SUPER JUNIOR RADIO LOVE SERIES: WILD ORCHID FOR KYUHYUN’S HEART (PART 1)


Author: Kim Hye Ah, follow me @KimHyeAh22

Cast: Cho Kyuhyun (SUPER JUNIOR)

Kwon Yuri (SNSD)

Additional Cast: Member Super Junior & Lee Rin Joo (OC), Danielle Kim/ Dainn (OC)

Rating: PG-15

Genre: Romance, Friendship, Family

Disclaimer & Notes:

  1. Humans, things, and ideas here belong to God. Full crediting me, my blog, and this page if you wanna take it out.
  2. This story is just for fun. Please do not be distracted by whoever the casts I have chosen. Please enjoy this story while waiting for breaking fasting :). Happy Ramadhan & Happy reading.

Poster: missfishyjazz@myfishyworld.wordpress.com

PS: I apologize for typo. Please feel free to correct me

Prolog |

Resensi cerita lalu.

Kyuhyun tiba-tiba tersentak. Seperti ada sesuatu kesadaran dalam kilatan flash kamera yang tiba-tiba muncul dalam benaknya. Gambaran abstrak tentang masa depannya walaupun hanya beberapa detik saja. Ia dengan seorang yeoja yang tidak pernah dikenalnya. Ia mencium yeoja itu dalam sebuah pesta. Wajah yeoja itu tampak samar-samar tapi perasaannya begitu nyata menangkap apa yang terjadi dalam otaknya tadi. Ia mengerem mobilnya mendadak karena terkejut bahwa rasa ciuman itu begitu nyata.

‘Yeoja itu siapa dia?’ desis Kyuhyun dalam hati, ’Aku sedang tidak tidur, kenapa bisa bermimpi senyata itu?’

Wild Orchid for Kyuhyun’s Heart (Part 1)

Di sebuah rumah susun sederhana di kawasan perkampungan kumuh pinggiran kota Seoul, beberapa anak berlari-lari bermain dengan gembira sambil berteriak menyusuri undakan tangga. Dari tiap balkon lantai para ahjumma saling bergosip dengan mengencangkan suara agar lawan bicaranya yang tinggal di lantai depan, atas, dan bawahnya bisa saling mendengar. Sedangkan di aula lantai dasar, para ahjussi sedang berkumpul menyaksikan pertandingan sepakbola dari televisi hasil patungan warga sambil sesekali menyeruput kopi dan memakan penganan kecil buatan para istri masing-masing. Suara mereka begitu riuh ketika gol terjadi, perdebatan seru mewarnai kegiatan menonton yang sudah menjadi rutin ini. Suara yang bising dengan latar belakang rumah susun yang begitu tua adalah suatu pemandangan keseharian yang biasa dijumpai Yuri. Sejak lahir hingga tumbuh menjadi gadis berusia 21 tahun seperti sekarang, ia sudah tinggal di rumah susun yang sebetulnya sudah tidak layak huni. Dari kejauhan gedung itu malah terlihat sangat menyeramkan ditambah dengan banyaknya cat yang mengelupas, warna dinding yang memudar dan keropos karena termakan waktu. Pemerintah setempat sudah merencanakan untuk meruntuhkan rumah susun itu sejak lama tapi selalu terganjal protes warga yang terancam akan kehilangan tempat tinggal jika rencana itu jadi dilakukan.

Karena tidak pernah merasakan bagaimana rasanya jadi orang kaya, Yuri sudah cukup bersyukur dengan apa yang didapatnya. Walaupun begitu, dalam hatinya ia memiliki tekad kuat untuk menyenangkan hati kedua orang tuanya yang dari generasi nenek moyang memang sudah miskin sejak awal. Appa adalah seorang pegawai rendahan di suatu kantor percetakan sedangkan Omma adalah ibu rumah tangga yang membantu pendapatan keluarga dengan berdagang Bungeoppang, semacam pie berbentuk ikan dengan isi kacang merah di dekat pasar Insadong tiap pagi sampai siang. Sekali-kali Yuri membantu Omma tapi setelah kuliah Omma melarang ia membantunya.

“Lebih baik kau belajar dengan rajin dan mendapatkan nilai bagus supaya kampus tidak menghentikan beasiswamu. Omma akan sangat menyesal jika kau membantu Omma tapi kuliahmu jadi keteteran dan kau tidak memiliki lagi bantuan dana untuk membayar biaya kuliahmu.”

Itulah alasan Omma yang membuat Yuri merasa bersalah telah membuat Omma bekerja keras. Ia tahu Omma begitu lelah. Wajahnya sudah menyiratkan hal itu.

“Tapi Omma, aku bisa membagi waktu antara pekerjaan rumah dan kuliah. Percayalah, aku tidak tega melihat Omma mengerjakannya sendiri. Omma di rumah, aku yang berdagang.”

“Sekali tidak tetap tidak Yuri. Omma masih kuat. Kita punya peran masing-masing. Appa mencari uang, Omma mengurus rumah tangga dan kau belajar dengan rajin.”

“Tapi Omma…”

“Sudah tidak ada tapi-tapian.”

“Omma, aku tahu pekerjaan Omma begitu berat karena Omma juga berdagang. Appa juga sama karena selalu mencari lemburan kemana-mana. Belajar itu tidak membutuhkan tenaga hanya butuh otak saja dan tenagaku masih kuat untuk membantu Omma. Omma tidak usah khawatir dengan kuliahku. Sampai sekarang nilaiku masih tetap aman.”

Omma yang saat itu sedang menyiapkan adonan Bungeoppang untuk dijual besok hanya bisa mendesah. Ia menghentikan pekerjaannya untuk bisa berhadapan dengan Yuri, anak gadis semata wayangnya.

“Kami tahu kau ingin membantu Appa dan Omma. Kami tahu kau juga suka berbisnis PR dengan teman-temanmu itu hanya untuk membelikan kami pakaian yang layak dan makanan yang enak. Bukan berarti Omma dan Appa tidak senang menerimanya. Tapi jika itu membuatmu terlalu sibuk, melupakan kuliah, nilaimu hancur, dan terkena masalah dengan pihak kampus, itu akan membuat kami sangat sedih. Kami tidak bisa menolongmu banyak karena biaya kuliahmu pun kampuslah yang membayar. Mungkin dengan cara inilah Omma dan Appa membantumu. Setidaknya kami telah memberikanmu kesempatan belajar sebaik-baiknya.”

Sejak saat itu, ucapan Omma selalu terngiang-ngiang di telinga Yuri dan melecut motivasinya untuk belajar dengan rajin dan mencari uang segiat mungkin. Ia tidak mau orangtuanya yang sudah semakin berumur harus bekerja sekeras itu demi dirinya. Dengan perlahan ia menaiki undakan tangga menuju tempat tinggalnya yang terletak di lantai 8. Tidak ada lift di rumah susun itu. Terbayang bukan bagaimana letih kedua orangtuanya yang tiap hari harus naik turun tangga. Sebetulnya ada beberapa flat yang kosong di lantai bawah tapi harga sewanya jauh lebih mahal. Dengan terpaksa, mereka memilih untuk tinggal di lantai paling atas, lantai yang paling murah dan sayangnya paling riskan jika gempa atau kebakaran terjadi.

Belum juga ia memasuki pintu ruang tamu yang sudah terbuka, ia bisa mendengar kedua orangtuanya yang sedang berbicara. Walaupun pelan tapi karena dinding yang begitu tipis membuatnya bisa mendengarkan percakapan itu dengan jelas.

“Appa sudah kesana kemari mencari pinjaman tapi nihil. Mereka tidak mau meminjami lagi karena hutang Appa pada mereka juga sudah menumpuk,” terdengar suara berat Appa yang menunjukan rasa sedih.

“Tapi Appa, jika Appa tidak segera mendapatkan uang itu. Kita akan diusir dari rumah susun ini. Kita sudah menunggak 2 bulan dan pengelola tempat ini sudah mulai mengancam kita,”  suara Omma yang serak terdengar. Nadanya menyiratkan kesedihan yang sama.

Yuri tercekat, mereka akan diusir?

“Padahal Appa sudah bekerja banting tulang tapi gaji Appa sendiri habis untuk menutupi hutang yang lain. Omma juga sudah sangat membantu keuangan keluarga kita. Apa yang kita makan sekarang adalah uang Omma karena uang Appa sendiri sudah habis. Kita sudah tidak punya apa-apa lagi bahkan televisi pun sudah kita jual minggu lalu.”

“Tidak apa-apa Appa, Omma ikhlas membantu Appa.  Omma juga tidak masalah kita tidak punya TV. Begitupun dengan Yuri, ia jarang menonton TV karena sibuk dengan kuliahnya. Omma yakin Tuhan tidak tidur. Ia melihat kita sudah bekerja dengan sangat keras.”

