SUPER JUNIOR RADIO LOVE SERIES: WILD ORCHID FOR KYUHYUN’S HEART (PART 4)

Wild Orchid for Kyuhyun’s Heart (Part 4)

 

Author: Kim Hye Ah, follow me @KimHyeAh22

Cast: Cho Kyuhyun (SUPER JUNIOR)

Kwon Yuri (SNSD)

Additional Cast: Member Super Junior, Member Kyu Line & Lee Rin Joo (OC), Danielle Kim/ Dainn (OC)

Rating: PG-17

Genre: Romance, Friendship, Family

Disclaimer & Notes:

  1. Humans, things, and ideas here belong to God. Full crediting me, my blog, and this page if you wanna take it out.
  2. I only post my story at ffindo and hyeahkim.wordpress.com. If you find any other stories in other blogs from the author called ‘Kim Hye Ah’, this ‘Kim Hye Ah’ is not me (except some blogs which have reblogged my stories from ffindo or my personal WP, that’s truly me hehe). Kim Hye Ah is a common name so it is acceptable if many authors use this name. I hope you can distinguish which stories written by me or other Kim Hye Ah:)
  3. Wanna get these? Ingin dapat hadiah ini? klik hyeahkim.wordpress.com

Tapi jangan lupa baca dulu ff WO ini yah.

Poster: missfishyjazz@myfishyworld.wordpress.com

PS: I apologize for typo. Please feel free to correct me

Prolog | Part 1  | Part 2  | Part 3  |

Cerita Lalu

  “Appamu sakit, ia tadi terjatuh saat bekerja di tempat bangunan. Tadi tetanggamu meneleponku memintamu untuk segera pulang. Aku sendiri tidak tahu rincian peristiwa itu sebenarnya. Tapi sebaiknya kau pulang sekarang.”

Yuri mencoba tersenyum tapi batinnya tetap kalut. Sekali itu dalam hidupnya ia merasa tidak bahagia menjadi orang miskin. Padahal dalam rentang umurnya, Omma selalu mengajarkannya untuk bersyukur dengan apapun yang ia miliki. Ia dengan sekuat tenaga mematuhi ajaran Omma dan selalu menerima nasibnya dengan tersenyum walau itu buruk sekalipun. ‘Syukurilah dengan apa yang kau punya dan jangan mengeluh’, kalimat itu selalu terpatri dalam hati dan pikirannya. Tapi ada suatu saat dimana ia mempertanyakan banyak hal, kenapa kehidupan keluarganya begitu sangat menderita, kenapa mereka begitu miskin, dan kenapa Tuhan begitu tidak adil karena telah menempatkan mereka dalam kehidupan yang teramat sulit?

Wild Orchid for Kyuhyun’s Heart (Part 4)

Malam itu, seorang yeoja dengan dandanan seperti boneka Barbie sedang duduk di atas singasana mewahnya dalam kamar yang begitu megah dan memiliki cita rasa feminin. Dari wall paper dan furniture berwana pink lembut dan mahal yang menghiasi kamar ini membuat orang bisa menebak siapa pemiliknya. Tentu saja seorang yeoja dengan cita rasa tinggi.

Tapi kelembutan ruangan itu tentu saja kontras dengan rasa amarah yang tiba-tiba menggelegak dalam diri Dainn. Ia hanya bisa ternganga sambil menahan amarah mendengar informasi penting dari kedua temannya yang khusus datang ke rumahnya malam itu.

“Kau yakin, Kyuhyun Oppa datang mengunjungi Yuri aneh itu tadi siang di kampus?”

Kedua temannya yang lebih tepat dianggap sebagai copycat-nya Dainn karena gaya berdandan mereka yang menyerupai yeoja itu mengangguk dengan yakin.

“Apa yang mereka bicarakan?”

Kedua temannya itu mengangkat bahu.

“Cukup lamakah?”

Hanya gelangan kepala yang didapat yeoja itu. Dainn tiba-tiba melempar gelas minumannya ke arah dinding.

Praaang, pecahan kaca gelas itu berjatuhan tanpa menunggu detik berlalu.

Kedua temannya itu hanya bisa melongo ketakutan. Mereka menutup mulutnya mencegah suara sekecil apapun keluar dari mulut masing-masing.

”Kyuhyun berjalan bersama Yuri apa maksudnya? Tidak akan kubiarkan!” dengan geram Dainn meremas-remas kertas-kertas yang ada di dekatnya. Ia menoleh lagi ke arah kedua tiruan dirinya itu.

“Mereka juga berjalan berdua dan naik mobil Kyuhyun Oppa berdua, begitukah?”

Yeoja-yeoja itu lagi-lagi mengangguk.

“Kau tahu kemana mereka?”

Kedua yeoja itu menggelangkan kepalanya dengan arah yang seragam. Mereka benar-benar seperti boneka Dainn, berbicara jika disuruh berbicara, diam jika diminta diam. Hanya menggelang dan menunduk tanpa bicara pertanda mereka harus menjaga emosi Dainn yang begitu labil. Jika mereka bersuara pasti mereka akan menjadi sasaran amarah yeoja itu. Suatu pertemanan yang tidak seimbang dengan Dainn sebagai ratu lebahnya hmm lebih tepatnya ratu macan.

“Sialan kau Yuri!” Dainn mengepalkan kedua tangannya tanda marah, “Aku minta kalian mengawasi Yuri itu. Terus berikan informasinya kepadaku tiap detik. Bisakah kalian kuandalkan?”

Lagi-lagi kedua temannya yang tidak diketahui namanya, atau kita sebut saja Dainn Wannabe 1 dan Dainn Wannabe 2 itu mengangguk dengan arah kepala ke atas dan ke bawah bersamaan. Mereka tidak bisa menolak titah sang ratu bukan?

