Anonymous [Chapter Nine]

Title : Anonymous

Author : Lathifah Sinarwulan a.k.a Summer Cho (@chosm96)

Casts :

  • Lee Yoonji a.k.a YOU *remember! It’s YOU/READER*
  • Kim Sunghee a.k.a Author *or YOU if you’re baekhyun biased/shinners/BAEKons*
  • All EXO members
  • Jill/Choi Minji a.k.a ShawolMinji the Phoenix firebird or Jack’s twin sister or Choi Minji (ShawolMinji)

Genre : Supernatural, fantasy, school live, family, friendship, little bit romance, AU

Rating : PG15~

Length : Series

Disclaimer : all casts isn’t mine, the plot inspired by MAMA MV and the story before the MV. I just own the fanfic, but you must ask my permission if you want to publish in other web. Don’t PLAGIRISM my fanfic too.

Last Chapter : TEASER | CHAPTER ONE | CHAPTER TWO | CHAPTER THREE | CHAPTER FOUR | CHAPTER FIVE | BEHIND THE FF (CUAP2 AUTHOR) | CHAPTER SIX | CHAPTER SEVEN | CHAPTER EIGHT |

Wkwk, mian lama lagi! Tapi kalian ngga perlu nunggu berbulanbulan kan??

Langsung aja deh BACA!

–Previous

Di apartemen mereka pun nihil. Tetap tidak ada jawaban. Kami pun bergegas ke halte bus terdekat. Siapa tau ada Tao didalam bus. Setiap bus yang lewat, Yoonji langsung naik dan melihat ke dalam bus, kalau tidak ada dia turun lagi.

Sudah pukul 4 sore, dan salah satu dari keduabelas orang itu belum menampakkan batang hidungnya. Aku dan Yoonji terduduk lesu dihalte bus.

“Oppa…” mataku mulai berkaca-kaca. Minseok oppa, Jongdae oppa, Baekhyun oppa…

“Yaa, Sunghee-ya, tahan airmatamu ya, kita pasti bisa menemukan mereka!” seru Yoonji tidak kalah paniknya. “Sekarang kita pulang, besok kan hari Sabtu, kita bisa mencari mereka seharian!”

# # # # #

CHAPTER NINE – What a Fate

Chanyeol menatap kalung ditangannya. Tidak lama kemudian keluar sebuah bayangan berwarna merah dan mulai membentuk seekor firebird. “Kenapa kau mengeluarkanku? Butuh bantuan?” firebird itu berbicara layaknya manusia.

“Berubahlah dulu, baru bicara.” Gerutu Chanyeol. Firebird itu pun berubah menjadi sesosok pria yang tingginya hampir sama dengan Chanyeol. Ia tersenyum lalu duduk disebelah Chanyeol.

“Kalian mengambil keputusan yang bagus.” Ujar pria itu sembari menepuk punggung Chanyeol.

“Jack, bagaimana kau tau kalau kita memilih keputusan yang bagus?”

“Kalian tidak akan menyesal telah melakukannya nanti.” Pria yang dipanggil Jack itu menatap ke sekelilingnya. Keduabelas orang itu tetap berada di atap tanpa pergi kemana-mana. Hanya Jongin yang berteleportasi untuk mencuri makanan di minimarket.

“Aku lapaaar!” rengek Sehun yang sedang membaringkan tubuhnya dilantai atap. Luhan mendorongnya pelan dengan kaki.

“Sabarlah sedikit, sebentar lagi Jongin akan kembali.”

“Kenapa kita tidak langsung kesana saja dan menyelesaikan semuanya?” seru Sehun membuat semua mata menoleh padanya. “Daripada nanti salah satu dari kalian berubah pikiran!”

“Aku akan menyusul Jongin.” Kris langsung terjun dan terbang mencari Jongin. Mereka yang tersisa hanya diam.

“Oh iya, dimana Jill?” tanya Jack.

# # # # #

“Sunghee-ya, ayo makan.”