“Asal jangan komputer Yuri saja kita jual, karena tanpa itu kuliahnya akan terganggu.”

Omma menunjuk seperangkat komputer tua yang ada di dekat ruang makan.

Terdengar desahan nafas panjang Appa, “Jika melihat Yuri, Appa sangat sedih. Sebagai kepala keluarga Appa merasa gagal membahagiakannya. Seharusnya ia bisa hidup dengan layak. Ia pintar tapi kita tidak mampu memfasilitasinya. Untunglah Yuri bisa berkuliah dan mendapatkan beasiswa dari kampusnya. Tapi sampai kapan kita terus mengandalkan beasiswa karena seleksinya sendiri sangat ketat tiap tahunnya. Mana tahu ada yang lebih pintar dari Yuri. Jika itu terjadi bagaimana Appa bisa membiayai kuliahnya?”

“Jangan berkata seperti itu Appa. Ucapan orang tua itu seperti doa untuk anak kita. Berbicaralah yang baik-baik saja. Kita harus yakin bahwa kemiskinan ini tidak akan menghalangi langkah Yuri untuk maju,” Omma terus menyemangati Appa yang tampak depresi.

“Omma sangat optimis tapi kenapa Appa tidak? Appa selalu dihantui ketakutan tidak bisa membahagiakan dia.”

“Omma mengerti karena Appa merasa sangat bertanggungjawab atas masa depan Yuri. Tapi selama kita masih bersama-sama kita pasti bisa melampaui itu semua, percayalah pada Omma.”

Yuri melihat bagaimana Omma memegang tangan Appa seolah sedang memberi kekuatan. Hatinya sangat sedih. Ada sesuatu yang mencabik-cabik jiwanya.

“Appa selalu didera perasaan bersalah karena telah membuat hidup kalian menjadi menderita. Kenapa kita begitu miskin Omma?”

“Kita tidak miskin, setidaknya kita masih punya keluarga yang utuh dan Yuri, anak gadis kita yang manis. Jangan lupakan itu Appa, keluarga adalah harta yang paling berharga karena tidak bisa ditebus dengan uang milyaran won sekalipun.”

Ada setitik air mata yang tiba-tiba jatuh di pipi Yuri. Ia bukan yeoja sentimentil yang mudah menangis. Tapi ia tidak bisa menahan diri mendengar bagaimana keras perjuangan orangtuanya untuk membuat hidupnya bahagia. Motivasinya untuk bekerja menjadi sangat kuat. Ia tidak bisa lagi mengandalkan uang dari mengerjakan tugas kuliah teman-temannya. Ia membutuhkan uang yang lebih banyak untuk membuat mereka bisa tetap tinggal di rumah susun ini. Jika kepala harus di kaki, kaki harus di kepala, Yuri siap. Mulai sekarang ia tidak boleh berleha-leha lagi. Kehidupan keluarganya sedang krisis dan dengan segala tenaganya ia harus berhasil mempertahankan tempat tinggal ini dan tentu saja mempertahankan beasiswanya.

Dengan cepat, Yuri segera berbalik, menuruni anak tangga dari lantai 8 ke lantai 1. Masih dengan tas ransel bergantung di pundaknya, ia berlari-lari mencapai sepeda ontel tua kesayangannya. Sepertinya hanya sepeda itu yang masih selamat untuk tidak pindah ke tangan pembeli karena siapa juga yang mau membeli sepeda tua karatan seperti itu. Untunglah ia sudah menyiapkan berkas lamaran dalam tasnya, ia harus segera menemui orang yang memasang iklan itu dan secepatnya melamar pekerjaan. Mudah-mudahan keberuntungan sedang ada di pihaknya sekarang. Semoga Tuhan mengabulkan permintaannya untuk menjadi guru privat seperti yang tertera di iklan koran beberapa hari lalu.

Yeoja itu mengayuh sepedanya dengan kencang, tidak perduli jika matahari memapar kulitnya dengan sangat terik. Dari kecil ia terbiasa terkena sinar matahari karena selalu mengendarai sepeda kemana-mana, akibatnya kulitnya agak gelap dibandingkan yeoja Korea pada umumnya. Tapi ia tidak perduli kulitnya akan segosong apa, yang penting ia harus bisa segera menuju daerah Gangnam, tempat pemukiman elit dimana pemasang iklan itu tinggal.

Dengan terengah-engah ia terus mengayuh sepedanya. Jarak dari rumahnya ke pemukiman mewah itu cukup jauh. Naik bis saja bisa menghabiskan waktu sekitar satu jam apalagi naik sepeda. Tapi Yuri sudah tidak punya uang lagi jika harus naik kendaraan umum, pilihannya hanya naik sepeda. Walaupun sudah satu jam berlalu, ia masih belum bisa mencapai kawasan Gangnam itu. Badannya sudah cukup lelah, keringat di dahi dan seluruh badannya sudah bercucuran tapi dikuatkan lagi motivasinya.’Ingat Yuri, kau harus membantu Appa dan Omma jika tidak kau akan menjadi gelandangan.’

Baiklah,”Yuri fighting!,” teriak Yuri memecah keheningan jalan yang begitu sepi sambil mengacungkan tangan kanannya ke atas Tapi tiba-tiba sebuah mobil melintas dengan kecepatan tinggi dari arah yang berlawanan, memasuki area sebelah kanan jalan yang seharusnya tidak diperuntukkan bagi mobil itu. Tanpa memperdulikan bahwa di tengah jalan terdapat sebuah onggokan besar berlumpur dan penuh air akibat penggalian jalan, mobil putih itu melintasi kubangan dengan cepat dan akibatnya air yang terdapat dalam lubang itu meluap mengenai hampir seluruh badan Yuri. Yeoja itu terkejut karena kejadian itu begitu cepat, ia tidak bisa mengendalikan pegangannya karena matanya terkena cipratan air kubangan itu. Sepedanya oleng, ia terjatuh.

Sepersekian detik kesadarannya datang, emosinya yang sudah naik akibat kepanasan menjadi tambah panas akibat insiden itu. Dasar orang gila, seenaknya saja mengemudikan kendaraan. Tidak tahu aturan!

‘Awas, orang itu harus kubalas’, geram Yuri dengan marah.

“Hey kau, awas yaaa! Jangan pergiiiiii!”

Yuri berteriak sambil mengambil sepedanya dan mengayuhnya kuat-kuat, tidak diperdulikannya mobil-mobil lain yang juga sedang melintasi jalan. Fokusnya adalah mengejar mobil putih berkap terbuka itu. Sayangnya, yang dibawanya hanya sepeda, mana mampu mengalahkan kecepatan mobil mewah itu. Yuri sudah terengah-engah menyusul mobil yang telah membuat hampir seluruh badannya basah. Walau mobil putih itu berjalan cukup pelan, tapi tetap saja jarak diantara mereka cukup jauh. Tapi Yuri tidak kehilangan akal, pengemudi tidak tahu aturan itu harus mendapatkan balasan setimpal atas hal buruk yang menimpanya.

Ia mengambil minuman kaleng bekas yang teronggok di pinggir jalan.

“Kau lihat pembalasanku pengemudi bodoh!”

Sambil berteriak Yuri melemparkan kaleng minuman itu sekencang mungkin sehingga menimpa kepala si pengemudi mobil itu. Entah apa yang terjadi karena dalam waktu beberapa detik, mobil itu mengerem mendadak. Untungnya tidak banyak mobil yang lalu lalang sehingga kecelakaan akibat rem tiba-tiba tidak terjadi.

Yuri masih berteriak,”Kau pikir ini jalan punyamu, seenaknya saja ngebut dan membuat bajuku basah. Ayo jangan jadi pengecut segera minta maaf kepadaku sekarang!”

Yeoja itu  terus berteriak-teriak sambil mengepalkan kedua tangannya. Ia begitu marah karena bajunya basah padahal ia akan melamar pekerjaan hari ini. Pengemudi itu harus bertanggung jawab atas bajunya juga sepedanya yang bentuknya sedikit berubah akibat jatuh tadi.

“Dasar pengecut, ayo minta maaf,”teriak  Yuri yang sudah setengah mati marah dan kesal.

Ia melihat dari kejauhan pengendara mobil itu masih tidak bergerak ,’Begini nih kelakukan orang kaya yang tidak tahu aturan. Seenaknya mengemudikan mobil. Disuruh minta maaf pasti gengsi,’ rutuk Yuri dalam hati.

“Hey kau, kenapa diam saja di situ! Ayo ke sini, minta maaf! Lihat sepedaku, bentuknya jadi peyang begini! Bajuku juga basah! Dasar pengemudi babo! Bisa lihat jalan tidak! Sudah tahu ada kubangan, main ngebut sembarangan. Pernah belajar mengemudi tidak?”

