I Stole Those Lips (Part 1)

  • Title : I stole Those Lips
  • Author : Doo_yoon aka dwlee87 on Dooyooncouple
  • Main Cast :
    .
    Lim Hyunsik (BtoB), Kim Hyuna (4minute), Jang Hyunseung (B2ST), Nam Jihyun (4minute)
  • Genre : Fanfiction, Sad, Romance
  • Rating : PG 17
  • Length : Chapter
  • Disclaimer : Ide didapat dari Taeyang wedding dress dan BtoB MV Irressistible Lips
  • A.N :  Dont be silent readers and plagiator, really appreciate your comment …..gomawo…^_^

I stole her lips, I had to do that
I wanted you so without explanation or reasons, I stole your lips
(BtoB – Irresistible Lips)

Hyunseung POV

“Kau mendengarkan?”

“Ne….”

Yoja di hadapanku terus menceritakan dengan riangnya, kisah kasihnya bersama sahabatku Lim Hyunsik. Bagaimana mereka berkencan, kemana mereka pergi, bahkan kopi apa yang mereka minum semua di ceritakannya. Kim Hyuna, berparas cantik dan bertubuh elok, sahabat kuliahku bertiga bersama hyunsik.  Hyunsik, tak lain adalah sahabatku dan kekasih Hyuna. Aku? Hanya sahabat mereka berdua, obat nyamuk? Mungkin, tapi mereka nyaman dengan keberadaanku di tengah kencannya, mereka menjadikanku penengah, tempat bersandar, tempat berkeluh kesah. Ya itulah peranku.

Semua tak menyadari perasaanku, sakit.

Hyuna, aku tak memungkiri, aku menyukainya sejak lama. Akupun menyadari Hyunsik menyukainya, tapi aku tahu, hati Hyuna lebih mencondong pada Hyunsik, bukan padaku. Pandangan keduanya ketika melihat satu sama lain, semuanya mengisyaratkan perasaan keduanya saling bertaut. Aku jugalah yang menyatukan keduanya dalam ikatan kekasih. Bodoh, ya sebut saja aku bodoh, tapi aku memilih jalan ini. Melihat mereka berdua bahagia walau aku merasa sakit di tengah keduanya.

Aku memandang Hyuna yang tengah asyik ngobrol denganku tentang Hyunsik, ya semua tentangnya, tak ada sedikitpun tentangku. Apapun itu mayoritas otaknya hanyalah berisi memori indah mereka berdua, denganku, atau tanpaku. Melihat Hyuna yang begitu ceria, tertawa, menceritakan Hyunsik, aku hanya bisa tersenyum atas kebahagiaan mereka berdua, walau aku merasa sakit.

“Menunggu lama?” suara Hyunsik yang lebih rendah dariku terdengar dari belakangku, tersenyum memandangku dan berjalan ke arah Hyuna dan mencium pipinya. Pemandangan yang biasa kulihat, perih.

“Egi-ya…kau yang mengatakannya pada Hyunseung ya?”

“Aku? Kenapa harus aku? Dari tadi kau bicara apa saja sampai belum membicarakan masalah ini?”

“Aish….aku ingin kau saja yang mengatakannya…”

“Mwoya?” Aku menyesap kopiku, sembari melihat mereka yang kebingungan mengatakan suatu hal padaku. Wajah malu-malu Hyun-A dan senyum Hyunsik, membuat firasatku tidak merasakan firasat baik. Luka itu seakan semakin tergores panjang tanpa bisa diobati.

“Ah….baiklah, aku yang bilang, begini Hyunseung-a…..” tangan Hyun-a digamitnya, erat. Pandangan keduanya lurus ke depan mataku mengisaratkan kebahagiaan yang tak terbatas.

“Kami berdua akan menikah 1 bulan lagi.”

Menikah? Angin dingin seketika menyapu hatiku, mengosongkan ekspresiku. Tentu saja, apalagi yang mereka tunggu? Mereka sudah siap segalanya, baik financial maupun mental. Tak ada alasan lagi bagi mereka menunda moment bahagia itu. Ayolah Hyunseung, tersenyumlah, ucapkan selamat, itulah yang mereka inginkan darimu. Segetir apapun hatimu, sebagaimanapun kau terluka tersenyumlah!

Aku sekuat tenaga menyunggingkan senyumku, “Chukhae! Apa aku yang pertama mendengar ini?”

“Ne….karena kau sahabat terbaik kami, bisakah membantu kami mengurusnya?”

“Tentu, serahkan padaku, semua bisa diatur, tergantung biaya yang kalian siapkan untukku hahaha.”

Mereka berdua tertawa, akupun tenggelam dalam tawaku, sepi.

