Just a Troublemaker (part 3 – Let’s Get Play Them Around!)

Bagi yang ingin melihat kelanjutan Sung Min dkk. untuk duo maut Hye Ga dan Jong Sae, lihat di sini! Sengaja author kasih subtitle biar jadi agak jelas ceritanya (rada aneh sih… ^^)

(Mian nih kalo author rada2 error dan bergeje ria disini, ngerjainnya pas lagi ujian, ceritanya author nekat belajarnya cuman dikit^^ gambarnya author coba bikin sendiri… semoga suka ^^)

Selamat mengerinyitkan dahi (apaa lagi) ^^

***

Just a Troublemaker (part 3)


Author                  : jinhyeonni
Main Cast            : Sung Min (Super Junior), Jong Sae (someone), Hye ga (someone juga)
Minor Cast          : Dong Hae (Super Junior), Ki Bum (Super Junior), Kang In (Super Junior), Ye Sung (Super Junior), Kyu Hyun (Super Junior).
Genre                   : General (G)

Ye Sung tiba-tiba menjentikkan jarinya. “He, aku tahu! Dia ‘kan suka dengan hal-hal yang berbau pink dan semacamnya, bagaimana kalau aku menawarkan barang itu kepadanya dan mempunyai janji kepadanya di suatu tempat? Dia ‘kan tak curiga kepadaku.”  Tiba-tiba… “Huoo… berkumpul disini semua toh!” Mereka semua mendongak dan terkaget-kaget sendiri.

Ki Bum berdiri dan menepuk bahu si sumber suara. “Ah, kau mengagetkan saja. Duduk yuk!” Akhirnya ia duduk di sebelah Ki Bum. “Aku ‘kan punya ide yang lebih bagus,” katanya. Sung Min berkata setengah marah, “Huaah, kukira Jong Sae tau! Suaramu kalau cempreng seperti itu lebih mirip Jong Sae!” Kang In pun bertanya dengan penuh semangat – kalau hal yang seperti ini sih, Kang In paling semangat –   dan mendekat ke Kyu Hyun, yang tadi sempat mengagetkan mereka.

“Beginii, jadi awalnya kau, Ye Sung, memikatnya dengan suara indahmu itu. Aku tahu itu, saat pentas seni, dia sampai mengeluarkan air liurnya saat kau menyanyi!” “Ya, jangan bilang itu! Aku jadi mual tau!” potong Ye Sung. Kyu Hyun cengegesan. “Ekeke baik hyung. Oke, lanjutkan. Lalu, setelah itu…”  “Kapan kita melakukannya?” Sung Min menyela. “Um… lebih baik saat pulang nanti. Di sekolah ‘kan mereka suka berlama-lamaan berdua setelah jam pulang. Kita tunggu sampai sore dan… curi diari pink bercorak bunga kekanak-kanakan miliknya!” Jin Hyeo bengong. Anak ini nekad juga, pikirnya.

Ye Sung menyanggupi tugasnya sambil setengah terpaksa membayangkan wajah dungu Hye Ga yang membuatnya terpuruk. Kemudian, Kyu Hyun membagi tugas kepada sisanya. “Umm… Jin Hyeo, kau ikut dengan Kang In dan Dong Hae. Tugasmu mengambil diari pink norak itu dari tas Hye Ga, karena kau dan Hye Ga sama-sama perempuan, kalau-kalau ada barang-barang yang bukan konsumsi lelaki. Dong Hae, pancing salah satu penjaga tas paling setia si Hye Ga itu, siapa lagi kalau bukan Jong Sae. Kau…” “Eh, memang aku harus berbicara seperti apa padanya?” “Dia terkagum-kagum padamu karena kau kapten tim basket sekolah, ‘kan?” tanya Kyu Hyun memastikan.

“Kurasa… ya. Dia…” “Bukan kau rasa tapi memang benar dia tergila-gila padamu. Aku pernah melihatnya memotretmu saat main basket dan menaruh fotomu di samping foto Kobe Bryant, mungkin karena dia tak bisa main basket selihai dirimu. Jadi banyak omonglah tentang basket bersamanya, dan ajak dia ketempat lain. Dia lebih pedul soal basket daripada tas level TK milik Hye Ga.” Dong Hae langsung membuat ekspresi jijik. “Aish. Aku tak mau jadi yaoi!”  ucap Dong Hae sambil meringis dan disambut tawa renyah.