Yuri masih berteriak-teriak kepada pengemudi mobil itu, tapi tidak ada jawaban dan selama beberapa menit mobil itu tetap tidak bergerak. Ada sedikit kekhawatiran yang tiba-tiba muncul. Kenapa pengemudi itu tidak menjawab teriakannya dan kenapa mobil itu diam saja. Apa yang terjadi? Yuri ketakutan tapi sekaligus penasaran. Apakah gara-gara kaleng yang tadi ia lemparkan, apakah kaleng itu mengenai pengemudi itu dan menyakitinya? Ya Tuhan, bagaimana jika itu terjadi. Ia segera mengayuh sepedanya mendekati mobil itu.

Ia tentu saja mengenali mobil itu, Maybach 62 S seperti mobil yang dilihatnya di kampus beberapa hari lalu. Dengan pelan-pelan ia turun dari sepedanya dan mengendap-endap menghampiri pengemudi itu. Terdengar suara mengerang dan mengaduh. Deg, Yuri begitu khawatir. Mungkinkah kaleng soda tadi melukai orang itu?

“Ahjussi, kau tidak apa-apa?”

Pengemudi yang ternyata seorang namja itu berbalik mencari asal suara. Ia menatap yeoja itu dengan tangan yang menutupi keningnya yang berdarah. Yuri terkejut melihat luka di kepala orang itu. Spontan ia mengambil tissue yang tergeletak di dashboard mobil dan mengambilnya.

“Pakailah tissue ini, jika kena tangan takutnya infeksi.”

Namja itu terdiam, tapi diambilnya juga tissue itu sambil sesekali mengaduh ketika tissue itu menempel di dahinya. Walaupun darah yang keluar tidak banyak tapi Yuri merasa bersalah melihatnya. Dan benar saja di sebelah namja itu terlihat kaleng minuman yang tadi ia lemparkan.

“Mianhae Ahjussi, mungkin harus ke dokter supaya bisa segera diobati.”

Yuri tidak berani menatap wajah namja itu. Ia merasa ketakutan. Ia bisa saja menjadi pembunuh siang ini.

“Kau yang melempariku dengan kaleng minuman ini ya?”

Yuri masih menunduk.

“Jawab!,” orang itu membentak dengan keras sehingga membuat seluruh indera dalam diri Yuri tersentak. Dengan takut-takut ia mengangguk.

“Maafkan tadi saya begitu emosi karena mobilmu membuat saya terjatuh dari sepeda dan baju saya basah. Saya tadi begitu marah karena itu saya melemparmu dengan kaleng itu. Maafkan.”

Ada suara mendesis tanda kesal dari namja itu,“Huh, tahu tidak, jika aku tidak mengerem dengan baik, aku hampir saja mati akibat perbuatanmu. Kau juga membuatku berdarah begini. Rasanya itu tidak sepadan dengan bajumu yang basah.”

“Mianhae, saya merasa bersalah, saya tidak bermaksud…”

“Aish sudahlah, apa anak jalanan seperti kau terbiasa melukai orang? Mungkin makhluk sejenis kalian biasa melakukannya. Kasar, tidak tahu aturan!”

Yuri mendongak karena terkejut. Mwo? Anak jalanan? Mahkluk sejenis ini? Kasar? Tidak tahu aturan? Apa maksudnya? Benar-benar penghinaan! Ia biasa disebut orang miskin tapi belum pernah ada yang mengatakannya ‘mahkluk sejenis ini’ seolah-olah ia bukan manusia. Orang itu juga dengan tega menghinanya kasar dan tidak tahu aturan. Dasar orang kaya sombong!

Yuri memberanikan diri menatap namja itu dengan kepulan asap sudah berkumpul di atas kepalanya. Seperti banteng yang siap menyeruduk, ia siap menyemprot namja itu dengan sumpah serapah. Tapi tiba-tiba ia terkejut melihat siapa sosok yang ada di depannya. Sosok itu sangat tidak asing karena ia sering melihatnya di TV, majalah, bahkan poster promosi kampusnya sendiri bermodelkan namja itu.

Hatinya berdebar karena ngeri. Bukankah namja itu Kyuhyun? Cho Khyuhyun member Super Junior? Ia mengedip-ngedipkan matanya takut sedang berhalusinasi. Tapi benar itu Kyuhyun! Oh tidak!  Ini masalah!

Namja itu tersenyum sinis,”Kenapa kau terkejut melihatku?”

Seketika rasa marah Yuri menguap karena ketakutan menderanya lagi. Bahaya, ia telah melukai salah seorang tokoh terkenal negeri ini. ‘Bagaimana jika orang itu menuntutku,’ desis Yuri ketakutan.

“Kau Cho Kyuhyun? Super Junior?”

Namja itu melipat tangan di dadanya,”Akhirnya kau sadar juga siapa aku. Butuh beberapa menit untuk mengenaliku ternyata, aish cukup lama.”

“Maafkan saya Kyuhyun-ssi, saya tidak sengaja. Saya tadi khilaf. Mohon dimaafkan”

Yuri membungkukkan badannya berkali-kali.

“Tolong jangan laporkan saya ke polisi. Tolong saya masih ada tanggungan keluarga, saya juga masih kuliah, dan masih punya hutang yang harus saya bayar. Tolong jangan masukkan ke penjara. Jebal Kyuhyun-ssi.”

Kyuhyun menatap yeoja kucel yang ada di depannya dengan pandangan mengejek. Dasar orang susah, hutang saja sampai dibawa-bawa untuk membela diri. Mood-nya benar-benar rusak gara-gara insiden ini. Walaupun tidak terlalu parah tetap saja keningnya terluka dan mengganggu penampilannya. Apalagi hari ini ada rencana pemotretan untuk sebuah majalah bersama member Super Junior yang lain. Bagaimana jadinya jika ada luka cukup besar di keningnya. Pasti akan sangat mengganggu dan ia malas dengan ocehan netizen yang suka berspekulasi dan menebak hal yang tidak-tidak.

Yeoja itu masih ada di hadapannya sambil terus membungkukkan badan entah sudah berapa puluh kali membungkuk kemudian berdiri, membungkuk lagi dan seterusnya. Yeoja yang aneh. Ada sedikit perasaan geli melihat bagaimana ketakutannya yeoja itu untuk masuk ke penjara. Tapi ia senang melihat yeoja itu terus merasa bersalah.

“Kau telah melakukan tindak kejahatan. Aku bisa melaporkanmu pada polisi,” Kyuhyun mengancam sambil berkacak pinggang.

“Mianhae, tolong jangan Kyuhyun-ssi. Orang tua saya pasti menderita jika saya sampai dipenjara,” Yuri memelas.

“Itu bukan urusanku. Aku juga bisa menceritakan kejadian ini pada teman-teman pers. Tidak sulit untuk membuat seluruh Korea tahu bahwa dirimu adalah seorang kriminal.”

Yeoja itu hampir mati karena terkejut.

“Tapi sumpah itu tadi tidak disengaja Kyuhyun-ssi.”

“Oh melempar kaleng soda kepada orang yang sedang mengendarai mobil, apa itu maksudmu dengan tidak disengaja?”

Yuri terdiam. Ia merasa mati kutu.

“Maksudku, aku tidak sengaja ingin melukaimu.”

“Lalu apa maksudnya melempariku dengan kaleng ini?” Kyuhyun menunjukan kaleng minuman soda itu sebagai bukti.

“Seperti yang tadi kukatakan, bajuku terkena cipratan air kubangan yang terlewati oleh mobilmu. Aku saat itu begitu marah dan spontan ingin melempar dengan kaleng itu. Mianhae, jeongmal mianhamnida. Aku tidak menyangka akan berakhir seperti ini.”

“Aku menolak permohonan maafmu.”

Deg, Yuri terkejut dengan ucapan yang tanpa belas kasihan itu, “Jadi aku akan kau apakan?”

“Kau akan kubawa ke polisi!”

Yuri ketakutan, wajahnya pucat pasi, dan Kyuhyun tertawa licik dalam hatinya,’Rasakan pembalasanku yeoja gila’.

“Tolong jangan, apapun akan aku lakukan agar tidak berurusan dengan polisi.”

“Begitukah?”

Tiba-tiba tercetus sebuah ide aneh dalam benak Kyuhyun.

“Kalau begitu berikan aku ID mu dan segala identitas pengenalmu padaku.”

“Mwo? Wae? Tapi aku masih membutuhkannya,” tolak yeoja itu bingung. Apa Kyuhyun benar-benar akan melaporkannya pada polisi dan wartawan?

“Kau mau masuk penjara atau tidak?,” ancam namja itu sadis.

“Baiklah, tapi kau akan mengembalikannya bukan?,” tanya Yuri takut-takut.

“Ya kita lihat saja nanti,” jawab Kyuhyun asal.