Dainn tersenyum puas dengan kepatuhan kedua temannya itu tapi tetap saja tidak bisa menutupi hatinya yang begitu terbakar. Yuri harus mendapatkan pembalasannya karena berani-beraninya mendekati Kyuhyun. Seluruh penghuni kampus sudah tahu bahwa Kyuhyun adalah miliknya. Dan Yuri berani-beraninya mendekati namja itu. Lagi-lagi yeoja itu mencari masalah dengannya. Walaupun dalam hatinya ia tidak habis pikir bagaimana bisa seorang Kyuhyun mengenali seorang yeoja miskin seperti Yuri. Banyak pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya, apa yang dilakukan Kyuhyun di kelas Yuri waktu itu? Kemana mereka pergi dan ada apa? Rasanya waktu ini berjalan begitu lambat, ia ingin segera menguak semua gosip itu dan menumpahkan kemarahan dan kecemburuannya pada Yuri secepat mungkin. Jika perlu membuat hidup yeoja itu menderita.

Di malam yang sama, Yuri duduk merenung dalam jok mobil empuk itu, matanya memancarkan rasa gundah yang amat sangat. Malam itu hawa begitu dingin menusuk sampai ke sumsum tulang, mungkin ini tanda-tanda memasuki musim gugur. Daun-daun pohonpun sudah mulai menguning dan beberapa sudah berguguran. Kyuhyun menyetir bagai orang kesetanan. Sesekali ia melirik yeoja yang tampak melamun di sebelahnya, antara kasihan dan merasa bersalah. Ia menyadari tadi ia sedikit bersikap kasar kepada Yuri. Namja itu  memang sangat membenci orang yang suka ingkar dengan janjinya. Tapi setelah mengetahui alasannya, ia merasa menyesal. Mendengar bahwa terjadi sesuatu yang buruk terhadap Appa dari yeoja ini membuat rasa ibanya muncul. Biasanya ia tidak perduli. Ia memang tidak pernah perduli terhadap apapun kecuali jika Kyuhyun menginginkan dirinya untuk perduli, maka ia akan perduli. Perhatian dan empati dalam dirinya biasanya muncul karena kontrol dari otaknya bukan karena sesuatu yang bersifat naluriah yang muncul dari hatinya. Tapi untuk kasus ini, rasa iba itu tiba-tiba datang dengan alamiah. Ada sesuatu yang membuat Kyuhyun tergugah.

“Kau tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Appa-mu, Yuri?”

Kyuhyun mencoba memecahkan keheningan.

Yuri menoleh. Ia menggelang lemah.

“Aku tidak tahu dan aku tidak mau menduga-duga.”

“Apakah parah?”

“Aku tidak tahu Kyuhyun. Bahkan walau aku tahu Appa sedang sakit pun aku tidak pernah mau berpikir bahwa ia sakit. Aku masih berharap, apa yang kudengar tadi hanya mimpi atau mungkin kejutan untuk mengerjaiku.”

“Sepertinya kau sangat dekat dengan Appa-mu.” Kyuhyun menunjukkan ketertarikan walaupun mimiknya tetap dipasang sedatar mungkin.

“Kami sangat dekat. Aku sangat dekat dengan kedua orangtuaku. Tidak hanya Appa tapi juga Omma. Yah siapa lagi yang bisa kita percayai dalam hidup ini selain mereka. Kami berbagi kebahagian dan kesedihan bersama. Tahun-tahun yang berat kami lewati dengan tabah karena kami saling menguatkan. Jika ada sesuatu yang buruk terjadi dengan orangtuaku, aku rela menukar nyawaku demi mereka. Rasanya tidak ada hal yang lebih baik lagi dari itu untuk membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan padaku.”

Kyuhyun menoleh sekali lagi ke arah Yuri yang hanya berbicara sambil menatap ke depan. Sesuatu menarik hatinya.

“Bagaimana rasanya memiliki orangtua?”

Yuri menoleh heran,”Maksudmu?”

“Hmm maksudku, bagaimana rasanya memiliki hubungan sedekat itu dengan orangtuamu? Mianhae aku salah bicara.”

Kyuhyun tersenyum pendek, hampir saja ia keceplosan bicara. Ia memiliki orang tua yang sangat sibuk, walaupun mereka menyayanginya tapi kesibukan Appa yang luar biasa membuat jarak kasih mereka begitu lebar. Begitu juga dengan Omma yang harus selalu siap menjadi pendamping 24 jam untuk Appa. Kemanapun Appa berada pasti selalu ada Omma yang setia mendampinginya. Sayangnya, mereka jarang atau bisa dikatakan tidak pernah ada di sisinya. Tapi Kyuhyun mencoba memahami, atas semua berkah yang diterimanya selama ini, seharusnya ia lebih bersyukur.

Yuri tersenyum, ia menyibakkan rambutnya yang lurus dan panjang.

“Aku tidak bisa menggambarkannya tapi mereka seperti energi luar biasa bagiku. Mereka selalu mendukungku, mendoakanku, dan memberikan semua jiwanya untuk kebahagiaanku. Kadang mereka berlebihan tapi aku menikmatinya.”

Kyuhyun mengangguk, ia juga ingin merasakan perasaan serupa. Ada sesuatu dalam hatinya yang tiba-tiba terluka. Sesuatu yang selama ini ia tutupi hampir seumur hidupnya. Kerinduan yang tiba-tiba menggelegak muncul begitu saja.

Rumah susun Yuri kini sudah ada di depan mata. Namja itu menghentikan laju mobilnya.

“Kita sudah sampai Yuri, perlukah aku temani?” Kyuhyun menawarkan bantuannya.

Yuri keluar dari mobil putih itu. Ia membungkuk hormat pada Kyuhyun.

“Tidak usah, kau tahu apa yang akan terjadi jika seorang Cho Kyuhyun mendatangi rumahku? Bisa-bisa kau dipaksa membuat konser oleh tetangga-tetanggaku itu dan polisi akan banyak berdatangan ke sini.”

“Tapi aku khawatir dengan kondisi Appa-mu.”

Kata-kata itu terdengar merdu di telinga Yuri, apa ia tidak salah dengar? Seorang Kyuhyun mengkhawatirkan Appa? Namja yang tidak pernah terlihat perduli pada orang lain kecuali dirinya sendiri dan Seokhyun tentu saja. Tapi ia senang mendengarnya. Ketika kau sedang terpuruk, tiba-tiba seseorang datang hanya dengan memberikan kata-kata penyemangat walaupun sederhana tentu akan menjadi sarat makna dan obat yang mujarab bagi hatimu bukan? Yuri menghargai itu. Sesaat ia melupakan bagaimana arogannya Kyuhyun terhadap dirinya.

