Begins of Revenge [Chapter 13]

hahahah

[CHAPTER 13]

Tittle : Begins of Revenge [Confession]

Genre : romance and sad

Type : Chapter

Main cast: Xi Luhan (EXO-M) dan Park  Ahrin (you)

Other cast :  Park Chanyeol (EXO-K)  and Park Jiyeon (T-ara)

Author : lee hae min (uniara)

Note: dont copas this ff, anehkah? hahaha

Happy reading 🙂

Previous :

CHAPTER 1 – CHAPTER 2 – CHAPTER 3 – CHAPTER 4 – CHAPTER 5 – CHAPTER 6 – CHAPTER 7 –CHAPTER 8 – CHAPTER 9 – CHAPTER 10 –CHAPTER 11

“Saat aku ingin melupakanmu, mengapa engkau datang dan memberikan apa yang aku inginkan selama ini yang disebut dengan CINTA…”

***

Dan disinilah sekarang kuberada, di sebuah hotel mewah dan berbintang. Bukan hanya diriku melainkan Chanyeol, Jiyeon dan satu orang lagi. ya dia Xi Luhan. Mungkin kalian berpikir untuk apa kami berada disini. Ya kami saat ini sedang berlibur, lebih tepatnya Jiyeon yang memaksa aku dan Chanyeol untuk ikut berlibur dengannya. 

Oh ya aku belum menyebutkan tempat yang kami kunjungi ini. Kalian tahu pulau nami? Ya pasti kalian tau, dan kalian tahu daerah Chuncheon,ya daerah ini 63 km dari ibu kota Seoul. Tempat ini adalah tempat shooting film kegemaranku, winter sonata. Ah bahagianya. Yang lebih membahagiakan lagi adalah, ditempat ini sedang mengalami musim salju.

Tapi sepertinya kebahagiaan itu sedikit terganggu, pertama karena aku khawatir dengan Luhan dan Chanyeol. aku takut terjadi sesuatu yang tidak enak diantara keduanya, contohnya seperti berkelahi. Kedua aku benar benar tidak ingin melihat Luhan untuk saat ini, aku tidak ingin melihatnya beduaan dengan Jiyeon.. tunggu? Apa ini cemburu.. aish itu tidak mungkin.

Dan yang terakhir atau ketiga, aku sedikit heran dengan kelakuan Luhan. Ya namja itu sedari tadi ah ralat, maksudku sejak kami masih di Seoul hingga detik ini, ia benar-benar menghindariku. Menatap mataku atau wajahku saja ia langsung membuang muka. Sebenarnya apa yang terjadi? aish bukankah ini bagus Park  Ahrin,kau bisa terhindar darinya yang selalu menguntitmu. Tapi…. mengapa hatiku merasakan kekosongan.

“Eonni, ayo cepat aku sudah lapar.”ujar Jiyeon yang sudah lengkap dengan pakaian musim saljunya itu. ia mengajakku untuk makan malam disebuah restoran yang berada dihotel ini. Namun aku yang masih belum bersiap-siap menyuruhnya pergi terlebih dahulu, takut-takut aku hanya membuatnya kesal karena harus menungguku yang sedikit bersolek.

Setelah Jiyeon pergi, kemudian diriku mengambil beberapa potong baju serta celana jeans dan kukenakan itu semua. Aku tahu ini musim dingin apa salahnya jika aku ingin bermode di musim salju ini. Tidak aku hanya bergurau. Maksudku aku ingin terlihat rapih saja, sehingga orang-orang tidak menilai diriku sebagai gadis yang semrawut.

Semuanya selesai, dan bergegas aku keluar kamar hotel, juga tak luput mengunci kamar hotel. Takut-takut ada yang mencuri. Kamarku dan Jiyeon berada di lantai delapan sedangkan Chanyeol bersebelahan dekat kamarku, bagaimana dengan Luhan? Ia memisahkan diri, ia memilih kamar di lantai 4. Entahlah aku juga tidak tahu, ia sepertinya sengaja menghindar dari kami, dan terutama menghindariku.

Kakiku melangkahkan tubuhku ini menuju lift. Ah sial, ternyata aku harus menunggu lift itu terbuka. Kutekan-tekan tombol lift tersebut agar segera sampai. 3 menit akhirnya datang juga. Kukira akan penuh sesak oleh orang-orang, tahunya kosong melompong. Menyebalkan, jadi sedari tadi aku menunggu untuk sebuah box kotak kosong.

Lantai 7, 6, dan 5 sudah terlewati kini lift yang membawaku seorang diri didalamnya akan melewati lantai 4. Pintu terbuka seperti biasanya. Ah aku yakin pasti tidak akan ada orang yang menaikinya, seperti lantai-lantai lainnya.

Pintu terbuka perlahan, yang pertama kulihat hanya punggung seseorang karena ia berlawanan arah denganku. Siapa dia?