Hyunsik POV

Aku berlari, menuju tempat perjanjian kami bertiga. Berlari, karena aku tak ingin Hyuna berdua dengan Hyunseung. Kenapa? Karena aku tahu Hyunseung menyukai Hyuna. Bagaimanapun dia menyembunyikannya, aku bisa melihatnya. Pandangan yang berbeda, perilaku yang berbeda. Hyunseung sangat tidak bisa dekat dengan wanita, tapi entah kenapa dia sangat dekat dengan Hyuna, kami berdua sangat dekat dengannya. Dia tahu perasaanku terhadap Hyun-a dan ketika dia mengetahui perasaan Hyuna yang ternyata tertambat padaku, dia menyatukan kami berdua. Dia sahabat terbaikku, sangat baik, terlalu baik, dan terlalu bodoh.  Dia sama sekali tidak berniat merebut Hyuna dariku, mendukung kami, menyelesaikan semua masalah kami, tulus membantu kami berdua

 Apakah dia puas dengan kedudukan ini? Apakah dia tetap terbelit dengan perasaannya pada Hyuna? Tidak inginkah dia mencari yoja yang bisa membalas perasaannya. Bagaimanapun aku tak sekejam itu untuk tetap menahannya bersama kami. Tatapan terlukanya membuatku muak! Ingin aku memukul wajah tanpa ekspresinya itu, yang hanya tersenyum, namun dibaliknya begitu sepi. Dia tak jujur padaku, itu yang kubenci. Pernah dulu kutanyakan perasaannya pada Hyuna, tapi dia hanya menjawab, dia hanya adik bagiku, dusta!

Aku ingin dia bahagia, terlepas dari belenggu perasaannya terhadap Hyuna, saat ini, hari ini, biarlah kauanggap kami kejam. Tapi aku begitu ingin kau bangkit, menemukan kebahagiaanmu di jalan lain. Sudah saatnya dia mengambil jalan yang berbeda dengan kami berdua. Kami berdua yang keluar dari jalurnya, atau dia yang harus keluar dari jalur kami. Hanya itu pilihannya.

Dengan nafas terengah aku melambatkan lariku, kulihat Hyuna yang tersenyum melihatku

“Menunggu lama?”

Hyunseung menoleh padaku, tersenyum, ya senyum yang menampakkan sedikit kekecewaannya karena kedatanganku. Mengganggu waktunya untuk berdua dengan Hyuna. Aku berjalan kea rah Hyuna dan mencium pipinya, seperti yang biasa kulakukan, walau itu ada dihadapan Hyunseung.

“Cepatlah kau yang bicara~~~~ aku tak mau…” Hyuna seperti biasa, merengek. Aku begitu berat menyusun kata untuk mengungkapkan sekedar kalimat berita bahagia kami berdua. Aku takut akan reaksi Hyunseung mendengarnya. Aku tahu dia akan terluka, lebih terluka daripada yang biasa dia terima. Tapi bagaimanapun aku harus mengucapkannya.

Hyunseung dengan anggunnya menyesap kopi di hadapanku, melihat kami berdua dengan wajah kebingungan. Mianhe Hyunseung-a, aku harus mengucapkan ini.

“Ah….baiklah, aku yang bilang, begini Hyunseung-a…..” tangan Hyun-a  kugamit erat, kami berdua memandang lurus ke arah Hyunseung

“Kami berdua akan menikah 1 bulan lagi.”

Seketika raut wajah Hyunseung nampak kosong, lalu mendapatkan kesadarannya kembali, dan menatap kami berdua tersenyum

“Chukhae! Apa aku yang pertama mendengar ini?”

“Ne….karena kau sahabat terbaik kami, bisakah membantu kami mengurusnya?”

“Tentu, serahkan padaku, semua bisa diatur, tergantung biaya yang kalian siapkan untukku hahaha.”

Hyunseung tertawa, ya dia akan selalu bisa tertawa untuk kami. Mianhe Hyunseung-a, cukup sampai disini kami menyakitimu. Aku ingin dengan keputusan ini, kau menemukan jalur kebahagiaanmu sendiri. Always be my friend.

HyunA POV

“Apa kau selalu begitu ketika Hyunsik bersamamu? Hati-hati dia bosan dengan kemanjaanmu.”

“Aish, kenapa kau bilang begitu?!” Aku memukul lengan Hyunseung dan membuatnya Nampak kesakitan.

Jang Hyunseung, namja berwajah cantik yang selalu menjadi sahabatku, mendengar keluhkesahku dengan senyumnya. Sahabat yang menyatukanku dengan orang yang kucintai, Lim Hyunsik. Entah bagaimana aku tanpanya. Dia selalu di sisiku, tak pernah berkeluh kesah padaku, selalu melindungiku. Bagai seorang kakak untukku. Walau terkadang aku tak tahu apa arti tatapan tanpa ekspresinya ketika memandangku. Ketika aku bertanya padanya, jawabannya hanya satu melamun. Karenanya kusimpulkan, dia memang tukang melamun.