Nyonya Kim membuka pintu kamar putrinya lalu masuk. Sunghee hanya duduk meringkuk dikursi meja belajarnya dan menatap lurus ke jendela. Hari sudah malam namun ia belum makan sejak siang.

“Sunghee-ya, kajja.” Ajak nyonya Kim lembut. Namun, Sunghee tetap diam. “Ada apa, sayang?”

“Sunghee ingin, Jongdae oppa dan Minseok oppa kembali.” Ujar Sunghee datar. Nyonya Kim pun menghela nafas.

“Kau sendiri yang bilang mereka tidak akan kembali.”

“Tapi aku ingin mereka kembali!” airmata mulai mengalir dari matanya. Iapun memeluk nyonya Kim sambil terisak. “Eomma pasti juga merindukan mereka kan?”

“Eomma sangat ingin mereka kembali, tapi…mau bagaimana lagi Sunghee-ya…” perlahan namun pasti nyonya Kim juga ikut meneteskan airmata.

Dari luar jendela terlihat Jongin yang sedang bertengger diatas pohon. Ia menatap iba ke arah Sunghee dan Nyonya Kim. “Apa yang kau lakukan disini?” Jongin tersentak lalu berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya dan barang bawaannya agar tidak jatuh.

“T–tadi aku dititipi Jongdae hyung untuk mengambil sesuatu, ketika hendak pergi aku melihat Sunghee.”

“Cepatlah kembali, atau Sehun akan mati kelaparan.” Seru Baekhyun dari bawah pohon. Jongin hanya mengangguk lalu menghilang. Pria itu menghela nafas lalu memanjat pohon itu dengan susah payah. Ia tidak memiliki kemampuan berpindah tempat seperti Jongin atau terbang seperti Kris. Jadi ia harus memanjat secara manual.

Hatinya seperti tersayat melihat Sunghee menangis dipelukan nyonya Kim. Ia baru menyadari betapa ia merindukan gadis itu. “Sunghee-ya…”

Tanpa sadar Baekhyun menitikkan airmata. “Mianhae, Sunghee-ya. Aku dan kedua Oppamu harus melakukan ini.” Baekhyun pun meloncat ke bawah pohon dan berjalan pergi.

# # # # #

Jill menapakkan kakinya di atap gedung tersebut. Semua sedang berkumpul disudut atap, memakan makan malam mereka dengan lahap. Maklum, mereka belum makan seharian itu karena mereka tidak bisa kemana-mana.

“Ya! Kalian seperti makhluk yang butuh makan saja!” seru Jill sembari berjalan menghampiri mereka.

“Mungkin karena kami terlalu lama tinggal disini, jadi kami membutuhkan makanan.” Balas Chen santai. Yang lain hanya mengangguk-angguk setuju.

“Setelah menyelesaikan makan kalian, ayo berangkat.” Mendengar perkataan Jill, mendadak nafsu makan mereka hilang. Chanyeol melempar sumpitnya asal lalu meneguk soft drink-nya.

“Jill, mau ikut makan?” tawar Joonmyun yang masih bersemangat untuk makan. Chanyeol meliriknya kesal.

“Kenapa kau nampak santai-santai saja? Tidak takut meninggalkan Yoonji?” tanya Chanyeol membuat Joonmyun terdiam. Beberapa detik kemudian ia kembali melanjutkan makannya. “Kenapa kau malah makin bersemangat? Sebenarnya kau menyukai Yoonji atau tidak?!” Chanyeol melempar sumpitnya ke kepala Joonmyun. Cipratan saus jajangmyun mengenai matanya. Namun, dengan santainya ia mengendalikan air dari gelasnya menuju ke matanya dan mencucinya dengan bersih.

“Sebenarnya dia berbuat seperti itu untuk menutupi bahwa dirinya sangat tidak ingin meninggalkan tempat ini…” ujar Luhan membuat Joonmyun langsung mengguyur wajahnya dengan air. Luhan bukannya marah malah tertawa terbahak-bahak.

