Romeo and Julio

romeo julio

Jihan Kusuma Present

Romeo and Julio

 Byun Baekhyun | Park Chanyeol | Sung Lana

Friendship| failed Comedy | A lil bit ‘romance’

ONESHOOT


LITTLE NOTE :

yeyeyey akhirnya bisa posting oneshoot lagi. Kalian mungkin pada menebak-nebak dari judulnya apa maksudnya Juliet diganti jadi Julio. Usai obrak abrik buku di perpus nemu novel lama dan akhirnya menginspirasiku buat nulis ff yang satu ini. Enjoy ya readers-nim!

TYPO[S] EVERYWHERE! 😀

Ttara hae!


 

Romeo and Juliet

Bertenggeelah bintang-bintang itu disana, menjadikan mereka saksi mati ataupun malah saksi hidup dari pertemuan sepasang sejoli di malam yang kelam ini.

Lelaki dari keluarga Montague itu mulai memanjat satu demi satu batu menonjol yang memperkokoh fondasi menara milik keluarga Capulet. Di atas sana, sang pujaan hati terus memberikan semangat agar lelaki itu mampu sampai diatas dengan keadaan baik-baik saja. Peluh Romeo menetes membasahi pakiannya.

“Juliet ulurkan tanganmu!”

Juliet berjinjit lalu mengulurkan tangannya dari balkon. Tangan mereka sudah saling bertautan. Juliet dan Romeo tersenyum begitu melihat wajah satu sama lain yang tampak bersinar dijatuhi cahaya bulan purnama.

.

Romeo and Julio

Bertenggeelah bintang-bintang itu disana, menjadikan mereka saksi mati ataupun malah saksi hidup dari pertemuan sepasang sejoli di malam yang kelam ini.

Lelaki dari keluarga Park itu mulai memanjat satu demi satu batu menonjol yang memperkokoh fondasi menara milik keluarga Byun. Diatas sana, sang pujaan hati terus memberikan semangat agar lelaki itu mampu sampai diatas dengan keadaan baik-baik saja. Peluh Chanyeol menetes membasahi pakiannya.

“Juliet ulurkan tanganmu!”

Baekhyun berjinjit lalu mengulurkan tangannya dari balkon. Tangan mereka sudah saling bertautan. Tetapi naas, sesuatu menjatuhi wajah Chanyeol. Pegangan mereka terlepas sehingga Chanyeol terjerembab diatas rerumputan hijau yang basah.

Lelaki itu mengambil benda yang jatuh tadi, memandanginya dengan penuh keseriusan.

‘Ini rambut palsu’

Chanyeol menatap keatas, tampak pujaan hatinya sedang tersenyum sambil melambai dengan rambut terpangkas sangat pendek layaknya pria. Sulit dipercaya, Julietnya adalah seorang laki-laki.

 

∞∞∞

1

2

3

-Begin-

 


 

“APA KAU GILA!”

Lana hampir saja membanting telepon genggamnya begitu suara pecah seseorang diseberang sana menembus lorong pendengarannya seperti peluru. Ditatapnya layar ponselnya yang masih menyala terang, menampilkan sebuah nama pendek. Baekhyun. Tidak lain tidak bukan si lelaki yang baru saja menyebabkannya nyaris tuli.

“Biasa saja Baek! Telingaku terasa akan mengeluarkan nanah!” balas gadis dengan potongan rambut diatas bahu itu.

“Aku tidak akan berteriak jika kau tidak mengucapkan yang tadi itu.” balas Baekhyun.

“Yang mana?” Lana menjepit ponselnya diantara telinga dan bahunya sambil mengemasi barang-barang terutama seragam kerjanya yang berwarna putih tulang dengan name tag ‘Cook – Hwang Lana’. Kamudian gadis itu melambai pada beberapa rekan kerjanya yang masih harus melanjutkan pekerjaan mereka. Lana selalu ijin pulang lebih awal setiap hari Selasa hingga Sabtu untuk pergi ke kampus.

“Ingatanmu memang hanya bertahan 3 menit, kurasa.” balas Baekhyun dengan emosi.

“Baek, sudahlah jangan mempersulit keadaan. Aku hanya memberimu solusi. Kau tidak mau dikejar-kejar perempuan itu lagi kan?” Lana memasang jaket biru donkernya juga snapbacknya kemudian melangkah keluar dari restoran tempatnya bekerja. Sudah hampir dua tahun dia bekerja disana sebagai koki utama. Bayarannya tidak sedikit meski jam kerjanya suka bolong karena dia juga masih seorang mahasiswa.

Lana dan Baekhyun sudah lama menjalin pertemanan. Keduanya begitu dekat melebihi sepasang kekasih. Meski keduanya bertempat tinggal di dua kota yang berbeda dan lumayan jauh, mereka tidak pernah berhenti bertukar kabar.

Sejak dua hari lalu Baekhyun menceritakan kepada Lana tentang gadis di masa lalunya yang tidak pernah berhenti mengejar Baekhyun. Gadis itu memang sangat tergila-gila pada Baekhyun sampai-sampai mengirim pesuruh untuk mencari sang pujaan hati. Saat ini kondisinya genting sekali. Baekhyun harus segera pergi dari kota jika tidak mau dipaksa menikah oleh gadis gendut yang tidak pernah dia sukai itu.

Kembali ke kisah semula.

Baekhyun menghembuskan nafas.

“Tapi masalah memakai wigs, pakaian wanita, make up, kurasa itu terlalu berlebih-“

“KAU MAU KUTOLONG ATAU TIDAK?” kali ini ganti Lana yang membentak. Mungkin Baekhyun saat ini juga sedang melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Lana tadi; menjauhkan telepon sesaat dari gendang telinganya.

“Yaak! Telingaku…!” suara Baekhyun samar-samar terdengar. Lana mendecih lirih.

“Dengan menyamar menjadi wanita kau bisa diterima di kos-kosanku. Kau bisa menginap untuk sementara dan menjauhi paparazzi gendutmu itu. Setelah satu atau dua minggu kau bisa kembali ke kotamu dan… beres. Kau muncul dihadapannya disaat dia sudah menyerah.”

Hanya terdengar suara berisik yang kosong dari seberang sana. Lana melirik arlojinya. “Kau kelamaan, atau akan kubatal-“

“Baik! Baik aku menyetujuinya! Jangan batalkan tawaranmu. Aku sangat membutuhkanmu Lana.”

Lana mengehembuskan nafas lalu mengikuti rombongan para pejalan kaki menyeberangi jalan besar. “Anak pintar. Kapan kita bisa bertemu?”

“Aku akan berangkat malam ini juga. Jemput aku di stasiun bawah tanah pukul sebelas. Dan… siapkan juga pakaian wanitanya.” ada keraguan dalam nada bicara Baekhyun. Tentu saja ragu. Dia akan melancarkan sebuah sandiwara paling gila yang pernah ada. Menginap di kos-kosan puteri sebagai seorang ‘puteri gadungan’ bersama ‘puteri-puteri asli’ yang lain. Lebih menantang daripada mendaki Everest tanpa mantel bulu bukan?

“Arasso. Semoga beruntung Baek! Semangat!”

Lana menutup sambungan komunikasi mereka kemudian menatap layar ponselnya sambil tersenyum sendiri. Dia membayangkan Baekhyun dengan wig warna hitam panjang dan pakian serba mini lengkap dengan penyumpal dada dari pakaian dalam yang diisi spons. Menggelikan sekali. Lana bergidik membayangkan rupa ‘perempuan jadi-jadian’ yang tidak lama lagi akan tidur satu kamar dengannya.

“Lana-ya!” seseorang menepuk bahunya.

Gadis itu berbalik dan mendapati ada seorang namja berpawakan serba besar sedang berdiri disana, mengenakan snapback yang sama dengan yang dia kenakan. Snapback untuk couple itu sengaja didesain mereka sendiri untuk dipakai di setiap pertemuan.

“Chanyeol-ah, apakah kau menunggu lama? Maaf tadi ada sedikit urusan dengan seseorang di telepon.” Lana menggoyangkan ponselnya kedepan Chanyeol, kekasih sekaligus suami masa depannya.

“Kalau begitu ayo kita segera berangkat ke kampus.” Chanyeol menautkan jemari mereka dan mengajak gadis itu melangkah berdua menuju halte.