“Kalau begitu berdoalah untuk Appa-ku, mudah-mudahan tidak ada sesuatu yang buruk terjadi dengannya. Itu sudah cukup bermakna bagiku. Kau tidak usah mengikutiku, ini demi kebaikanmu juga, arrasso?”

“Baiklah, apapun yang kau minta,” Kyuhyun mengangguk,”Aku berdoa untuk kesembuhan Appa-mu Yuri.”

Yuri lagi-lagi membungkuk kemudian berbalik menjauhi Kyuhyun dan mendekati pintu pagar rumah susun itu sampai tiba-tiba dari belakang namja itu memanggilnya. Yuri berbalik.

“Ada apa Kyuhyun?”

“Aku berdoa untukmu juga, semoga kau tetap tabah Yuri. Fighting!”

Kyuhyun berteriak dari mobilnya sampai yeoja itu tersenyum geli. Yuri memberikan tanda hormat seperti gerakan hormat dalam upacara bendera. Ia kemudian berbalik dan berlari-lari mendekati rumahnya yang ada di lantai paling atas. Ia sangat khawatir dengan kondisi Appa. Pintu rumahnya terbuka, Yuri masuk dan hatinya tercekat melihat kondisi Appa yang sedang terbaring tidak berdaya di dalam kamarnya. Tampak Omma yang sedang duduk di sebelah ranjang. Wajahnya sembab seperti telah menangis seharian. Appa tampak tertidur dengan perban dan gips hampir menutupi semua tubuhnya. Beberapa luka terlihat di wajah pria paruh baya itu.

“Appa, apa yang terjadi?”

Tanpa bisa menahan perasaannya, Yuri memeluk Appa. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Appa yang tampak terbujur kaku. Omma segera menahannya.

“Jangan kau ganggu dulu Appa, ia sedang tertidur. Dokter tadi memberinya obat penenang untuk meredakan rasa sakitnya.”

Mereka saling berpandangan, beberapa detik kemudian Omma dan Yuri saling berpelukan. Semula mereka ingin menahan rasa tangis masing-masing, tapi pertahanan itu ambruk juga. Mereka menangis masih dengan saling berpelukan.

“Apa yang terjadi pada Appa, Omma?”

Omma melepaskan pelukannya, ia mengusap air mata yang jatuh di kedua pipi Yuri. Ia tidak pernah melihat anaknya menangis kecuali pada hari ini.

“Kau harus tabah Yuri. Appamu tadi mengalami kecelakaan, ia terjatuh ketika bekerja menjadi kuli bangunan. Beberapa batu bata juga menimpa tubuhnya.”

Mwo? Separah itu? Kenapa bisa? Bagaimana kondisi Appa?”

Yuri bertanya dengan bertubi-tubi. Ia tidak sanggup melihat kondisi Appa, ia juga tidak sanggup mendengar penjelasan Omma tapi ia harus mengetahuinya.

“Pekerjaan itu sangat berat, bukan lagi pekerjaan yang bisa ditangani dengan umur setua Appa. Appa harus mengangkut batu bata semacamnya dan Appa kehilangan keseimbangan sehingga terjatuh dan batu bata itu menimpanya.”

“Omma aku takut sekali.”

“Seharusnya Omma melarangnya keras waktu Appa meminta ijin untuk mengambil pekerjaan itu. Tapi semua sudah terlanjur. Kita harus tetap kuat dan tabah Yuri. Selama kita masih bersama Omma yakin kita mampu menghadang masalah apapun yang menimpa kita. Kita tidak boleh terlihat lemah di depan Appa. Itu akan membuat kesembuhannya berjalan lambat.”

Kekhawatiran baru tiba-tiba muncul di pikiran Yuri,” Lalu bagaimana dengan pekerjaan Appa dengan kondisi seperti ini dan bagaimana dengan biaya dokter?”

“Itulah yang ingin Omma bicarakan denganmu.” Omma mengajak Yuri untuk duduk menjauhi Appa, mereka kini ada di ruang tamu, ia menggenggam tangan Yuri erat,” Appamu terpaksa diberhentikan dari pekerjaannya sebagai supir di percetakan itu. Mereka menganggap Appa tidak bisa bekerja dengan kondisi seperti itu. Kau bisa melihatnya sendiri bukan?”

Runtuh sudah tembok pertahanan Yuri, ia sudah ingin menangis untuk yang kedua kalinya. Tapi melihat muka Omma yang sudah lelah, ia menahan dirinya. Ia harus terlihat tegar.

“Jadi Appa dipecat?”

Omma mengangguk,”Untunglah setidaknya perusahaan itu memberikan pesangon untuk Appa, tapi sayangnya uang itu telah habis dipakai untuk biaya perawatan Appa di rumah sakit tadi.”

“Tidakkah perusahaan konstruksi itu membantu biaya pengobatan Appa. Bukankah Appa terluka karena bekerja di perusahaan itu?” tanya Yuri penasaran.

“Omma sudah mencobanya, tapi mereka menolak, alasannya Appa belum bekerja lebih dari satu tahun sehingga belum berhak untuk mendapatkan asuransi kesehatan dan jaminan sosial lainnya.”

Yuri tertunduk lemah, cobaan demi cobaan tidak pernah berhenti menghantam keluarganya. Belum juga masalah sewa rumah selesai, kini muncul masalah baru dan ini lebih parah dari sebelumnya. Appa kehilangan pekerjaan dengan tubuh yang penuh luka. Pekerjaan Omma menjadi lebih berat karena harus menanggung biaya hidup Appa dan dirinya. Tidak boleh! Omma tidak boleh bekerja sekeras itu. Ialah yang harus bertanggungjawab. Bukankah ia masih memiliki 60 ribu won upah mengerjakan tugas dari Dainn tadi. Ia hanya harus mengumpulkan beberapa puluh ribu won lagi untuk membayar uang sewa bulan kemarin. Tekadnya sudah bulat.

