[Oneshot] I Like You

Hai, ini bukan FF saya melainkan FF titipan. Setelah membacanya, dimohon memberikan apresiasi dalam bentuk komentar ya. Terima kasih.

I LIKE YOU

 Cover

 

Author: nnraina

Hai nama ku Nana-aku biasa komen pake id raenchi-, ini adalah ff pertama ku hihi.

Terimakasih pada kak diajengdeaa yang udah mau dititipin ff ku ini^^

Dimohon dibaca dan diberi kritik serta komennya ya! Aku seneng banget kalo kalian membaca ff ku ini ditambah komen kalian hehehe^^

NB: aku buat ff ini terinspirasi dari lagu GOT7 yang judulnya I like you da nada beberapa adegan(?) yang merupakan kisah nyata dari kakak kelasku hehe.

Happy reading!^^

 

Cast: Jang Rae Mi (OC) and Bambam’s GOT7

Genre: School life, oneshoot

 

 

I LIKE YOU

 

Namanya Jang Rae Mi. Gadis berkuncir dua. Kacamata besar. Dan gigi yang di kawat. Gadis itu sedang menelungkupkan wajahnya diatas meja.

Rae mi merasa gila. Ini pertama kalinya dia membolos dengan alasan sakit, tapi kenyataannya gadis itu berada di meja perpustakaan paling pojok. Rae mi menghela napas keras. Hari ini benar-benar gila.

Rae mi mengangkat kepalanya kemudian mengacak-acak rambutnya. Dirinya merasa kesal, entah kenapa. Rae mi melepas kacamatanya dan memijit batang hidung dekat mata. Sekarang kepalanya terasa pusing.

“aish, ini pasti mimpi. Ini pasti tidak benar. Ini pasti halusinasi. Ini pasti tipuan. Arghhhhh,” Rae mi menutup mulutnya ketika sadar dirinya sedang di perpustakaan. Untung saja Rae mi memilih bangku paling pojok jadi dirinya sedikit luput dari pandangan Kim saem, guru penjaga perpus hari ini.

Rae mi menopang dagunya. Rae mi jadi teringat kejadian tadi di taman belakang sekolah.

 

Flashback

 

Rae mi sedang duduk di bawah pohon dengan sebuah novel di pangkuannya. Di sebelah gadis itu terdapat beberapa snack dan juga minuman. Kegiatan ini salah satu kegiatan favorite Rae mi disekolah untuk mengisi waktu istirahat nya. Biasanya Rae mi ditemani oleh sahabatnya , Kim Yoo ra. Tapi sahabatnya itu menghilang ketika bel berbunyi.

Rae mi terus saja membaca novel dengan mengunyah snack yang di belinya. Rae mi membalik halaman novel itu namun pada saat yang bersamaan ada sekuntum lilac ungu jatuh tepat dihalaman novelnya. Rae mi mengerutkan keningnya, seingatnya pohon yang melindungi Rae mi dari panas matahari ini adalah pohon beringin tapi kenapa…

“Hei” pemikiran Rae mi terhenti saat ada suara laki-laki yang-sepertinya-memanggilnya. Rae mi mendongakan kepala nya. Rae mi sedikit menyipitkan matanya karena terkena sinar matahari, kemudian membetulkan kacamatanya yang sedikit bergeser.

“Kau sedang membaca apa? Apa aku boleh duduk di sampingmu?” Rae mi menautkan kedua alisnya dan menatap laki-laki itu dengan tatapan tak yakin.

“Kau sedang berbicara dengan ku, Sunbae?” tanya Rae mi dengan ragu pada laki-laki dihadapannya. Rae mi ragu bukan tanpa alasan. Oh ayolah Rae mi saja harus menahan dirinya agar tidak berteriak dan lari. Bagaimana tidak? Laki-laki yang ada dihadapannya adalah lelaki yang diam-diam dia kagumi. Laki-laki yang sudah dia ikuti selama tiga tahun. Dan Rae mi masih sangat tidak menyangka bahwa laki-laki itu berbicara padanya.