Chanyeol satu kampus dengan Lana tetapi dia bukan anak kos yang hampir setiap hari membagi tugas antara kerja dengan belajar. Kehidupan Chanyeol terasa lebih teratur karena tinggal bersama salah satu kerabatnya disini. Lana sudah memikirkan sebelumnya. Dia sempat berfikir untuk menempatkan posisi Baekhyun ditempat Chanyeol, namun dia rasa itu bukan ide yang baik karena keduanya belum saling mengenal. Lana hanya takut akan timbul masalah baru dan Chanyeol bisa salah paham.

Jadi alangkah baiknya jika Chanyeol tidak tahu masalah Baekhyun sama sekali. Biarkan lelaki itu bertemu Baekhyun dengan wujud yang sudah benar-benar berubah menjadi wanita.

“Jangan melamun, ini tempat ramai. Apakah kau belum sarapan?” tanya Chanyeol. Selalu begitu, peduli.

“A-aku tidak melamun. Tentu saja aku sudah sarapan Chanyeol-ah, aku tidak mau pingsan ditengah-tengah penjelasan dosen.”

∞∞∞

“Lana-ya!” panggil seseorang.

Lana yang sedang menggosokkan kedua tangannya langsung mencari-cari sumber suara. Seorang namja mungil dari kejauhan terlihat melambai sambil berjinjit. Sosoknya pendek tampak terkubur diantara lautan manusia meskipun dia sudah mengenakan mantel setebal itu.

Lana tersenyum kemudian ikut melambai –sambil berjinjit juga. Baekhyun melangkah tergopoh-gopoh dengan mantel kepompongnya yang penuh bulu. Sekilas lelai itu terlihat seperti telur berjalan. Namja itu menggenggam sebuah koper warna abu-abu yang tampaknya tidak berat.

“Hey, maaf membuatmu menunggu lama.” tampak kepulan asap keluar dari lubang hidung dan mulut Baekhyun. Namja itu tidak berubah. Masih sama seperti dulu ketika Lana terakhir bertemu dengannya –saat kelulusan SMA. Keduanya bersahabat sejak lama dan harus terpisah karena tujuan kuliah yang berbeda. Tinggi Baekhyun tidak bertambah bahkan Lana hanya tiga jari dibawah pelipis Baekhyun. Kulit Baekhyun yang putih bersih sepertinya juga terlahir untuk bebas jerawat. Wajah namja itu memang cukup ‘perempuan’. Benar-benar postur yang memadahi sebagai seorang yeoja gadungan.

“Ayo aku akan mengantarmu berganti pakaian. Aku sudah siapkan semuanya.” Lana mengangkat satu tas pakaian perempuan yang terdiri dari celana jins panjang, mantel merah jambu, dan wig hitam lurus sepanjang pinggang. Yeoja itu mengedipkan matanya sok imut. Ekspresi Lana terlihat seperti tante-tante salon yang akan menggoda para namja untuk berkunjung dan mempromosikan pijat gratis.

Baekhyun ingin muntah sekarang juga. Sejujurnya dia belum yakin akan melancarkan aksi super nekat yang satu ini. “Biarkan aku bernafas sejenak.” Baekhyun memijat pelipisnya.

“Tidak ada waktu. Sekarang ayo ikut aku!” Lana menarik lengan Baekhyun menuju toilet perempuan terdekat. Karena hari sudah hampir menginjak tengah malam, tidak ada satupun orang yang ada di toilet itu selain mereka berdua.

Lana memaksa Baekhyun memasuki salah satu box toilet kosong kemudian menyodorkan tas yang dia bawa. “Aku sudah menyiapkan pakaian dalam disana. Kau bisa memasukkan bantalan yang sudah kusiapkan. Penyamaranmu tidak akan berhasil jika dadamu rata.” cerocos Lana dari luar pintu.

Baekhyun bergidik geli. Namja itu menggeledah isi tas Lana. Dijinjingnya atasan dalam wanita warna polkadot. “Yaak, ini milikmu?” tanya Baekhyun.

“Itu semua milikku. Sudahlah cepat pakai saja! Masih baik aku mau meminjamkannya! Aku tidak pernah bertukar pakaian dalam sebelumnya!”

Namja didalam sana menenggak gumpalan ludahnya bulat-bulat. Lelaki itu mulai membuka pakaiannya satu persatu kemudian memasang segala macam benda ‘asing’ didalam tas sahabatnya. Mulai dari bra yang sudah dilengkapi spons tebal, kemudian kaos tipis, lalu celana jins ketat warna navy, dan terakhir mantel pink bulu-bulu. Bahkan Baekhyun bisa mencium aroma Lana pada pakaian-pakaian ini.

Dia sudah selesai namun tidak yakin untuk keluar dan menampakkan sosoknya yang setengah transgender. Lana menggedor pintu tidak sabaran. “Baek, besok aku harus berangkat pagi-pagi dan pergi bekerja. Cepat keluar dan selesaikan semua ini.”

Dengan penuh keraguan Baekhyun membuka pintu lalu keluar. Lana membulatkan mata terkejut, atau bahkan merasa kagum dengan pakiannya yang terlihat begitu sempurna melekat ditubuh ramping Baekhyun.

“Jangan melihatku seperti itu! Kau membuatku ingin bunuh diri saja.” omel Baekhyun. Pandangan lelaki itu berpindah ke cermin dihadapannya dan kini dia melihat sendiri betapa cocoknya pakaian wanita itu ketika membungkus badannya yang serba kecil. “Oh Eomma! Dadaku menonjol sekali!” namja itu mendekap kedua spons setengah lingkarannya, meremas kedua benda itu dengan frustasi.

“Aku tidak mungkin melakukan ini Lana! Aku tidak bisa melakukannya! Aku mau pulang!” Baekhyun mengacak rambutnya.

“Baek. Kau sudah melangkah sejauh ini dan ingin kembali lagi? Apakah kau mau menyerah begitu saja sebelum mencobanya? Ayolah ini tidak sulit!” Lana meremas kedua bahu baekhyun yang terasa seperti tripleks.

“Seharusnya aku menolak ini semua sejak awal. Ini ide yang gila, amat sangat gila! Aku menyesal!”

“Apakah kau mau dikejar oleh perempuan itu? Itu semua salahmu yang pernah berjanji padanya dan anggap saja ini sebagai karmanya. Jadi tetaplah pada jalan ini. Aku tahu kau bisa melakukannya!” Lana melotot kearah mata Baekhyun yang berair.

Baekhyun menunduk begitu mengingat masalahnya yang tidak bisa dibilang ‘ringan’. Mungkin benar kata Lana.

“Nah, sekarang tinggal sentuhan terakhir.” Gadis itu mengeluarkan benda terakhir yang belum dia ambil di tasnya. Sebuah wig panjang dengan poni tipis dibagian depannya. “Menunduklah.”

“Tidak mau.” tangkis Baekhyun.

“Aish! Jangan menyulitkanku!”

Tetapi Baekhyun bergeming. Lana berjinjit kemudian memasang ‘sesuatu’ itu keatas rambut Baekhyun. Namja dihadapannya tetap memalingkan muka sambil memajukan bibir tidak peduli dengan apa yang sahabatnya lakukan.

Dan voila!

Byun Baekhyun, namja 23 tahun dengan pawakan kecil dengan sifat setengah ideot itu telah tersulap menjadi seorang perawan muda yang manis dan menggemaskan. Lana tersenyum lebar menyadari paras Baekhyun yang ternyata tampak semakin manis dengan rambut panjang.

‘Mungkin sebelum Baekhyun dilahirkan, Tuhan sempat bimbang akan menakdirkan jenis kelaminnya.’ pikir Lana sambil terkikik.

“Eoh? Tertawa?” sembur Baekhyun ketus.

“Coba lihat dirimu di cermin.”

Baekhyun melempar pandangannya ke cermin. Dan untuk kali ini dia hampir pingsan. Tidak percaya gadis dipantulan cermin yang begitu mirip manekin itu adalah dirinya.

∞∞∞

Pagi datang dengan sendirinya. Seperti biasa cahaya datang dari Timur kemudian menabrak jendela dan selanjutnya mengenai Lana yang sedang berbaring disamping jendela. Biasanya dia akan langsung melompat begitu sadar ada sesuatu yang hangat menggerayangi kelopak matanya, tetapi untuk kali ini Lana mencengkeram selimutnya semakin kuat dan menarik benda itu sampai ke kepala. Mungkin Lana akan terlambat bekerja untuk hari ini saja.