Kang In heran. “Lalu, aku kenapa harus bersama Jin Hyeo?” “Kalian berdua harus mengalihkan perhatian para bodyguard yang bisa jadi ada di sekitar tas Hye Ga. Ambil tempat yang agak jauh dari kelas, dan buat keributan sebanyak mungkin dengan meneriakkan jurus dalam bela diri yang kalian pelajari. Para bodyguard pasti menuju ke arah suara dan mencari kalian. Tinggalkan sejumlah kekacauan seperti pot rusak atau tanah yang terhambur di tempat yang meninggalkan kesan kalian telah membuat keributan dan dengan tak bertanggung jawab meninggalkan tempat. Ara?”

“Ne, arasseo. Kang In, tapi kau jangan sampai memukulku! Awas kau,” ancam Jin Hyeo. “Ekeke, tak akan, tenang yeowang,” jawab Kang In. “Eh, tapi kapan, dan aku dan Ki Bum harus kemana?” tanya Sung Min. “Ki Bum, Sung Min, kalian ikut aku, dan kami akan menunggu kalian yang bertugas (wow) di kantin sekolah. Eh, kalian membawa telepon genggam, ‘kan?” tanya Kyu Hyun memastikan. Semua mengangguk. “Joayo. Sekarang beritahukan lewat SMS pada orangtua kalian kalau kalian sedang ada tugas bersama, jadi tak bisa pulang cepat.”

***

Tak terasa, bel pulang telah berbunyi. Mereka harus masuk ke dalam kelas dulu baru pulang setelah mengucapkan do’a bersama-sama.

Dan aksi mereka dimulai!

Hye Ga dan Jong Sae masih di kelas. Tanpa mereka sadari, enam pasang mata mengintai mereka dari balik jendela. Supir dan pengawal Hye Ga tiba agak terlambat. Masih ada kesempatan. Kyu Hyun tersenyum misterius. “Khukhukhu. Baik chingudeul, ke tempat masing-masing. Perhatikan terus telepon genggam kalian, aku akan mengkoordinasikan kalian lewat itu. Palli!” Kemudian mereka bergerak ke tempat masing-masing. Ye Sung, Dong Hae, Kang In dan Jin Hyeo ke ruang kelas dan sekitarnya, Kyu Hyun menggeret Sung Min dan Ki Bum ke kantin sekolah yang untungnya buka 24 jam, dan… Hye Ga dan Jong Sae masih berkutat di kelas dengan menjijikannya.

***

Ye Sung sudah tiba lebih dulu di dekat ruang kelas, disusul oleh Dong Hae, Kang In dan Jin Hyeo. “Tunggu di sini, dan cari tempat yang tersembunyi… Ha, dibalik semak ini saja.” Mereka pun bergegas ke semak yang agak tinggi yang Ye Sung tunjukkan.

“Aku akan merayu Hye Ga dulu. Dong Hae-ah, kalau sudah ada bodyguardnya Hye Ga, kau langsung bergegas ke dalam kelas. Jangan membuat mereka curiga, jalan biasa saja. Kang In dan Jin Hyeo, tunggu Dong Hae mengeluarkan Jong Sae dari kelas. Setelah itu, kalian bergegas ke… mana ya?” Jin Hyeo menyela. “Bagaimana kalau ke taman sekolah dekat sana? Tak terlalu mencolok, ‘kan? Tapi kalau berisik terdengar sampai sini,” ujarnya. Ye Sung mengangguk. “Boleh… Baiklah, kau dan Kang In ke taman sekolah, lalu kalian membuat keributan disana. Joayo…kkaja!”