“Kau lucu. Tentu saja aku sedang berbicara denganmu, memangnya disini ada siapa lagi selain kau?” Rae mi merasa melayang mendengar laki-laki ini mengatakan bahwa dirinya lucu. Sedangkan laki-laki itu sendiri sekarang sudah duduk di samping Rae mi dengan tersenyum manis dan wajah penuh semangat.

“Nama ku Bambam, kelas 2-D. Senang berkenalan dengan mu.” kata Bambam dengan tersenyum manis sambil mengansurkan tangannya pada Rae mi. Rae mi mengerjap tak kentara. Oh demi kepala botak Kang saem! Jika ini mimpi Rae mi merasa harus segera terbangun. Rae mi berdehem kecil, untuk mengeluarkan suaranya yang entah mengapa terasa tercekat.

“A…ah tentu saja aku tahu kau Sunbae, kau sangat populer. Ah ya nama ku Jang Rae mi aku satu tingkat dibawah mu.” kata Rae mi sambil tersenyum kikuk dan menyambut uluran tangan Bambam. Rasanya Rae mi tidak ingin melepaskan tangan Bambam. Tangan Bambam terasa hangat dan…menyenangkan. Rae mi jadi teringat saat di sekolah menengah pertama dulu, saat dirinya menyapa Bambam dan mengangsurkan tangannya untuk sekedar berkenalan namun laki-laki itu membuang muka dan berlalu melewati Rae mi. Rae mi merasa kesal dan juga malu, tapi apa mau dikata? Rasa sukanya mengalahkan rasa kesalnya terhadap Bambam.

” Apa aku sepopuler itu? Ohya apa aku boleh memanggilmu Rae, Rae mi-ssi?” tanpa sadar Rae mi mengangguk kelewat semangat. Bambam yang menyadari itu tersenyum geli. Adik kelasnya ini sangat unik dan menyenangkan. Apalagi Bambam merasa sangat senang karena ternyata Rae mi ‘mengetahuinya’ dan rasanya seperti ada seribu…bukan… miliaran kupu-kupu berterbangan di perutnya!

” Sebenarnya Rae-ya, aku juga sudah mengetahui mu, jadi entah mengapa aku merasa lebih dekat denganmu.” Rae mi menganga dan terlihat berpikir. Apakah Sunbae nya ini perayu ulung?

“Kau sudah mengetahui ku Sunbae? Bagaimana bisa?” Bambam terkekeh geli melihat raut wajah Rae mi. Entah ada apa dengan otak dan matanya, namun menurut Bambam wajah Rae mi sekarang terlihat menggemaskan dan imut.

” Rahasia, Hoobae.” kata Bambam sambil menyentilkan jari nya pada cuping hidung Rae mi. Rae mi merasa akan pingsan saat itu juga. Ini aneh, pikirnya. Rae mi memang merasa senang bahwa Sunbae yang telah disukainya selama tiga tahun-yang menurutnya sulit sekali didekati melihat bagaimana tampilan dirinya-duduk tepat disampingnya dan sekarang tangannya berada di genggaman Sunbae nya itu. Tunggu…jadi sedari tadi tangannya dan tangan Bambam belum terlepas? Rae mi melihat sekelilingnya, sepi. Aman, pikir gadis itu. Gawat juga jika fans dari Bambam sunbae melihat tangannya ada didalam genggaman laki-laki itu, entah jadi apa dirinya nanti.

” Ehm…Sunbae, maaf bisa lepaskan tanganku? Tidak enak jika dilihat oleh fans mu.” Bambam melihat kearah tangannya dan tangan gadis itu. Benar juga, tangan gadis itu masih berada dalam genggamannya. Bambam merasa nyaman menggenggam tangan Rae mi dan entah mengapa ini terlihat cocok. Tangan Rae mi berada dalam genggaman tangannya. Ah ya! Bambam merasa punya ide. Ide yang dapat merealisasikan tujuan dirinya menghampiri gadis ini.

” Boleh saja. Dengan satu syarat. Berkencanlah denganku sepulang sekolah ini, Rae-ya.” Rae mi merasa tersambar petir. Oh baiklah mungkin itu terdengar sangat berlebihan tapi tidak ada perumpaan lagi menurut Rae mi yang tepat untuk menggambarkan perasaan dirinya sekarang.

 

..TEET…

 

Thanks for heaven! Batin Rae mi berterimakasih mendengar bunyi bel masuk.