Tubuhnya memutar, dan saat kulihat….

Apa ini sebuah lelucon? Mengapa aku selalu ditakdirkan bertemu bersamanya.

Bukan hanya diriku, namun orang itupun sama kagetnya. Matanya terbelalak, namun dengan cepat ia menstabilkan wajahnya itu kembali menjadi ekspresi normal namun terkesan jutek.  Dan dengan segera Ia langkahkan kakinya memasuki lift.

Didalam lift kami tidak bertegur sapa, tidak ada yang membuka pembicaraan. Diam tak bergeming. Namja itu ya Xi Luhan hanya bisa menatap pintu lift sembari salah satu lengannya mengetuk-ngetuk pintu lift tersebut. sedangkan aku? Ya diriku hanya bisa tertunduk dan terkadang sekali-kali melirik wajahnya.

2014-08-04-17-58-01_decoJAO

 

Apa ini hanya perasaanku atau memang wajahnya semakin tampan, apalagi dengan balutan sweater putih dan jaket tebalnya itu? ditambah lagi, bibirnya yang selalu ia gigit sedari tadi menambah kesan.. cute sexy.. aishhhh yya pikiran gila macam apa itu  Ahrin .

Ting, lift berbunyi. Tanpa kusadari aku masih saja melamun, sembai terus menatap wajahnya dengan lekat.

Kemudian pintu lift terbuka perlahan, namja itu melangkahkan kakinya untk keluar dari box berjalan ini. Tapi tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Mungkin ia salah lantai atau mungkin saja ia melupakan sesuatu. Tapi sepertinya tidak. Karena ia hanya melirik kearah diriku yang saat ini masih terus saja melamun.

Ia terkekeh “aku tahu aku tampan, tapi tolong bersihkan ilermu itu, karena sangat menganggu.”ucapya dengan gaya sok meledek. Tunggu itu bukan gaya meledek tapi ia benar benar meledekku.

Iler? Dengan cepat aku mengusap bibirku. Tidak ada iler sama sekali.

“HAHAHAHAHAHA, dasar bodoh. Kau mudah sekali digoda  Ahrin.”ledeknya lagi sembari tertawa. Dan semburat kebahagian tersirat diwajahnya yang harus kuaki memang tampan itu.

Sial, namja menyebalkan itu. aku benar-benar ditipu olehnya. Dan kau sendiri  Ahrin sangat bodoh, mengapa kau harus melamuninya dan memandang wajahnya terus. Rutukku dalam hati.

“diam, itu tidak lucu!”protesku dengan mengerucutkan bibir. Ia hanya bisa terkekeh dan sesekali tersenyum. Namun perlahan senyum itu kembali membuyar, wajahnya 180 derajat menjadi dingin. Dan kemudian meleos pergi. Ada apa dengan dirinya? Ah aku tidak peduli.

Akupun bergegas keluar dari lift. Anehnya, bukankah seharusnya Luhan menghadiri mkan malam bersama? Mengapa ia pergi kearah lain? Ia pergi meunju lobby dan sepertinya akan keluar dari hotel. Aish sudahlah Park  Ahrin, kau jangan memikirkannya. Sekarang kau harus pergi ke restoran, karena disana sudah menunggu Jiyeon dan Chanyeol.

***

“dimana Luhan oppa? apa eonni tidak bertemu?”tanya Jiyeon sesampainyaku direstoran. Aku hanya menggeleng untuk menjawabnya. Semburat kekecewaan muncul di wajah Jiyeon. Oh tuhan maafkan diriku ini, karena tidak mengatakan sejujurnya pada Jiyeon, jika aku bertemu dengan Luhan. Namun aku tidak mungkin meberitahukannya, apalagi jika ia sampai tahu bahwa aku dengan calon tunangannya itu sedang berduaan di lift. Bisa-bisa aku langsung dipecat detik ini juga oleh dirinya.

Karena tidak mau berlama-lama, kemudian aku menduduki sbuah kursi yang berada di samping Chanyeol. seperti biasa, Chanyeol selalu memberikan senyuman hangatnya. Inilah yang kususka dari namja jangkung ini. Penuh keceriaan.

“mau bagaimana lagi, kita mulai saja acara makan malamnya tanpa ditemani Luhan oppa, tidak apa-apakan?”tanya Jiyeon pada kami berdua. Chanyeol hanya mengangguk mantab, begitupun dengan diriku. Tapi sebenarnya masih terselip rasa tidak enak terhadap Jiyeon. Tapi mau bagaimna lagi, toh orang itu benar-benr tidak ada. Dan jika aku bersedia mencarinya, aku tidak tahu harus mencarinya kemana.

Jiyeon memanggil waiters. Dan seorang waters cantik menghampiri kami. Ia memberikan buku menu satu persatu. Aku sedikit tidak berselera makan, karena melihat bangku yang kosong. Bangku yang seharusnya ditempati namja sialan itu.