Aku sungguh ingin mengenalkannya pada seorang yoja. Tak sedikit dari temanku yang jatuh cinta atau hanya sekedar penasaran terhadapnya. Tapi apa jawabannya ketika aku memancingnya untuk itu? Aku tak tertarik, atau semacamnya, dasar namja dingin! Padahal aku ingin dia juga berbahagia sebagaimana aku berbahagia dengan Hyunsik.

“Menunggu lama?” Hyunsik tiba, membuat senyumku mengembang. Dia menghampiriku, mencium pipi kananku. Dia duduk di sebelahku, menatapku dengan senyumnya yang tak pernah hilang dari wajahnya. Aku menyuruhnya untuk mengumumkan pernikahan kami pada Hyunseung. Entah kenapa, Hyunsik agak susah kali ini untuk kusuruh, tapi aku tetap memaksanya. Akhirnya Hyunsik yang mengumumkan berita bahagia kami pada Hyunseung, Hyunseung sejenak terdiam lalu tertawa, mengucapkan selamat pada kami. Kuartikan diam sejenaknya itu pertanda bahwa dia sedikit terkejut. Dia tertawa, ya tentunya dia bahagia untuk kami. Like always,  my best friend, Jang Hyunseung.

 ****

“Bagaimana tanggapan Hyunseung ?” Jihyun menyesap kopi di depanku, salah satu temanku yang sepertinya penasaran dengan sahabatku, atau…dia menyukainya? Aku tak tahu. Dia belum terlalu akrab dengan Hyunseung, tapi sedikit banyak dia pernah ngobrol dengannya.

“Hyunseung? Dia mengucapkan selamat padaku, such a nice guy.” Ucapku

“Begitu? Too nice I think?”

Aku mengernyitkan dahiku tak mengerti. Sementara Jihyun tetap dengan senyum khasnya, senyum yang sama dengan yang kupandang dari wajah Hyunseung.

“Sudah, tak usah kau pikirkan, jam berapa kau akan mencoba gaunmu?”

“Satu jam lagi, kau ingin ikut?” tanyaku

“Ehm…tidak, banyak pekerjaan yang harus kubereskan, kau pergi dengan siapa?”

“Seperti biasa, Naeui egi, and nae jinjja chingu, Hyunseung”

“Hanya nasehat, lebih baik kau pergi berdua saja dengan Hyunsik, jangan selalu bergantung pada Hyunseung.”

“Wae?” kenapa Jihyun hari ini aneh sekali? Kenapa dia selalu sensitive ketika aku bicara soal Hyunseung?

“Cobalah untuk lebih peka kali ini, hanya kali ini, kuminta kau melakukan saranku.”

****

“Mianhe, menunggu lama?” tanyaku

“Tidak terlalu, serius kau hanya mengajakku? Mana Hyunsik?”

“Ehm…seleramu dan dia tak jauh berbeda, aku percaya padamu, Hyunsik sedang sibuk mengumpulkan uangnya untukku, hehe.”tawaku

“Aish…..yoja mata duitan.”

Kali ini aku mengajak Hyunseung untuk menemaniku mencoba gaun pengantinku. Aku tidak mengindahkan saran Jihyun? Ya…aku tidak mengacuhkannya. Toh aku tidak merasa ada yang aneh dengan Hyunseung. Dan inilah yang membuatku menyesal kelak.

HYUNSEUNG POV

Aku tahu Tuhan selalu ingin menguji ketabahan hatiku dan pengorbanan perasaanku. Kali ini, Hyuna memintaku menemaninya mencoba gaun pengantinnya tanpa Hyunsik. Ada Hyunsik akan jauh lebih baik bagiku, tanpanya, aku hanya berdua dengan Hyuna, hanya menambah ketersiksaanku.

“Bagaimana menurutmu? Cantik? Apakah cocok?”

Hyuna dengan baju pengantin putihnya, berlengan panjang menampakkan tulang pundak indahnya membuatku menahan nafas, tahan dirimu Hyunseung, dia memang selalu nampak mempesona.

“Cantik, tapi aku lebih memilih kalau bajunya tidak berlengan seperti yang itu, entah Hyunsik suka melihatmu dengan tipe gaun seperti apa, bukankah lebih baik kau menanyakan padanya?

“Tidak perlu, seleranya hampir sama denganmu, ehm…yang itu? Akan kucoba.”

Aku duduk di atas sofa, menahan semua pikiran jahat yang memenuhi otakku. Bertahanlah Hyunseung, dan semua akan baik-baik saja. Sekali kau melewati garis itu,semua akan berubah dan takkan bisa kembali lagi.

“Hyunseung-a, eottae? Apa menurutmu ini sudah bagus?”

GLEK

Ya Tuhan, kau berikan aku ujian seberat ini? Melihat yoja yang begitu lama kucintai di hadapanku, memakai gaun pengantin yang bukan untukku, kurang dari 2 bulan dia akan bersanding dengan sahabatku, bukan aku. Aku yang tak ada dalam matanya. Sekali saja, hanya sekali, bisakah, aku ingin dia memandangku, just once!