“Bel sialan. Oh baiklah Rae- ya. Nanti kutunggu pulang sekolah  di gerbang sekolah. Aku tidak mau mendengar kata tidak. Annyeong, Rae- ya semoga pelajaranmu setelah ini menyenangkan. Oh ya lilac ungu itu untukmu, tolong di simpan Rae-ya.” Bambam melepaskan genggamannya dan kemudian mengacak rambut Rae mi pelan sambil tersenyum dan setelah itu laki-laki itu meninggalkan Rae mi yang masih mematung shock.

 

Flashback End

 

Setelah balik dari taman, Rae mi sempat masuk kelas. Namun apa daya, gadis itu masih tidak bisa berkonsentrasi bahkan pada pelajaran yang disukainya, kalkulus. Jadi, berakhirlah Rae mi di sudut pojok perpustakaan. Rae mi merasa salah, entah mengapa. Bohong jika Rae mi tidak merasa senang, justru Rae mi merasa sangat senang hingga dikiranya ini mimpi. Tapi Rae mi adalah seorang gadis peminder dengan penampilannya dan overthingking.  Rae mi takut dirinya dijadikan bahan taruhan oleh Sunbae nya itu, tapi jangan sampai ya Tuhan. Ini aneh! Tetap aneh mau dilihat dari segi mana pun, pikir Rae mi. Jarinya diketuk-ketukan pelan pada permukaan meja.

 

Mengapa baru sekarang? Bukankah sejak dulu aku sudah berkeliaran disekeliling Bambam sunbae? Mengapa baru sekarang Bambam sunbae menghampiriku? Mengapa dulu saat tanganku terangsur untuk berkenalan, Bambam sunbae malah mengabaikanku? Bukankah ini aneh? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar dipikiran Rae mi. Rae mi memang menyukai Bambam, tapi oh ayolah bahkan untuk bermimpi diajak kencan saja Rae mi tidak berani, Rae mi sangat sadar diri mengingat penampilannya yang terlihat kuno atau jangan-jangan Bambam sunbae sudah mengetahui bahwa aku sangat terobsesi padanya? Tapi tidak! Sekarang kadar obsesiku padanya sudah dikatakan normal dibanding dengan dulu.

 

Molla. Mungkin tadi hanya sebuah lelucon.” pikir Rae mi sambil mengangkat bahunya. Rae mi menghela napas, memikirkan ini entah mengapa lebih sulit diterima dibanding dengan jawaban-jawaban soal kalkulus yang pernah dikerjakannya. Rae mi pun menelungkupkan wajahnya, dirinya butuh tidur. Siapa tahu ini memang benar-benar mimpi, dan ketika dia terbangun nanti pasti semua kembali baik-baik saja. Untuk hari ini saja Rae mi akan membolos pelajaran.

 

***

 

Rae mi menggeliat dan melihat jam tangannya. Pukul 16.30.

Ah rupanya dirinya tertidur sangat lama. Rae mi mengambil kacamatanya dan memakainya. Dilihat sekeliling perpustakaan sangat sepi. Rae mi jadi bergidik ngeri. Dilangkahkan kakinya untuk keluar perpustakaan, untung saja perpustakaan belum dikunci. Terlihat siswa-siswi membawa tas mereka untuk pulang sekolah. Tiba-tiba saja phonecell nya berbunyi.

Yoo ra’s calling…

“Hallo Yoo ra-ya…”

“Ah aku tadi ketiduran di perpustakaan, sekarang sedang menuju kelas.”

“Benarkah? Oh baiklah terima kasih banyak Yoo ra-ya, aku segera ke gerbang sekolah.”

Rae mi pun berbalik arah menuju gerbang sekolah. Tas nya sudah dibawakan oleh Yoo ra dan gadis itu menunggu nya di gerbang.

“Yoo ra- ya!” panggil Rae mi saat melihat sahabatnya itu sedang menyandar pada salah satu beton dekat gerbang sekolah. Kim Yoo ra berbeda dengan Rae mi. Gadis itu terlihat modis dengan ujung-ujung rambutnya yang diberi warna berbeda dengan rambut bagian atasnya. Yoo ra juga tidak memakai kacamata dan kawat gigi. Rae mi awalnya curiga mengapa Yoo ra mau berteman dengannya namun menurut Yoo ra berteman tidaklah harus dilihat dari penampilan, asalkan nyaman itu sudah cukup, setidaknya itu menurut Yoo ra.