Semalam dia membawa Baekhyun ke rumah kos dan terpaksa membangunkan ibu kos guna menambahkan satu penghuni baru di bangunan yang lebih mirip rumah susun ini. Alhasil Baekhyun bisa langsung bermalam bersama Lana dalam satu kamar.

Lana melenguh lirih begitu seseorang menarik selimutnya. Gadis itu menggaruk kulit kepalanya sambil perlahan membuka mata. Tampak sosok Baekhyun dengan piyama wanita sedang melipat selimut Lana. Rupanya namja itu sudah bangun sejak tadi.

“Kau bilang kau harus bekerja pagi-pagi. Sini biar kulipat selimutmu.” kicau Baekhyun seperti seorang bibi.

Lana langsung membuka lebar matanya. Ditatapnya jam dinding yang menempel anggun di tembok bercatkan merah jambu itu. ‘Setengah tujuh!’

‘Matilah aku!’

Lana beranjak dari tempat tidur kemudian menyambar handuk yang digantung disamping lemari kemudian segera meloncat indah masuk ke kamar mandi.

“Huh, syukur aku membangunkannya.” namja manis itu memandangi pintu kamar mandi yang baru saja dibanting dengan tak berperasaan.

‘Tok tok’

Seseorang dari luar mengetuk pintu. “Sebentar!” balas Baekhyun. Namun kemudian dia tersadar ada sesuatu yang keliru. “Sebentar~” ulangnya sekali lagi dengan suara yang dibuat se-perempuan mungkin. Yeoja jadi-jadian itu mencari wignya yang semalam ditaruhnya di sofa kemudian memasang benda menjijikkan itu. “Ish, benda ini menyusahkan saja.”

Baekhyun melangkah mendekati pintu dan membukanya “Iya?” ujar Baekhyun dengan suara kecilnya.

Tampak dua orang yeoja seumurannya sedang berdiri didepan pintu. Yeoja yang pertama mengikat rambutnya ke atas tinggi-tinggi menampakkan lehernya yang putih jenjang tanpa sepercik nodapun. Sedangkan yeoja yang satunya mengerai rambutnya. Baekhyun berusaha memasang senyuman semanis mungkin.

“Hey, kau pasti penghuni baru itu ya?” tanya si gadis berambut panjang.

“Benar. Aku baru disini, Nun, ah maksudku Eonni…” jawab Baekhyun sambil menggaruk tengkuknya.

“Perkenalkan namaku Jiae, sedangkan ini Sooyoung. Dan kau?”

“Perkenalkan aku Baek…um, Baek… Baekhee! Iya! Namaku Baekhee!” Baekhyun tertawa garing sambil menggaruk wig panjangnya.

“Wah, jarimu sangat cantik Baekhee-ya… Bagaimana jika nanti malam kau berkunjung ke kamar kami, di sebelah. Kami baru saja membeli cat kuku dan aku tak keberatan membaginya.” Jiae meraih jemari Baekhyun kemudian memandanginya.

Baekhyun merinding mendapati perlakuan Jiae. ‘Apakah para perempuan memang berinteraksi sedekat ini?’ pikirnya.

“Oh ya, kami juga baru saja membeli make up baru! Mungkin akan menyenangkan jika kita mencobanya bersama sama! Kau suka make up kan Baekhee?” tanya Sooyoung sambil menggerling imut.

“M-make up?” tanya Baekhyun. Tiba-tiba bulu kuduknya berdiri tanpa sebab. Imajinasinya mengudara begitu saja, membayangkan bagaimana jadinya jika dia dipaksa memakai make up.

‘Mereka pasti akan memolesku hingga aku tidak lagi mengenali diri sendiri.’ Baekhyun bergidik.

“Ah… b-boleh saja. Tapi-“

“Wah! Benarkah kau mau?! Yey! Oh ya, Sooyoung, sebaiknya kita segera pergi ke kampus. Aku titip ini, berikan kepada roomatemu. Ucapkan terimakasih untuknya ya!” Jiae menaruh beberapa lembar won ke genggaman Baekhyun.

Kedua gadis itu melambai dan mengucapkan selamat tinggal, sementara Baekhyun hanya bisa tersenyum hambar kearah mereka.

“Apa itu?” tanya seseorang dari belakang tubuhnya.

Baekhyun berbalik. Didapatinya Lana yang sudah berpakaian lengkap. Gadis itu mengenakan celana jeans abu-abu gelap dengan beberapa robekan dilututnya, kemudian atasannya dilapisi dengan jaket putih. Jika dilihat-lihat Baekhyun jadi bisa membandingkan bagaimana cara para wanita berpakaian. Jiae dan Sooyoung yang notabenenya feminim lebih memilih setelan berwarna pastel, sedangkan Lana, cara berdandannya saja lebih mirip laki-laki.

“Apakah bocah bernama Jiae itu memiliki hutang padamu. Dia menitipkan uang.” Baekhyun menyodorkan lima belas ribu won kepada Lana.

“Ah, bahkan aku baru ingat jika dia meminjam uang.” Lana memasukkan uangnya ke tas. “Kau mau ikut ke restoran tempatku bekerja atau disini?” tanya gadis itu sambil membenarkan kancing jaketnya.

Baekhyun berpikir sejenak. Jika dia terus menerus disini mungkin akan ada beberapa gadis yang menyapa dan mengajaknya melakukan hal-hal wanita yang lain –yang lebih aneh-aneh. Bisa gila dia.

“A-aku ikut kau saja.”

∞∞∞

At the restaurant

“Dua porsi mini pizza tanpa keju.” gumam Lana sambil membaca secarik note yang digantung di jendela sekat dapur.

Gadis itu segera meraih mangkuk saus oregano lalu mengolesnya ke atas kulit pizza. Beberapa bumbu pelengkap yang sudah ditata didalam kotak-kotak aluminiun memudahkannya dalam menghias makanan Italia itu.

“Lana. Adakan sesuatu yang bisa kulakukan?” tanya seorang gadis –palsu –yang sedang duduk sambil menaruh dagunya diatas meja makan pegawai. Lana melirik kebelakang. Sejenak dia mengagumi kecantikan Baekhyun yang entah mengapa bisa terpancar secara alami. Lelaki itu manis sekali dengan sweater garis-garis miliknya.

“Kau bisa menyanyi kan? Coba hibur para pengunjung dengan lagumu.” balas Lana sambil menaburkan balok-balok daging keatas oreganonya.

Baekhyun memutar bola matanya. “Apakah kau sedang menyuruhku menyanyi dengan suara wanita?”

“Yah, bukankah kau juara pertama kontes seriosa di sekolah menengah dulu?” Lana memasukkan pizzanya yang sudah jadi ke dalam tungku pemanggang.

Baekhyun kembali terdiam. Sudah lama dia tidak bernyanyi seriosa sekalipun di kamar mandi ketika sendirian.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu dapur. Seorang lelaki tinggi dengan celana jeans hitam sobek-sobek dan kaos panjang bergambarkan grub band Metalica memasuki dapur. Lana langsung tersenyum cerah begitu melihat siapa yang datang. “Chanyeolie, kau datang hari ini?”

“Aku sedang tidak ada kerjaan, jadi kuputuskan untuk bermain musik disini.” Chanyeol memang bercita-cita menjadi seorang musisi. Tak jarang dia datang ke restoran untuk sekedar memperdengarkan lagu yang dia buat sendiri. Chanyeol juga sering datang kemari hanya untuk menemani Lana bekerja.

Pandangan lelaki itu berpindah kepada sosok Baekhyun yang sedang duduk sambil menaruh dagu.

“Oh ya, aku ingin memperkenalkanmu pada teman baruku.” Lana mengamit lengan Chanyeol kemudian membawanya mendekat kepada Baekhyun yang langsung mengangkat kepala.

Baekhyun memasang tatapan ‘Siapa dia’ ke arah Lana. Tetapi lelaki itu langsung paham siapa Chanyeol usai menyadari kedekatan mereka yang sepertinya lebih daripada teman. Cara berdandannya pun tak jauh berbeda dari Lana.