“bagaimana, apa sudah memilih?”tanya Chanyeol yang berada disampingku.

“ani, aku bingung mau memilih yang mana. Karena sepertinya enak-enak semua.”

Tampaknya Chanyeol, kembali melihat kebuku menu. Sepertinya ia akan memilihkan menu makanan yang cocok dan selera untukku.

“bagaimana kalau steak tenderloin paprica dengan saus black paper? Agak sedikit pedas namun enak”tawarnya sembari menunjukan sebuah gambar dan nama makanan tersebut di buku menu. Tanpa bepikir panjang, aku hanya menyetujuinya.

Setelah semuanya memilih makanan dan minuman yang ingin dipesan, sang waiters kmudian mencatat semuanya. Pekerjaan yang sama sepertiku. Pikirku yang bernostalgia dengan pekerjaanku sehari-hari menjadi seorng waiters sebuah kafe pastry ternama.

Tidak selang 8 atau 10 menit sang waiters kembali datang dengan baki yang dipenuhi oleh pesanan kami. Ia meletakan semua pesanan kami ddengan hati-hati. Setelah semuanya selesai, Jiyeon memberikan tip untuk waiters tersebut.

Dengan cepat kusambar hidangan yang terdapat di mejaku saat ini. Tak perlu kupungkiri aku memang sangat lapar. Ah andai saja Luhan berada ditengah tengah kami…. betapa bodohnya aku bisa merindukan sosoknya itu.

“nona, apa anda mau mencoba minuman kami?”tawar seorang waiters yang membawa baki berisi beberapa cangkir minuman.

Sial, waiters ini. Ia membuyarkan lamunanku. Dan hampir saja membuatku tesedak.

Jiyeon dan Chanyeol, mengambil minuman tersebut. Jiyeon mengambil yang berwarna merah, sedngkan Chanyeol mengambil yang berwarna biru.

“kau tidak mengambilnya?”tanya Chanyeol.

“aku ingin”

“lalu?”

“aku tidak bisa meminum minuman yang beralkohol.”ucapku sedikit berbisik kepada Chanyeol. Chanyeol sedikit terkekeh setelah mendengarnya. sial, apa itu lelucon untukmu Park Chanyeol.

“mianhe, aku ingin bertanya apa minuman ini mengandung alkohol?”tanya Chanyeol kepada  sang waiters.

“tentu saja tidak tuan, ini hanya coke biasa.”jelas sang waiters dengan penuh senyuman.

“kau dengar itu? hanya coke biasa.”jelas Chanyeol mengulang, takut-takut aku tidak mendengarnya.

Awalnya aku ragu, namun apasalahnya jika aku mencoba. Satu coke tidak akan membuatku mabukkan? Lagi pula hanya coke. Pada akhirnya aku mengambil secangkir minuman berwarna orange.

“bagaimana kalau kita bersulang?”tawar Jiyeon dengan antusias. Aku setuju dengan idenya tersebut. kemudian kami bersulang. Dengan cepat aku meneguknya hingga habis.

Aigoo, sungguh sangat nikmat coke ini. Kemudian aku kembali mengambil beberapa coke dan kutegak semuanya hingga habis. 3 gelas, 4 gelas, 5 gelas, aishhhh ini benar-benar enak.

“yya Park  Ahrin, apa kau tidak terlalu berlebihan?”tanya Chanyeol sedikit khawatir.

“aniya, ini benar-benar sungguh enak jika kau tahu.”

“tapi…”

“sudahlah Chanyeol oppa, biarkan saja. mungkin  Ahrin eonni benar-benar haus.”bela Jiyeon. Dan dengan cepat aku memberikan dua jempol untuknya, ia benar-benar dongsaeng sekaligus teman yang mengertiku.

Apa aku sudah gila? Aku hampir menghabiskan 9 gelas, dan itu melebihi batas wajarku untuk meminum coke. Bukan apa-apa, namun aku takut jika akan membuat masalah terhadap pencernaanku.

Sial, baru saja aku berpikiran seperti tadi. Dan ternyata benar, perutku sedikit tidak enak, selain itu aku tidak kuat ingin buang air kecil. Dengan cepat aku bergegas pergi menuju toilet. Tunggu aku tidak tahu toiletnya dimana. Aish sudahlah, aku bisa bertanya pada orang lain.

Aku terus berputar-putar, dan toilet belum saja kutemukan. Oh tuhan, apa hotel ini seluas ini? Tunggu… apa aku bodoh. Mengapa aku tidak pergi saja ke kamarku dan kemudian menuju toliet yang berada dikamar tersebut. ide bagus.