“Bagaimana? Kenapa kau diam saja?”

Aku tak bisa berkata, aku melangkahkan kakiku mendekatinya dan membelai rambutnya

“Hyunseung-a, kau kenapa?” dia tetap tak mengerti, dia tetap tak memandangku, apakah aku harus melakukannya? Tanpa mendapatkan sadarku, aku memeluk pinggangnya dan mempertemukan bibir kami berdua. Hyuna membelalakkan matanya, mencoba meronta, tapi pelukanku lebih kuat, tak lama dia berhasil melepaskan dari pelukanku, dan seketika wajahku ditampar sedemikian keras.

“Sadarlah Hyunseung!  Apa yang kau lakukan?!”

Aku merasakan panas pada pipiku, thanks, berkat ini aku mendapatkan kesadaranku lagi, dan semua sudah terlambat, aku sudah melewati garis itu. Melihatnya yang memandangku dengan menahan tangis. Entah aku harus menyesal atau senang kini, kini aku melihatnya memandangku, finally.

“Maafkan aku, aku sudah melewati garis yang kubuat sendiri, aku hanya ingin kau tahu, aku sudah terlalu lama mencintaimu dan aku tak bisa menahannya lagi, aku hanya ingin kau tahu. Kuharap ini tak merubah semuanya, anggap aku khilaf. Sorry for stole your lips.”

HYUNA POV

Aku mengusap bibirku yang baru saja diciumnya, dicium oleh sahabatku sendiri, Jang Hyunseung. Aku mendaratkan tamparanku padanya, berharap dia sadar, berharap setan yang merasukinya lepas. Aku tak tahu, baru kali ini, aku melihat topeng tanpa ekspresinya itu terlepas, menatapku dengan penuh penyesalan. Sebenarnya ada apa dengannya?

“Sadarlah Hyunseung!  Apa yang kau lakukan?!”

Dia menatapku dengan tatapan yang tak pernah kulihat, tatapan asing yang kukenal sebagai tatapan seorang namja ketika melihat gadis yang disukainya. Tidak! Anggap aku salah! Aku tak mau anggapanku ini benar!

“Maafkan aku, aku sudah melewati garis yang kubuat sendiri, aku hanya ingin kau tahu, aku sudah terlalu lama mencintaimu dan aku tak bisa menahannya lagi, aku hanya ingin kau tahu. Kuharap ini tak merubah semuanya, anggap aku khilaf. Sorry for stole your lips.”

Aku membelalakkan mataku, Hyunseung? Menyukaiku? Katakan ini mimpi! Kalau ini mimpi aku ingin segera bangun. Semuanya tidak mungkin terjadi! Bagaimana mungkin?

“Hyunseung-a…..”

“Mianhe…aku merusak semuanya….aku hanya ingin persahabatan kita tak berubah, jika masih diijinkan tentunya aku ingin tetap mengurus keperluan pernikahan kalian, bolehkah?”

Aku bungkam tidak bisa berpikir. Bagaimana mungkin aku mengiyakannya? Jika memang dia menyukaiku, tentunya mengurus pernikahanku hanya akan membuatnya terluka!

“Kau diam, itu kuanggap pengganti kata iya, nampaknya aku harus pulang lebih dulu, akan ku telpon hyunsik untuk menjemputmu, annyeong.”

Hyunseung meninggalkanku dengan senyumnya yang kembali ke wajahnya, Jang Hyunseung, jongmal mianhe….aku tak tahu kalau selama ini aku begitu menyakitimu di tengah kebahagiaanku….kuharap kau cepat menemukan kebahagiaanmu dengan yoja lain, bukan denganku.

HYUNSIK POV

Aku mempercepat kemudi mobilku, menuju tempat Hyuna berada. Entah apa yang terjadi, tapi aku merasa aneh. Hyunseung mengirim short message padaku, untuk segera menjemput Hyuna karena dia tak bisa menemaninya lagi. Sementara Hyuna menelponku dengan isakan tangis yang kudengar samar. Aku tahu dia menyembunyikan tangisnya.

Sampai di tempat Hyuna berada, aku mempercepat langkahku, menemukan hyuna yang terduduk dengan raut wajah penuh kebingungan. Aku menghampirinya dan menanyakan keadaannya, tapi dia hanya memelukku dan menangis. Aku mengusap punggungnya untuk menenangkannya

“Wae gurae…?”

“Hyunseung-a…dia…..”Hyuna masih dalam isakannya, belum mendapatkan kata-kata yang tepat untuk mengucapkannya

“Hyunseung? Apa yang dia lakukan terhadapmu?! Katakan!” aku seketika dalam panik, memegang erat kedua lengan Hyuna dan menatapnya. Hyuna, menarik nafas dalam, menatapku. Akhirnya dia menceritakan kejadian ketika Hyunseung menciumnya dan menyatakan perasaannya. Menyatakan bahwa selama ini dia menyukai yoja chinguku, calon istriku, Kim Hyuna.