“Ini Chanyeol, dia penyanyi disini. Chanyeol perkenalkan ini-“

“Baekhee…” sahut Baekhyun dengan suara diperkecil.

Lana sempat kaget mendengar nama baru itu. Tetapi kemudian dia kembali tersenyum kearah Baekhyun ‘Nama yang keren!’. Keduanya berjabat tangan. Lana sepertinya senang sekali berhasil mengembunyikan identitas sahabatnya sebagai namja. Chanyeol tersenyum manis ke arah Baekhyun, benar-benar percaya jika jenis kelamin anak baru ini adalah yeoja.

“Senang bertemu denganmu Baekhee.”

“Aku juga Chanyeol.” balas Baekhyun juga dengan senyuman.

Baekhyun kagum dengan dirinya sendiri. ‘Apakah aku memang secantik itu sampai-sampai mereka semua percaya jika aku benar-benar perempuan?’

“Chanyeol-ah, sebaiknya kau segera hibur para pelanggan itu. Beberapa pegawai tidak masuk karena sakit, mungkin itu pengaruh cuaca buruk. Aku juga tidak bisa melayani mereka semua dengan cepat.” Lana kembali ke meja dapur untuk memberi sentuhan akhir pada pizza yang sudah keluar dari tungku.

Chanyeol mengacak kepala gadisnya. “Baiklah jika sayangku memaksa.”

Tetapi sebelum Chanyeol menginjakkan kaki keluar dari dapur, Lana segera menghentikannya. “Channie, ajak Baekhyu- ah maksudku Baekhee. Dia juga ingin menyanyi.” Lana mengedipkan mata kearah Baekhyun. Perempuan jadi-jadian itu bermaksud protes namun salahkan Chanyeol yang selalu bisa terbuka kepada siapa saja.

“Wah, ide yang cemerlang. Baekhee, ayo kita menyanyi bersama.” ajak pemuda yang tingginya bahkan lebih dari ambang pintu dapur. Chanyeol harus menunduk dulu jika akan melewati pintu.

“A-aku…” Baekhyun tergagap. Pandangannya mengarah ke Lana yang sedang melontarkan kata-kata persetujuan.

‘Aish, yang benar saja.’ batin Baekhyun.

“Baekhee, tidak baik memendam bakatmu.” Lana terus merayunya. Senyuman manis gadis itu membuat Baekhyun ingin menjambaknya hingga rambutnya tercabut sampai akar.

∞∞∞

Petikan gitar Chanyeol terdengar seperti nyanyian kalbu dari atas langit. Nada rendahnya merambat menyusuri lorong pendengaran dengan gerakan lembut. Perlahan Baekhyun mendekatkan mikrofon kedepan bibirnya yang merah muda dan tipis seperti sepotong permen jelly.

Lelaki itu mulai mengeluarkan suaranya yang dibuat sedemikian kecil tetapi tetap terdengar merdu. Bohong jika ada orang yang mengatai suara Baekhyun buruk. Nada mendayu-dayu yang berasal dari pita suara Baekhyun bisa membuat bulu kuduk siapapun berdiri ketika mendengarnya.

“Before the rain… before the rain….”

Alunan gitar dan suara kecil Baekhyun melebur membentuk kolaborasi sempurna, seolah-olah kedua warna suara yang berbeda itu ditakdirkan untuk bersama selamanya.

Para pengunjung yang sedang memakan sarapan mereka terpaksa harus menghentikan acara mengunyah makanannya karena terlalu fokus pada penyanyi diatas panggung mini disana.

Chanyeol yang sedang duduk sambil membopong gitar mulai melirik sosok –yang menurutnya yeoja –disampingnya. Rambut palsu Baekhyun yang tipis dan begitu ringan berkibaran terkena pemanas ruangan disekitar mereka. Gitaris itu tanpa sengaja mengamati lekuk-lekuk wajah Baekhyun yang terpahat sedemikian sempurna. Wajahnya begitu anggun dan putih bersinar.

Debaran di hati Chanyeol mulai menggila. Jemarinya sedikit kaku, mungkin karena dia grogi.

‘Tunggu, kenapa perasaanku jadi seperti ini?’ pikirnya.

Tepukan tangan riuh menghujam atmosfir yang kembali menghangat seperti semula. Baekhyun berdiri lalu membungkuk beberapa kali. Gerakannya yang halus dan serba lemah lembut membuat Chanyeol terpana.

Respon para penonton membuat Baekhyun bangga dengan diri sendiri. ‘Sebagus itukah suaraku sampai-sampai mereka berhenti makan?’ pikirnya.

Chanyeol dan Baekhyun kembali turun dari panggung kecil yang ada ditengah-tengah restoran. Lana yang sedang memandangi mereka dari ambang pintu tampak mengacungkan jempol kearah Baekhyun sahabatnya.

“Itu tadi sangat hebat.” Chanyeol menggaruk tengkuknya sambil tersenyum.

Baekhyun menyipitkan mata seiring senyumannya. “Permainanmu juga profesional. Suaraku tidak akan jadi apa-apa tanpa iringan gitarmu.” balas Baekhyun dengan pipi yang memerah.

Jantung Chanyeol terasa melompat-lompat.

“Besok aku akan ajak Baekhee lagi. Sepertinya penonton sangat terhibur dengan aksi kalian. Chanyeolie, kau mau kan berduet dengannya besok?” tanya Lana kepada kekasihnya.

Chanyeol hanya mampu mengangguk. Ada setetes rasa bersalah dalam hatinya karena diam-diam mengkhianati Lana. Salahkan Baekhyun yang begitu menggoda sampai-sampai Chanyeol terpikat pada jumpa pertama.

∞∞∞

Langit menggelap dengan cepat seiring matahari yang tergelincir. Bulatan maha agung itu seakan menggelinding dari singgasananya yang terletak diatas awan. Warna kebiruan yang tadinya memenuhi langit tergantikan dengan warna gelap. Beberapa bintang atau mungkin planet yang ada diatas sana mulai terlihat satu persatu.

Lana sedang duduk didepan meja belajarnya. Ada tumpukan buku tebal di hadapannya, juga lampu belajar yang memancarkan sinar ke-oranye-an, disudut meja belajar itu terdapat miniatur beberapa tokoh kartun Disney yang tidak lelahnya berpose. Lana sedang asik berkutat pada gulungan benang dan jarum. Gadis berambut sebahu itu berusaha menambal sobekan yang ada di kemejanya.

Sementara di sisi lain di ruangan sempit itu, Baekhyun sedang berbaring di kasurnya sambil menatap lurus ke langit-langit yang hampa.

“Chanyeol itu pacarmu?” tanya Baekhyun tanpa melakukan pergerakan.

“Hm, ada apa dengannya?” balas Lana sambil memasukkan benang kedalam lubang jarum.

“Tidak, hanya saja dia memang cocok bersanding denganmu. Apakah kalian memang suka menyamakan style berpakaian?” kali ini Baekhyun memalingkan mukanya kearah Lana.

“Ya, kurasa aku yang meniru stylenya… dia keren.” Lana tersenyum sekilas kearah Baekhyun kemudian kembali dalam posisinya.

Baekhyun mengerucutkan bibir. “Aku juga ingin punya pacar.” tambah Baekhyun.

Tiba-tiba tawa Lana meledak tanpa sebab. “Hahahaha!”

“Yaak, apakah kau baru saja meledekku?” Baekhyun langsung meloncat dari kasur.

“Hahaha! Entahlah lucu saja jika kau bicara begitu.”

“Aish kau ini!” boneka stoberi milik Lana melayang kemudian mendarat ke punggungnya.

“Setidaknya jangan melempar bonekaku! Ini pemberian Chanyeol!” Lana memungut bonekanya lalu memeluk benda itu. Rautnya kesal. Dia jadi kehilangan mood untuk menjahit.

Baekhyun kembali terdiam. Jika dihitung-hitung hari ini dia banyak melamun.

“Jika kau ingin memiliki pacar, cari saja disini. Banyak gadis yang bisa kau dekati. Lagi pula kau sedang menjadi yeoja, peluangmu semakin lebar bukan? Jangan sia-siakan kesempatan ini!” Lana berbalik dari kursinya.