Disaat aku akan memasuki lift, tiba-tiba saja kepalaku pusing. Sorot matakupun mulai memburam. Bukan hanya itu saja, keseimbangankupun sedikit tumbang. Apa yang terjadi padaku. Kau harus kuat  Ahrin, sebentar lagi lift akan terbuka. Dan benar saja lift terbuka. Dengan langkah sempoyongan aku memasuki lift tersebut, didalam lift tersebut terdapat dua orang pemuda. Yang satu memakai pakaian gelap dan agak kurus, yang satu lagi sedikit gemuk dengan memakai rompi. Mereka berdua tersenyum kearahku. Ah tidak.. sepenglihatanku mereka berdua seperti memberikan seringaiannya.

“gadis manis sedang apa malam-malam seperti ini?”tanya seorang pemuda gemuk.

“aku hanya ingin ketoilet.”ucapku jujur. entah mengapa mulutku ini dengan cepat mengatakannya.

“kami berdua tahu toilet yang dekat berada dimana?”

“jinjja?”jawabku dengan antusias. Dan kedua pemuda itu mengangguk dan memberikan seringaiannya yang terkesan evil smirk.

“apa boleh kalian mengantarkanku?”tanyaku. hei  Ahrin mengapa kau mengatakan itu. secara tak sadar kau akan membawamu kedalam kandang macan.

Keduanya mengangguk lagi, dan keduanya merangkulku berjalan menjauhi lift. Dan pergi menuju lobby. Itulah seingatku. Entahlah aku tidak tahu mereka akan membawaku kemana. Karena saat ini aku benar-benar pusing. Badanku memang berwujud namun alam bawah sadarku seolah menghilang. Aku hanya bisa menuruti semua perintah kedua pemuda tersebut.

Setelah berjalan cukup jauh, kini kami sudah tidak berada di dalam hotel. Melainkan disebuah, hutan atau apa ini aku tidak tahu. Yang jelas hanya tertampak pohon pohon pinus yang tertutupi salju putih.

“baiklah disini saja.”kata pemuda kurus yang memakai pakaian serba gelap. Dan si pemuda gemuk hanya menyetujui usul rekannya tersebut.

“mau apa kalian? Mana toiletnya?”

“yeoja bodoh, kau pikir kami akan benarbenar mengantarmu ketoilet. Kami mengantarmu kesini karena kami ingin menikmati tubuhmu. Setiap tubuhmu yang indah!”

Astaga, menikmati tubuhku. Tuhan tolong aku, bagaimana dengan nasibku saat ini. Aku benar-benar sudah tidak kuat untuk melawan. Bukan hanya melawan mencoba kaburpun tidak bisa. Kepalaku terlalu pening saat ini.

Dengan kasar, pemuda itu menghempaskanku ketumpukan salju. Kedua pemuda itu, melepaskan jaket tebalnya disusul dengan pakaian atasnya.

Andwae, aku mohon jangan….

Keringat dingin bermunculan, rasa takut sudah pasti menjalari setiap tubuhku. Jantungkupun berpacu sangat tepat. Kedua pemuda tersebut semakin dekat dan dekat. Salah seorang darinya mengelus pipiku, dan seorang darinya hampir membukakan tali pinggang celanaku.

Pemuda gemuk itu, memiringkan kepalaku, dengan intens ia akan menjilati leherku.. aku tidak mau kejadian masa laluku terulang kembali. Aku sudah muak….. tanpa kusadar air matau keluar.

Luhan tolong aku…

BUGHHH…

Suara pukulan? Benar ini suara pukulan tidak salah lagi. tapi siapa yang memukul kedua pemuda tersebut sehingga membuatnya mengerang kesakitan. Dengan sekuat tenaga kulihat orang yang menyelamatkanku, meskipun sebenarnya mataku sudah benar-benar berat.  Wajahnya tampan…tapi, aku belum bisa fokus melihatnya.

Yang saat ini berada didalam rekaan mataku adalah, namja itu berhasil memberikan beberapa pukulan telak sehingga kedua pemuda itu berlarian entah kemana. Kemudian namja yang menolongku itu, ia mendekatiku dan berjongkok dihadapanku.

“dasar bodoh! Bisa-bisanya kau terjebak oleh pemuda berandalan lagi. dan lihat keadaanmu, kau mabuk”rutuknya dengan penuh emosi namun sedikit kecemasan terselip disetiap kalimatnya.

Suara ini aku kenal, pemilik suara ini adalah…..

Picture1jao

Entah mendapat keajaiban darimana, tiba-tiba saja penglihatanku yang sedari tadi memburam kini perlahan kembali menjadi jelas. Disana, ya tepat dihadapanku saat ini. Terdapat sosok namja, dengan wajah tampannya yang selalu membiusku, sorot mata tajamnya namun tekesan teduh, bibir tipisnya yang terkadang memberikanku seulas senyuman atau mungkin celotehannya yang sebenarnya itu untuk mengejekku sedang berjongkok. Ia terlihat khawatir namun terlihat kesal juga. Untuk kedua kalinya ia menolongku dari para namja biadab seperti tadi… ya dia Xi Luhan. My guardian angel.