“Aku tak tahu harus berbuat apa egi-ya. Aku merasa selama ini kejam terhadapnya. Tanpa mengetahui perasaannya aku selalu membagi kebahagiaan kita padanya, aku tak tahu….”Hyuna semakin menjadi dengan isakannya.

Kau katakan kau kejam? Lalu bagaimana denganku yang jelas-jelas mengetahui perasaannya?

“Tenanglah….tenang chagi, aku akan berusaha untuk membicarakan ini dengan Hyunseung ok? Kau bisa tenang sekarang?”

Hyuna mengangguk dan memelukku, berusaha meredam isakannya. Jang Hyunseung, ternyata kau masih memilih berkutat dengan perasaanmu? Kapan kau akan keluar dari lingkaran itu? Haruskah aku menyadarkanmu untuk itu? Haruskah kami yang terlebih dahulu keluar dari jalurmu?

Hyunseung POV

Aku berjalan di tengah kota Seoul tak tentu arah, mematikan handphoneku dan melangkahkan kakiku entah kemana. Memandang langit yang kini mendung. Ya….nampaknya kini langit sedang mempunyai keadaan yang sama denganku, mendung yang tak kunjung sirna.

TES

Air mulai menetes, semakin lama semakin deras, tapi aku tak ada keinginan untuk berteduh. Ingin rasanya hujan ini menyapu kelamnya hatiku sekarang. Semakin deras semakin baik. Tubuhku mulai merasakan dingin, kakiku sudah merasa lelah, namun aku tak ingin berhenti untuk melangkahkannya. Penyesalan, ya, menyesal telah melangkah dari garis itu, menyesal dengan apa yang telah kulakukan, semua menyelimutiku.

“Hyunseung-a, gwencahana? Kau Hyunseung kan?”

Suara yoja menyadarkanku dari lamunku. Yoja itu memayungiku dengan sedikit berjinjit, nampaknya aku kenal yoja ini, bukankah dia sahabat Hyun-a?

“Hyunseung-a, kau bisa melihatku? Kau sadar? Wajahmu pucat!”

Mataku mulai berkunang dan kurasakan badanku yang mulai menggigil,kakiku mulai lemas, aku terjatuh dan mendapatkan pandanganku yang gelap.

“Hyunseung-a! Hyunseung-a!” suara yoja itu semakin samar, kemudian kudapatkan, hening.

JIHYUN POV

Cuaca kota Seoul mulai buruk hari ini. Hujan begitu deras  membasahi jalanan kota tak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Aku mempercepat langkahku untuk menghindari kemungkinan akan adanya badai. Angin mulai bertiup, menandakan hujan tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Aku memfokuskan diriku untuk mencari taksi agar aku cepat sampai di rumah kontrakku. Seketika mataku terbentur sesosok namja yang basah kuyup. Wajahnya begitu pucat seakan kesadarannya akan hilang. Aku memicingkan mataku, nampaknya aku mengenalnya. Bukankah itu dia? Jang Hyunseung? Apa yang dilakukannya? Aku setengah berlari menghampirinya, memayungi kepalanya dengan sedikit berjinjit.

 “Hyunseung-a, gwencahana? Kau Hyunseung kan?”

Dia menoleh, aku tahu wajahnya selalu tanpa ekspresi, tapi ini lebih menakutkan dari biasanya. Hanya menatapku dengan tatapan kosong dan bibir yang bergetar.

“Hyunseung-a, kau bisa melihatku? Kau sadar? Wajahmu pucat!”

Nampaknya dia mulai tidak bisa menopang tubuhnya lagi. Badan itu terjatuh di hadapanku dan seketika membuatku berteriak.

“Hyunseung-a! Hyunseung-a!”

*****

Aku mengaduk coklat panas di dapurku, sesekali melempar pandanganku ke arah namja yang kini terbaring di sofa rumahku. Aku hanya bisa sibuk memikirkan  apa yang terjadi dengan Hyunseung. Apa dia sedang ada masalah dengan Hyuna? Entahlah…aku tak mau menerka.

“Eng……”

Mendengar suara Hyunseung, membuatku menoleh. Apa dia sudah bangun? Aku segera membawa coklat panasku ke meja di dekat sofa. Matanya membuka perlahan pandangannya menelusuri ruangan tempat kami berdua berada.

“Sudah bangun?”

“Aku….dimana? Tadi aku kenapa?”

“Kau pingsan.” Kusodorkan coklat panas yang abru saja kubuat kepadanya. “Minumlah untuk menghangatkan perutmu.”

Hyunseung mengambil cangkir dari tanganku, meminumnya dengan gaya khas anggunnya.

