The Truth Inside

tumblr_ntimqz310v1r3vqoao1_400

author : chioneexo | cast[s] : VIXX’s Ken and Hyuk, AOA’s Seolhyun | genre : romance, fantasy, surrealism | length : 1.7k words | rating : PG-15 | note : inspired by VIXX LR’s Music Video

“Lain kali putuskan semua masalahmu dengan bijak, jangan sampai aku ikut campur terlalu dalam. Aku tidak berharap sering datang ke rumah ini, kau mengerti?”

_

 

Hyuk termangu dalam diam sambil menatap dirinya sendiri yang tercetak identik di permukaan cermin, lantas berusaha untuk tidak menghiraukan teriakan frustasi seorang gadis di belakangnya—yang berusaha membereskan baju-bajunya namun malah berakhir dengan melipat mereka sembarangan. Sebuah karton persegi berwarna biru teal terapit di antara telunjuk dan jari tengah Hyuk, sekali lagi pria itu membaca satu per satu huruf yang tertera di atas undangan itu, barangkali salah membaca nama kedua mempelai.

 

“Apa yang akan kau lakukan, Hyuk?” desak Seolhyun, melempar pandangan menuduh pada Hyuk yang hanya diam di tempat, menunggu sebuah kepastian keluar dari otaknya, yang mungkin tak akan pernah datang.

 

“Tidak ada, keputusan ayahmu sudah tepat,” jawab Hyuk, ia menahan air matanya mati-matian supaya Seolhyun tak harus melihat seorang Hyuk cengeng dengan tanpa secercah pun harapan, kemudian ia melanjutkan, “pernikahanmu ‘kan sudah pasti, orang tuamu juga tak mungkin menarik undangan-undangan itu, para tamu undangan terlanjur mempersiapkan baju terbaik mereka untuk menghadiri pernikahanmu dengan Hongbin.”

 

“Konyol. Apa cinta kita bisa tumbang hanya karena itu?” tanya Seolhyun sambil mengaitkan kedua sisi kopernya, berusaha dengan segenap tenaga supaya semua barangnya muat di kotak tersebut.

 

“Dibanding ayah dan seluruh keluargamu, aku ini semacam sampah masyarakat yang tidak baik bersanding dengan putri mereka yang cantik. Sudahlah, Seol, kau pergi saja, aku sudah lelah dengan semua ini.”

 

“Sampai di sini saja? Kukira kau akan bertindak lebih jauh, Hyuk! Kau pengecut!”

 

“Terserah,” tukas Hyuk cepat, tak ingin menahan Seolhyun lebih lama di rumah kumuhnya. Gadis itu melenggang pergi tanpa alas kaki, menapaki aspal sedingin es di luar sana. Hyuk masih mematung, wajah dan lehernya memucat akibat tak menyentuh sinar matahari terhitung seminggu yang lalu.

 

Sepi.

 

Suara yang merambat keluar masuk dari pendengaran Hyuk berasal dari perapian yang hampir padam, ia tak berniat membesarkan api meski udara terasa begitu menusuk tulang. Pandangan pria itu tertuju pada pintu depan rumahnya, tempat Seolhyun baru saja beranjak dengan amarah meletup-letup, sama seperti perapian itu beberapa jam yang lalu, saat apinya masih berkobar merah.

 

Satu momen berlalu, Hyuk mendapati pintu belakang rumahnya—yang mengarah ke garis pantai Incheon—terbuka lebar, seseorang dengan celana kain dan sweater monokrom berjalan sempoyongan seperti orang mabuk. Hyuk mengenali pria itu sebagai Ken, akhir-akhir ini intensitasnya berkunjung jadi semakin sering. Alih-alih mengajak Hyuk bercakap-cakap, dia malah mendaratkan sebuah pukulan telak di kepala Hyuk, ia mengaduh saat sadar telapaknya memerah.

 

“Kau melepas Seolhyun begitu saja, Hyuk?!” teriaknya keras-keras, tanpa melihat pukul berapa sekarang, tetangga mungkin mendengar jeritan itu dan terbangun dari tidur mereka.

 

“Lantas, apa solusimu, Ken? Apa aku harus berlari kesana-kemari dan bilang bahwa pernikahan Seolhyun dan Hongbin batal? Dia akan bahagia, percayalah, Hongbin punya segalanya, sedangkan aku tidak.”