Dan tanpa kusadari setelah itu, kesadaranku menghilang.

“hey hey Park  Ahrin! sial kau seperti biasanya saja pingsan disaat tidak tepat.”gerutunya namun setelah itu ia terkekeh.

“tapi dengan cepat kau bisa membuatku tersenyum.”lanjutnya lagi. sembari mengelus pipiku dengan lembut.

***

Luhan pov

Mengapa kau selalu merepotkanku Park  Ahrin, tapi mengapa juga kau selalu membuatku senang dan hampir gila jika terus saja memikirkanmu. Kini aku harus menggendongmu bak putri kerajaan, padahal aku sudah berjanji pada diriku untuk tidak berurusan lagi denganmu. Aku sudah menyerah, akan kuberikan kau pada Chanyeol. tapi mengapa, disaat aku akan melupakanmu kau malah datang menghampiriku seolah-olah ini pertanda bahwa aku tidak boleh menyerah.

Sekarang aku membawanya kesebuah rumah, yang cukup besar. Ini adalah rumah keluarga oh yang berada dipulau nami. Jaraknya tidak terlalu jauh dengan hotel. Jadi kalian tahu kan mengapa aku tidak ikut acara makan malam bersama mereka? Yap karena aku pergi kerumah ini. Aku ingin sendiri. Jujur saja, jika aku mengikuti acara makan malam mereka, mungkin aku akan cemburu melihat PARK CHANYEOL ya harus kutegaskan, bermesraan dengan yeoja yang sekarang berada dipangkuanku.

Untuk kedua kalinya aku menolongnya dan untuk kedua kalinya aku menggendongnya seperti ini. Wajahnya benar-benar sangat cantik dan teduh. Bibir mungilnya yang berwarna merah benar-benar membuatku tergoda. Jika saja aku tidak menahan diri mungkin sudah sedari tadi aku mencium bibirnya dengan ganas.

Sesampainya dirumah kurebahkan tubuhnya perlahan kesebuah sofa besar nan empuk dengan hati-hati. Kuselimuti tubuhnya, karena diluar cuacanya sangat dingin. Jika saja diperbolehkan rasanya aku ingin menyelimutinya dengan tubuhku. Aish yya Xi Luhan kau jangan berpikiran kotor seperti itu.

Mungkin ada pertanyaan kalian untukku, mengapa aku tidak membawa  Ahrin kehotel? Pertama karena aku tidak ingin membuat kesalahpahaman dengan Jiyeon dan Chanyeol, kedua aku tidak mau berdebat dengan Jiyeon yang super cerewet, ketiga aku takut jika  Ahrin akan dibenci oleh Jiyeon setelah insiden tolong menolong ini.

Dasar gadis lembu, ia pingsan atau mati. Sangat lama sekali. Aku sudah mulai bosan.

Pada akhirnya aku memutuskan untuk ke dapur, untuk mengambil segelas limun. Namun langkahku terhenti, karena dia. Ya yeoja itu tanpa sadar mengenggam tanganku. Sangat erat. Dengan cepat aku menoleh kearahnya yang ternyata kesadarannya itu sudah mulai kembali.

“jebal, kumohon jangan pergi.”ucapnya

“aku hanya akan mengambil segelas limun di dapur.”jelasku yang sebenarnya aku tidak yakin jika yeoja itu mendengarnya.

“andwae! Kau harus menemaniku disini”rengeknya dengan manja.

“yya Park  Ahrin, aku haus, aku hanya akan mengambil limun. Kau sudah besar mengapa harus takut.”

“aku memang takut..”ucapnya yang semakin melantur. Aku yakin ia benar-benar dipengaruhi oleh minuman memabukan itu. dan pertanyaanku sekarang, berapa banyak yang ia minum sehingga membuatnya berantakan seperti ini.

“aish! Kau tunggu saja disini! Aku hanya sebentar, aku janji”jelasku dengan gaya sok meyakinkan agar dia percaya. Perlahan kulepaskan gengammannya itu. dan bergegas pergi menuju dapur. Namun…..

Tubuh itu, ya tubuh gadis bernama Park  Ahrin tiba tiba saja bangkit dan kemudian memulukku. Ia mendekapku dari belakang. Hangat dan lembut. Ada perasaan kaget dan senang semuanya bercampur menjadi satu.

Aku hanya bisa terdiam, tak tahu harus berbuat apa. Pelukannya itu berhasil menghipnotisku. Bukan hanya itu jantungkupun berdegup sangat kencang….. seolah-olah ada kupu kupu yang sedang berterbangan didalam perutku.