Dengan enggan, Yuri mengangsurkan seluruh kartu tanda pengenalnya kepada Kyuhyun. Namja itu membacanya satu persatu dengan teliti.

Kwon Yuri, 21 tahun. Tinggal di rumah susun dekat pasar Insadong. Memang benar yeoja itu adalah gadis yang hidup di lingkungan kumuh seperti perkiraannya. Ketika membaca kartu mahasiswanya, Kyuhyun terkejut, gadis miskin ini ternyata berkuliah di Universitas Korea yang sama dengan dirinya? Apa tidak salah? Apa dia sebegitu pintarnya sampai bisa masuk ke universitas itu? Biaya pendidikannya juga terkenal sangat mahal. Jika dia begitu miskin, berarti dia sangat pintar untuk bisa mendapatkan beasiswa di kampus itu. Yeoja yang cukup menarik.

“Semua kartu pengenal itu begitu penting karena akan dipakai hari ini. Tolong kembalikan Kyuhyun-ssi”

“Memangnya siapa yang sudi memperhatikan kartu identitasmu?”

Jika saja tidak mengingat dirinya telah membuat namja itu terluka, Yuri ingin sekali menghajar Kyuhyun habis-habisan.

“Hari ini aku akan melamar pekerjaan. Jadi tolong kembalikan kumohon.”

“Melamar pekerjaan? Kemana?”

Apa perdulinya namja itu bertanya ia mau melamar ke mana, dasar artis aneh!

“Di daerah Gangnam.”

“Sebagai?”

Artis aneh dan sok ikut campur!

“Mau jadi pelayan atau tukang sapu-sapu, sepertinya juga tidak penting buatmu,” jawab Yuri ketus.

“Jawab yang baik atau kau akan kuadukan ke polisi.”

Yuri mendengus, ia tidak percaya orang yang ada di hadapannya adalah benar-benar artis karena tingkahnya lebih cocok menjadi wartawan gosip tabloid murahan.

“Aku akan melamar menjadi guru privat seorang anak kecil di daerah Gangnam. Supaya kau tidak terlalu banyak bertanya lagi ini alamatnya dan sayangnya aku tidak punya banyak informasi yang bisa kubagi selain itu.”

Daripada ia terus ditanya-tanyai oleh namja sableng itu, lebih baik Yuri memberikan semua informasi yang ia punya kepada Kyuhyun.

Anehnya namja itu menerima begitu saja kertas berisi alamat yang disodorkan Yuri. Matanya mencerna dengan detil alamat yang tertulis di situ. Ia seperti mengenali alamat yang tertera di dalamnya. Yuri hanya bisa merutuk kesal dalam hati. Namja ini telah menghabiskan waktunya yang berharga. Kenapa Kyuhyun begitu perduli dia mau pergi kemana dan ada urusan apa. Jangan-jangan dia juga akan mengadukan dirinya ke pemasang iklan itu supaya ia tidak diterima bekerja. Begitukah? Mungkinkan Kyuhyun akan melakukannya? Melihat perangainya yang suka mengancam rasanya itu mungkin. Yuri bergidik ngeri. Masa depannya tiba-tiba menjadi suram.

“Kau masih mahasiswa semester enam, kenapa harus bekerja? Harusnya kau itu belajar bukannya mencari uang.”

Mengapa orang kaya tidak memiliki rasa sensitif terutama dalam menenggang perasaan orang miskin. Tentu saja ia bekerja untuk mencari uang. Hal yang seharusnya tidak usah dipertanyakan oleh namja menyebalkan itu. Tapi yang keluar dari mulut Yuri hanyalah umpatan.

“Suka-suka akulah, bekerja dan tidak itu bukan urusanmu. Artis sombong!”

“Sekali lagi kau menjawabku dengan tidak baik, kau benar-benar akan kuadukan ke polisi.”

Yuri menatap Kyuhyun sebal.

“Aku mencari uang untuk membayar sewa rumah dan hutangku. Bagaimana kau puas? Sekarang kembalikan alamatnya dan semua kartu pengenalku!”

Yuri mencoba merebut semua kartu pengenal yang ada di tangan Kyuhyun tapi dengan sigap namja itu berkelit.

Namja itu memperlakukan Yuri seolah-olah tidak ada. Ia bersikap acuh tak acuh dan terus membaca alamat itu dan memegang kartu-kartu pengenal Yuri dengan erat.

“Kyuhyun-ssi, apa yang kau inginkan dengan kartuku. Itu tidak penting untukmu. Tolong kembalikan.”

“Iya ini kukembalikan,” Kyuhyun menyerah. Ia mengembalikan kertas alamat dan kartu identitas itu kepada Yuri. Namja itu tidak tahan karena teriakan yeoja itu sangat mengganggu indera pendengarannya, “Kau ini sangat berisik.”

“Lalu kartu mahasiswanya mana?,” tagih Yuri karena satu kartu itu belum dikembalikan Kyuhyun.

“Oh yang ini. Aku bawa ya sebagai bukti jika kau macam-macam lagi denganku.”

“Mwo? Kau tidak akan memasukkan aku ke penjara bukan?”

“Untuk saat ini kau beruntung aku sedang dalam mood yang baik jadi aku tidak akan melaporkanmu ke polisi, tapi ID mu ini akan kusimpan. Siapa tahu berguna.”

“Tapi itu penting Kyuhyun-ssi. Kadang-kadang di kampus suka ada inspeksi. Bahaya jika aku tidak membawa kartu pengenalku.”

Yuri benar-benar tidak habis pikir dengan orang ini. Untuk apa Kyuhyun membawa kartu pengenalnya.

“Ya kau bisa mencariku di kampus jika membutuhkannya. Kita sekampus bukan? Kau pasti sudah tahu jurusanku dan dimana ruanganku.  Ambil saja di sana. Ya sudah aku harus pergi,  gara-gara dirimu aku harus ke dokter untuk mengobati lukaku ini, padahal aku ada acara penting sore ini.”

“Tapi kartuku, Aish Kyuhyun-ssi!”

Yuri berteriak karena Kyuhyun sudah menyalakan mobilnya untuk melaju kembali. Dan tanpa memperdulikan teriakan Yuri yang sangat kesal dengan sikap Kyuhyun yang seenaknya, namja itu melajukan mobilnya dengan kencang. Ia seperti biasa tidak perduli, acuh tak acuh, tak didengarkannya teriakan dan sumpah serapah kesetanan dari yeoja itu karena Kyuhyun telah mengambil kartu mahasiswanya. Kyuhyun tersenyum senang, kejengkelan hari ini tertutupi dengan manis. Membuat seorang yeoja kesal dan marah membuat hatinya senang. Ia tidak merasa bersalah, toh yeoja itu juga telah membuatnya kesal tadi. Jadi mereka win-win sekarang. Sambil tangan kanannya mengemudi, tangan kirinya bermain-main dengan kartu mahasiswa milik Yuri. Yeoja miskin yang berani-beraninya melempar dirinya dengan kaleng soda. Yeoja itu harus mendapatkan balasannya. Kyuhyun tersenyum, ia sudah punya rencana cukup menarik dengannya.

Dari kejauhan kini terlihat Yuri yang berdiri dengan gontai. Hari ini kenapa begitu buruk? Bajunya basah, sepedanya oleng, masih juga harus berurusan dengan namja menyebalkan bernama Cho Kyuhyun. Ia heran kenapa seluruh yeoja di Korea ini bisa mengaggumi namja itu. Apa kelebihannya? Ia memang tenar dan kekayaannya pasti berlimpah. Tapi apa yang bisa dibanggakan hanya dari ketenaran dan kekayaan. Walaupun banyak orang mengatakan bahwa Kyuhyun itu juga pintar, tapi dalam pandangannya Kyuhyun itu tampak seperti orang licik, dan orang licik bukan berarti pintar. Pintar itu berarti ia bisa menyerap banyak ilmu dalam otaknya, sedangkan orang licik berarti pandai memanipulasi. Jadi pintar darimana? Yuri mendengus kesal, ia lupa bahwa tadi ia sampai membungkuk-bungkukkan badannya karena merasa bersalah. Sekarang rasanya ia ingin menghajar namja yang dengan seenaknya membawa lari kartu mahasiswanya. Artis tengil sok kepedean yang menganggap semua orang bisa tahu memujanya dan mengetahui jurusan serta ruangan kelasnya. Ia kira ia seterkenal itu? Ia pikir semua yeoja menyukainya? Mungkin memang benar kecuali satu orang yaitu dirinya, Kwon Yuri!