Ye Sung berjalan dengan pelan menuju kelas 8 Joseon, tepat di sebelah kelasnya, 8 Shilla. Berdeham pelan di depan pintu kelas yang berisikan sepasang kekasih aneh, Ye Sung mulai memanggil Hye Ga – setelah sebelumnya mengerinyitkan muka – dengan suara merdunya. “Hye Ga sshi…” Hye Ga dan Jong Sae – yang saat itu sedang membacakan dongeng anak-anak kepada Jong Sae dengan suara yang membuat risih setiap yang mendengarnya – langsung menoleh ke arah Ye Sung. “Umm… waeyo, Ye Sung?” jawabnya dengan sikap yang sok-manis-tapi-nyatanya-tak-keruan itu. Matanya berkedip-kedip, membuat Jong Sae cemburu. “Chagiyaaa, bacakan aku lagi doong…” pinta Jong Sae pada Hye Ga. Ye Sung mulai mual, namun ia tahan.  Ia mulai membujuk Hye Ga. “Hmm… Hye Ga, aku ingin menyanyikan satu lagu untukmu, tapi di gedung sebelah sana ya…” pintanya. Hye Ga langsung setuju dengan Ye Sung, dan meninggalkan Jong Sae di kelas dengan buku dongeng bodohnya.

Saat itulah, bodyguard Hye Ga menjelang di depan pintu kelas. Mereka berjumlah dua orang. Tampang mereka semua sangar dan beringas, namun sepertinya gampang ditipu. Mereka berdua bertubuh tinggi besar, hanya saja yang satu kulitnya agak putih dan satunya lagi agak hitam. Ye Sung yang sedang bergandengan dengan Hye Ga pun ditanya oleh salah satunya yang berkulit agak hitam dan memakai topi baret tentara. “He, mau apa kau membawa nona?” Hye Ga berkelit. “Mworago? Dia ingin bernyanyi untukku. Biarkanlah! Sudah pergi sana jaga tasku di depan kelas bersama Jong Sae. Palli!” Hye Ga dan Ye Sung pun berlalu dari hadapan bodyguard-bodyguard itu.

Dong Hae yang telah melihat kepergian Ye Sung dan Hye Ga dari kelas 8 Joseon, keluar dari dalam semak-semak sambil membawa iPod Nano-nya dan berkata pada Kang In dan Jin Hyeo. “Wish me luck, guys. Nanti saat aku keluar, kalian ke taman.” Kang In dan Jin Hyeo mengacungkan jempolnya. Dong Hae keluar sambil mendengarkan lagu Don’t Don dari iPodnya, mencoba santai.

Kedua bodyguard Hye Ga celingak-celinguk. Saat mereka melihat Dong Hae, mereka langsung menginterogasinya. “Ya, siapa kau?” tanya si kulit putih. “Aku Lee Dong Hae, kapten tim basket sekolah ini, ingin berbicara pada Jong Sae yang ada di kelas yang kelihatannya kalian awasi sekarang. Ada apa ya?” jawab Dong Hae santai. “Tak ada maksud untuk mencelakai nona Hye Ga?” “Tak ada maksud untuk menyakiti tuan Jong Sae?” “Kau tak mau apa-apa, ‘kan?” cecar mereka. Huaah, pertanyaan bodooh, batin Dong Hae. “Tidak, tenanglah, aku hanya ingin memberitahukan sesuatu pada Jong Sae. Boleh ‘kan?” Mereka berdua bertatapan sejenak. Mereka ini, apa sih maunya? Ah, aku tahu! pikir Dong Hae dalam hati. Hal yang membuat mereka luluh, pasti… “Aku punya sesuatu untuk kalian, jamkanman!” Dong Hae merogoh sakunya. “Ini. 20 won. Mau tidak? Kalau-kalau nanti sepulang menjemput Hye Ga kalian lapar?” Kedua bodyguard itu langsung tersenyum riang. “Gomawo, Dong Hae ssi. Masuk sajalah… Kami takkan menghalangimu.” Ffuh, akhirnya… Dong Hae pun masuk ke dalam kelas.

Jong Sae sendiri di pojok sambil memanyunkan bibirnya hingga terlihat seperti hampir jatuh. Dong Hae menghampirinya. “He, Jong Sae-ah, kenapa kau sendirian disini?” Jong Sae menjawab – tetap dengan mulut yang hampir jatuh – dengan lemas seperti anak kecil (yang benar-benar kecil) yang kehilangan balonnya. “Anuu… Hye Ga pergi dengan Ye Sung…” Dong Hae berpura-pura heran. “Ha? Mworago? Yang benar?” Jong Sae mengangguk. Lalu, Dong Hae merangkul Jong Sae. “Ya, aku ingin membicarakan sesuatu padamu.” Jong Sae membelalakan matanya. “Apa ini soal basket?” tanya Jong Sae. “Ne… ahaha, kau bisa saja. Yuk, keluar! Kasihan kau disini sendirian saja.” Akhirnya, Dong Hae menarik Jong Sae keluar, dan Kang In mulai mendorong Jin Hyeo untuk pergi ke taman sekolah.