“Omma, ijinkan aku menanggung kebutuhan keluarga kita.” Yuri berdiri dengan yakin.

“Maksudmu?” Omma menatap Yuri dengan pandangan bingung.

“Mulai besok, aku akan mencari pekerjaan tetap, bukan lagi paruh waktu seperti yang selama ini kulakukan. Aku bertanggung jawab juga untuk membayar tunggakan uang sewa rumah kita.”

“Lalu bagaimana kuliahmu?”

“Tidak usah khawatir, sebentar lagi aku akan liburan musim gugur dan sisa mata kuliah yang harus diambil tinggal sedikit lagi. Aku bisa membagi waktuku dengan baik. Omma tidak usah khawatir. Yang kuminta adalah Omma di rumah menjaga Appa, Omma tidak boleh lagi berjualan di pasar Insadong itu. Inilah saatnya aku untuk mengambil alih tanggung jawab keuangan keluarga ini Omma. Aku mohon restumu.”

Belum pernah Yuri bicara di depan Omma semantap ini. Tentu saja Omma menolaknya.

“Tidak bisa, Omma dan Appa banting tulang seperti ini hanya karena ingin melihatmu lulus kuliah dan supaya kau mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Itu tugas kami untuk membiayaimu. Kau tidak usah khawatir, Omma bisa bekerja mencari uang dan mengurus Appa sekaligus. Kau hanya harus belajar dengan baik, itu saja permintaan Omma.”

Yuri menggelang,”Selama ini aku selalu menuruti permintaan Omma, sekarang aku minta Omma menurutiku. Tetap tinggallah di rumah, dan aku akan mencari pekerjaan mulai besok. Aku yakin pasti aku akan mendapatkannya.”

“Yuri, kau begitu keras kepala, sama seperti Appa,” Omma mendesah susah sekali meyakinkan anaknya. Yuri begitu keras hati jika sudah mengingingkan sesuatu.

Yuri malah semakin bersemangat ketika Omma menganggap dirinya mirip Appa,“Bagaimana Omma, kau setuju?”

“Omma tidak setuju!”

“Omma tolonglah, kita harus menerima kenyataan bahwa di rumah ini hanya aku satu-satunya yang bisa bekerja fisik dengan lebih berat.”

“Tapi Omma tetap khawatir dengan kuliahmu.”

“Omma, apakah hasil studiku pernah mengecewakanmu?” tanya Yuri pelan mencoba meyakinkan Omma dengan cara yang lebih lembut.

Omma menggelang.

“Aku selalu mendapatkan nilai bagus walaupun aku juga bekerja paruh waktu. Tenang saja aku juga bisa melakukannya walapun harus bekerja dengan waktu penuh.”

Omma mendesah terpaksa, “Baiklah walaupun berat tapi karena kau memaksa, Omma setuju tapi hanya persetujuan sementara. Karena jika Omma melihat sedikit saja kuliahmu terganggu, Omma tidak akan segan-segan menyuruhmu untuk keluar dari pekerjaanmu itu.”

Yeoja itu tersenyum senang,”Aku berjanji hal itu tidak akan terjadi. Omma hanya harus percaya padaku.”

Sesaat mereka saling berpandangan lagi kemudian berpelukan. Pelukan yang saling menguatkan. Ada energi yang begitu besar keluar dari setiap sel tubuh Yuri ketika merasakan kehangatan pelukan dari Omma. Ia membutuhkan dukungan seperti ini, dukungan tanpa kata seperti inipun cukup untuk membangunkan kekuatan tersembunyi dalam dirinya. Besok saatnya ia bekerja lebih keras, tidak boleh menangis, tidak boleh mengeluh, tidak boleh lelah. Ia harus bersemangat!

Dari balik pintu ruang tamu yang masih dibiarkan terbuka, tampak sepasang mata melihat setiap potongan kedekatan Ibu dan anak itu dengan tatapan rasa ingin tahu yang begitu besar. Ia telah melihat dan mendengar semuanya. Rumah ini begitu kecil dan berdinding tipis sehingga mudah baginya untuk menangkap semua pembicaraan yang terjadi. Ia begitu penasaran dengan apa yang terjadi pada Appa Yuri sehingga tanpa disadari yeoja itu, Kyuhyun membuntutinya hingga sampai ke depan rumah yang luasnya hanya seperempat bagian dari kamar tidurnya. Ia tidak menyangka bahwa Yuri sebegitu miskinnya sampai tidak sanggup membayar uang sewa rumah susun ini. ‘Cobaannya begitu berat,’ gumam Kyuhyun. Tapi ia sedikit bernafas lega karena setidaknya sampai detik ini, Appa Yuri masih tetap hidup walaupun dalam kondisi yang mengenaskan.

Kyuhyun menarik nafas dalam-dalam, potongan-potongan kehidupan masa kecilnya tiba-tiba muncul dalam benaknya. Tapi ia tidak mau mengingatnya sekarang bahkan sampai kapanpun! Kyuhyun menarik nafasnya dalam-dalam, entah kenapa sejak mengenal Yuri tiba-tiba kepingan masa lalu yang terkunci rapat itu seolah memberontak, mengetuk pintu hatinya minta dibuka. Begitu juga dengan bayangan yang seolah-olah akan terjadi di masa depannya. Apakah Yuri itu…? Ah sudahlah, ia tidak mau berpikir terlalu jauh. Mengingat bahwa bayangan itu selalu datang saja membuatnya sakit kepala, ia tidak mau memperparahnya dengan berpikir yang tidak-tidak. Seperti menghubungkan sesuatu yang tidak terkait. Itu adalah sesuatu yang menggelikan.