Baiklah, pengalaman buruk bertemu artis sinting itu harus segera dilupakan. Jika tidak ia tidak akan bisa berkonsentrasi  mencari pekerjaan.  Yuri kembali mengayuh sepeda dengan ransel kesayangan bertengger di punggungnya. Untunglah matahari bersinar sangat terik sehingga bajunya yang tadi basah lambat laun mengering sempurna. Sambil bernyanyi kecil, Yuri menapaki jalan dengan bersemangat. Tidak diperdulikannya keringat yang kembali membanjiri tubuhnya. Dilupakannya kejadian buruk karena bertemu dengan Kyuhyun tadi. Ia mencoba berpikir positif. Perkataan Kyuhyun sudah cukup jelas, jika ia membutuhkan kartu mahasiswanya, ia hanya harus menemui Kyuhyun di kelasnya. Bukankah mereka tercatat sebagai mahasiswa pada universitas yang sama, jadi untuk sementara ketiadaan kartu mahasiswanya mungkin bukan suatu masalah.

“Yuri fighting!,” Yuri kembali berteriak, mengumpulkan seluruh semangatnya untuk segera bertemu dengan pemasang iklan. Mudah-mudahan kesialan tadi hanya awal dari keberuntungan yang akan didapatnya hari ini.

Suju Tower

Pukul 14.00

Dalam gedung Suju Tower yang menjulang tinggi tepatnya di lantai 10, tampak kesibukan yang amat sangat. Dalam sebuah ruangan yang sudah disetting bergaya kantor yang mewah, tapi tetap terlihat minimalis dan professional, beberapa kru fotografer dan pengarah gaya tampak sibuk menggotong kamera dan membereskan setting ruangan serta lampu-lampu untuk pencahayaan. Di tempat lain, di ruangan kecil tidak jauh dari tempat itu, hampir semua member Super Junior sedang didandani, sebagian sedang mencoba kostum yang sudah disiapkan penata busana. Mereka menggenakan wardrobe rancangan desainer terkemuka Korea yang membuat member Suju terlihat sangat tampan dan berkelas. Rencananya mereka akan melakukan pemotretan untuk sebuah majalah pria. Keberhasilan Super Junior merambah dunia bisnis telah mengundang banyak minat media untuk mengabadikan profil Suju yang memiliki efek magnetis dalam meningkatkan oplah penjualan produk mereka.

Leeteuk memandangi Siwon yang saat itu tengah dibantu memakaikan dasi, wajahnya tampak khawatir. HP sedang ada dalam genggamannya.

“Kemana lagi dia Siwon?”

Namja itu tidak menjawab. Ia lelah ditanya terus kemana perginya Kyuhyun. Di sini ia adalah CEO bukan babysitter namja evil itu.

“Ia tidak mengangkat teleponnya, Hyung?”

“Yah seperti biasa. Padahal kemarin sudah aku ingatkan untuk datang lebih awal. Pemotretan ini begitu penting karena ini menjadi ajang promosi untuk launching produk kita.”

Tidak usah dijelaskan, Siwon juga sudah sangat tahu.

“Hangeng Hyung sudah aku minta untuk mencari Kyu. Kasihan dia, karena proyek ini adalah pekerjaannya. Jika Kyu tidak datang maka launching ini akan sedikit cacat dari harapan,” jawab Siwon sambil merapikan kemejanya.

“Tentu saja, Super Junior 13 ditambah 2 akan selalu begitu. Henry dan Zhoumi saja jauh-jauh datang dari China untuk bergabung bersama kita. Anak ini malah seenaknya. Apa ia tidak tahu bahwa konten yang akan kita luncurkan ini sangatlah penting. Kita akan punya program sendiri di MBC channel dan konten aplikasi khusus Super Junior untuk Android dan semua itu butuh promosi besar-besaran.”

Leeteuk mengeluh, dengan adanya Kyuhyun sebagai dongsaengnya. Entah kenapa ia selalu merasa lebih tua dari umur sebenarnya. Mengurus namja itu telah membuat dirinya mengalami penuaan dini. Ia sampai harus minum berpuluh-puluh tablet multivitamin untuk membuatnya bisa merasa muda.

Seorang kru tiba-tiba mendatangi mereka,”Baiklah ruangan sudah kita set, kita akan melakukan pemotretan sekarang.”

Heechul mengangkat tangan,”Tidak bisakah kita memulainya 15 menit lagi. Kyuhyun belum datang.”

Kru pemotretan yang ternyata leader fotografer dari majalah itu sedikit mengeluh, waktunya akan banyak tersita jika harus menunggu lebih lama lagi,”Baiklah 10 menit bagaimana? Acara pemotretan ini cukup padat dan setelah ini juga ada sesi wawancara. Kita harus bisa mengefektifkan waktu sebaik mungkin.”

Tapi sudah 10 menit berlalu, Kyuhyun tidak muncul juga. Hangeng sudah berkeringat dingin, ia ingin program promosi yang sudah direncanakannya berjalan dengan baik. Satu saja member tidak ada akan merusak semua rencana yang telah dipersiapkannya.

“Kyuhyun kau ada di mana, cepatlah datang,” Hangeng bergumam resah.

Dan kini sudah 30 menit berlalu. Hangeng dan Siwon saling bertatapan, begitu juga Donghae dan member Super Junior yang lain. Mereka resah, pemotretan ini begitu penting karena setelahnya akan ada ada sesi interview dimana setiap member sudah memiliki bagian promosi masing-masing. Dan Kyuhyun mendapatkan porsi yang sangat penting.

“Ini sudah satu jam, Kyuhyun belum datang,”ucap Sungmin pelan. Yesung mengangguk sambil bergaya di depan kamera yang sedang membidiknya.

“Padahal kemarin dia sudah aku ingatkan. Aku bahkan meneleponnya pagi tadi supaya ia segera bangun,” jawab Yesung berbisik.

“Kau yakin ia tidak ada jadwal kuliah hari ini?, ” tanya Shindong pelan.

Sungmin menggelang. Mereka berbicara dengan sangat pelan karena kamera sedang mengarah pada mereka. Terdengar suara blitz dan kilatan kamera di mana-mana.

“Hari ini off, jadwalnya hanya di Suju Tower saja.”

“Lalu kenapa dia belum datang?,” tanya Shindong lagi.

“Aish, jika kita tahu, kita tidak akan sepanik ini Hyung.”

Sampai pemotretan selesai, batang hidung maknae itu tidak juga muncul. Aura kebahagiaan yang diharapkan datang malah berganti dengan kekesalan yang amat sangat.

“Jika kau tidak ingin Kyuhyun berulah lagi, rasanya kau harus segera mencari asisten untuk maknae kesayanganmu itu, Siwon,” ujar Kangin sambil membuka jasnya. Udara hari itu begitu panas walaupun AC sudah dinyalakan sampai dengan 18 derajat celcius.

“Aku sudah melakukannya sayangnya tidak ada satupun yang kompetensinya sesuai dengan apa yang diinginkan Kyuhyun.”

“Kenapa kau harus terus menurutinya. Apa kau tidak menyadari ia sedang mengerjaimu.”

“Aku tidak punya pilihan Hyung. karena jika tidak begitu, kejadian seperti ini akan selalu berulang dan berulang lagi. Maknae kita akan selalu mendapatkan alasan untuk mangkir dari kewajibannya.”

“Apa kau tidak terpikir untuk mengganti posisinya dengan orang lain?”

“Dengan siapa? Kredibilitas Kyuhyun sebagai MD sudah sangat diakui. Ia adalah no 1 untuk MD di Korea ini. Jika aku menggantinya itu sama dengan aku menjatuhkan pamor perusahaanku sendiri.”

“Aish, kalau dia bukan maknae dan jika kemampuannya tidak sebagus itu, sudah aku tendang pantatnya keluar jendela biar tahu rasa.”

Siwon tersenyum mendengar ocehan Kangin,”Rasanya aku juga ingin membuangnya ke kawah gunung berapi jika bisa.”

Ketika mereka sedang sibuk berbicara sambil membuka busana jas yang sedang dikenakan, tiba-tiba seorang namja tinggi berkulit putih datang dengan tergopoh-gopoh.

“Kyuhyun!,” semua orang yang ada di ruangan itu berteriak keras seperti melihat hantu lewat.

Yang dipanggil hanya menyeringai dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Mianhae, aku terlambat tadi ada sedikit kecelakaan dan aku harus ke dokter terlebih dahulu.”

Mereka melihat perban menutupi dahi namja itu.

“Kau tidak apa-apa?,” tanya member Suju khawatir. Sekesal-kesalnya mereka pada Kyuhyun tapi mereka memang menyayangi namja tengil itu.

Kyuhyun menggelang,”Apakah kita masih bisa melakukan pemotretan? Hmm aku sangat menyesal sungguh. Hari ini aku berjanji untuk tidak terlambat lagi tapi ketika di jalan aku terkena kaleng soda dan akibatnya seperti ini. Aku ingin menghubungi kalian tapi sialnya HP ku mati. Jalanan juga entah kenapa macet, aku sampai harus berlari-lari menuju Suju Tower. Aku ingin minta maaf, tolong dimaafkan.”