“Maaf telah merepotkanmu, Yoo ra-ya.” kata Rae mi sambil mengambil alih tas ranselnya. Yoo ra tersenyum dan memukul pelan bahu Rae mi.

“Ya! Kau seperti baru kenal denganku saja. Sama-sama Rae-ya. Oh ya aku tidak bisa pulang denganmu hari ini, Rae-ya, eonni ku mengajakku berbelanja. Kau tidak apa-apa?” Rae mi tersenyum.

“Tentu tidak apa-apa. Pergilah. Aku tahu kau sangat merindukan eonni mu itu yang hanya bisa kau temui sebulan sekali. Salam untuk eonni mu ya.” Yoo ra tersenyum dan mangayunkan tangannya.

“Dah Rae-ya kau hati-hati dijalan ya.” Rae mi mengangguk dan tersenyum. Rae mi menghela napas dan kembali berjalan melewati gerbang sekolah. Tepat baru dua langkah Rae mi melewati gerbang sekolah, tangannya digenggam oleh seseorang dan kemudian ditarik paksa.

Rae mi membelalakan matanya dan reflek memukul lengan si penarik yang ternyata seorang laki-laki.

“Ya! Apa yang kau lakukan? Lepas!” laki-laki itu pun berhenti dan berbalik menghadap Rae mi. Rae mi menganga.

“Bambam sunbae? A…ah maaf aku memukulmu tadi, ku kira siapa. Maafkan aku sunbae.” Bambam tersenyum geli melihat wajah Rae mi yang menurutnya menggemaskan.

“Ku kira kau melupakan kencan kita, Rae-ya.”

“Kencan? Ah jadi yang tadi itu bukan mimpi ya”gumam Rae mi yang masih bisa didengar oleh Bambam. Bambam tersenyum lagi, gadis didepannya ini benar-benar lucu dan terlihat polos.

“Tentu saja tidak, Rae-ya. Ayo kita jalan sekarang.” Bambam menarik tangan Rae mi lagi. Namun Rae mi masih diam ditempatnya. Rae mi masih merasa ini salah. Rae mi harus bertanya yang sebenarnya kepada sunbae nya ini. Rae mi tidak mau jika ini hanya akan membuat dirinya gede rasa. Bambam yang merasa Rae mi masih diam ditempatnya berbalik menghadap Rae mi. Dilihatnya wajah gadis itu seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Ada apa, Rae-ya?” tanya Bambam sambil mengusap tangan Rae mi yang berada dalam genggamannya.

“A…ah ini sunbae. Aku hanya tidak mengerti dengan sikap sunbae hari ini.” Bambam mngernyitkan dahinya.

“Ehm…maaf sebelumnya sunbae. Apa yang kau inginkan dari ku? Mengapa hari ini kau baik sekali? Kau ingin meminjam catatan kelas satu dari ku? Atau ada yang lain? Ah…ya atau kau ingin ku kenalkan dengan Yoo ra?” Bambam melongo mendengar penuturan gadis dihadapannya. Tidak mengerti cara berpikir gadis itu dan juga mempertanyakan apa sebegitunya tidak peka gadis itu.

“Mengapa kau mengatakan itu, Rae- ya?”

“Ehm…aku merasa ini salah dan aneh, sunbae. Coba pikirkan sunbae, bagaimana dua orang, laki-laki dan perempuan bisa menjadi dekat? Padahal mereka tidak pernah dekat bahkan saling mengenal pun tidak. Menurutku itu aneh sunbae.” Bambam menarik Rae mi untuk mengikutinya.

” Ikutlah denganku Rae-ya, kita berbicara sambil duduk saja.” Bambam membawa Rae mi dimana motornya terpakir.

” Kau duduklah disitu dan katakan yang membuatmu merasa aneh.” Rae mi menuruti perkataan Bambam. Bambam menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan berdiri menghadap Rae mi.