“wae”tanyaku membuka percakapan

“sudah kubilang jangan pergi. Aku takut, aku benar-benar takut akan kehilanganmu. Dulu kau pernah meninggalkanku dan jangan sampai kali ini kau juga melakukan hal yag sama. Aku tidak mau…”tuturnya dengan lirih. Dan tanpa kusadari yeoja yang memelukki ini menangis. Ia mengeluarkan air matanya.

Bergegas kubalikan tubuhkun dan menatap wajahnya yang bisa dibilang tidak karuan. Ku berikan senyuman termanis yang kupunya, dan kuhapus air matanya dengan kedua ibu jariku.

“lihat wajamu, sungguh jelek..oleh karena itu kau jangan menangis lagi, aku berjanji aku tidak akan meniggalkanmu.”

Saat akan mencium puncak kepalanya, yeoja itu melakukan tindakan yang benar-benar membuat emosiku naik pitam. Sepertinya hobinya itu belum bisa dihilangkan.

Plakkk

Yup tamparan keras ia berikan dipipiku. Sialan. Mau gadis ini sebenarnya apa, aku sudah baik membopongnya kesini, memberinya selimut, dan bahkan mengusap air mata bodohnya.

“YYA kapan kebiasaan menampar se-enakmu itu hilang?”protesku kelewat keras. Sehingga membuatnya kembali menangis, dan bahkan dua kali lipat lebih kencang dari yang tadi. Jika saja ini bukan gadis yang kusukai mungkin sudah kutendang keluar rumah.

“kau pantas mendapatkannya, karena kau namja terjahat yang pernah kutemui! Kau dulu mengambil hal yang paling berharga dariku kemudian pergi! Dan sekarang kau malah mendekatiku seolah olah menginginkanku lagi!”ujarnya lirih sembari menunjuk-nunjuk diriku.

Ia berkata seperti itu seolah-olah ingin mengorek luka lama yang sudh kubuang jauh-jauh.

“mianhe..”ucapku

Tapi tiba-tiba saja ia memegang wajahku dengan kedua tangannya dan kemudian mencubit-cubitnya seolah wajahku ini mainan yang barus aja ia temukan. Sudah dipastikan ia mabuk berat.

“aigoo-ya jangan merasa bersalah tuan Xi Luhan.. aish ternyata kau benar-benar memiliki wajah yang sangat tampan. Matamu, bibirmu, hidungmu sungguh mempesona. Sehingga selalu membuatku terbius….ah, tapi ketampananmu terkadang hanya kedok dari kelakuan busukmu itukan?”tuturnya lagi sembari terus memegangi wajahku, memukul diriku, mencubit wajahku, dan menunjuk-nunjuk diriku. Tidak apa, aku menerimanya. Aku tidak akan marah, karena aku tahu ia sedang mabuk. Dan aku emang pantas dihina olehnya atas apa yang telah kuperbuat dimasa lalu.

“aku sudah tau itu semua, tapi… mengapa aku tetap saja menyukaimu hah?”

“maksudmu?”tanyaku penasaran

“ne… mianhe karena selama ini diriku selalu berbohong, ketika aku berkata aku tidak merindukanmu sejujurnya aku sangat merindukanmu, ketika aku menyuruhmu menjauhiku sebenarnya aku tidak menginginkanya, apa kau tahu disaat aku mengetahui kalau kau telah menjadi tunangan Jiyeon. Hatiku…. ya hatiku sangat sakit Xi Luhan. Kau memonopoli hatiku, kau menyebalkan.”

“jadi… sebenarnya kau masih menyukaiku?”

“tentu saja bodoh,perasaanku tidak pernah berubah dari dulu, selalu sama. Hanya tertuju padamu. Selama ini aku hanya merekayasa semuanya. Mulutku memang bodoh karena selalu saja bertindak semaunya, sehingga semua yang kuucapkan selalu belainan dengan hatiku. Tapi….”

“tapi kenapa?”

“tapi…hiks hiks.. semuanya hancur. Aku selalu berharap jika kau memiliki perasaan yang sama sepertiku. Tapi nyatanya tidak, kau lebih menyukai wanita lain yang tidak kuketahui. Selain itu kau akan bertunangan dan segera mungkin menikah dengan Jiyeon. Tidak ada harapan bagiku untuk masuk kedalam duniamu lagi..”jelasnya dengan sangat lirih. Airmatanya terus saja mengalir. Sudah kucoba mengapusnya tetap saja mengalir.

Sekarang akhirnya aku tahu, kau masih menyukai. Kini kau tidak perlu bersandiwara lagi jika kau tidak menginginkan kehadiranku disisimu. Semuanya sudah jelas. Ucapanmu langsung memproses diotakku dan sluruh saraf-saraf tubuhku. Kau tak perlu berusaha untuk mendapatkanku, karena sedari dulu kau memang sudah menaklukanku. Bukan hanya saja ragaku tapi hatiku juga sudah kau taklukan.