Sung Min cemas. Ia melirik jam tangan G-Shock yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah jam setengah 5, sejak mereka mulai berpencar jam 4. Apa mereka tak mengalami hambatan? Tanyanya dalam hati. Kyu Hyun yang masih asyik membaca novel Eva Ibbotson yang berjudul ‘The Secret of Platform 13’ terlihat santai. Eh, tapi… kenapa Kyu Hyun bisa tahu semua ya?

Sung Min mencoba bertanya pada Kyu Hyun. “Kyu Hyun…” “Umm?” “Kau tahu dari mana semua ini?” Kyu Hyun terdiam sebentar, lalu tertawa kecil. “Hehehe, kau tahu ‘kan aku begitu benci padanya?” Sung Min mengangguk sambil heran. “Ne,” jawabnya. Tapi kenapa kalau dia benci dia justru tahu semua?

Kyu Hyun tertawa lagi. Ki Bum yang tadi asyik dengan netbooknya sekarang mendekat setelah mendengar pertanyaan Sung Min. “Chingu, kalau ingin melawan musuh, lihatlah apa kebiasaan yang ia sering lakukan! Dari situlah, kalian bisa mengetahui kelemahannya,” jawab Kyu Hyun. “Huooo. Jadi setelah pulang sekolah pun kau mengikutinya?” tanya Ki Bum. “Aish, mana mau aku mengikutinya? Lebih tepatnya, aku menguntit. Melihat detil-detil kegiatan mereka dari mulai jam 4 sampai pulang. Terkadang jika mereka ketiduran di sekolah aku menjepret mereka, setelah aku beri bodyguardnya itu uang 20 won. Ini fotonya! Mereka benar-benar terlihat seperti di kandang!”

Di foto hasil jepretan Kyu Hyun, terlihat dua orang yang tidur dengan posisi tak mengenakkan. Yang perempuan tidur dengan posisi seperti sapi, dan yang lelaki tertidur di sebelahnya sambil mengunyah sebuah permen lolli dengan bodohnya, dan meringkuk seperti keledai kedinginan. Sung Min  dan Ki Bum menahan tawa. “Ppphfht… Huakakakak! Bagus sekali fotomu! He, bagaimana kalau… kita upload foto ini ke Facebook dan tag semua teman-teman satu sekolah? Ide bagus ‘kaan?” bisik Sung  Min dengan nada penuh kemenangan. “Iya ya… Eh, mumpung aku bawa modem dan netbook, mau upload sekarang?” Ki Bum memberi masukan. Kyu Hyun mencegahnya. “Eeh, gajima! Jangan sekarang! Tunggu rahasia-rahasia itu dulu!” Sung Min berpikir sebentar dan menyetujui ide Kyu Hyun. “Baik. Ini akan berjalan begitu bombastis! Pasti ia langsung geger!”

***

Kang In dan Jin Hyeo masing-masing telah memegang satu pot. “Ja. Dari kau dulu, Kang In! Teriaklah sambil menyalahkan aku!” bisik Jin Hyeo. Kang In mengangguk. “Ne. Hana… Tul… Set! KAU APA-APAAN SIH?!” teriak Kang In. Jin Hyeo ikut berteriak. “KAU JUGA! DIAMLAH, ATAU AKU HANCURKAN MULUTMUUU, DASAR RAKUN TAK BERGUNAA!” Kang In mulai melempar potnya, diikuti oleh Jin Hyeo, sambil terus berteriak. Namun, “HOOIII! RIBUT SEKALI KALIAAAN!”