Kyuhyun membungkuk dalam-dalam. Semua member Super Junior heran, kenapa tiba-tiba Kyu berubah menjadi sopan seperti itu, tidak biasanya. Apa pengaruh kaleng soda itu?. Jika iya, rasanya mereka harus berterimakasih pada kaleng itu yang telah mengubah Kyuhyun menjadi berbeda. Mana pernah ia membungkuk dan meminta maaf. Dibayar berapa juta won pun, Kyu tidak akan pernah mau melakukannya.

“Kau sedang tidak berakting?,” tanya Heechul agak sinis.

“Apa maksudmu Hyung. Tentu saja tidak. Jika aku pintar akting sudah lama aku mengikuti jejakmu, Siwon Hyung dan Donghae Hyung.”

“Sudahlah yang penting Kyuhyun sudah datang,” Siwon menengahi,”Kita akan lakukan pemotretan lagi dengan Kyuhyun di dalamnya. Ayo bersiap-siap.”

Hangeng lantas mendekati kru fotografer itu dan meminta re- take supaya Kyuhyun bisa bergabung dalam sesi pemotretan. Untunglah mereka menyetujuinya, dengan cepat penata rias dan penata busana dengan cekatan mendandani mereka lagi. Perlu penanganan khusus untuk membuat luka di dahi Kyuhyun tidak terlihat. Sesi foto hari ini cukup memakan waktu karena berarti sesi foto di awal tadi berakhir sia-sia, tapi tak apalah daripada tidak ada Kyuhyun. Berlima belas berfoto bersama rasanya menyenangkan. Mereka bahagia, akhirnya dapat berkumpul lagi dalam sebuah sesi pemotretan setelah sekian lama sibuk dalam dunianya masing-masing.

Tapi tentu saja ada yang aneh dengan sikap Kyuhyun yang berubah menjadi baik. Selama sesi pemotretan ia berubah menjadi malaikat yang manis dan tentu saja mengejutkan sekaligus menyenangkan hati para Hyung-nya. Biasanya ada saja ulahnya untuk mengacaukan apapun. Rasanya tangan dan kakinya gatal jika tidak menjahili seseorang atau jika tidak, ia kerap mengganggu konsentrasi member Suju yang lain yang sedang berfoto solo. Sebagai pembaca yang baik, kalian pasti menangkap sesuatu yang ganjil di sini bukan? Tentu saja Kyuhyun memang ada maunya dan untuk itu ia harus bersikap semanis mungkin pada mereka. Ada rencana yang ingin ia katakan pada Siwon. Semoga Hyung-nya yang terkenal sangat perfeksionis itu bisa menyetujuinya.

Kring, tiba-tiba HP nya berbunyi, untunglah sesi pemotretan sudah selesai. Dengan malas namja itu mengangkat teleponnya.

“Yoboseo, Kyuhyun di sini.”

“Kyuhyun Oppa, ini Dainn,” terdengar suara yeoja dengan nada manja dan mendesah dari seberang telepon.

“Dainn, hmm Dainn yang mana ya?”

Ia benar-benar lupa, apakah ia pernah punya teman bernama Dainn? Kyuhyun kebingungan mengidentifikasi yeoja itu.

“Oppa masa lupa denganku, beberapa hari kemarin kita makan siang bersama, ayolah Oppa jangan bercanda, itu membuatku sedih.”

Terdengar suara manja seperti anak kecil dari seberang telepon.

“Oh ya, mian kalau begitu. Aku sedang tidak konsentrasi. Ada yang bisa kubantu hmm siapa tadi Dainn?”

Yeoja yang di seberang telepon itu sebenarnya cukup kesal karena Kyuhyun melupakan dirinya tapi tidak apalah perjuangan ini belum selesai. Masih dengan suara yang dimanja-manjakan, Dainn bertanya, “Apakah Oppa sibuk malam ini?”

Baiklah, sebagai namja yang memiliki banyak penggemar yeoja di mana-mana, ia sangat mengetahui gelagat pertanyaan ini.

“Memangnya kenapa?”

“Aku ingin Oppa mengajakku makan malam. Aku sedang tidak punya banyak kegiatan akhir-akhir ini.”

“Jadi kau sedang tidak sibuk?”

“Yah begitulah.”

“Oppa kan berjanji untuk mengajakku bertemu lagi. Aku ingin menagihnya karena kupikir malam ini cukup indah dan aku memiliki tempat makan yang sangat enak dan pemandangannya luar biasa. Kyuhyun Oppa pasti suka.“

Kyuhyun tampak berpikir,” Hmm lalu bagaimana dengan laporan penelitian yang kau janjikan itu. Apa kau sudah menyelesaikannya?”

Dainn dari seberang sana tergagap. Ia tidak menyangka Kyuhyun akan menagihnya.

“Hmm laporan itu sedang dalam proses, aku sedang melakukan editing, sudah selesai kok, hanya butuh perbaikan sedikit.”

“Betulkah?,” tanya Kyuhyun menyelidik yang membuat hati Dainn kebat kebit tak karuan.

“Betul Oppa dan rencananya jika kita bertemu malam nanti, aku ingin sedikit berkonsultasi dengan Oppa mengenai laporan itu, bagaimana menurut Kyuhyun Oppa.”

“Begini saja Dainn-ah. Lebih baik kau kerjakan dulu saja laporan itu. Aku ingin lihat, siapa tahu idemu bagus dan kita bisa berdiskusi lebih lanjut tapi setelah laporan itu selesai. Malam inipun jika kau ingin bertemu denganku tidak masalah asal kau sudah selesai mengerjakannya.”

“Hmm tapi aku belum benar-benar menyelesaikannya.”

“Kalau begitu aku akan tunggu sampai kau berhasil merampungkannya. Karena aku harus mengirimkan laporan itu beberapa hari ke depan. Lusa bagaimana? Soalnya setelah lusa depan, laporan yang kau buat akan menjadi tidak valid karena sudah tidak bisa kupakai lagi.”

“Baiklah Oppa, lusa depan aku akan membawakan laporannya.”

“Bagus, baiklah lusa depan.”

“Ne Oppa, selamat malam.”

Suara Dainn di seberang sana hanya bisa mendesah kecewa.

Klik HP tertututp.

Dainn yang sedang berada di kamarnya menjadi resah. Ternyata strateginya tidak semulus yang ia bayangkan. Ia tidak bisa bertemu Kyuhyun lagi jika laporan itu belum selesai. Aish, mana Yuri belum memberikan kabar kepadanya. Sudah hampir seminggu dan ia kini menjadi resah sejadi-jadinya. Jangan-jangan yeoja miskin itu berbohong. Berkata sedang mengerjakannya padahal tidak. Aduh gawat, bagaimana jika Yuri mengingkari janjinya. Jikapun yeoja itu mengerjakannya, Kyuhyun tidak bisa menerima laporan itu jika lewat sampai dua hari ke depan. Aduh bagaimana ini. Dainn segera meraih HP nya, diteleponnya Yuri. Ia ingat Yuri pernah memberikan nomor telepon rumah kepadanya.

Kring, seseorang sudah mengangkat teleponnya.

“Yoboseo”

“Yuri?”

“Ne, ne, saya tetangganya Yuri. Yuri tidak punya telepon jadi ia suka menitip ke sini.”

Aish semiskin apa yeoja itu sampai tidak punya telepon.

“Bisa bicara dengan Yuri?”

“Ini siapa ya?”

“Saya temannya”

“Iya siapa namanya?,” tanya seorang Ahjumma di seberang telepon.

“Hmm tolong beritahu Yuri saja temannya menelepon.”

“Waduh Yuri jauh di lantai 8, biasanya juga kalau temannya telepon paling hanya menitip pesan,“ jawab tetangganya Yuri, dari belakang terdengar suara bayi yang sedang menangis. Benar-benar bising!

“Tapi ini mendesak sekali, aku harus bicara dengan Yuri,” Dainn sedikit memaksa.

“Tapi tempatnya jauh, saya sendiri ada di lantai 2 dan ada bayi yang harus saya urus.”

Dalam hati Dainn mendengus,’apa urusanku orang ini punya bayi atau tidak.’

“Aduuh cepat dong dipanggil. Ahjumma bisa naik lift kan? Bawa saja bayinya. Tolong beritahu dia, Danieele Kim menelepon, urgen, emergensi, darurat!”

Nada bicara Dainn yang membentak dan bossy rupanya membuat tetangga Yuri itu marah.

“Aku yang punya telepon tapi kenapa aku yang harus disuruh memanggil Yuri, enak saja. Sembarangan menyuruh orang! Tidak sopan!“

“Apa? aku tidak sopan. Jaga ya mulutmu!,” Dainn terpancing.

“Heh, yang harus jaga mulut itu siapa. Anda tidak pernah diajari sopan santun ya. Titip pesan saja ngeyel.”