Keunikanmu, kecerobahanmu, kekeras kepalamu, dan semua yang kau miliki merupakan anugerah yang pernah kumiliki. Kau benar-benar gadis langka. Maaf jika dulu aku sering mengkasarimu, membentakmu. Itu karena aku dibutakan oleh rasa dendam.  Dan hadirnya dirimulah yang membuatku berubah, ya kau dengan caramu sendiri membuatku seperti sekarang ini. Karena kau aku bisa merasakan bagaimana rasanya menyesal  setelah ditinggal pergi oleh orang yang terkasih, bagaimana rasanya mensyukuri hidup, bagaimana rasanya mencintai dan juga dicintai. Kau telah mengembalikan senyumku. Gomawo  Ahrin-ssi your my little guardian angel.

“kau ingin tahu siapa gadis yang kusukai?”

Gadis itu hanya mengangguk dengan imutnya. Bahkan sedang mabukpun aku menganggapnya imut.

“gadis yang kusukai adalah…”

“siap….”belum usai ia melanjutkan kalimatnya tersebut. aku sudah menguncinya, mengunci bibirnya itu dengan bibirku. Ya kami berciuman.  Ia membulatkan matanya. Dan terkadang Ia sedikit memberontak, namun perlahan-lahan ia mulai terdiam dan bahkan memejamkan matanya. Aku tahu ia menerima ciuman ini. Entah ada pikiran macam apa yang mengahantuiku, tiba-tiba saja aku semakin memperdalam ciuman ini…. aku mulai melumatkan setiap jengkal bibirnya, kemudian mengecupnya dan menjilatnya dalam sangat dalam…dan menggigit kecil bibir mungil bawahnya itu…hembusan nafas kami semakin terasa memburu.

Setelah beberapa lama, kulepaskan ciuman itu karena pasokan oksigen kami yang sudah menipis. Ia  terlihat terdiam setelah kucium tadi, dan wajahnya kini memerah seperti udang rebus. Sungguh lucu sampai-sampai membuatku terkekeh. Aku puas dengan ciuman tadi, bukan berhasratkan nafsu seperti dahulu. Namun aku melakukan itu karena didasarkan atas kita saling mencintai.

“Luhan-ssi….”

“hmm?”jawabku lembut.

“jadi sebenarnya siapa gadis yang kau sukai? Mengapa kau malah menciumku? Padahal aku tidak minta kau menciumku.”tanyanya dengan sangat polos.

Terkadang aku bingung, sebenarnya otak gadis ini berada dimana. Aku kira sejak tadi ia mengerti maksudku menciumnya. Ternyata sibodoh ini hanya menikmatinya saja tanpa mengerti artinya. Kau sebenarnya mabuk atau benar bodoh hah! Lama-lama aku kesal juga dengan tingkahmu yang polos dan lugu ini.

“yya  Ahrin, jika aku mencimmu seperti tadi seharusnya kau bisa menyimpulkan sendiri. Jika gadis yang kusukai adalah….” tak sempat aku melanjutkan kata selanjutnya, karena sibodoh ini tumbang. ya setelah ia mengamuk dengan luapan hatinya, ia kembali pingsan. Untung saja ia roboh tepat dihadapanku sehingga aku bisa menahannya.

Perlahan aku kembali merebahkannya ke sofa dan menyelimutinya. Ia tertidur dengan pulas. Tanpa henti aku terus menatap wajahnya dengan lekat. Bagaimana mungkin aku bisa menyukai yeoja seperti dia? Padahal dulu aku selalu berkata jika dia tidak menarik.

Terkadang aku berpikir jika dia seperti mutiara hitam. Kau mungkin akan memilih mutiara putih karena wujudnya yang indah dan berkilauan sehingga kau melupakan mutiara hitam. Tapi tanpa kausadari sebenarnya mutiara hitam memiliki sejuta keindahan dibandingkan dengan mutiara putih. karena keunikannya sendiri. Sama sepertimu  Ahrin, keunikan mulah yang membuat semuanya indah.

“sayang sekali, kau belum mendengar jika gadis yang kusukai itu adalah dirimu. Sebenarnya kau saja yang terlalu bodoh karena tidak dapat menyimpulkan.”ujarku pada dia yang sedang tertidur.

Kuusap rambutnya dengan sangat lembut. Dan kubelai pipinya dengan halus…

Tadi kau bilang mataku, bibirku, dan hidungku sangat mempesona. Aku tahu itu, tapi kau jauh lebih mempesona dariku.

“selamat malam, malaikat kecilku”ucapku sembari memberikan kecupan dibibir mungilnya. Dan kemudian setelah itu, aku beranjak menuju sofa yang tak jauh dari posisinya saat ini.

“gomawo, Luhan oppa”katanya yang sepertinya itu hanya melindur. Aku terkekeh mendengarnya. bahkan sekarang kau menyebutku oppa,  Ahrin. mungkin sepertinya aku akan menyebutmu chagi.