“Gomawo….ehm….”

“Jihyun, Nam Jihyun, rupanya selain Hyuna kau tidak mengenal yoja lain?”

Matanya terkesiap melihatku. Aku hanya tersenyum sembari meminum coklatku. Jang Hyunseung, entah berapa lama aku mengenalmu dari Hyuna. Hanya mengenal, tak pernah bicara, hanya sekedar melihat tawanya yang semuanya hanya tertuju pada Hyuna. Bagaimanapun dia menyembunyikannya, aku tahu dia menyukai Hyuna begitu dalam. Entah sejak kapan, aku mulai memperhatikannya, tiap geraknya, tiap senyumnya. Sebenarnya tak ada yang istimewa dari semuanya sampai aku tahu bahwa dialah yang menyatukan Hyuna dengan Hyunsik.

Bagaimana aku mengetahui betapa dia lebih mengorbankan perasaannya sendiri daripada merusak hubungan persahabatan mereka. Mengetahui semua luka yang disembunyikan dibalik senyumnya. Sejak itu aku melihat semua perilakunya dengan sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang gadis yang jatuh cinta.

“Mianhe……aku memang tak bisa cepat akrab dengan yoja.” Hyunseung meminum coklat panas dari cangkir yang digenggamnya. “Gomawo  sudah menolongku.”

“Sama-sama.”

Hyunseung kembali menunduk, sedikit memijat lehernya dan menatap langit-langit.

“Kau….masih menyukai Hyuna?”

Hyunseung seketika menoleh padaku. Nampaknya dia terkejut karena pertanyaanku yang tak diduganya.

“Kau….jangan asal menebak. Kami memang selalu bertiga, Hyunsik memang sejak lama menyukai Hyuna, apa kau pikir aku juga harus menyukainya?”

“ Aku selalu memandangmu dan menurutku pandangan itu bukan pandangan seorang sahabat.”

“Lalu? Apa urusanmu? Aku menyukai Hyuna atau tidak tidak ada kaitannya denganmu.”

Aku hanya tersenyum, meletakkan cangkir coklatku di atas meja

“Bagaimana kalau kubilang ada?”

“Mwo?”

Aku perlahan bergerak mendekati Hyunseung yang menatapku tanpa ekspresi. Wajah yang selalu ingin kuubah dengan ekspresi lain. Memegang kedua pipi Hyunseung dan menciumnya walau agak memaksa. Tak ada reaksi penolakan, tapi bukan berarti dia menerima, hanya wajah penuh kebingungan yang kudapatkan atas reaksi dari perbuatanku

“Aku menyukaimu, Jang Hyunseung. Mungkin bagimu tak ada yoja selain Hyuna, tapi bagiku, tak ada namja selain dirimu.”

Hyunseung mengernyitkan keningnya, tak mengerti dengan ucapanku. Yoja yang baru saja dikenalnya, menyatakan perasaan cintanya, tentu saja siapapun akan bingung dan aku tak menyalahkannya.

“Mianhe…kau tak perlu bingung, aku memang bertepuk sebelah tangan sejak lama, hanya memandangmu dari jauh.”

“Mianhe……aku…”

“Kau tak perlu menjawab. Aku tahu sampai sekarang kau menyukai Hyuna.”

Hyunseung hanya terdiam, melihatku yang membereskan cangkir coklat di atas meja

“Bolehkah aku mengaku padamu?”

“Mengaku?”

“Sebenarnya…aku tadi melewati batas yang seharusnya.”

“Mwo?”

Aku mengernyitkan keningku, melihat Hyunseung yang menunduk dan memegang cangkir coklatnya erat-erat, membuat rasa penasaranku sampai di ubun-ubun. Entah apa yang dilakukannya terhadap Hyuna, baru kali ini aku melihat wajahnya yang penuh penyesalan.

“Aku tak bisa menahan diriku sendiri, ketika dia mencoba gaun pengantin yang bukan untukku dihadapanku. Aku seketika saja menciumnya, tanpa sadar.”

Aish! babo Hyuna! Bukankah sudah kuperingatkan agar tidak mengajak Hyunseung berdua dengannya? Dasar gadis polos yang bodoh!

“Aku tak tahu bisa kembali menjadi sahabatnya atau tidak, kami bertiga…..pastinya tidak akan kembali seperti dulu.”

Hyunseung bersandar pada dua tangannya yang menelungkup. Bolehkah aku memeluknya? Aku begitu ingin menjadi kekuatannya sekarang. Aku mendekatinya…..merengkuh tubuhnya dalam pelukanku. Aku tak tahu bisa meringankan hatinya atau tidak, tapi aku tak bisa tinggal diam melihatnya seperti ini.

“Maukah kau menyandarkan hatimu padaku? Pelarianpun tak apa?”

Hyunseung menatapku, beku, tak berkata. Kami saling bertatapan dalam hening.