“Ehm…begini sunbae mungkin ini bukan waktu yang tepat tapi aku harus mengatakannya agar aku merasa lega.” Bambam mengangguk mengerti.

“Kau tahu sunbae? Ini terdengar gila memang, tapi aku sangat menyukaimu sejak kelas dua di sekolah pertama. Aku hoobae mu, sunbae saat di sekolah pertama dulu. Aku menyukaimu dan sangat terobsesi dengan mu, hingga aku masuk sekolah ini juga karena aku ingin selalu melihatmu. Tenang saja sunbae, rasa suka dan obsesiku hanya sebatas fans dan idola nya. Kau tahu sunbae? Saat mendengar kau punya kekasih, entah mengapa aku merasa senang karena kau senang saat itu. Tahu tidak, sunbae? Aku pernah merasa kesal padamu dulu saat di sekolah menengah pertama, aku ingin mangajakmu berkenalan tapi kau malah mengabaikanku. Demi kepala botak Kang saem, rasanya aku ingin mencoret-coret wajahmu tapi rasa suka ku terlalu berlebihan dibanding dengan rasa kesalku. Maafkan aku sunbae karena sudah terlalu gila mengikutimu tapi ini menyenangkan sunbae, menjadi fans mu merupakan salah satu yang bisa membuatku selalu termotivasi. Maka dari itu sunbae, aku tidak ingin ajakan kencanmu ini membuatku gede rasa hehe. Jadi katakan padaku sunbae, apa yang kau inginkan dari ku? Siapa tahu aku bisa membantumu asalkan kau tidak menjadikanku sebagai barang taruhanmu hehe.” Rae mi tersenyum menatap Bambam. Sedangkan Bambam sendiri merasa dirinya jahat. Bukan…bukan karena dia menjadikan Rae mi sebagi objek taruhan melainkan tidak menyadari Rae mi sedari dulu dan baru menyadarinya akhir-akhir ini. Bambam tersenyum, tangan kanannya mengacak pelan rambut Rae mi.

“Jujur saja aku kaget mendengar ceritamu ini, Rae- ya. Tapi aku senang keberadaanku bisa membuat mu menjadi termotivasi. Aku juga berterimakasih padamu karena telah menjadi fans ku yang setia. Jarang loh ada orang sepertimu, Rae – ya. Dan menurut ku kencan ini tidak salah, Rae – ya. Kau mau mendengar cerita versi  ku?” Rae mi tersenyum dan mengangguk semangat. Bambam terkekeh geli melihat binar mata Rae mi.

“Awalnya aku merasa gila. Karena aku memperhatikan seorang gadis yang…penampilannya berbeda dengan gadis-gadis pada umumnya. Namun semakin ku perhatikan gadis itu, aku merasa seperti teringat sesuatu. Aku sadar, Rae-ya, gadis itu selalu ada di sekitar ku, tersenyum padaku diam-diam. Selalu merasa senang saat aku senang dan sedih saat aku sedih. Teman-temanku yang mengetahui ini mengatakan aku aneh dan punya selera yang tidak biasa pada seorang gadis. Tapi asal kau tahu, Rae-ya, seleraku dalam memilih gadis memang tidak biasa. Asal dia membuatku nyaman dan selalu bersikap apa adanya aku akan menyukainya. kau tahu Rae-ya gadis itu siapa?” Rae mi masih dengan senyum mengembang di bibirnya menggeleng penasaran menunggu kelanjutan cerita Bambam.

“Namanya Jang Rae mi. Aku tidak tahu mengapa aku menyukainya, tapi mungkin , memang Tuhan sedang memberi gadis penguntit itu kesempatan untuk dekat denganku dengan caranya yang unik. Aku menyadarimu, Rae-ya, kau selalu mengikutiku kemana ku pergi dan aku sangat menikmati itu. Tapi akhir-akhir ini aku jarang melihatmu mengikutiku dan itu membuatku merasa aneh dan menyebalkan. Jadilah, sekarang aku diam-diam yang mengikutimu. Kau  tahu Rae-ya? Bahkan aku men-stalk SNS dan blog mu! Hanya untuk mengetahui dirimu seperti apa dan aku penasaran terhadapmu. Maka dari situ aku tahu bahwa kau sudah mengikuti ku dari dulu. Aku sangat senang membaca blogmu yang berisi perjalananmu mengikutiku, Rae-ya. Tuhan memang adil, Rae-ya.” Rae mi menganga tidak percaya. Oh ayolah ini bukan drama kan? Rae mi mencubit lengannya. Terasa sakit dan entah mengapa Rae mi ingin menangis.