Kyuhyun melangkahkan kakinya menuruni tangga. Jadi Yuri tinggal di lantai delapan ini tanpa ada bantuan lift? Bagaimana ia bisa bertahan hidup dengan kondisi ini. Tiba-tiba ia merindukan rumahnya yang selama ini kosong karena ia memilih tinggal di rumahnya sendiri beberapa tahun terakhir ini. Rumah megah yang ia tempati sejak umurnya masih 6 tahun. Mungkin sudah saatnya ia  berkunjung ke sana, siapa tahu Appa dan Omma sudah pulang. Ia juga ingin memeluk mereka, seerat Yuri memeluk Omma-nya. Ia berharap Tuhan masih memberikan kesempatan baginya untuk berterima kasih pada mereka karena mereka telah dengan begitu terbuka  memberinya tempat berteduh dan limpahan harta yang tidak pernah berhenti mengalir. Setidaknya untuk hal tersebut, ia hidup jauh lebih baik daripada Yuri.

Sesuatu ide muncul dalam benaknya. ‘Baiklah satu persatu masalah harus diselesaikan dengan baik,’ ujar Kyuhyun dalam hati.

Sesampainya di mobil putih Maybach kesayangannya, ia menelepon seseorang. Ini adalah usaha pertamanya untuk memperbaiki banyak hal.

“Yoboseo, Kyuhyun Oppa?”

Terdengar suara yeoja yang tampak tidak percaya Kyuhyun meneleponnya malam-malam begini.

“Annyeong Dainn.”

“Ada apa Oppa? Aku senang sekali Oppa meneleponku, adakah sesuatu yang bisa kubantu? Apakah Oppa ingin mengajakku bertemu? Hmm aku kangen…”

Rasanya Dainn sudah kehilangan harga diri dengan bertingkah begitu agresif. Yeoja ini memang tidak bisa menahan obsesinya pada Kyuhyun sehingga tingkahnya menjadi terdengar murahan. Telepon dari Kyuhyun seperti air yang memercik di tengah gelombang api kemarahan dan kecemburuan Dainn pada Yuri. Walaupun harus diakui sampai saat ini ia belum memiliki hubungan apapun dengan Kyuhyun, tapi jika seorang Dainn menginginkannya maka itulah yang harus ia dapatkan tanpa perkecualian apapun.

“Aku ingin mengajakmu bertemu besok, kau siap?”

“Jinja Oppa?”

Beberapa saat mereka saling berbicara melalui HP masing-masing. Tidak terdengar lagi apa yang mereka bicarakan, seperti biasa mimik Kyuhyun terlihat datar. Memang sulit menebak suasana hatinya jika hanya dilihat dari ekspresi wajahnya saja. Untuk hal ini, Kyuhyun adalah jagonya. Kehidupan di masa lalunya telah berhasil membuatnya mampu berakting sempurna. Donghae bahkan Siwon-pun yang sering terlibat menjadi pemeran utama drama Korea saja kalah dalam urusan ini. Telepon terputus, Kyuhyun tersenyum puas, begitupun dengan Dainn. Malam itu Dainn berharap mendapatkan mimpi indah seindah pertemuan dengan Kyuhyun yang dibayangkannya akan berlangsung sangat intim dan romantis.

Keesokan harinya

Universitas Korea.

Pagi tadi Yuri bangun dengan tidak bersemangat dan siang ini kini ia sudah berada di kampusnya. Sebelum pergi tadi ia sudah mengecek kondisi Appa yang masih pulas tertidur. Obat tidur itu rupanya berdosis tinggi sehingga Appa tampak nyenyak tidur dan tidak terganggu dengan banyaknya perban  dan gips di tubuhnya. Seharusnya sesuai prosedur kesehatan, Appa diberikan suntikan infus dan selang oksigen, tapi lagi-lagi karena ketidakmampuan biaya, Omma menolaknya. Yang bisa dilakukan adalah dengan membuka jendela pintu lebar-lebar, berharap Appa bisa mendapatkan oksigen dengan cara seperti itu.

Yuri melangkah gontai mendekati lokernya yang terletak berjejer dengan loker-loker lain di koridor gedung Insa ini. Beberapa mahasiswa meliriknya penuh rasa ingin tahu. Tentu saja gosip mengenai Kyuhyun yang tiba-tiba mengunjunginya di ruang kelas kemarin masih menjadi topik panas di kampusnya saat ini. Rin Joo tiba-tiba muncul, ia berlari dan memeluknya.

“Aku sudah dengar tentang kondisi Appa-mu, tadi pagi aku menelepon tetanggamu tapi kau sudah pergi. Yuri, aku berharap Appa-mu cepat sembuh, semoga kau tabah ya. Orangtuaku sudah mendengar ini dan mereka ingin mengunjungi Ahjussi, bolehkah?”

Yuri melepaskan pelukan Rin Joo dan terkejut melihat penampilan luar biasa sahabatnya hari ini.

“Kau tidak sedang memakai kostum Pikachu?”

Pikachu adalah sejenis animonster dari sebuah anime Jepang yang berwana kuning, populer di awal tahun 2000-an. Dan ia seperti melihat kucing kuning imut dari ujung kepala sampai ujung kaki plus dengan bando bertelinga kucing kuning pada diri Rin Joo, benar-benar seperti monster kucing sungguhan.

“Aku sedang memakai cosplay, Appa menghadiahiku kostum ini waktu perjalanannya ke Jepang. Ia membelinya di sebuah toko di Harajuku, Shibuya. Kau tahu kan tempat itu? Sebelum gelombang Hallyu ini mewabah seperti sekarang, pusat mode remaja berkiblat ke situ,” Rin Joo tampak bersemangat menjelaskan tapi ia teringat sesuatu,”Kau belum menjawab pertanyaanku bolehkah orangtuaku menjenguk Appa-mu?”

Yuri mengangguk, ia sedikit terhibur melihat penampilan nyentrik Rin Joo. Banyak orang pintar nan unik di kampus ini, termasuk salah satunya adalah yeoja itu.

“Silahkan, mudah-mudahan orangtuamu tidak terganggu karena mereka harus menaiki tangga ke lantai delapan.”

Gwenchanayo Yuri. Jika perlu aku siapkan alat panjat gunung untuk mereka atau kostum spiderman. Sepertinya menarik bukan jika Appa-mu dikunjungi Spiderman Family? Kami memiliki kostumnya. Kami membelinya waktu jalan-jalan ke Studio Universal di Amerika tahun lalu.”