“Maksudmu?”

“Lupakan Hyuna, cobalah untuk mengenalku, atau, jadikan aku tempat pelarian hatimu yang sedang tak berpijak, itupun tak apa.”

Kali ini, aku ingin menjadi tempatnya bersandar. Membantunya dengan tanganku sendiri, merengkuhnya dalam pelukku. Walau dia tidak melihatku, walau hatinya berada di tempat lain,aku ingin menjadi tempatnya berpijak, kekuatannya untuk menemukan kembali hati yang tak dapat digapainya.

Hyunseung kini mendapatkan kata-kataku yang tadi tak dicernanya.

“Bolehkah?”

“Aku takkan menarik kata-kataku.”

Hyunseung memegang lembut pipiku, mendekatkan wajahnya padaku. Akupun memejamkan mataku dan perlahan, merasakan bibirnya menyentuh bibirku.

Hyunsik POV

Sudah seminggu ini, aku dan Hyuna sama sekali tak mendapatkan kabar dari Hyunseung. Ponselnya tidak aktif dan selama hampir sebulan ini dia belum pulang tanpa kami tahu dia sekarang berada dimana. Aku dan Hyuna seakan tak bisa lagi untuk focus memikirkan pernikahan kami. Pikiran kami terpecah untuk Hyunseung. Walaupun dia menghilang, semua urusan pernikahan kami sudah dilakukannya dengan sempurna. Semua, sampai membuatku tak habis pikir. Sampai kapan dia menjadi manusia yang terlalu baik seperti ini? Tidak mengindahkan perasaannya sendiri?

“Sudah menemukan Hyunseung?”

Aku hanya menggeleng lemah. Kami berdua sama sekali tidak bisa merasakan kegembiraan sebelum pernikahan. Di benak kami penuh dengan kecemasan terhadap Hyunseung, padahal seminggu lagi kami akan menikah.

“Egi-ya, handphonemu.”

Aku terkesiap, mengambil handphoneku dan melihat nomor asing yang menelponku.

“Yobeoseyo….” Jawabku lemah

“Hyunsik-a, ini aku, Hyunseung.”

Aku membelalakkan mataku, tenggorokanku tercekat, aku melihat Hyuna yang kebingungan melihat ekspresi di wajahku.

“Hyunseung-a! neo odi-ya! Kami kebingungan mencarimu!”

“Kalian mencariku?”

“Tentu saja! Kau gila tiba-tiba saja menghilang seperti ini!”

“Bukankah urusan pernikahan kalian berjalan lancar? Kenapa mencariku?”

“Hyunseung-a, kenapa kau berkata begitu? Kita masih sahabat kan? Atau kau ingin memutuskan persahabatan kita hanya karena kau mencium calon istriku?”

Tidak kudengar suara di ujung sana, kami berdua terdiam. Aku menanti kata-kata yang akan dikeluarkan Hyunseung.

“Kalian memaafkanku?”

“Aku tidak ingin persahabatan kita putus hanya karena satu ciuman, kembalilah atau kami takkan memaafkanmu!”

“Aku akan datang di pernikahan kalian, chukhae…..do….mianhe….(selamat dan maaf)”

KLEK

“Hyunseung! Ya! Hyunseung-a!”

Telepon itu tetap mati, tidak ada lagi suara Hyunseung di sebrang sana. Aku hanya menatap Hyuna yang ingin sekali mendapat kepastian dariku.

“Dia akan datang pada pernikahan kita. Kuharap dia memenuhi janjinya itu.”

Hyuna POV 

Hari perjanjian-pun tiba, sampai detik ini, aku tak melihat Hyunseung datang ke kamar gantiku. Aku sudah memakai gaun pengantin pilihannya untuk pernikahan kami. Aku menatap Hyunsik yang memendangku tersenyum dan membelai rambutku

“Yeppo….”ucapnya

“Apa tetap tak ada kabar dari Hyunseung?”

Aku menggeleng, kami berdua tidak tahu bagaimana harus bersikap, entah senang atas pernikahan kami, atau sedih karena sahabat kami yang sampai saat ini tidak menampakkan wujudnya. Bahkan di upacara kami pun dia tidak datang. Harapan kami hanya pada resepsi pernikahan kali ini.

“Silahkan bersiap.”

“Ayo.” Hyunsik mengecup lembut bibirku, sangat berbeda dengan ciuman kasar Hyunseung. Aku sangat berharap dia datang, walau mungkin memang kejam baginya, tapi kami begitu ingin dia menerima hubungan kami yang sudah terjalin dalam ikatan suci. Aku melangkahkan kakiku bersama Hyunsik ke ruang resepsi. Kami berdua sangat berharap menemukan sosok Hyunseung disana. Kami memasuki ruangan yang disambut riuh penonton. Aku tersenyum sembari mencari liar sosok Hyunseung di antara para tamu.