Baekhyun memutar bola mata. “Lalu, setelah aku bisa dekat dengan salah satu dari mereka, aku akan membuka identitasku dan menghancurkan pertemanan manis antar yeoja begitu? Itu sama saja dengan mencari musuh!”

Lana menghembuskan nafas. “Baek, setidaknya gunakan strategi. Begini, usai kau menemukan yang terbaik diantara mereka ajak dia pergi berdua dan ungkapkan segala kebenarannya dengan cara yang tepat. Aku yakin dia mau menerimamu. Lagi pula kau namja yang baik.”

Keheningan menguar sejenak. Mungkin ini dikarenakan kebimbangan Baekhyun. Pikirannya sedang terbang kemana-mana seolah mencari celah sempit diantara lorong tikus yang bisa digunakannya untuk bersembunyi.

“Argggh!” Baekhyun mengacak rambutnya dengan frustasi.

“Kau ini sebenarnya kenapa?!” suara Lana meledak.

“Lana…”

“Katakan padaku? Apakah ada preman genit yang mengincarmu hah?”

“Bukan, bukan begitu.” Baekhyun menunduk lesu. “Apakah aku tampak sangat perempuan?” tanyanya sambil menunjuk diri sendiri.

“Tentu saja! Kau sudah memakai pakaianku dan rambut palsu. Semua orang yang memiliki mata pasti bisa menebak jenis kelaminmu.”

“Tetapi bukankah lucu jika mereka semua tidak curiga! Walau begini, aku juga punya sisi jantan bukan?”

Lana melipat kedua tangannya kedepan dada. “Jadi kau heran mengapa mereka tidak curiga?”

“Apakah aku cantik dengan pakaian dan riasan seperti itu?” lirih Baekhyun.

Lana langsung melemparinya dengan tatapan yang sulit diterjemahkan. Benar juga. Jika dilihat-lihat Baekhyun memang cocok sekali menjadi Baekhee. Lana pun mengakui jika sahabat laki-lakinya yang satu ini sangat manis. Mungkin Baekhyun akan menang jika mengikuti kontes kecantikan. Entah mengapa Lana jadi sedikit cemburu dengan kesempurnaan yang ada pada diri Baekhyun. Pakaiannya bisa melekat dengan pas sekali ketika dikenakan namja itu.

“Kurasa iya.” jawab Lana.

“APA?!” suara lantang Baekhyun berkumandang keras. Mungkin kamar sebelah bisa mendengarnya.

“Yaa, pelankan suaramu!” bisik Lana.

“Aku… cantik, menurutmu?” Baekhyun kembali menuding diri sendiri.

“Yaa begitu…” Lana memiringkan kepala.

“Jangan bercanda!”

“Aku bersungguh-sungguh!”

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. “Baekhee… bukakan pintu.” terdengar suara Jiae dari luar.

Baekhyun melototi pintu dengan horror. “Ah, bocah itu lagi.”

“Kau mengenalnya?” tanya Lana.

“Tadi pagi dia menjanjikan perawatan kuku untukku.”

Ketukan terdengar sekali lagi. “Baekhee… ayo berkunjung ke kamarku. Ada kejutan untukmu.”

Baekhyun benar-benar ingin bunuh diri sekarang juga.

∞∞∞

Baekhyun kembali berjumpa dengan Chanyeol di keesokan harinya. Pada kesempatan kali ini bukan hanya Baekhyun yang bernyanyi. Keduanya berduet melantunkan sebuah lagu yang mampu membuat penonton kerasan dan hampir tidak mau pulang.

Seperti kemarin. Tepukan tangan meriah terdengar memenuhi restoran usai Baekhyun membungkuk anggun kedepan para penonton. Bahkan Lana ikut bertepuk tangan. Dia bangga melihat dua namja yang disayanginya menyanyi sebagus tadi.

Tetapi sebuah insiden bersejarah terjadi. Ketika Baekhyun menginjakkan kakinya turun dari tangga panggung, tanpa sengaja dia tersandung kakinya sendiri. Sepatu yang dikenakannya hari ini memang sedikit kesempitan, karena itu milik Lana. Tetapi sebelum tubuh Baekhyun menyentuh lantai, sepangan tangan besar menahannya.

Chanyeol hampir memeluk yeoja jadi-jadian itu.

Refleks, Baekhyun pun langsung melingkarkan lengannya ke leher Chanyeol karena tidak ingin malu. Keduanya berpandangan. Udara disekitar mereka terasa berhenti, seolah sedang menghormati kemesraan keduanya. Baekhyun meneguk ludahnya.

Untung dia menahanku. Jika aku jatuh dan wig yang kupakai lepas pasti akan sangat tidak lucu, pikir Baekhyun.

Demi Tuhan, kenapa perasaanku terasa aneh ketika bersentuhan dengan Baekhee, pikir Chanyeol.

Lana berlari mendekati kedua namja itu. “Ah syukurlah kau segera menangkap Baekhee… Pasti akan sakit sekali jika jatuh dari tangga ini.” ujar gadis itu.

“Iya, untung saja Chanyeol menyelamatkanku.” Baekhyun melepaskan tangannya dari leher lelaki tinggi disampingnya.

“Ayo kita makan siang dulu. Aku sudah siapkan sesuatu untuk kalian!” ajak Lana.

Andai saja yang diselamatkan Chanyeol tadi bukan Baekhee, Lana pasti sudah cemburu mati-matian. Tetapi karena dia sudah mengetahui kenyataan yang sesungguhnya, rasa cemburu itu tidak jadi menghantuinya.

Begitu juga dengan Baekhyun yang menganggap peristiwa ini bukan ‘apa-apa’. Lelaki itu tersenyum manis dengan bibirnya yang berbentuk seperti kurva gepeng. “Gomawo…” ucapnya.

Berbeda dengan sudut pandang Chanyeol yang terus menerus mengindahkan mahluk bernama Baekhee itu. Dimatanya, Baekhyun tampak seperti dewi kecantikan. Gadis –palsu –itu mampu dengan mudahnya memikat dirinya.

Chanyeol jadi merasa bersalah kepada Lana. Tetapi perasannya sendiri yang berkata lain. Salahkan Baekhyun yang memerankan perannya dengan teramat luwes, sampai-sampai seorang namja –sungguhan –bisa benar-benar jatuh hati padanya.

∞∞∞

Esok harinya lagi.

Kejadian yang lebih aneh terjadi.

Lana masih memiliki urusan di kampus, sehingga Chanyeol ke restoran sendirian. Entah mengapa dandanannya hari ini berbeda dari biasanya. Chanyeol tidak mengenakan pakaian serba hitam. Celana jinsnya yang penuh sobekan pun telah dilemparnya entah kemana. Rambutnya yang biasanya dia biarkan diacak-acak hembusan angin seakan tersulap karena olesan gel yang dibelinya kemarin. Lelaki itu memasuki restoran dengan langkah pasti. Aroma teh menguar kesegala arah, termasuk ke lubang hidungnya yang maha lebar. Tetapi bau-bauan itu jadi terasa seperti parfum dari surga begitu dia melihat seorang ‘berdandanan sangat wanita’ sedang duduk diatas pentas. Jemarinya yang bahkan lebih lentik dari jemari Lana itu tampak memeluk mikrofon dengan gemulai. Begitu pula suaranya yang bisa menyatu bersama dentingan piano dibelakangnya. Chanyeol terpaku didepan pintu masuk.

Jika ini adalah sebuah serial kartun, pasti berbagai macam bunga dengan taburan gliter sedang mengelilingi pandangannya. Baekhyun tampak sangat anggun. Berbeda dengan Lana yang seba ke-laki-lakian. Dan Chanyeol ‘sedikit’ ‘suka’ ‘itu’.

Terdengar sorak sorai para pengunjung begitu ujung suara Baekhyun semakin menipis, pertanda lagu telah berakhir. Semuanya bertepuk tangan kecuali Chanyeol yang masih berdiri dengan sepasang kakinya yang mengeras seperti baru saja direndam didalam kotak es batu.

Itu bukan pertanda dia tidak suka dengan suara Baekhyun. Namun sebaliknya. Dia amat sangat kagum sampai-sampai seluruh persendiannya terkunci rapat.