Yuri kembali tersenyum. Yeoja ini begitu aneh tapi menyenangkan. Rin Joo pandai membuatnya tertawa. Sambil mendengarkan ocehan Rin Joo, Yuri membuka lokernya yang terkunci untuk mengambil beberapa buku tulisnya. Tiba-tiba sebuah selebaran kertas kecil jatuh di dekat sepatunya. Ia memungutnya, Rin Joo ikut mendekatinya karena penasaran.

“Itu apa Yuri?”

“Entahlah.”

Yuri membaca sekilas. Sebuah lowongan pekerjaan menjadi Asisten Music Director sebuah radio terkenal. Iklan itu tidak menyebutkan nama perusahaannya. Brosur itu begitu menarik mata sehingga ia tertarik membacanya lebih lanjut. Ada tulisan ‘Dicari seorang yeoja, walk interview, dan gaji bulanan plus komisi dan tunjangan yang menggiurkan’.

“Siapa yang menaruh brosur ini di lokermu?”

Yuri menggelang, “Entahlah, mungkin loper koran dan semacamnya.”

“Mana mungkin loper koran diijinkan masuk ke ruangan ini,” jawab Rin Joo tidak yakin.

“Yah, apapun itu tidak terlalu penting dipikirkan. Ini hanya lowongan pekerjaan biasa.”

Rin Joo juga ikut-ikutan membacanya.

“Kupikir itu pekerjaan yang harus kau coba Yuri.”

“Tapi aku tidak memiliki pengetahuan apapun soal radio dan musik. Aku tertarik tapi aku sadar diri. Disitu tertulis persyaratannya, diharapkan mengerti dunia broadcasting dan perkembangan musik Korea dan internasional. Aku tidak tahu apa-apa mengenai hal itu. Aku mungkin akan mencari pekerjaan seperti penjaga toko, pelayan, kasir, atau apalah yang kupikir aku bisa.”

“Kau coba saja, namanya juga usaha.”

Yeoja itu memegang brosur itu, mungkin benar juga pendapat Rin Joo. Ia kemudian memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Siapapun yang telah memasukkan brosur ini ke lokernya, ia harus berterima kasih kepadanya. Setidaknya di saat ia membutuhkan pekerjaan, ada lowongan yang datang kepadanya, walaupun ia tidak yakin dengan kualifikasinya sendiri. Asisten Music Director? Pekerjaan seperti apa itu?

Yuri melangkah pulang dengan tergesa-gesa karena teringat Appa. Ia tidak memiliki mata kuliah lagi yang harus diikuti siang ini. Rin Joo tidak ikut bersamanya karena masih harus mengikuti mata kuliah yang lain. Ia sudah mendekati trotoar jalan, untunglah hawanya sudah tidak seterik beberapa hari lalu sehingga ia merasa nyaman berjalan kaki sampai ke rumahnya. Sudah beberapa hari ini Yuri melakukannya, pergi dan pulang tanpa naik bis, hanya berjalan kaki atau menggunakan sepedanya. Hari ini ia memilih berjalan kaki karena Omma ingin meminjam sepeda tuanya untuk membeli ramuan obat Cina untuk Appa di pasar.

Diit Diit

Suara klakson tiba-tiba mencegat langkahnya. Yuri menoleh ke asal suara. Namja itu?

Kyuhyun tersenyum lebar di atas mobil berkap terbuka miliknya.

“Kau mau pulang?”

Yuri mengangguk.

“Bagaimana kondisi Appa-mu?” tanya Kyuhyun.

“Ia terluka cukup parah tapi setidaknya ia sudah melewati masa kritis.”

“Kau tidak membawanya ke rumah sakit untuk ditangani lebih serius?”

Yuri hanya tersenyum lemah, tampaknya ia tidak perlu menjawab pertanyaan itu. Seharusnya Kyuhyun sudah bisa menjawab pertanyaannya  sendiri dan tampaknya namja itu mengerti.

“Masuklah Yuri!”

Secara otomatis, pintu mobil di sebelah Yuri terbuka.

“Kau mau apa?” tanya Yuri hati-hati, ia tidak bisa dengan mudah menerima perubahan sikap Kyuhyun yang tiba-tiba lebih baik kali ini.

“Aku akan mengantarmu pulang tapi sebelumnya aku memohon bantuanmu.”

“Maksudmu?”

“Aku menyukai ide yang kau tulis saat di perpustakaan dulu. Maukah kau bertemu dengan teman-teman diskusiku siang ini sebelum aku antar kau pulang? Jebal?”

“Tapi aku tidak bisa, Appa-ku…”

“Hanya 10 menit, setelah itu kita pulang bagaimana?” potong Kyuhyun cepat.

“Tapi tulisanku itu tidak berarti apa-apa, itu sangat tidak penting Kyuhyun. Kau bisa mendapatkan informasi seperti itu dimana-mana. Kau hanya tinggal mencarinya di google, semua hal tentang bagaimana caranya supaya musik tradisional Korea lebih go internasional banyak dibahas di situ.”

Bagaimana mungkin namja itu tertarik dengan tulisan yang dibuatnya untuk Dainn sampai-sampai mengajaknya bertemu dengan teman-teman diskusinya.

“Tapi aku benar-benar tertarik dengan idemu. Tolonglah, aku memohon padamu. Hanya 5 menit saja kalau begitu. Kebetulan tempatnya tidak terlalu jauh dari area rumahmu. Sekitar 10 menit saja menuju rumahmu. Jadi total aku meminta waktumu 30 menit saja termasuk waktu pulang pergi. Ottokhae?”

Namja itu begitu aneh dan sangat pemaksa. Tapi ia hanya meminta 30 menit, rasanya itu bukan permintaan yang sulit. Bagaimanapun Yuri merasa berterimakasih karena Kyuhyun kemarin telah mengantarnya. Ia harus membalas kebaikan namja itu setidaknya dengan mengambil setengah jam waktunya untuk memenuhi permintaan Kyuhyun.

“Baiklah kupikir 30 menit tidak masalah.”

“Bagus sekarang masuklah.”

Yuri kemudian duduk di atas jok mobil itu. Kyuhyun tersenyum puas. Semuanya telah berjalan sesuai dengan rencana.