Yang lain ikut tertawa namun lain dengan Baekhyun. Ia berjalan menuju pinggir atap lalu duduk dengan menggantungkan kedua kakinya. Jongdae menghela nafas lalu menyusulnya.

“Kenapa menyendiri, huh? Merindukan Sunghee?” Jongdae mengambil posisi duduk disebelah Baekhyun. Pria itu hanya menghela nafas.

“Lebih baik kita mengadakan perpisahan atau langsung pergi saja?” tanya Baekhyun seraya menatap bulan besar dihadapannya.

“Lebih cepat lebih baik, ayo!” seru Jill. Sepertinya ia sudah tidak sabar untuk segela pulang ke planetnya. Baekhyun menghela nafas lalu bangkit, Chen ikut bangkit lalu menepuk bahunya.

“Jamkkanman…”

# # # # #

Sunghee mengintari rak-rak barang di minimarket tersebut. Nyonya Kim menyuruhnya untuk membeli beberapa bahan makanan untuk makan malam. Setelah mendapat semua yang ia perlukan, ia berjalan ke kasir.

Ia menghembuskan nafas seraya memandang keluar minimarket. Sudah dua hari kedua Oppanya tidak pulang. Tuan Kim dan Nyonya Kim pun sudah pasrah. Mungkin mereka memang ingin kembali tanpa mengucapkan perpisahan.

Tapi Sunghee merasa ada yang aneh, kalau mereka sudah pergi dan sudah menyelamatkan pohon itu, seharusnya Sunghee dan kedua orangtuanya sudah tidak mengingat Jongdae dan Minseok lagi. Apalagi Baekhyun, ya, Sunghee masih mengingatnya dan merindukannya.

“Ini kembaliannya, sampai jumpa lagi!” Sunghee tersenyum basa-basi pada sang penjaga kasir lalu membawa belanjaannya keluar minimarket. Langit berubah menjadi mendung. Aneh, padahal tadi cerah sekali.

Ia berjalan menuju rumahnya dengan pandangan kosong. Entah kenapa ia merasa hari-harinya semakin hampa saja. Yoonji pun tidak jauh berbeda dengannya. Sekarang hidup terasa lain. Kenapa jadi begini?

“Arrghhh…” ia mendengar erangan seorang pria dari gang sempit disampingnya. Ia ragu-ragu untuk menengok. Langit semakin gelap, kalau ia tidak buru-buru ia pasti terjebak hujan.

“Apa ada orang?” seru Sunghee memberanikan dirinya menengok ke gang tersebut. Erangan itu kembali terdengar. Entah keberanian darimana, Sunghee memasuki gang sempit tersebut dan mencari asal suara itu.

“Halo, apa a–Baekhyun Oppa!” Sunghee tersentak melihat Baekhyun tergeletak tak berdaya dihadapannya. Ia terlihat pucat seperti waktu itu. Ketika Baekhyun kehilangan sumber cahaya. Sunghee tersadar. Sekarang keadaan sedang mendung dan Baekhyun seorang diri disini. Kemana yang lain?

“Arrrgghhh….”

“Oppa, gwaenchana?!” seru Sunghee panik. Ia langsung mengeluarkan ponselnya dan berusaha menghubungi Nyonya Kim. “Eomma, Appa dirumah?! Eomma tolong aku!”

# # # # #

Chanyeol Oppa menghela nafas lega ketika wajah Baekhyun Oppa kembali segar seperti biasa. Mereka, Chanyeol Oppa, Luhan Oppa, Minseok Oppa, dan Jongdae Oppa kini berada diruang tamu rumahku mengelilingi Baekhyun Oppa yang sedang tertidur disofa.

Aku tadi langsung membawanya ke rumah dan berusaha menghubungi Chanyeol Oppa dengan ponsel Baekhyun Oppa. Untung mereka cepat datang.

“Kenapa tadi Baekhyun bisa sendirian?” tanya Luhan Oppa pada Chanyeol Oppa yang baru saja bangkit.