Ah sudahlah aku-pun sudah mengantuk. Kurebahkan tubuhku disofa yang lain.

Luhan pov end

***

Tbc part 14

Ada yang masih ingat FF ini??? Kalo ada tunjuk tangan wkwkwk maafkan diriku ini yang baru bisa mempostkan chapter 13nya 😦 saya sibuk sekali sampe sampe FF ini nganggur dan ngaler ngidul keman aja 😦 mohon maaf untuk para reader sekalian yang selalu setia menunggunya. Oh iya mudah mudahan suka ya, maaf kalo semakin aneh-_- apakah di chap ini feelnya masih dapet?? Kalo tak maafkan diriku ini 😦 mudah mudahan dapet ya buat chap ini tuh sekalian ngerjain tugas yang segambgreng-_- buat eonni ditjao makasih sebanyak banyak karena sudah mempubliskan ceileh bahsanya intinya masukin FF ini ke FF indo :”) nah tolong dibantu RCLnya readers karena dengan memberikan komentar atau saran sama dengan menghargai karya orang lain serta memberikannya masukan supaya menghasilkan karyanya yang semakin baik :3

39 responses to “Begins of Revenge [Chapter 13]

  1. Chingu lama bgt nunggu chapter lanjutannya…. fighting buat chingu nulis kmbali… ditunggu part selnjutnya….. btw ini chpternya berpe bnyk? Mudah2an endnya happy

  2. akhirnya di post juga, huhuhu….nunggu nya lama banget, tapi gpp yang penting di lanjutin, ini keren kok, beneran!! moga nanti happy ending, banyakin moment luhan dan ahrin ya!! semanga!!

    • huhu maafkan baru post tahun 2015 ini 😦 makasih udah komen sangat membantu :3 siap siap maunya happy atau sad ending? wkwkwk

  3. Hmm seru banget ceritanya
    so sweet banget,
    mian br komen ya
    next ya thor, seru bingit

    • siapp makasih ya udah komen sangat membantu :3 baca chap sebelumnya dan nantikan chap selanjutnya 🙂

  4. Aahh…lama bnget chingu ga muncul nih ff,udah nunguin nih.
    Seneng bnget akhirnya di lnjut lgi.
    Keren bnget chapter ini,ga sia2 deh nungguinnya,
    momen luhan-ahrin suka bnget,coz ahrin lucu n konyol gitu deh,bkin senyum gaje gitu:D:D.

    • makasih komennya sangat membantu sekali 🙂 aduhhh terhura jadinya wkwkwk maaf baru bisa post sekarang,terus tunggu chap selanjutnya ya

  5. So sweat crtany,
    Shrusny luhan ato ahrin jujur aj sm perasaan mrk k jiyeon, walo bkl ad org yg trsakiti, tp jujur lbh baik,
    Jiyeon jg gk hrus mkskn khndkny jg, cnt kn gk bsa d pksa
    Pokokny nice lh crtny

    • terimakasih udah ngomen ya, ditunggu rclan selanjutnya di chap sebelum dan chap berikutnya :3

    • makasih udah setia nungguin plus kasih komen ditunggu rclannya ya di next chap :3 aduhhh maaf kemaren lagi masa masa sibuk:(

  6. akhirnya yg ditunggu2 netas juga wkwkwkwk

    ahhh momen luhan+ahrinnya kurang nih thor keke

    oh ya,, penulisannya kyaknya beda deh. ini jatuhnya agak lebay dikit trus juga “iler” itukan bahasa jawa jadinya feelnya langsung hilang gara2 kata itu 😦

    udah itu aja ditunggu chapter 14nya

    keep writing n fighting ^^9

    • makasih udah komen ya ditunggu komennannya di next chapter :3 sarannya saya tampung, adudu maafin ya agak sedikit mengecewakan sempet mengalami pending terus dalam membuat chap ini tuh 😦

  7. ahh ayo dong kak lanjutin next chapternya udah ngak sabar lagi nih lanjutin ceritanya luhan yak kutunggu kakak cantik ^^

  8. Aaaaa 😂 akhirnya ada jugaaa , emang yaa trkadang buat ungkapinnya ituloh yg susah , sayang bnget mereka jujur2annya pas ahrin lgi mabok ahah ditunggu deh next chapnya . fighting 😇💞💞

    • makasih udah komen ditunggu komenannya di next chap ya :3 emang susah banget buat jujur suka sama orang :(((

  9. Finallyy thorr sekian lama aku menunggu….
    Luhan jangan kawin ama jiyeon jangan jangan yaa thorrrr
    Kukira luhan beneran udh ga peduli taunya ehhhh tapi gapapa bagusss
    Semangat nulisnya thor!!!!

    • makasih udah komennya ditunggu komenannya lagi di next chapter :3 makasih semangatnya sama udah nungguin ff amatiran yang saya buat 😦

Leave a comment