“Aku menyukaimu, Rae-ya. Makanya hari ini dengan keberanian seadanya aku mendekatimu dan mengajakmu kencan.” Rae mi mengerjapkan matanya yang sudah buram oleh genangan air mata. Aish cengeng sekali, batin Rae mi. Tiba-tiba saja kacamatanya dilepas dan jemari Bambam mengusap lembut air matanya.

“Kau terlihat jelek saat menangis. Jangan menangis, Rae-ya.” Rae mi memegang tangan Bambam, dan menurunkan perlahan dari kedua matanya.

“Tidak. Mata ku hanya kemasukan debu sunbae.” Bambam terkekeh geli mendengar jawaban Rae mi.

“Jadi? Kau mau kan menjadi kekasih ku, Rae-ya?” Rae mi tersenyum kecil.

“Kau serius, sunbae? Aku tidak secantik Soojung, aku tidak seramah Johyunsunbae, dan aku juga tidak sepopuler Jiyeon sunbae.” Bambam tersenyum kemudian memasang kembali kacamata Rae mi pada gadis itu, setelah itu Bambam memegang kedua bahu Rae mi dan menatap mata gadis itu.

“Lihat aku, Rae-ya. Tadi sudah ku katakan bukan? Asal gadis itu membuatku nyaman dan apa adanya, aku akan menyukainya. Cantik, ramah, populer semua itu tidak ada artinya jika aku tidak nyaman.”

“Tapi kau populer, sunbae. Kau juga tampan. Apa kau tidak malu jika punya kekasih sepertiku? Lalu bagaimana dengan fans-fans mu nanti?” Bambam berdecak gemas. Dicubitnya pipi kanan Rae mi yang membuat gadis itu meringis sakit.

“Aku bahkan rela tidak memiliki fans selama ada kau yang selalu menjadi fans ku, Rae-ya. Lalu kalau aku populer dan tampan kenapa? Apa kau tidak sadar? Kau cukup populer dikalangan laki-laki. Untuk ukuran seorang gadis kau memiliki tubuh yang tinggi dan langsing. Kau juga manis, Rae-ya jika sedang tersenyum. Ada lesung pipi yang terbentuk saat kau tersenyum, sayangnya kau jarang tersenyum, Rae-ya jadi mereka tidak tahu.” Rae mi menunduk malu.

“Tapi, sunbae aku kan baru menyukaimu sebagai seorang fans…” ucapan Rae mi terpotong dengan perkataan Bambam.

“Maka dari itu, kau harus menjawab ‘ya’ dan aku akan membuatmu menyukaiku lebih dari seorang fans.” bersamaan dengan menyelasikan ucapannya, Bambam menarik Rae mi kedalam dekapannya. Rae mi membelalakan matanya, rasanya sangat hangat. Rae mi menghela napas dan melingkarkan kedua tangannya pada punggung Bambam. Mungkin benar kata Bambam, Rae mi sedang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk berada disisi orang yang disukainya.

“Baiklah sunbae. Aku akan menjadi kekasih mu. Terima kasih sunbae sudah memberiku kesempatan.” Rae mi memejamkan mata sambil tersenyum.

“Aku juga berterima kasih Rae-ya.” Bambam mengusap lembut rambut Rae mi dan tersenyum.”Rae-ya jangan panggil aku sunbae, panggil aku oppa Rae-ya.”

Rae mi menggeleng pelan “Tidak mau, sunbae. Anggap saja ini panggilan sayangku padamu.” lalu keduanya tertawa bersama. Rae mi jadi yakin bahwa usaha-usaha yang telah kita lakukan pastilah membuahkan hasil walaupunmemiliki kemungkinan kecil dan semua hubungan terjalin tidak selalu dengan alasan cantik, tampan, ramah, ataupun populer melainkan adanya kenyamanan antara satu sama lain.

 

THE END

11 responses to “[Oneshot] I Like You

Leave a comment