Baekhyun atau Baekhee –di mata Chanyeol –membungkuk dengan anggunnya. Rambut –paslu –hitam berkilaunya terembus dengan gemulai. Rambut yang berbeda dengan milik Lana, kekasihnya sendiri. Lana memang tidak pernah suka rambut panjang. Rambut panjang sangat tidak sesuai dengan kepribadiannya yang ‘jantan’.

Baru kali ini Chanyeol tertarik kepada gadis lain selain Lana. Sebelumnya dia sulit sekali memperhatikan yeoja di sekitarnya.

“Chanyeol-ah!” Baekhyun melambaikan tangan ke arah namja yang sedang melototi rambutnya tanpa berkedip.

Seketika Chanyeol terperanjat. Es yang membekukan setiap inci tubuhnya terasa meleleh begitu senyuman sang pujaan hati menjurus ke sosoknya yang tidak berdaya.

“Kemari. Ayo menyanyi bersamaku!” seru Baekhyun dari atas panggung.

Semua pengunjung restoran menatap Chanyeol dengan pandangan ‘ayolah!’. Tetapi dengan bodohnya Chanyeol hanya balas melihati mereka secara bergantian. Otaknya seperti blank tanpa sebab. Sesuatu dalam dadanya terasa meloncat-locat ingin bebas.

“Chanyeol! Chanyeol!”

Namun,

Betapa sialnya!

Para pengunjung malah bertepuk tangan untuknya.

Chanyeol menatap Baekhyun lagi. Senyuman ‘gadis’ itu semakin lebar.

Kesadaran Chanyeol kembali lagi. Dengan perlahan dia melangkah kesana, kearah cahaya mataharinya yang tidak berhenti menghipnotisnya. Namja itu duduk disamping Baekhyun kemudian meraih gitar warna hitam yang sudah disediakan.

Petikan pertama saja sudah membuat seluruh pasang mata disana membulat. Tak lama kemudian tepukan riuh menghujam atmosfir karena suara lembut Baekhyun mengekori irama gitar Chanyeol. Duet maut itu berhasil membuat pengunjung betah disini walau piring mereka sudah hampa.

Ditengah itu semua, seorang gadis dengan rambut sebahu memasuki tempat kerjanya. Dia tersenyum senang ketika melihat dua lelaki itu berduet.

‘Syukurlah jika kedua namja itu rukun. Bagaimana jika aku mengajak mereka jalan-jalan? Apa salahnya membuat mereka semakin dekat.’ pikir Lana.

Chanyeol mati-matian menahan gugup. Tak jarang Baekhyun menoleh lalu tersenyum kearahnya sambil terus mengimbangi irama. Rasa bersalah menghinggapi perasaannya. Tiba-tiba dia teringat Lana.

Benar dia menyukai Lana, dia juga mencintainya. Namun bagaimana jika orang ketiga itu tiba-tiba muncul dan mencuri hatinya? Apakah Chanyeol tetap akan memeluk gadisnya sekalipun kehangatan itu dia berikan kepada orang lain?

‘Maafkan aku Lana. Aku akan terus bersamamu. Tetapi setidaknya, ijinkan aku mengungkapkan perasaanku terlebih dahulu kepada Baekhee.’

Penonton kembali bertepuk tangan ketika lagu telah berakhir. Seorang anak kecil menghampiri Baekhyun kemudian menyerahkan sekuntum bunga yang dibungkus rapi dengan pita merah.

“Eonni… suaramu sangat bagus. Terimalah bungaku ini. Aku harap Eonni datang terus kesini setiap hari. Aku akan berkunjung untuk melihat pernampilanmu.” ucapnya lugu.

Baekhyun tersipu. Diterimanya bunga mawar berwarna kuning itu. “Tentu saja aku akan datang setiap hari. Terima kasih bunganya…” balasnya dengan suara mungil –yang dibuat-buat.

Gadis kecil itu berlalu kemudian kembali ke kursinya.

Seseorang menyentuh jemari Baekhyun. Lelaki dengan wig warna hitam lurus yang dibiarkan tergerai kesekitar bahunya itu menoleh ke arah seseorang disampingnya.

“Baek.” lirih Chanyeol. Baekhyun bisa menemukan segelintir keraguan dari suara baritonenya.

“Ada apa?” tanya Baekhyun.

Chanyeol menatap matanya lekat-lekat. Mengamati sepasang manik pekat yang terlihat begitu dangkal sekaligus begitu dalam. Tidak diragukan lagi, paras Baekhyun memang terlalu jelita untuk ukuran seorang lelaki. Jadi jangan salahkan jika Chanyeol bisa senekat ini. Chanyeol terlanjur tertipu dan terperosok terlalu dalam.

“Aku ingin katakan sesuatu…” lirihnya.

Pengunjung restoran tidak lagi terfokus pada sepasang sejoli diatas pentas. Suara sumpit dan piring kembali terdengar disana-sini, mengiringi irama jantung Chanyeol yang berdegup tak menentu.

Baekhyun mulai membaca ada yang ganjal dalam kondisi ini. Tatapan lelaki dihadapannya terasa berbeda dari biasanya. Mau tidak mau Baekhyun ikut balas menatapnya dengan cara serupa. Bola mata mereka menyorot satu sama lain dan Baekhyun paham betul dengan pandangan yang seperti itu. Dia seorang lelaki. Begitu juga Chanyeol. Meski semua lelaki berbeda, tetapi mereka tetap memiliki kesamaan entah dalam sisi apa. Namun yang pasti, Baekhyun bisa mengenali situasi yang semacam ini.

‘Apakah Chanyeol akan mengatakan yang ‘itu’?’ pikirnya.

Dan benar saja,

Chanyeol menggenggam kedua tangan seseorang –yang menurutnya seorang gadis –dihadapannya. Lelaki itu bisa mendengar degup jantungnya sendiri. Nafasnya berlomba. Tetapi dia tidak menyerah dengan keputusannya: Ungkapkan sekarang, dan semuanya akan selesai.

“A-aku-“

‘Tidak! Jangan! Aku mohon!’ jerit Baekhyun dalam hati.

“Sebenarnya-“

‘Ini tidak benar! Kau pacar sahabatku! Dan aku… aku LAKI-LAKI!’ rasanya Baekhyun ingin memanjat gedung lalu meloncat dari atap. Baekhyun tidak pernah mengira akan seperti ini jadinya. Dia tidak menyangka jika Chanyeol benar-benat jatuh cinta padanya. Dan ini… demi apapun… sungguh… menggelikan.

‘Tolong hentikan ini sekarang juga!’

“Hey guys!” sapa Lana secara tiba-tiba.

Seketiga genggaman tangan Chanyeol langsung terlepas. Keduanya terhenyak. Lana tersenyum ceria sambil mengangkat sebuah tas plastik. “Aku membawakan kalian pizza!”

Baekhyun menghembuskan nafas lega. ‘Akhirnya ibu peri ini datang juga!’

∞∞∞

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Lampu belajar Lana masih menyala benderang, menyorotkan cahaya menyilaukannya keatas sebuah buku tebal yang penuh berisi kumpulan angka-angka yang bisa membuang kepala siapa saja terasa mau pecah jika memikirkannya.

“Aish… otakku seperti sedang mendidih!” Lana memijat pelipisnya yang berdenyut-denyut seperti mau meletus.

Baekhyun bahkan hampir tidak mendengar keluh kesah teman sekamarnya itu. Lelaki itu memantulkan bola basket ke dinding kemudian menangkapnya lagi. Moodnya sedang kacau balau. Dia tidak bisa berhenti memikirkan kejadian super-tidak-mungkin yang menimpanya hari ini.

Seorang laki-laki baru saja akan menyatakan perasaannya padaku! Laki-laki!

“Yaa! Baekhyun-ah!” panggil Lana sambil menaruh dahinya keatas tumpukan buku.

Baekhyun diam saja. Bukan berarti dia pura-pura tidak dengar. Isi tengkoraknya terlalu penuh dengan nama Chanyeol, ingatan tentang Chanyeol, dan segala tentang Chanyeol.

“BAEK!” panggil Lana. Kali ini suaranya setinggi dua oktaf.

“Eh- ada apa?” sadarnya sambil melempar pandangan ke gadis yang duduk tidak jauh dari tempatnya bersandar.

“Ada apa dengan telingamu? Apa kau memasukkan sesuatu ke dalamnya?” tanya Lana setengah mengomel. Rambut gadis itu acak-acakan. Kelopak matanya terlihat berat.