“Dia tadi memintaku untuk meninggalkannya sebentar, lagipula tadi masih cerah jadi aku tidak terlalu khawatir.” Jelas Chanyeol. Eomma datang dengan beberapa gelas minuman untuk mereka. Aku menatap mereka satu persatu.

“Sebenarnya kemana kalian dua hari ini?” tanyaku dengan tatapan tajam. Mereka hanya mengalihkan pandangan mereka ke arah lain. Aku mengerutkan kening. “Jawab aku.”

“Kami hanya sedang sibuk, itu saja!” ujar Chanyeol dengan nada santai yang dipaksakan. Luhan Oppa hanya meminum minuman yang disuguhkan Eomma.

Aku melihat Minseok Oppa dan Jongdae Oppa yang tengah melirik ke arah Eomma yang berjalan ke belakang. Tiba-tiba mereka berbalik menghadapku dan mereka pun salah tingkah. Jongdae Oppa berdehem lalu bangkit.

“Aku ke belakang sebentar.” Ia berjalan ke arah Eomma pergi tadi. Minseok Oppa pun memutuskan untuk menyusulnya.

“Apa kabar Yoonji? Apa dia baik-baik saja?”

“Dia, lebih tepatnya kami tidak baik-baik saja setelah kalian pergi.” Jawabku datar. Chanyeol Oppa hanya menunduk.

“Sebenarnya kami berencana kembali ke planet kami kemarin, tapi sepertinya ketua punya rencana lain.” Seru Chanyeol Oppa membuka penjelasannya. “Kris tiba-tiba mengajak kami kabur dari Jill setelah gadis itu menghilang duluan. Kami memutuskan untuk berpencar agar sulit ditemukan.”

“Kenapa kalian kabur?” tanyaku heran.

“Kami…belum siap meninggalkan kenangan kami disini. Kami benar-benar belum siap…”

Tiba-tiba Jongin muncul disamping Luhan Oppa dan membisikkan sesuatu ke telinga pria itu. Luhan Oppa nampak terejut lalu menaruh gelas minumannya dan bangkit. “Chanyeol-a, kau disini jaga Baekhyun. Mana Minseok dan Jongdae? Kita harus segera berpencar lagi.”

“Apa yang terjadi?” tanya Chanyeol.

“Jill langsung kembali kemari begitu mengetahui kita tidak sampai kesana.” Ia menghela nafas berat. “Aku harus menyusul Sehun ke New York, ia bersembunyi disana.” Luhan Oppa pun beranjak pergi dari kamarku. Sedangkan Jongin sudah menghilang dari tadi.

“Kenapa kau tidak ikut pergi? Bukannya semua disuruh berpencar?” tanyaku pada Chanyeol yang sedang memainkan ponselnya.

“Kami boleh pergi berdua-berdua.”

# # # # #

Aku merasakan titik-titik air mulai mengenai kepalaku. Ah, sial! Kenapa harus hujan? Padahal sedikit lagi aku sampai rumah. Junho Oppa bisa memarahiku kalau tidak cepat-cepat pulang!

Aku memutuskan untuk menerobos hujan. Anehnya, hanya merasakan titik-titik hujan yang kecil sedangkan dihadapanku sedang terjadi hujan yang deras. Ini aneh, seperti pernah terjadi sebelumnya.

“Kenapa diam saja? Cepat jalan!” aku berbalik dan mendapati Joonmyun sedang berdiri santai dibelakangku. Dia…

“Aku sudah tidak tahan menahan air itu, mau kubanjur lagi?” tanyanya sambil mendengus kesal. Aku hanya diam lalu melanjutkan langkahku. Dia…dia kembali.

Akhirnya aku sampai dipekarangan rumahku. Aku langsung berhenti didepan pintu dan diapun menjatuhkan air yang ditahannya ke tanah. “Gomawo, Joonmyun Oppa.”

“Aku pergi dulu…” ia melambaikan tangannya singkat. Mwo? Begitu saja?