“Chagi! Sebelah kananmu!” hyunsik seketika mengejutkanku. Aku menolehkan kepalaku dan menemukan sosok Hyunseung yang bertepuk tangan untuk kami. Tersenyum memandang kami. Mataku berkaca, ingin sekali aku menangis, ingin aku memeluknya, untuk menerimanya kembali sebagai sahabat kami. Di sampingnya kulihat sosok Jihyun yang tersenyum, dan….menggamit lengan Hyunseung? Apa aku tak salah lihat? Bagaimana bisa?

Aku tetap dalam bingungku dan Hyunsik dengan segera menyadarkanku.

“Dia kembali Hyuna, untuk kita.”

Aku tersenyum getir, entah kenapa sedikit ada sesal dalam diriku, melihat Hyunseung menjadi milik yoja lain, senyum itu kini tidak untukku lagi. Aku kenapa? Bukankah kini aku sudah resmi menjadi istri Hyunsik? Hanya karena ciuman kasar itu, aku menjadi begitu memikirkan Hyunseung. Tak boleh! Sadarlah Hyuna!

Hyunseung POV   

 Hyuna tersenyum melihatku, syukurlah, pilihanku tidak salah. Aku memilih untuk berdiri  di samping Jihyun dan itu membuatnya lega. Mereka berdua sangat serasi berdiri di pelaminan bersama.

“Kau puas? Hyuna tampak bahagia dengan Hyunsik.”Tanya Jihyun

“Ne…aku puas, gomawo mau menemaniku.”

“Menemani? Aku sendiri yang menginginkan untuk disisimu? Apakah untuk seterusnya aku boleh tetap disini? Disisimu?”

Aku menatap Jihyun, yoja yang selama sebulan ini membantuku mengatasi keterpurukanku. Yoja yang memberiku semangat untuk hidup. Yoja yang menyadarkanku dan membuatku bangkit. Mungkin dengan ini aku bisa melepaskan Hyuna dengan mencoba mencintainya. Kugenggam erat tangan Jihyun yang menggamitku. Jihyun terkesiap wajahnya menampakkan keterkejutannya.

“Nampaknya aku akan merepotkanmu, bisakah?”

Jihyun menyandarkan kepalanya ke lenganku

“Ne….gomawo mengijinkanku untuk tetap disini, disisimu.”

Aku menatap Hyuna yang tersenyum bahagia di samping Hyunsik. Kini saatnya aku melepasnya, melepas cinta itu. Walaupun mungkin akan sulit bagiku, kuharap kau berbahagia Hyuna, aku selalu mendoakanmu.

1 year latter ***

“Maaf, menunggu lama?” yoja memakai dress putih itu sedikit berlari, keringat yang membasahi keningnya menandakan dia berlari cukup jauh untuk menepati janjinya padaku. Aku menyeka peluhnya yang mengalir.

“Aku disini dan aku takkan lari, kenapa kau begitu cemas?”

“Aku tak cemas, hanya sedikit takut.”

“Bukankah kau memang mencari ini? Sensasi yang tak kau dapatkan saat bersama suamimu? Ketakutan yang membuatmu berdebar?”

“Babo!” dia memukul lenganku manja. Semua yang ada di dirinya tak berubah, senyumnya tak berubah, kemanjaannya yang tak berubah. Yang berubah hanyalah hubungan kami yang semula sahabat menjadi hubungan cinta. Hyuna yang bersuamikan Hyunsik dan aku….menjadi pria keduanya…..

TBC

33 responses to “I Stole Those Lips (Part 1)

  1. Pelarian? Oemji sngat2 sediiiih T^T dr awl aj sediiiiiih T^T
    itu jg ngapain terakhirnya, yg ngmng siapa jg….
    sgt2 penasaran, DAEBAKK~! chingu 🙂
    #lanjut bca part 2 😀

  2. ceritanya bakal complicated nih. cinta segiberapa nih haha.

    wah hyunseung nyosor2 ke calon istri orang juga. untung hyunshik ga langsung bakar rumah hyunseung. bahaya. persahabatan mereka diuji. kesabaran jihyun juga :”

  3. Oppa ngapain jadi pria ke dua nya hyuna mending ama jihyun aja yg selalu berada d sisimu dan selalu mencintaimu
    Unnie end nya harus jihyun ama hyunseung ya
    Unnie #plakk maksa bngt# klu junhyung sih aq skanya dia ama hara kekeke mereka kan betulan pacaran ^^

  4. Keren bangeeeeett :O
    si jihyun kasiaaaan /.\
    itu hyunseung jadi orang ketiga nya hyuna hyunsik ??? Bakal jadi cerita yang panjang ‘-‘
    next next !!!!

  5. Sebetulnya kurang begitu suka sama pengulangan kejadian meskipun dengan sudut pandang orang yang berbeda. Omona! Ada selingkuh2annya. Menarik kayaknya ini

Leave a comment