“Mianhae, a-aku tidak mendengarmu…” Baekhyun cengengesan. “Um, ada apa denganmu?”

“Ambilkan aku segelas air. Kepalaku mau meledak.” rengek Lana layaknya bocah TK.

“Kau ingin disiram dengan air ya?” pertanyaan itu bahkan tidak terdengar seperti lelucon.

“Aish… biar kuambil sendiri saja.” Lana bangkit dari kursinya kemudian keluar dari kamar.

Anehnya Baekhyun malah memandangi Lana. Angannya kembali mengudara kesana kemari. Lelaki itu mendekati cermin. Dia melihat seorang namja disana. Baekhyun menatap bayangannya sendiri. Mereka jadi tampak seperti sepasang kembaran yang lama tidak berjumpa dan terkejut melihat kemiripan satu sama lain. Tetapi bukan itu yang dipikirkan Baekhyun.

‘Apakah aku lebih cantik dari pada Lana?’

Lelaki itu meraba kedua pipinya sendiri kemudian menepuk-nepuk mereka pelan. Jika dilihat pipinya memang sedikit lebih tirus dari Lana. Matanya juga lebih sipit. Baekhyun sendiri tidak tahu bagian mana yang menurutnya terlihat ‘cantik’.

“Hey! Kenapa kau berbicara sendiri pada cermin?” tanya seorang gadis dengan rambut pendek yang secara ajaib muncul disampingnya.

Sefokus itukah Baekhyun pada dirinya sendiri sampai-sampai tidak menyadari kedatangan Lana?

“Sebenarnya kau ini kenapa? Apakah kutu yang ada di rambut palsumu itu mulai mencuci otakmu? Hari ini kau berperilaku aneh.” celetuk Lana sambil menggoyang-goyangkan segelas air di genggamannya.

Baekhyun tersenyum kikuk.

“Lana…” panggilnya sebelum gadis itu sampai di meja belajarnya.

“Hm?” jawab Lana seraya berkumur.

“Kau pernah mengatakan jika aku cantik bukan? Apakah rambut palsu itu benar-benar berhasil menyembunyikan identitasku seratus persen? Orang-orang tidak ada yang curiga. Apakah aku terlihat secantik itu sampai-sampai ada lelaki yang menyukaiku?” cerocosnya. Tidak mungkin juga jika Baekhyun menyebut-nyebut nama Chanyeol dalam kalimatnya.

Lana menaikkan sebelah alisnya kemudian menelan air minumnya. “Jadi hanya karena itu kau bertingkah lucu malam ini?”

Baekhyun sedikit kecewa dengan jawaban Lana yang tidak terdengar seperti jawaban. “A-aku hanya bertanya sedikit…”

Lana mematikan lampu belajarnya kemudian melempar diri keatas ranjang sempit. Gadis itu meraih selimut kemudian mengubur tubuh dibawah benda tebal nan lembut itu. “Jika ingin berbicara tentang hal yang tidak penting jangan malam ini. Besok saja. Kepalaku masih pening. Oh ya, malam ini kau tidur di sofa. Jangan lupa matikan lampu dan kunci pintunya. Aku tidak mau Jiae membuka kamar ketika kita tidur dan melihat wujud aslimu.” Lana menepuk-nepuk bantal kemudian memosisikan diri senyaman mungkin.

“Oh, satu lagi. Sebaiknya kau tidak memikirkannya hingga begadang. Aku akan membawamu ke sebuah tempat spesial besok!”

Dan itu kata-kata terakhirnya sebelum Lana benar-benar memejamkan mata.

Baekhyun menatap punggung Lana dari kejauhan. ‘Mungkin tidak seharusnya aku menyangkut pautkan Lana dalam masalah ini. Aku harus mengatakannya sendiri pada Chanyeol tanpa membuka identitasku.’

∞∞∞

Keesokan harinya…

“Jadi ini tempat spesialnya?” Baekhyun terbelalak menatap sekitar.

Rambut palsu hitamnya berkibar-kibar begitu angin pagi membelai permukaan wajahnya yang lembut seperti kulit bayi. Hari ini dia mengenakan setelah olah raga warna abu-abu dengan garis-garis pink, milik Lana.

Mereka baru saja sampai di Sungai Han. Tempat ini tidak terlalu ramai karena ini masih pagi. Hanya beberapa orang yang lebih memilih berolah raga disini dari pada di tempat gym.

Lana tersenyum manis sambil mengangguk mantap. “Aku selalu lari pagi disini ketika hari libur. Oh ya, dimana ya Chanyeol… dia tidak pernah terlambat sebelumnya.” gadis itu berjinjit, mencari kekasihnya yang setinggi tiang reklame.

“CHANYEOL?!” suara Baekhyun meninggi.

“Kami selalu berolahraga berdua. Kenapa? Ada masalah apa dengannya?” heran Lana.

“Aku pulang sekarang!” Baekhyun menghentakkan kakinya menjauh.

“Yaa! Kita bahkan belum berlari barang satu putaran?!”

“Kau mau aku berlari satu putaran?! Baik akan kulakukan disini! Tapi jangan biarkan aku mengganggu acara kencan kalian! Akan kulepas wig dan pakaian wanita ini sekarang juga dan anggap Chanyeol tidak pernah mengenalku.”

“Baek, tingkahmu aneh sejak kemarin! Jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi!”

“Lana! Baekhee!” seseorang memanggil dari kejauhan.

Chanyeol berlari mendekati mereka. Celana olah raga hitamnya tampak sedikit kebesaran, menyamarkan bentuk kakinya yang kelewat jumbo. Rambutnya tertata sungguh rapi. Sama sekali tidak tampak jika dia bangun setengah jam yang lalu.

“Kukira kau lupa.” Lana membalas senyuman Chanyeol.

“Aku tidak mungkin lupa. Ayo kita mulai olahraganya!” balas Chanyeol penuh semangat.

“Baek… ayo!” Lana mengedipkan mata ke sahabatnya, memberi isyarat agar dia tidak mengecewakan Chanyeol.

Baekhyun memutar bola matanya. Dan lelaki itu terpaksa menuruti kemauan Lana.

Ketiganya berlari kecil di sepanjang Sungai Han. Baekhyun berusaha menjaga jarak dengan Chanyeol. Entah mengapa dia jadi sedikit tidak nyaman ketika bersebelahan dengan lelaki itu. Tak jarang juga Chanyeol dengan sengaja mencuri pandangn ke arah Baekhyun yang sok tidak lihat.

Lana dan Chanyeol terus mengobrol, sementara Baekhyun tidak bisa berhenti mengasingkan diri dengan berlari super lambat jauh di belakang kedua sejoli itu.

Hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah bangku. Keringat sudah membasahi pakaian mereka. Baekhyun yang merasa risih dengan kulit kepalaya yang berkeringat hanya mampu menggaruk-garuk rambut palsunya yang menganggu.

“Kalian tunggu disini dulu, aku akan membelikan air putih.” Lana beranjak dari tempat duduknya namun Baekhyun segera menahan lengan gadis itu.

“Jangan tinggalkan aku…” rengek Baekhyun dengan ekspresi paling memelas yang pernah Lana lihat. Baekhyun hanya tidak mau berdua dengan Chanyeol dan terjebak di situasi yang sama seperti kemarin. Dan dia tidak mau Chanyeol mencuri kesempatan untuk mendekatinya. Kini Baekhyun benar-benar mengerti bagaimana perasaan yeoja ketika para namja bermodus ria dihadapan mereka.

“Baek, hanya sebentar. Lagi pula ada Chanyeol disini.” Lana melepaskan cengkeraman Baekhyun.

Mau tidak mau Baekhyun membiarkannya pergi. Andai Baekhyun bisa menceritakan : Pacarmu sedang menggodai wanita lain, pasti Lana tidak akan pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua.

Chanyeol dan Baekhyun sama-sama duduk di ujung bangku. Keduanya terpisah cukup jauh tetapi tetap saja rasanya canggung. Seperti ada sengatan listrik pada bangku besi warna putih yang kini mereka gunakan sebagai tempat sandaran. Baekhyun berdelam lirih ketika Chanyeol mengubah posisi duduknya.

‘Ayolah Baek, bersikaplah biasa saja!’ rutuk Baekhyun.

