedalam kamarnya. Menutup pintu dengan keras dan menutup semua tirai kamarnya lalu memadamkan lampu.

 

Lian menangis di kamarnya, kenapa anak lelaki itu masih keras kepala seperti dulu. Semuanya berubah, tapi satu hal yang tak berubah. Keras kepala anak itu yang membuat Lian memiliki perasaan sayang padanya.

 

***

 

Lian terjaga ketika sebuah nada pesan masuk ke phonecellnya di pagi buta seperti ini. Dengan sangat malas gadis itu meringsut perlahan dan tanganya mengulur untuk meraih phonecellnya yang tergeletak di atas nakas. Itu adalah kesalahan yang ia perbuat, saking menyukai lagu itu iapun menjadikannya nada tanda sebuah pesan masuk. Lian melirik sekilas serentetan nomor si pengirim tak ada rasa terkejut sedikitpun hingga ia membuka isi pesan tersebut. Wajahnya langsung berubah menjadi lesu, rahangnya mengantup keras dan tangannya yang bebas ia kepalkan.

 

From : +821xxxxxxxxx

 

   Nuna- kau sudah bangun, bisakah kita bertemu di halaman depan rumahmu.

 

Lian menggerutu dalam hatinya, tidurnya membuat ia melupakan semua kejadian yang terjadi tadi malam. Tapi, Sehun mengingatkannya kembali dengan pesan yang ia kirim. Ia merasa terganggu dan ini membuatnya tidak nyaman, pada keluarga Sehun dan juga keluarganya sendiri.

 

From : +821xxxxxxx

 

    Mian- aku sangat mengantuk, aku malas untuk keluar rumah. Lebih baik kau lanjutkan tidurmu, ini baru pukul 4 pagi. Kau tahu aku benci udara di pagi buta yang menusuk.

 

Lian menyimpan nomor phonecell Sehun, berjaga-jaga agar ia tak terkejut lagi di lain waktu. Gadis itu dengan malas mengirimkan pesannya dan kembali memejamkan mata, jangan sampai ia menyalakan lampu dan membuat Sehun berpikir bahwa ia sudah bangun. Apa yang ia duga terlah terjadi, Sehun mengiriminya pesan lagi dan gadis itu malas sekali untuk membuka pesan tersebut dan iapun memilih untuk kembali tidur, ia tak ingin berdebat seperti yang tadi malam. Membuatnya kesal.

 

 

” Lian-ah!!! ” Baekhyun berseru padanya dengan suaranya yang terdengar begitu ceria hari ini. Entah, apa yang membuat lelaki itu merasa senang. ” Hey! Hey! Apa yang terjadi denganmu? ” Lian memundurkan tubuhnya sedikit agar tak terlalu berada dalam jarak yang begitu dekat dengan Baekhyun. Baekhyun tersenyum sumringah padanya.

 

” Luhan hyung– kau tahu mahasiswa baru itu mau berkolaborasi bersama, D.O, Jongdae, dan aku untuk pementasan musik di acara amal bulan depan, ia juga mengajak Minseok hyung. Kau tahu, sangat susah mengajak Minseok hyung untuk berkolaborasi tapi, sepertinya Luhan hyung yang mengajaknya ” Baekhyun terlihat sebegitu bersemangatnya hingga ia tak menyadari bahwa orang-orang yang ia bicarakan tengah berada di belakangnya.

 

Minseok dan Jongdae berdehem, membuat Baekhyun terkejut dan segera menoleh. Ia menganga lebar saat orang yang ia bicarakan berada di belakangnya. ” Yak!! Byun Baek, hentikan tingkah kekanakkanmu itu ” D.O mulai mengoceh seperti biasanya ketika mereka bertemu.

 

” Maklum saja, dia selalu seperti itu ” dan kalimat yang Lian lontarkan berhasil membuat Baekhyun mendelik kesal ke arahnya dan menatapnya tajam.

 

Baekhyun, Jongdae, D.O, Minseok dan Luhan berlalu dari hadapannya namun setelah itu Luhan berbalik dan menghampirinya. Menatapnya bertanya-tanya dan Lian sungguh tak mengerti sama sekali apa maksudnya. ” Kau bertengkar dengan Sehun? Ia terlihat muram hari ini dan ketika ku telepon dia justru mematikan phonecellnya, entahlah aku tidak tahu dimana dia sekarang. Bisakah kau membantuku? ”

 

Sial sekali! Luhan memintanya untuk membantunya, mencari lelaki itu. Entah mengapa tiba-tiba gadis itu merasa bersalah atas hal ini. ” Ne– aku akan mencarinya ” dan terpaksa ia harus bertemu Sehun hari ini, melupakan sejenak keinginannya untuk menghindari Sehun. Ia berpikir kembali, Luhan pasti sudah tahu tentang hal ini. Kejadian di telepon waktu itu.

 

 

 

 

To Be Continue……

 

 

Note: saya berterima kasih banyak karena telah membantu.untuk memposting ff asburd ini saya sangat berterima kasih pada Gea (flaminskle). Maafkan jika ff author ini membosankan dan asburd, author kan juga manusia biasa. XD

18 responses to “[CHAPTER] Timeless (Chapter 1)

  1. Pingback: [CHAPTER] Timeless (Chapter 6) | FFindo·

  2. huaaaahhh…kerennn pake bgt,.baru chap 1 tp aku bacanya udda greget chingu..
    .yahh masa sii sehun engga paham sihhh..bukannya mikir.,knpa lian jadi kek gitu..malahh sedih mulu,.yaa maklum lahh klo lian gitu scra kamu dateng trs tau” bawa tunangan..

  3. Pingback: [CHAPTER] Timeless (Chapter 7) | FFindo·

  4. ya sehun kok udah punya tunangan, terus bagaimana dengan perasaannya pda lian. akan dilupakan begitu saja?….

  5. Sumpah keren bgt…jadi tunangan sehun hanya pelampiasan? Sehun sedikit pun gk punya perasaan sama tunangannya? Apa cuma tartik sehun supaya dia tahu lian suka gak sama dia?

  6. Pingback: [CHAPTER] Timeless (Chapter 8-END) | FFindo·

  7. nah lhoo, sehuun mau dikemanain itu tunangan?? lagian ko tau2 sehun udah tunangan siih?? apa ini perjodohan??
    lian sbenernya gimna sih perasaannya ke sehun??
    aduuh terlalu bnyak pertanyaan yaa..hehee

Leave a comment