 

“Segala yang dimiliki Hongbin adalah segala yang tidak diinginkan Seolhyun,” jawab Ken, mengambil posisi di belakang Hyuk yang kala itu duduk di tepian tempat tidur, masih menatap pada bayang wajahnya di cermin.

 

“Memangnya aku harus tahu?”

 

YA! KAU MENCINTAINYA, SANGHYUK!” damprat Ken, pria itu dengan tidak sabaran menarik rambut Hyuk dari belakang.  “Kau berpikir telah menjadi pahlawan dengan membiarkannya pergi, lalu kau akan hidup dalam senyum palsu dan terluka sendiri. Apa aku benar?”

 

“Sepenuhnya salah, aku benar-benar merelakannya pergi. Jika itu jalannya, maka biarlah. Kau mau aku berbuat apa? Manusia seperti kau dan aku, seperti kita, tidak akan merubah apa pun.”

 

“Kalau begitu aku saja yang pergi,” ucap Ken tanpa menatap Hyuk lagi.

 

Detik berikutnya yang terjadi adalah tangan Hyuk meraih sweater melar Ken sampai pria itu berbalik, kenop pintu belum tersentuh sama sekali. Mereka bersinggung tatap, Hyuk hendak memaparkan beberapa deret kata supaya Ken bisa mengerti posisinya sekarang.

 

“Kau…bukan siapa-siapa, jadi jangan bertindak seolah kau tahu apa yang tepat untuk dilakukan! Keluarlah dari pintu itu seperti kau masuk tadi!”

 

“Hyuk, aku melihatmu tumbuh dari kecil sampai sebesar ini, aku tahu siapa dirimu dan bagaimana cara hati dan otakmu bekerja! Sekarang, jika kau mau mengakuinya di hadapan Seolhyun bahwa kau tidak setuju dengan pernikahan itu, belum terlambat sama sekali!”

 

“Ken, tolonglah, ini keputusanku dan aku akan tetap memegangnya,” kata Hyuk pelan, badannya melemas akibat perlakuan kasar Ken dan tenaga yang ia kerahkan untuk menahan Ken pergi. Hyuk—dengan posisi memeluk Ken dari belakang—berusaha mati-matian supaya kaki jenjang pria itu tak sampai pada pintu depan rumahnya. Kendati demikian, Ken tak menyerah begitu saja.

 

“BIARKAN AKU PERGI!”

 

“Ken! Ini urusanku!”

 

“PERSETAN! KAU DAN SEOLHYUN SEHARUSNYA—“

 

Ken berhenti meraung manakala daun pintu depan rumah Hyuk terbuka, memperlihatkan sosok ramping Seolhyun yang hanya membawa beberapa barang kecil di tangannya, entah dimana gadis itu meninggalkan kopernya. Sekarang, kedua pintu rumah Hyuk terbuka, angin dari pantai menampar-nampar lukisan gantung dan perabotan rumah lain, tapi Hyuk tak menaruh atensi pada perabotan-perabotan itu, matanya terpaku pada Seolhyun.

 

“Nah, Seolhyun kembali. Kau mau apa sekarang?” bisik Ken, nadanya ketus, Hyuk seratus persen tahu bahwa Ken bermaksud mendorongnya untuk mengajak Seolhyun rujuk dan membatalkan rencana pernikahan konyol tersebut.

 

“Jangan salah mengartikan, aku tahu kau tidak akan berjuang demi aku, aku kembali untuk mengembalikan ini,” ujar gadis itu sambil menyerahkan bola kaca kecil yang berisi salju buatan, kotak musik usang pemberian Hyuk, dan dua pasang kunci rumah Hyuk yang masing-masing untuk pintu depan dan belakang.

 

“Terima kasih, Seol. Kau baik sekali mau mengembalikannya,” jawab Hyuk sambil melengkungkan senyumnya tinggi-tinggi, ia hendak meraih ketiga benda itu kembali sampai Ken meraih tangannya; bersikukuh supaya Hyuk tidak mengambil kembali ketiga benda itu.

 

“Kalau kau mengambilnya, itu berarti kau membiarkannya pergi. Jangan ambil ketiganya, buat dia merasa masih mempunyai hak atas benda-benda itu.”