Si yeoja gadungan itu membuang muka ke lain arah –ke arah yang bukan Chanyeol. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah. Jantungnya berdetak, bertalu-talu.

“Baek…” lirih Chanyeol. Suaranya seakan melebur bersama udara yang menerbangkan surai emas Baekhyun.

Lelaki yang dipanggilnya masih membuang muka, berpura-pura tidak mendengar apa-apa. Chanyeol mendekat kemudian menggenggam jemari Baekhyun tanpa izin. Sontak Si lelaki yang sedang menyamar itu membulatkan mata.

“Apa yang kau lakukan?” Baekhyun segera menarik tangannya dari genggaman Chanyeol.

Aish bodoh! Kenapa aku menanyakan hal itu?’

Seharusnya aku bertanya ‘Ada apa?’ atau ‘Apa Yeol?’, dan bukan itu….!

Baekhyun mulai tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang kelewat hancur. Kini Chanyeol sedang menatapnya lekat-lekat. Manik matanya fokus ke arah bola mata Baekhyun, meninjunya telak dengan tatapan beracun itu. ‘Ini tidak benar Yeol, kau sudah punya kekasih! Lana lah orangnya, sahabatku sendiri! Dan aku seorang namja! Tidakkah kau bisa melihat sisi jantanku? Apakah aku se cantik itu?’ Baekhyun tidak bisa berhenti mendumal dalam hati.

“Maafkan aku Baek. Mungkin kita baru saja mengenal. Tetapi… aku… aku merasakan ada sesuatu diantara kita…”

Baekhyun speechless. Bibirnya terkatup rapat layaknya tiram. Sementara jantungnya sudah bersiap meloncat indah dari tempatnya. Dia menunduk. Tidak berani melihat raut Chanyeol yang serius. Jelas-jelas dia sedang tidak bercanda.

“Aku menyukaimu Baek. Aku tahu ini keliru. Aku tahu kau dan Lana berteman. Tetapi aku tidak bisa menahannya. Aku harap kau mengeti perasaanku.” Chanyeol kembali meraih tangan Baekhyun. Namun untuk kali ini Baekhyun menampiknya.

Lelaki dengan pakaian wanita dan rambut palsu itu berdiri kemudian melangkah menjauh.

“Baek… aku mohon jangan marah.” Chanyeol menahan lengannya.

“Lepaskan lenganku…” pinta Baekhyun tanpa menoleh ke belakang.

“Dengarkan aku dulu.”

Baekhyun berlari menjauh.

“Aku benar-benar menyu-“ dan kali ini Chanyeol menarik rambut Baekhyun.

-kaimu

Daaaan.

Ini adalah sebuah moment yang mungkin tidak akan pernah dia lupakan hingga akhir hayatnya. Rambut gadis itu, oh maksudku, rambut palsu lelaki itu terlepas dari kepalanya. Wig warna hitam legam itu tersangkut diantara jemari jumbo Chanyeol. Seketika matanya membulat sempurna.
“B-baek…” bibir Chanyeol bergetar.

Baekhyun meraba rambut pendeknya yang diterpa angin pagi. Tetapi sebelum dia menjerit seserang datang menghampiri mereka.

Lana berdiri disana dengan dua botol air mineral. Kondisinya sama seperti Chanyeol sekarang : Terpana, terkejut, tidak menyangka.

“Yeol, aku bisa jelaskan ini semua.” Lana mengenggam tangan Chanyeol.

“Jadi Baekhee…” gumam Chanyeol.

“Maafkan aku, selama ini aku membohongimu. Baekhyun adalah namja. Kami bersahabat sejak lama. Maafkan aku telah menyembunyikan rahasia besar ini di hadapanmu. Aku hanya tidak mau kau salah paham. Selama ini kami satu kamar, dan sungguh… tidak ada yang terjadi. Aku takut kau cemburu kemudian mengakhiri hubungan kita. Chanyeol… aku mohon. Maafkan aku…” papar Lana.

Mata Chanyeol bergerak ke wajah Lana kemudian beralih ke wujud asli Baekhyun yang berdiri tidak jauh darinya. Lelaki itu masih tidak percaya.

‘Baekhee… dia… namja?’

Sesuatu di dalam perutnya terasa terkocok-kocok. Chanyeol menutupi mulutnya kemudian berlari terbirit-birit mencari tempat yang tepat untuk memuntahkan sarapan paginya.

“Yeol… kau kenapa? Yeol!” Lana berlari mengikuti kekasihnya.

Baekhyun menatap kepergian pasangan itu. Lega rasanya. Dia pikir Chanyeol akan menariknya lalu menciumnya tanpa aba-aba seperti yang dilakukan para lelaki ketika yeoja mereka pergi begitu saja.

‘Untuk dia menarik rambut palsu ini.’ Baekhyun menatap wig di genggamannya sambil tersenyum geli.

“Bhahaha!” Baekhyun tidak mampu menahan tawanya.

Chanyeol sibuk tertunduk-tunduk di tepian sungai, mengeluarkan isi perutnya.

“Mungkin kau salah makan pagi Yeol-ah, jangan ulangi lagi hal ini!” Lana mengomel sambil memijat tengkuk namjanya.

‘Benar aku tidak akan pernah mengulangi hal semacam ini lagi! Tidak akan!’

 

T

H

E

.

E
N
D

 

Bhahahaha! Mungkin ini ff paling ‘ga genah’ yang pernah aku tulis 😀

Poor Chanyeol!

Wakakakak!

Buat temanya dapet ispirasinya dari duet Chanyeol sama Baekhyun waktu di tlp. Waktu itu aku merhatiin tangannya Baekhyun yang lentiknya ga nanggung nanggung -_-

Baekhyun emang cantik kan readers-nim?

Semoga ff ini enggak bikin kalian ikutan muntah macam Chanyeol 😀

REVIEWS ditunggu SANGAT!

😀

chanbaek

17 responses to “Romeo and Julio

  1. Keren ni….lucu gokil…kenapa ceye muntah2???jijik habid blg suka sama laki2??hahahahaha…
    Baekhyun tu pantes dibilang cewek tomboy…jakun dy aja kadang gak keliatan…hahahaha
    merasa gagal jd perempuan kalo saingan cantik ma baeki…kekkekee

  2. Sumpahhh ngakkakkk ma baekhyunnn jdi baekhee…trus hmpir mw ditembak chanyeol sumpahhh gregettt..chanyeol smpe muntah” -_- wkwkw untung aja gk dicium atw dipeluk adduhhh

  3. ini ff yang paling ter…. untuk chanyoel
    chanyoel muntah karena gadis yg dicintainya adalah namja
    bwahahahaha
    geli sendiri rasanya

  4. lucu banget.. ahahahaha.. D
    Baekhyun emang cantiiiik bgt, aq sbg cewek asli aja ngerasa kalah saing ama ini bocah.. gak cuma Baek, anak Exo yg lain kalo d pakein wig tuh lebih cantik dari cewek asli.. dan kita sbg cewek kalah saing.. -_-”
    ‘Mungkin sebelum Baekhyun dilahirkan, Tuhan sempat bimbang akan menakdirkan jenis kelaminnya.’ aq stuju bgt sama kata2 kamu yg ini.. 😀
    Poor Chanyeol.. ampe muntah2 gtu wkt tau BaekHee itu cowok..
    ff kamu sukses bikin ketawa2 sendiri, he..
    d tggu next karya nya.. ^^

  5. Gak kuat, gak kuat. Aku ngakak selama baca cerita ini. Hihihi. Lucu banget. Dan aku sempet mikir hebat juga si Baekhyun cari nama palsu di waktu sesingkat itu. Terus, waktu Chanyeol mulai ada rasa suka sama si ‘Baekhee’. Wkwkwk. Kalau Lana tahu itu, aku yakin dia pasti bakal ngakak sambil guling2 muteri kamar kos-kosnya dia. Wkwkwk XD

  6. Aku awalnya tertarik dgn judulnya, ternyata ini cerita memang menarik dan sempat penasaran banget di awal ttg bagaimana kehidupan lana dan baekhyun di kos dengan baekhyun yg menyamar jadi cewek. Ternyata endingnya sungguh tdk terduga, hehe. bagus ne!

Leave a reply to Sonya Ulanda Cancel reply