Ia berbalik dan berjalan menembus hujan. Sesak, dadaku terasa sesak melihat kepergiannya sekarang. Perasaan apa ini?

Aku berlari mengejarnya yang belum jauh dan memeluknya dari belakang. Ia terdiam. “Kkajima…”

# # # # #

Begitu melihat wajahnya aku semakin sadar kalau aku merindukannya. Dengan sekuat tenaga aku berusaha untuk tidak memeluknya. Aku melambaikan tanganku singkat lalu berbalik dan pergi. Sebenarnya aku sangat enggan untuk pergi meninggalkannya. Tapi, aku harus.

Aku tersentak ketika seseorang memelukku dari belakang dengan erat. Ia sudah tidak peduli dengan hujan yang mengguyur tubuhnya. “Kkajima…” isaknya membuatku bergetar. Aku juga tidak ingin pergi, Yoonji-ya.

Aku berbalik lalu memeluknya erat. Persetan dengan Pohon Kehidupan, dengan Jill, dengan Planet EXO, yang jelas aku merindukan Yoonji saat ini. Aku memeluknya sangat erat seakan aku tidak bisa memeluknya lagi. Ya, sepertinya aku memang tidak akan bisa melakukan hal ini lagi.

“Mianhae…” ujarku sembari mengusap puncak kepalanya. Ia menangis membuat kaosku semakin basah oleh hujan dan airmatanya. Namun, airmatanya begitu hangat, berbeda dengan air hujan yang mengguyur kami.

Aku mengangkat dagunya lembut. Kami bertatapan cukup lama. Benar, aku merindukan wajah ini. Aku merindukan mata ini. Aku merindukan tatapan ini. Aku benar-benar merindukan Lee Yoonji.

Sedetik kemudian bibirku sudah menempel lembut dibibirnya. Berusaha berbagi kehangatan ditengah kedinginan hujan.

# # # # #

Aku menunduk didepan Aron. Ia nampak murka melihatku. “Kemana mereka yang kau janjikan?”

“Kami sudah akan berangkat bersama, Aron. Tapi mereka tiba-tiba menghilang dan aku sulit melacak mereka karena mereka terlalu banyak dan berpencar.” Jelasku dengan kepala tertunduk. Aku benar-benar tidak berani melihat wajah tuanku itu.

“Cukup main-mainnya. Aku sudah muak dengan mereka. Kenapa generasi sekarang begitu sulit? Padahal hanya sedikit yang mereka tau.” Gerutu Aron. Aku mendongak. Ia benar-benar murka sekarang. Tapi bukan padaku. Pada bocah-bocah sialan itu.

“Tunggu apalagi, Jill? Ayo kita jemput mereka.” Ajak Aron membuatku terbelalak.

# # # # #

“Enggh…” aku terbangun dengan kepala pening. Dimana aku?

Aku tertegun melihat Sunghee tertidur disampingku. Anni, lebih tepatnya kepalanya berada dikasur namun badannya duduk dilantai. Kenapa Sunghee disini? Tunggu, bukannya ini kamar Sunghee?

Aku turun dari kasur lalu memindahkannya ke kasur. Aku tersenyum melihatnya yang tertidur seperti bayi. Menggemaskan.

“Kau sudah sadar?” aku menoleh dan mendapati Chanyeol memasuki kamar Sunghee. Ia tersenyum lalu bersandar dipintu. “Ya, jangan melakukan hal yang ceroboh disini.” Godanya membuatku melempar bantal kearahnya.

“Memang aku pervert sepertimu? Ppabo!” ia tertawa sembari berusaha melindungi dirinya dari seranganku.

“Kita harus segera pergi, Baekhyun-a. Kajja.” Aku menghela nafas lalu menoleh ke arah Sunghee yang masih tertidur. “Haish, arra arra. Kutunggu dibawah, 5 menit atau tidak aku tinggal.” Chanyeol menutup pintu kamar Sunghee dari luar.