 

“Aku memang mau mengambilnya,” tutur Hyuk cepat, namun kalah cepat dengan langkah kaki Seolhyun yang tiba-tiba sudah raib dari tempatnya duduk tadi, ia membanting pintu depan keras-keras sampai engselnya rusak.

 

“Puas, Hyuk?”

 

“Syukurlah tidak ada yang terjadi, kupikir dia berubah pikiran,” ujar Hyuk, masih menyisakan sedikit senyum palsu di bibir pucatnya.

 

“Memang itu yang kau harap akan dia lakukan. Masih tidak mau mengaku? Aku tahu ini berat bagimu, tapi, setidaknya, jangan berbohong pada dirimu sendiri. Taruh kata kau memang ingin melepas Seolhyun bersama Hongbin, namun kupikir, kau seharusnya bilang bahwa kau masih mencintainya tapi tak bisa berbuat apa-apa.”

 

“Itu akan membebani Seol. Jika kubilang sudah ikhlas, maka dia tak harus berharap lebih padaku, dia bisa melangsungkan pernikahan itu tanpa berpikir bahwa aku masih mencintainya.”

 

“Baiklah, baiklah, Han Sang Hyuk, kau menang! Dasar pria tolol, pengecut, tak punya nyali!” olok Ken bertubi-tubi, akan tetapi wajah Hyuk masih sedatar permukaan cerminnya.

 

Jarum jam rupanya telah bertengger di angka dua belas, absensi bulan menjadikan langit malam hitam pekat, hanya terdapat kerlipan kecil dari bintang yang letaknya cukup jauh dari bumi. Tak ada seorang pun yang berniat menyusuri pantai pada jam sekian, selain udaranya terlalu dingin, mimpi indah telah merongrong benak mereka jauh sebelum mereka menyadarinya. Ken mengajak Hyuk berjalan sejenak, berusaha menjernihkan pikiran pria Han itu supaya tidak terlalu keruh. Lamat-lamat, Hyuk mendapati Ken memegang erat telapaknya, lalu mensejajarkan posisi mereka hingga keduanya berhadapan.

 

“Seperti yang kubilang tadi, kau menang, Hyuk. Akan tetapi—” kalimat Ken terpotong, deburan ombak membawa kombinasi bau asin-amis ke hidung Hyuk, “—akan tetapi, kuharap kau tak  berbuat setolol itu lagi hingga aku harus campur tangan. Kau sudah bukan remaja lagi, Hyuk, kau tahu apa yang ada di hatimu, lebih tahu dari Seolhyun sekali pun.”

 

Ken memeluk Hyuk, mereka mengucapkan kata maaf dalam kebisuan. Hyuk senang bahwa ia bisa menahan Ken untuk tidak bertindak lebih jauh, itu artinya permasalahan akan Seolhyun sudah beres, gadis itu boleh pergi sejauh yang dia inginkan.

 

“Pelukan ini bukan berarti aku memaafkanmu sepenuhnya, aku masih jengkel padamu.”

 

“Aku tahu.”

 

Ken merapatkan kedua telapaknya ke leher Hyuk, bermaksud memberikan sedikit lagi petuah bijak.

 

“Kau tahu tempat apa yang kusentuh sekarang?” tanya Ken, nada suaranya sudah berubah lagi; dari kalem menjadi garang.

 

“Leher?”

 

“Bukan!”

 

“Lalu apa?”

 

“Tempat yang kusentuh sekarang ini adalah tempat segala kebohonganmu berasal, meski kau punya bibir, tanpa pita suara di dalam sini kau takkan bisa berbohong. Di tempat ini juga tangismu tertahan, membuat suaramu jadi serak,” tutur Ken, sedikit mencekik Hyuk supaya ia mau mengakui kesalahannya.

 

“Aku tidak merasa begitu,” elak Hyuk.

 

“Kau bohong.”

 

“Tidak, Ken!”

 

“Bohong.”

 

“TIDAK!”

 

Hyuk terdiam sementara Ken semakin mempererat jalinan tangannya, tenggorokan Hyuk jadi tercekat sekarang. Dengan satu tarikan nafas, dalam hati, akhirnya Hyuk mengakui kebenaran atas tuduhan Ken.