“Aku hanya minta kau mengeluarkan semua ide yang kau tuliskan itu di depan mereka Yuri.”

“Rasanya aku seperti harus mendatangi sebuah konferensi ilmiah, acara diskusinya terdengar serius.”

“Tidak seperti itu, kami hanya mahasiswa yang senang berkumpul sambil membahas topik-topik dalam mata kuliah kami dengan cara sesantai mungkin.”

“Dari yang kubaca di majalah-majalah, kupikir kau hanya suka game, jika ada perkumpulan yang cocok denganmu pastilah sekelompok gamers yang sedang bertarung bukan perkumpulan mahasiswa-mahasiswa kutu buku seperti yang akan kudatangi.”

“Jadi kau tidak menganggapku mahasiswa kutu buku? Aish kau terlalu merendahkanku. Apa perlu kutunjukkan padamu koleksi bukuku?”

“Kau pasti memiliki banyak buku karena kau mampu membelinya bukan?”

“Tapi untuk apa dibeli jika tidak dibaca. Tentu saja aku membacanya.”

“Jinja?” Yuri menatap Kyuhyun tidak percaya.

“Akan kutunjukkan koleksi bukuku sewaktu-waktu jika kau masih meragukanku.”

“Rasanya aku seperti melihat Kyuhyun yang lain. Kyuhyun yang ini begitu terdengar intelek dan pintar.”

“Yang penting hidup ini harus seimbang Yuri, studi lancar tapi bermain juga bisa. Hidup terlalu berfokus pada suatu hal akan sangat membosankan.”

Dalam hati Yuri hanya bisa mendengus,’tentu saja karena kau tidak usah direpotkan mencari uang untuk biaya makan dan kuliah.’ Walaupun Kyuhyun bekerja tapi bukan untuk mencari uang seperti yang dilakukannya sekarang. Namja itu bekerja di Suju Radio dan menjadi musisi selama ini lebih karena kebutuhan untuk berprestasi dan eksistensi diri bukan untuk kebutuhan dasar untuk bertahan hidup seperti yang dilakukan Yuri sekarang.

Kyuhyun menghentikan mobilnya di depan sebuah apartemen mewah.

“Kita sudah sampai Yuri, turunlah dan jangan terkejut dengan siapapun yang akan kau temui nanti.”

“Kata-katamu malah membuatku tegang,” Yuri bergidik.

“Tenang saja jika ada apa-apa kau bisa mengandalkanku.”

Yuri menoleh menatap Kyuhyun. Ia menyipitkan matanya, sejak kapan namja itu berubah menjadi heroik seperti itu. Namja itu hanya menyeringai. Tapi langkah Yuri terhenti.

“Kita benar-benar masuk ke apartemen temanmu? Tempat ini bukan hotel kan?”

Gantian Kyuhyun yang menatap dan menyipitkan matanya ke arah Yuri.

“Maaf, jadi kau curiga aku membawamu ke hotel untuk bersenang-senang, begitu maksudmu?”

Yuri masih tertahan di koridor apartemen itu. Ia melihat pantulan diri mereka berdua di kaca tembus pandang yang ada di depannya. Aish lagi lagi ia melihat orang-orangan sawah sedang berdiri berdampingan dengan seorang namja yang tampak seperti model.

“Ehm tampaknya aku tidak jadi mencurigaimu, rasanya penampilan fisikku tidak membuatmu bernafsu. Kau lihat pantulan di kaca itu? Kita seperti Beauty and the Beast, dan sayangnya akulah yang menjadi the Beast kali ini.”

“Mwo? Jadi kau sempat berpikir yang tidak-tidak tentangku? Dasar yeoja dengan otak mesum.”

Spontan Kyuhyun mengacak-acak rambut Yuri yang memang sudah acak-acakan terkena angin saat di mobil tadi. Yuri mencoba menghindar tapi terlambat, rambutnya sudah kadung lebih kacau dari sebelumnya akibat perbuatan Kyuhyun.

“Aish apa yang kau lakukan Kyuhyun?” Yuri menepis tangan jahil Kyuhyun yang bertengger di atas kepalanya.

“Hahaha baru kali aku mendengar yeoja mengatai dirinya sendiri buruk. Tapi baguslah supaya kau tidak berpikiran aneh-aneh tentangku. Aku ini adalah namja dengan selera yang baik. Kau harus tahu itu jadi kau tidak perlu takut.”

Yeoja itu mendengus,”Baru kali ini aku bersyukur bahwa aku dilahirkan biasa-biasa saja dan tidak memiliki kesempatan untuk mempercantik diri. Jika aku cantik  mungkin hidupku akan berbahaya sekarang hehehe.”

“Aish, kau ini, masih tetap menganggapku namja seperti itu? Dasar yeoja yang aneh!” Kyuhyun tertawa mendengar ucapan spontan Yuri. Mereka tertawa, sungguh ironis karena bukankah secara tidak langsung mereka sedang mentertawakan perbedaan strata sosial mereka yang sangat jauh?

Sepasang mata dari jarak dekat tidak sengaja menangkap kebersamaan itu. Aliran darah panas sudah mengalir ke ubun-ubun kepalanya saking ia begitu terkejut dan marah melihat betapa Kyuhyun tampak akrab dengan yeoja itu. Apa maksudnya Kyuhyun mengundangnya ke sini? Apakah mereka bertemu hanya kebetulan?  Aish, apa yang dilakukan yeoja miskin itu di sini? Kenapa Kyuhyun membawanya. Jangan-jangan rumor itu benar? Firasat buruk tiba-tiba muncul dalam pikirannya.

“Mianhae, apakah aku mengganggu kalian?”

Kyuhyun dan Yuri berbalik mencari asal suara. Seorang yeoja cantik sedang berdiri menghadap mereka. Kyuhyun tersenyum manis pada yeoja itu.

“Annyeong Dainn.”

Yuri shock setengah mati. Jika ia bisa kabur, ia akan kabur begitu saja. Yuri berbalik mundur tapi tangan Kyuhyun terlanjur menahannya.

“Jangan pergi Yuri,” bisik Kyuhyun,”Tetap bersamaku.”