Aku menatap wajah Sunghee yang benar-benar kurindukan. Sudah berapa hari aku tidak melihatnya? Dua hari? Itu terlalu lama bagiku. Aku menyadari kalau aku tidak bisa hidup tanpa melihatnya.

Aku mengecup keningnya lembut. Amat hati-hati, takut ia terbangun.

# # # # #

Baekhyun mencium kening Sunghee dalam. Dengan penuh ketulusan. Sebulir airmata jatuh dari matanya ke rambut Sunghee.  Ia menjauhkan wajahnya dan tersenyum. “Sampai bertemu lagi, Sunghee-ya. Jika takdir mengizinkan kita untuk bertemu.”

Baekhyun bangkit lalu pergi meninggalkan Sunghee, meninggalkan kamar Sunghee, dan meninggalkan rumah Sunghee. Jauh dari tempat Sunghee berada.

“Jangan menangis, cengeng.” Seru Chanyeol ketika kami sedang berada di atap sebuah gedung dipinggir kota. Aku hanya tersenyum lalu menghapus airmataku. “Huft, berat sekali hidupmu, Baekhyunie.”

“Ayo kita kembali ke planet EXO.”

“Mwo?”

“Aku bahagia asal Sunghee bisa hidup bahagia tanpa bahaya yang mengancamnya.”

# # # # #

Pagi ini terlihat damai-damai saja. Masyarakat Seoul tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Bekerja dan bersekolah. Sunghee dan Yoonji pun nampak serius mengikuti pelajarannya hari ini. Entah mengapa mereka seperti dapat kekuatan untuk menjalankan hidup mereka seperti biasa. Tanpa terusik tentang keduabelas orang itu.

Tapi mereka masih mengingatnya, karena baru kemarin mereka bertemu dengan beberapa orang dari mereka. Tapi, mereka tidak mau ambil pusing. Masih ada kehidupan yang harus dijalani oleh mereka. Seperti permasalahan keduabelas orang itu hanya menjadi garnish dalam hidup mereka.

“Di Perang Dunia ke II, Korea…”

Wushhhhhh~

Tiba-tiba sebuah angin yang agak besar menerpa mereka. Tapi bukan angin sejuk yang berasal dari jendela-jendela kelas mereka. Melainkan angin panas yang aneh.

Kang Songsaengnim pun terdiam sejenak. Murid-murid langsung kasak-kusuk. Ini teralu aneh untuk mereka.

BRAKKK!

Tiba-tiba mereka mendengar dentuman yang hebat, seperti gedung runtuh. Mereka langsung berebut melihat dari jendela. Yoonji dan Sunghee pun tidak mau ketinggalan.

“Gedung utama runtuh!” seru seorang murid yang menyaksikan duluan. Mereka menatap gedung utama dengan tatapan tidak percaya. Bukan karena gedung itu runtuh, tapi sesuatu diatas reruntuhan gedung itu, sesuatu yang sangat besar. Seperti patung krystal es raksasa yang diukir oleh para pengukir, tapi dibagian belakangnya ada api yang berkobar.

“Sunghee-ya… Itu…” Yoonji terperajat.

“ADA NAGA! NAGA ES! NAGA ES EKOR API!” seru murid yang berada dibawah. Sontak, murid-murid langsung berlarian keluar menyelamatkan diri. Sebelum gedung-gedung yang lain ikut diruntuhkan.

“Apa itu Aron?” seru Yoonji tidak percaya. “Tidak mungkin! Mau apa dia kemari?”

“Lihat! Itu Jill!” Sunghee menunjuk seorang gadis yang berdiri didepan kaki naga itu. Ia menatap Yoonji dan Sunghee dengan tatapan tajam. Nafas mereka tercekat.

“Sunghee! Kita harus segera pergi dari sini!” seru Yoonji lalu ia menarik tangan Sunghee dan mengajaknya turun.

“Aron, mereka disana.” Ujar Jill sembari menunjuk gedung dihadapannya. Aron langsung mengikuti arah tunjuk Jill dan terbang ke gedung tersebut. Ia langsung menghancurkan gedung itu dengan sekali kibasan sayapnya.