 

“Aku berbohong dengan baik pada Seolhyun, tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Apa yang awalnya kupikir adalah sebuah pengorbanan, ternyata adalah bentuk lain dari sifat pengecutku yang tak berani menghadapi kenyataan. Aku takut, aku tidak bisa berhadapan dengan mereka demi merebut Seolhyun kembali. Tidak, aku bukan pembohong, Ken, aku seorang pengecut!”

 

“Itulah yang ingin kudengar darimu, Hyuk.”

 

“Lalu bagaimana dengan Seolhyun?” tanya Hyuk, ia mendengus pasrah kala mengingat wajah jengkel gadis itu.

 

“Tadi dia datang padamu untuk yang kedua kalinya, tapi kau melewatkan kesempatan itu. Salah siapa kalau begitu? Dia pasti sudah berpikir kau telah benar-benar merelakannya bersama Hongbin.”

 

“Begitu ya…”

 

Udara dingin terus berputar dan menerpa rambut Ken serta Hyuk, keduanya memutuskan untuk masuk kembali ke dalam rumah dan menyalakan perapian. Pintu depan sudah bisa tertutup sempurna berkat tangan ahli Hyuk yang dengan sigap merapatkan kembali bautnya. Sementara pintu belakang dibiarkan terbuka, Hyuk merangkak ke atas tempat tidur sambil menarik selimut setinggi dagu, ia membiarkan Ken menepuk-nepuk kepalanya seperti anak anjing. Pria itu sempat berpamitan pada Hyuk sebelum pergi.

 

“Lain kali putuskan semua masalahmu dengan bijak, jangan sampai aku ikut campur terlalu dalam. Aku tidak berharap sering datang ke rumah ini, kau mengerti?”

 

“Ya, Ken,” jawab Hyuk, kemudian Ken menghilang di balik pintu, namun tak repot-repot menutupnya, Hyuk jadi harus beranjak sekali lagi demi menutup pintu belakang rumahnya. Han Sang Hyuk merasa lega luar biasa, karena bisa mengatasi masalahnya sendiri tanpa orang lain harus tahu. Dia memang telah merelakan Seolhyun, namun tak menyangkal jika masih mencintainya.

 

Apa merelakannya bisa membuatnya benar-benar bahagia? Pikir Hyuk cepat; namun tak menemukan sebuah jawaban pun bahkan sampai pagi menjelang.

 

end

 


a/n: PASTI TAU KAAAAN INI FIC TERINSPIRASI DARI MV SIAPAAAAA /capsjebol/ , yap! VIXX LR dengan Beautiful Liar mereka yang cetar membahana. Terus, kenapa aku pilih Hyuk sama Ken? Bukannya Leo sama Ravi? Suka-suka dong! /slapped/ , hehehe, becanda, emang aku sukanya sama Hyuk-Ken 😀 . FF pertama dengan cast VIXX, semoga bisa menghibur dan menjelaskan alur dari Beautiful Liar dengan baik, karena cerita di atas aku bumbui sedikit biar berasa fiksinya gitu ;3.

 

last but not least, selamat datang untuk diriku sendiri di FFindo! /clap clap clap/

 

Semoga dengan bergabungnya aku di sini (dan 60 author lain) akan bisa menambah jumlah visitor dan readers ❤

 

Salam kenal, semua!

 

Comments are very welcome~~

3 responses to “The Truth Inside

  1. aishhh kenapa di biarin nikah sama orang lain gitu dan aku kira bakal di cekik sampai mati 😀

  2. akhirnya nemu juga ff yang terinspirasi dari mv beautiful liar, dan bagus banget pengungkapan ceritanya, tapi aku masih gak bisa ngebayangin hyuk-ken soalnya aku lebih suka versi leo-ravi hehehe

    • Halo Sarah 😀 mv beautiful liar itu cocok banget dibikin fiction memang, dari awal lihat aja aku udah ‘wah..ini bisa nih dibikin ff’ xD
      Makasih sudah dibilang bagus :3
      Hehehe, mungkin itu masalah feeling aja ya, secara yang main di MVnya kan Leo-Ravi, jadi kalo dirubah Hyuk-Ken jadinya kurang greget :3
      Terimakasih komennya 😀

Leave a comment