“Aku juga tidak yakin pesanku akan disampaikan.”

“Eh ini siapa ya? mulut kok tidak bisa dijaga. Kalau tidak percaya ya sudah, siapa juga yang mau jadi tukang pengantar pesan dari penelepon kurang ajar seperti kamu.”

“Enak saja mengataiku kurang ajar. Awas ya. Dasar orang tidak tahu etika!”

Belum sempat Dainn membalas, orang itu sudah menutup teleponnya.

Aargh, Dainn berteriak kesal, ”Dasar orang miskin, tidak tahu aturan, tidak tahu sopan santun, seenaknya saja menutup telepon sembarangan!”.

Kelakuan orang dari level rendahan memang payah. Hanya diminta memanggil Yuri saja susah. Yuri lagi, ini anak miskin sekali sampai tidak punya telepon dan menitip memakai telepon tetangga. Dainn menjambak-jambak rambutnya karena kesal. Dari dulu ia paling malas berurusan dengan orang miskin. Kebodohan akibat kemiskinan membuatnya enggan untuk berdekat-dekat dengan orang yang dicap miskin. Tapi bagaimana nasib laporan Kyuhyun jika Yuri masih tidak bisa dihubungi. Omo, bisa hilang kesempatannya untuk mendekati Kyuhyun jika begini. Dainn mengerang frustasi.

Suju Tower

Masih di tempat pemotretan yang berlangsung di Suju Tower, Kyuhyun memainkan HPnya. Siapa tadi yang meneleponnya? Dainn? Ia sendiri hampir lupa karena setiap harinya ia harus bertemu dengan puluhan yeoja cantik yang selalu datang menggodanya dengan berbagai alasan. Yeoja jika ada maunya memang pintar tapi Kyuhyun juga bukan namja sok suci. Walaupun ia tidak seplayboy Donghae tapi ia cukup senang mendapatkan perhatian dari yeoja-yeoja itu, mulai dari sms, telepon, sampai hadiah-hadiah yang terkumpul rapi di gudang rumahnya. Jika ia terlihat melayaninya itu hanya lip service semata karena ia tidak pernah bersungguh-sungguh. Sepanjang hidupnya, memang kapan Kyuhyun terlihat bersungguh-sungguh. Ia selalu melihat dunia ini hanya suatu permainan sama seperti ia memandang PSPnya. Ia melihat yeoja juga seperti itu, untuk bermain-main dan dimanfaatkan jika perlu. Jikapun hidupnya terlihat sangat mulus itu karena ia cukup beruntung saja. Kyuhyun memiliki otak yang encer, bakat dalam musik, serta latar belakang keluarga yang kaya. Jika ketiga hal itu dihilangkan, dengan sifat-sifat buruk yang ada dalam dirinya, entah akan jadi seperti apa namja itu nantinya.

Tiba-tiba ia melihat Siwon hendak memasuki ruangan kerjanya. Kyuhyun memanggilnya. Inilah saatnya untuk mengajukan penawaran.

“Siwon Hyung, ada sesuatu yang ingin kubicarakan.”

“Wae?”

Kyuhyun mendekati Siwon, dan mereka tampak berbisik-bisik. Tidak ada seorangpun tahu apa yang mereka bicarakan. Tapi gesture Siwon kelihatan jelas. Ia seperti mengerutkan dahinya dan mencoba menganalisa semua perkataan Kyuhyun dengan sungguh-sungguh. Sekali-kali Siwon mengangguk tanda mengerti dan Kyuhyun terus bicara seperti sedang berusaha meyakinkan bos nya itu.

Tapi kemudian terdengar suara pelan Siwon.

“Baiklah aku mengerti, kau kuberi waktu seminggu untuk mencarinya. Dan setelah seminggu itu aku tidak mau mendengar banyak alasan lagi darimu Kyuhyun.”

“Jadi kau mengijinkanku?”

“Terserah padamu yang penting kau bisa bekerja dengan baik, itu saja permintaanku.”

“Aku setuju.”

Kyuhyun tersenyum puas. Sudah lama ia tidak bermain-main seperti ini. Tentu saja menyenangkan jika keadaannya sama seperti dulu. Ia bisa melakukan apapun yang ia sukai karena selalu ada beberapa orang yang akan memback upnya sehingga para Hyung-nya tidak pernah tahu apa yang sebetulnya sedang ia lakukan. Ia tahu tingkahnya agak di luar kendali karena membuat pegawainya menjadi susah untuk menutupi kenyataan bahwa ia sibuk bermain dan bersenang-senang. Tapi bukankah itu resiko dalam bekerja? Kesulitan dalam bekerja adalah tantangan bukan untuk didramatisir. Ia juga menyadari bahwa Siwon sulit untuk mendapatkan pegawai yang bisa sesuai dengan kriterianya. Jadi kenapa ia tidak membantu Hyung-nya itu? Anggap saja simbiosis mutualisme. Ia bisa memenuhi tanggung jawab pekerjaannya di lain pihak ia juga mendapatkan orang yang tepat untuk membantunya.

Tidak jauh dari tempat Kyuhyun berada, di kawasan perumahan elit Gangnam, Seoul. Yuri pulang dengan berjalan gontai. Ia tadi sudah menemui orang yang memasang iklan itu. Ternyata lowongan guru privat itu sudah ada yang mengisi.

“Mianhae, lowongan pekerjaan sudah kami tutup karena sudah ada yang menempati posisi itu,” jawab sang pemilik rumah mewah itu dengan nada menyesal.

“Apakah dalam waktu dekat akan ada lowongan lagi Nyonya?,” Yuri mencoba mengais harapan.

“Entahlah, karena kami hanya butuh satu guru privat untuk anak kami yang baru berumur 6 tahun.”

“Kalau begitu, bolehkah saya memberikan nomor dan alamat saya. Siapa tahu mungkin, Nyonya membutuhkan guru privat mendadak. Saya bisa dipanggil sewaktu-waktu.”

Yuri pantang menyerah walaupun ia sadar kesempatan untuk dipanggil kembali sangatlah tidak mungkin.

Pemilik rumah itu menerima secarik kertas yang diberikan Yuri.

“Baiklah, saya akan menyimpan nomormu, siapa tahu kami membutuhkan bantuanmu sewaktu-waktu.”

Yuri mengangguk dan membungkuk hormat kemudian berbalik pergi. Sayang sekali, ia hanya terlambat beberapa menit saja dan pekerjaan yang diimpikannya kini lepas dari tangannya. Jika saja ia tidak bertemu Kyuhyun tadi mungkin ia sudah bisa mendapatkan pekerjaan itu. Hatinya sedih, impiannya untuk membantu Appa dan Omma buyar sudah. Ia tidak tahu harus bekerja apa lagi. Hampir semua pekerjaan yang  diiklankan koran menuntut full time, jarang sekali lowongan untuk pekerja freelance atau paruh waktu seperti yang dia inginkan. Sekalinya ada, ternyata sudah diisi orang. Padahal ia ingin berhenti dari pekerjaan mengerjakan tugas kuliah teman-temannya. Bagaimanapun ia tahu pekerjaan itu tidak baik dan beresiko jika sampai terendus pihak kampus. Tapi tampaknya ia tidak ada pilihan lain. Tawaran Dainn yang semula hampir ditolaknya mungkin akan diterimanya kembali.

“Maafkan aku Appa, Omma, aku tidak bisa menolong kalian. Tapi aku tidak menyerah, aku akan tetap mencari pekerjaan yang layak sehingga kita tetap bisa tinggal di rumah susun itu. Doakan aku. Bahkan mencari uang sesen pun sangatlah sulit. Aku tidak tahu harus bagaimana, tapi tolong jangan berhenti mendoakanku, “ Yuri seperti sedang berucap pada orang tuanya yang seolah-olah hadir di depannya. Memikirkan Appa dan Omma yang selalu mendukungnya membuat semangatnya kembali muncul

”Yuri fighting! Jangan menyerah.”

Baiklah ia harus semangat, kekecewaan harus berganti kebahagiaan. Walaupun ia tahu sulit memupus rasa kecewa ini, tapi dari dulu ia sudah terbiasa hidup menelan pil pahit kegagalan. Yuri kembali berteriak, ia sekarang berada di seberang taman dekat dengan rumah yang baru saja dikunjunginya. Ia ingin melepas rasa penatnya dengan kembali berteriak.

”Yuri, fighting, kau akan mendapatkan pekerjaan, berusahalah!!!”

Tuhan tidak pernah tidur, tepat seperti yang dikatakan Omma. Teriakan penuh semangat dan rasa sayang untuk membantu kedua orangtuanya telah menggugah seluruh kesadaran langit dan bumi karena tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar di tengah matahari yang tengah bersinar terik. Suatu fenomena alam yang ganjil.