“AAAAAAAAAAAAAAA!!!” teriak Sunghee ketika atap sekolah terkibas sayap Aron. Sebuah potongan tembok langsung menimpa kakinya.

“SUNGHEE!” Yoonji langsung membantu menyingkirkan bongkahan dinding itu dari kaki Sunghee.

“Aaaa, appo…” seru Sunghee sembari menangis. Yoonji kebingungan.

“AAAAAAAAAAA!!” Yoonji langsung terjatuh ke lantai begitu Aron mengibaskan sayapnya membuat angin yang cukup hebat. Aron menatap mereka berdua yang ketakutan. Lalu dengan kakinya ia mengambil bongkahan dinding yang menimpa kaki Sunghee. Mereka tertegun melihatnya.

Kepala Aron semakin mendekati mereka, mereka tidak bisa berkutik dilantai dua itu. “Dimana mereka?” tanya Aron dengan tatapan tajam.

Tiba-tiba bongkahan dinding terlempar mengenai wajah Aron membuat naga itu mengerang kesakitan. Kyungsoo berlari ke hadapan Sunghee dan Yoonji, menjadi tameng untuk mereka.

“Sunghee-ya! Gwaenchana?” Sunghee tersentak melihat Baekhyun yang sudah berada disampingnya. Pria itu langsung membopong Sunghee dan meloncat pergi dari gedung sekolah tersebut. Joonmyun pun ikut datang dan menarik tangan Yoonji.

“Jangan bengong saja! Ayo pergi!” Yoonji hanya menurut lalu mengikuti Joonmyun.

“Hahaha! Akhirnya kalian muncul juga.” Ucap Aron dengan suara yang menggelegar. Jill hanya tersenyum sinis disampingnya. “Kalian ingin dijemput olehku, dengan senang hati aku akan membawa kalian.”

Baekhyun dan Joonmyun membawa Sunghee dan Yoonji ke gedung yang tidak terlalu jauh dari sekolah. Mereka menurunkan kedua gadis itu diatap gedung. “Dengarkan aku, Sunghee-ya. Kau diam disini, kami akan berusaha untuk membuat Aron pergi dari sini. Tunggu kami, arra.”

“Aku akan segera kembali.” Ucap Joonmyun pada Yoonji lalu mengecup bibir gadis itu sekilas. Baekhyun dan Joonmyun pun pergi menuju tempat Aron berada.

Kini Aron tengah diserang oleh burung Phoenix milik Chanyeol, Jack, dan naga api milik Kris. Namun, apa daya, kekuatan mereka tidak sehebat Aron. Aron dengan mudah menebas Chanyeol dan Kris hingga menabrak dinding dengan keras. Darah mereka mengucur deras.

“Kami akan pulang dengan baik-baik, Aron!” seru Luhan. Ia menggerakkan mobil dengan tangannya lalu melempar mobil itu ke kepala Aron. Aron balik melemparnya membuat Luhan tertindih senjatanya sendiri.

“Lalu kenapa kalian kabur?”

Jongdae meluncurkan petirnya ke leher Aron membuat naga itu mengerang. “Berani-beraninya kalian!” Aron langsung meluncurkan sebuah petir ke arah Jongdae dan berusaha ditahan oleh pria itu. Namun, akhirnya petir itu menyerangnya.

“AAAAAAAAARRGGGHHHHH!!!” Jongdae mengerang kesakitan lalu jatuh ke tanah. Bajunya sudah terkoyak karena tersetrum tadi.

Tao berlari maju, karena ia belum menyerang. “Mau apa kau? Kekuatanmu sangat tidak berguna, Tao.” Ledek Aron membuat wajah Tao memerah menahan kesal. “Kau hanya menyusahkan saudara-saudaramu. Menggunakan kekuatanmu untuk hal yang tidak pantas. Kau sungguh tidak berguna.”