Nah lho. Bodyguard Hye Ga telah menjelang di depan taman sekolah. Kang In dan Jin Hyeo kaget sambil melompat. Tapi untung, saking dungunya, pengawal-pengawal yang bikin merinding tapi berpikirnya tak lebih cepat dari jalan seekor siput pun tak menyadari kalau mereka hanya pura-pura berkelahi. Kang In yang otak jahilnya selalu siap sedia dalam berbagai suasana berbisik kepada Jin Hyeo. “Hoi, bentak mereka!” Jin Hyeo terhenyak. “Apa?!” jawabnya sambil setengah berbisik. “Ppalli!” bentak Kang In.

“He, apa-apaan sih kalian?” tanya si bodyguard berkulit putih. Jin Hyeo menarik nafas untuk sejenak, dan membentak mereka. “He, kau yang apa-apaan! Ini urusan pribadi kami, bukan urusanmu, tau!” Si bodyguard sok-sokan itu malah bertanya, “Apa yang bisa kami bantu untuk kalian? Kami ‘kan bodyguard handal. Benar ‘kan, frieds (maksudnya friend)?” ucap si bodyguard berkulit putih (yah, nyatanya mereka belum lihat-lihat amat dalam urusan bahasa, apalagi memecahkan masalah orang lain. Benar-benar.)  Melihat mereka berdua yang masih santai-santai saja, Kang In melihat ini sebagai sebuah kesempatan. Kang In menarik tangan Jin Hyeo dengan cepat, sembari berteriak “DASAR DUNGU BISA DITIPU!! BWEEE!” Lalu mereka lari meninggalkan dua bodyuguard yang sekarang mulai mengejar mereka.

Saat di tikungan di tengah kejaran bodyguard yang serem bin bikin merinding disko tapi bloonnya setengah hidup (panjang amat), Jin Hyeo teringat sesuatu. “Eh, tadi bukannya… Aku harusnya mengambil buku catatan norak itu?” Mereka terhenti sesaat, dan… “MWO?!!” Kang In berteriak, lalu dengan cepat berbisik, “Cepat kau ke kelas! Memutar lewat arah sana! Aku akan mengalihkan mereka!” Jin Hyeo pun berlari ke arah lain, tepat sebelum orang-orang aneh itu melewati tikungan.

***

Jong Sae terus menerus memohon pada Dong Hae untuk foto bersama sekali lagi – sejujurnya, sudah terhitung 120 foto ada di dalam folder kamera Jong Sae hanya untuk fotonya dan Dong Hae seorang – dan Dong Hae sebenarnya jijik melakukan ini, karena Jong Sae berpose seperti seorang wanita terus menerus. Omooo, sampai kapan penderitaan ini terus berlanjuut…? Batin Dong Hae kesal.

“Dong Hae-ah… Chebal… Ayo foto lagi…” pinta Jong Sae sambil terus menarik tangan Dong Hae. Inginnya sih, meninggalkan Jong Sae di tempat, tapi SMS dari Kyu Hyun atau Sung Min masih belum muncul.

***

Jin Hyeo mengobrak-abrik tas Hye Ga. Dicarinya diari pink aneh bin ajaib itu di tengah bungkusan permen karet yang membanjir di dalam tas Hye Ga. Setelah mengawut-awut ‘rimba tersembunyi’ (ini adalah bahasa halus dari ‘tumpukan sampah dan kaus kaki bau yang lama disimpan, mau coba rasa kaus kaki yang sudah melewati proses fermentasi?), akhirnya ia menemukan diari itu. Buaah, dari depannya saja Jin Hyeo sudah muak. Bagaimana tidak muak jika diari itu penuh dengan bekas lipstik! Namun, dua langkah kaki beranjak ke kelas dimana Jin Hyeo sekarang berada, memegang diari yang tak penting namun berharga itu. Jin Hyeo terlonjak kaget. Siapa itu?

***

Hehehe… selalu begini (dasar author ga ada ide lain). Oke, nantikan lanjutan berikutnya ya…

Jangan lupa komen, kritik dan saran… ^^ Gomawo ^^

6 responses to “Just a Troublemaker (part 3 – Let’s Get Play Them Around!)

  1. Jinhyeo ketemu sp tu?
    Huaa.. Mdh2an brhasl d misi sungmin n friends.
    Ho iy, gambrnya keren lo…

Leave a comment