Di saat yang sama, di tempat yang berbeda. Deg, Kyuhyun yang saat itu sedang diwawancarai oleh wartawan sebuah majalah pria Korea tiba-tiba tersentak. Visi itu muncul lagi dalam otaknya, begitu nyata, begitu jelas, masih dengan yeoja yang sama. Ia seperti berdiri di masa yang akan datang. Yeoja itu tepat berada di depannya, sayang ia tidak bisa melihat bagaimana gerangan wajah yeoja itu.Tetapi ia bisa merasakan bagaimana lembut kulitnya ketika tangannya menyentuhnya. Ia juga bisa mencium harum tubuhnya yang wangi dan segar. Mereka masih berada di pesta yang sama saat pertama kali Kyuhyun melihatnya dalam bayangan itu beberapa hari lalu.

Seperti ada sesuatu kesadaran dalam kilatan flash kamera yang tiba-tiba muncul dalam benaknya. Gambaran abstrak tentang masa depannya walaupun hanya beberapa detik saja. Ia dengan seorang yeoja yang tidak pernah dikenalnya. Ia mencium yeoja itu dalam sebuah pesta. Wajah yeoja itu tampak samar-samar tapi perasaannya begitu nyata menangkap apa yang terjadi dalam otaknya tadi.

Dada Kyuhyun bergetar karena kali ini ia bisa merasakan ciuman itu. Ia bisa mengenali bibir yeoja yang diciumnya. Kyuhyun memejamkan matanya, tubuhnya berkeringat karena bayangan itu telah menghabiskan seluruh energinya.

Wartawan dan fotografer yang sedang mewawancarainya tampak bingung melihat perubahan sikap Kyuhyun. Beberapa menit yang lalu mereka masih bisa mewawancarai namja itu dan responnya masih hangat dan ceplas ceplos seperti biasa. Tapi entah apa yang terjadi, di sela-sela obrolan tiba-tiba mereka melihat Kyuhyun yang seperti tersentak oleh sesuatu, seperti ada yang memukul kepalanya karena tiba-tiba tatapan mata namja itu menjadi kosong cukup lama, ketika tersadar mukanya pucat pasi seperti sedang melihat hantu. Badannya pun penuh dengan keringat, ia tampak habis berlari marathon. Mana mungkin dalam satu menit, namja itu sudah ngos-ngosan seperti ini.

“Kyuhyun-ssi kau tidak apa-apa?” tanya wartawan itu khawatir.

Namja itu tampak kelelahan, keringat dingin mengucur dari dahinya.

“Mian, aku ingin ke restroom sebentar, bolehkah aku tunda dulu wawancara ini?”

“Silahkan, kami akan menunggumu di sini.”

Secepat kilat Kyuhyun berlari, mencari wastafel dan langsung membasahi mukanya dengan air dingin yang mengalir dari kran. Ia menatap pantulan dirinya di kaca, masih dengan nafas yang memburu.

Visi itu, bayangan itu, kenapa begitu nyata. Apakah ini masih bisa disebut kebetulan? Ia sudah dua kali mendapatkan bayangan yang sama yang datang tiba-tiba tanpa diminta. Kyuhyun mencoba berpikir apakah ia sedang ada masalah yang mengganggu otaknya? Rasanya tidak ada, selain tekanan dari member Super Junior supaya ia lebih rajin bekerja. Tapi menurutnya itu bukan tekanan, hanya nasihat yang bisa ia abaikan. Lainnya? Ia merasa tidak ada masalah, kuliahnya masih lancar, karir bermusiknya juga masih sebaik dulu. Tidak ada ganjalan sedikitpun. Hubungan dengan keluarganya juga baik-baik saja walaupun kini jarang berkomunikasi. Appa kini menjabat sebagai sebagai petinggi di Kementrian Pendidikan Republik Korea dan Omma harus terus berada di samping Appa untuk memberikan dukungan terhadap pekerjaan Appa yang sungguh berat. Ia juga memiliki Cho Ahra, Noona satu-satunya yang kini sudah menikah dan memiliki anak laki-laki berumur 6 tahun. Walaupun sibuk tapi hubungan mereka masih terjalin dengan baik.

Lantas apa masalahnya? Kenapa yeoja itu terus datang menghantuinya. Wajahnya masih sepucat tadi. Ia memang terlihat seperti habis bertemu hantu. Hantu seorang yeoja yang ia yakini sangat cantik. Kyuhyun menyentuh bibirnya sendiri. Dalam bayangannya tadi, ia mencium bibir yeoja itu dan kenapa rasanya begitu nyata? Sampai kinipun ia masih bisa merasakan bibir yeoja itu yang hangat dan semanis madu. Sudah hentikan, ini sudah tidak bisa ditolelir. Cukup Kyuhyun, kau sudah gila!

Kyuhyun membasuh mukanya lagi dengan air. Mungkin efek kesibukannya telah membuatnya berhalusinasi. Ia harus lebih berkonsentrasi dengan pekerjaan dan kuliahnya kini. Mungkin ia terlalu sering bermain-main dan menghabiskan waktu sia-sia sehingga membuat otaknya sedikit bermasalah. Ingat Kyuhyun, yeoja itu hanya imajinasi, hanya mimpi yang kebetulan datang pada saat terjaga. Tidak ada ciuman, itu hanya imajinasi. Ingat hanya imajinasi!

Kyuhyun kembali ke ruangan tempat ia diwawancarai, di situ ada Kibum.

“Kau tidak apa-apa? Mr. Lim wartawan itu tadi memanggilku karena melihatmu begitu aneh.”

Kyuhyun menggelang,”Aku tidak apa-apa Hyung.”

“Benarkah?”

Namja itu mengangguk.

“Jika kau tidak bisa meneruskan wawancara ini aku mengerti, kita bisa menundanya.”

“Tidak usah, aku bisa melanjutkannya. Tadi aku hanya kesakitan karena luka di kening ini. Tapi hanya sebentar. Dokter mengatakan tidak terlalu berbahaya.”

Kibum menepuk-nepuk pundak Kyuhyun,”Baiklah kalau begitu. Kami mengandalkanmu untuk berbicara mengenai promosi konten musik kita karena kau yang lebih ahli.”

Namja itu berbalik dan Kyuhyun terus melanjutkan interview-nya dengan wartawan itu. Ia mencoba bersikap biasa padahal hatinya sungguh tidak tenang. Ia harus menenangkan diri dari bayangan tiba-tiba yang sudah dua kali muncul dalam pikirannya. Jantungnya masih berdebar dengan keras dan tubuhnya masih lemas. Sesuatu telah menyedot energinya. Aish, kenapa wawancara ini begitu lama karena ia ingin segera pulang dan tertidur lelap.

TO BE CONTINUED

Author:

Tidak disangka ternyata pairing baru ini menimbulkan kehebohan di persilatan dunia komen WO (Wild Orchid for Kyuhyun’s Heart, red.). Tapi yang membuat author terharu adalah readers masih mau lanjut membaca ff ini walaupun cast dan couple-nya bukan pilihan readers. Seperti yang pernah author tulis, kenapa author sengaja merahasiakan cast yeoja ini? Karena author enggak mau readers udah nge-judge ff ini berdasarkan cast-nya, author pengen readers baca dulu baru membuat keputusan apakah bakal terus baca atau tidak. Senengnya ternyata readers memilih untuk lanjut baca dan mudah-mudahan keputusan readers itu tepat karena author akan berusaha sekuat tenaga untuk menulis yang terbaik buat readers. Oh ya, authors juga ingin mengucapkan terima kasih, gomawo, domo arigato gozaimasu karena SJRLS selalu menempati posisi yang sangat bagus di ranking ffindo. Itu tidak lain karena dukungan readers yang selalu support series ini. Jangan lupa ya buar RCL, komen readers sangat berharga, dan author terbuka untuk masukan serta kritikan apalagi pujian 🙂 Oh ya, author minta doanya dong tanggal 10 ada final presentation sebelum liburan. Mohon doa dari readers sekalian yah. Mungkin seri WO ini bisa update lagi tanggal 12 karena sebelum tanggal 10 kayaknya author cukup sibuk. Sekali lagi gomawo readers  I love u, saranghae, aishiteru, muah muah.

PS: follow me @KimHyeAh22

371 responses to “SUPER JUNIOR RADIO LOVE SERIES: WILD ORCHID FOR KYUHYUN’S HEART (PART 1)

  1. Pingback: SUPER JUNIOR RADIO LOVE SERIES: WILD ORCHID FOR KYUHYUN’S HEART PART 11 (BE READY FOR PLOT TWISTS) | Hyeahkim aka ocha·

  2. Pingback: SUPER JUNIOR RADIO LOVE SERIES: WILD ORCHID FOR KYUHYUN’S HEART (PART 11) “BE READY FOR PLOT TWISTS” | FFindo·

Leave a comment