“DIAM KAU!” Tao mengeluarkan pedangnya dan meloncat menuju jantung Aron. Namun dengan mudah Aron menepisnya. Tao langsung terlempar ke reruntuhan gedung.

“Apa aku bilang kau tidak berguna…”

“Setidaknya aku berguna untuk umpan…” ujar Tao yang terbatuk-batuk mengeluarkan darah. Ia tersenyum tipis.

“Apa maksud…” Aron terperajat melihat air genangan air dibawahnya, sejak kapan ia mencair? Ia langsung menoleh kebelakang dan melihat Minseok yang berusaha mencairkannya. Aron tersenyum sinis dan dengan mudah ia membekukan tubuhnya kembali. Minseok langsung terjatuh karena Aron menyerap tenaganya.

“Minseok kau harus bertahan!” tiba-tiba Suho mengalirkan air bah ke bawah Aron. Minseok, dengan sisa-sisa tenaganya membekukan air itu dan membuat kaki Aron terkunci.

“Pintar juga kalian.” Puji Aron lalu tertawa. Baekhyun meloncat kehadapannya dan membuat bola cahaya, ia langsung menembakkannya tepat ke mata Aron. Aron mengerang melihat cahaya yang terlalu menyakitkan itu.

“Ayo cepat!” seru Lay pada Chanyeol dan Kris yang sudah disembuhkan olehnya. Chanyeol dan Kris langsung mengeluarkan pedang api mereka. Kris terbang dan Chanyeol berlari dibawahnya, sementara Baekhyun menembakkan cahaya ke mata Aron, Kris langsung menebas lehernya dan Chanyeol menebas tubuh Aron. Terdengar lolongan Aron yang begitu menggelegar dan menyakitkan.

Sehun menembakkan angin dari atas ke tubuh Aron membuat tubuh naga itu hancur berkeping-keping. Jongin langsung mengambil sebuah jimat didada Aron, sumber kekuatannnya berasal.

Keduabelas orang itu langsung merebahkan tubuhnya ke tanah, berkumpul, lalu tertawa. “Hahaha, kita penghianat!”

“Apa yang kita perbuat? Kita malah menghancurkan Aron!”

“Kita benar-benar bodoh bukan?”

“Kita benar-benar bodoh dan payah. Sekarang apa yang harus kita perbuat?” mereka tertawa seperti gangguan jiwa. Jongin tiba-tiba muncul bersama Yoonji dan Sunghee. Jongin memberikan jimat kekuatan Aron pada Kris.

“Aigoo! Kalian tidak apa-apa?” tanya Yoonji melihat menampilan mereka yang benar-benar berantakan dan berdarah-darah.

“Untuk apa aku disini?” tanya Lay yang sedang menyembuhkan Luhan. Yoonji hanya tersenyum simpul lalu terduduk disebelah Joonmyun. Sunghee pun langsung menghampiri Baekhyun yang tertidur lemas.

“Kalian benar-benar bodoh.” Tiba-tiba jimat ditangan Kris direbut oleh Jill. Jill melempar jimat itu ke jasad Aron. Lalu kepingan-kepingan kecil itu kembali membentuk Aron yang besar dan perkasa.

Aron langsung menembakkan cahaya yang sangat menyilaukan ke arah mereka berduabelas, salah, lebih tepatnya mereka berlimabelas. Lengkap dengan Sunghee, Yoonji, juga Jill.

“AAAAAAAARRRGGGHHHHH!!!!!!!!!!!”

# To Be Continue #

HEHE apa kelamaan lagi nunggunya?? Ini ide ada setelah baca beberapa ff exo, wkwk mengusir rasa malas belajar buat ukk wkwk padahal aku besok ukk~~

Nah sepertinya setelah part ini adalah part yang terakhir, akhirnya…

Apa kalian menikmati part yang ini? Tipong harap iya ya~~

Jangan lupa kritik dan sarannya ^^

35 responses to “Anonymous [Chapter Nine]

Leave a comment