Dainn mendekati Yuri. Yeoja itu melepaskan tangannya dari genggaman Kyuhyun. Suasana begitu canggung antara kedua yeoja itu.

“Tidak kusangka ada Yuri di sini. Kenapa ia bisa di sini Oppa? Apakah kau kebetulan bertemu dengannya di sini?”

Jika tidak ada Kyuhyun, ia bisa saja langsung menjambak atau menampar yeoja itu habis-habisan karena berani-beraninya mendekati namja yang diincarnya. Tapi semua ditahannya, diingatkannya sekali lagi Yuri sama sekali bukan tandingannya. Walaupun sekilas ia tadi melihat Kyuhyun menggenggam tangan yeoja itu. Menjijikan!

“Aku yang mengajaknya. Kuharap kau tidak keberatan Dainn,” jawab Kyuhyun pendek.

“Hmm Annyeong Dainn.” Yuri menyapa yeoja itu dengan tergagap.

Tapi Dainn tidak memandang barang sedetikpun ke arah Yuri, alih-alih ia mendekati Kyuhyun, mengecup pipinya dan menggandeng lengannya.

“Aku senang melihatmu lagi Oppa. Walaupun kupikir tidak akan ada banyak gangguan ketika aku bertemu denganmu hari ini,” ia melirik Yuri dengan sinis. Yuri menyadari itu.

Yuri melihat kebersamaan itu, ternyata benar dugaannya. Kyuhyun dan Dainn memiliki hubungan spesial. Namja itu sama sekali tidak jengah ketika Dainn mencium pipinya, malahan ia  membalas dengan ikut menggandeng lengan yeoja itu. Ia merasa tidak enak, bukan perasaan cemburu tapi sedikit ketidaksetujuan kenapa Kyuhyun harus menyukai Dainn, maksudnya tidak adakah yeoja selevel yang memiliki karakter lebih baik dari Dainn? Tidak tahukah Kyuhyun bagaimana buruknya sifat yeoja itu?

Sepasang namja yeoja itu berjalan sambil bergandengan dengan Yuri yang hanya bisa terdiam membuntuti mereka dari belakang. Situasi yang sangat ganjil tapi Kyuhyun tampak biasa-biasa saja.  Rasanya Yuri ingin mencubit namja itu keras karena membawanya pada situasi yang sulit.

“Sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan Oppa? Kupikir kita hanya akan bertemu berdua saja, kenapa tiba-tiba jadi bertiga?” tanya Dainn sambil mengerling pedas ke arah Yuri. Mereka bersama-sama memasuki lift dan berjalan mendekati sebuah pintu apartemen di lantai 10.

“Bertiga? Mungkin tepatnya bertujuh Dainn.”

Pintu apartemen itu terbuka. Dainn terkejut, belum hilang rasa terkejutnya karena kehadiran Yuri, kini ia seperti dihantam baja berton-ton melihat pemandangan di depannya. Tampaklah empat orang, dengan tiga namja dan satu yeoja sedang duduk serius dengan berbagai pose di depan buku, laptop dan Ipadnya masing-masing. Ada yang  duduk dengan sopan, ada yang sedang merebahkan diri di atas karpet, ada yang sedang berdiri bersender ke dinding, satu lagi bahkan tampak tertidur dengan buku menutupi seluruh wajahnya. Mereka kini berada dalam sebuah ruang tamu yang disulap seperti ruang belajar yang sangat futuristis. Beberapa poster ilmuwan dan tokoh terkemuka dunia tertempel dengan rapi. Beberapa poster berisi slogan-slogan pemberi semangat juga ikut menyemarakkan ruangan itu. Tumpukan buku-buku tebal menghiasi lantai dan lemari besar yang ada di ruangan tersebut. Sofa dan karpet bulu yang empuk pun sudah dipenuhi dengan kertas, sketsa, grafik, dan alat tulis yang berceceran di mana-mana, tampak berantakan tapi sangat nyaman apalagi untuk orang yang membutuhkan suasana yang tepat untuk belajar.

Kyuhyun tersenyum antusias. Ia seperti sedang menunjukkan harta karunnya kepada Dainn dan Yuri.

“Dainn, Yuri, perkenalkan ini teman-teman diskusiku, Max, Minho, Jonghyun, dan Victoria. Kami menyebutnya Kyu-line karena aku foundernya.”

“Annyeong Dainn, Annyeong Yuri,” sapa keempat orang itu serempak dan seperti robot mereka kembali berkutat pada pekerjaan semula, entah mengetik, entah membaca, atau bermain game,

Dain dan Yuri membalasnya sambil membungkuk hormat. Dainn merasa sedang berada di antara perkumpulan orang-orang geek yang dibencinya. Instingnya sudah memberikan warning tapi otaknya yang pada dasarnya buntu tidak bisa mencerna kemungkinan buruk yang mungkin datang mengancamnya. Ia lebih memilih terus bersama Kyuhyun.

“Kami punya peran masing-masing di sini, karena aku founder-nya, maka akulah yang mengetuk palu tentang tema diskusi apa yang akan kita angkat. Max yang membantuku mencari informasi dan topik-topik yang hangat untuk didiskusikan, ia ahli dalam matematika dan statistik. Ia memiliki software data yang luar biasa lengkap.”

Max, namja berperawakan tinggi tersenyum agak kaku. Ia kemudian meneruskan pekerjaannya membaca membaca buku tebal itu sambil berbaring di sofa.

Kyuhyun menunjuk seseorang yang tampaknya lebih ramah,“Dan jangan keliru dengan namja berkharisma ini. Minho adalah ahli dalam teori konspirasi. Kau pernah dengan freemason, aliran pagan, iluminati, dan sebagainya? Ia selalu menemukan bukti bahwa semua hal yang terjadi di dunia ini adalah sesuatu yang telah direncanakan sangat detil oleh sebuah orde yang telah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Ia penentang teori evolusi dan sangat terobsesi dengan spionase, politik, dan Leonardo Da Vinci.”

Minho menawarkan senyumnya yang lembut tapi hanya sesaat karena ia kembali sibuk dengan dunianya di depan laptop.

Kini mata Kyuhyun mengerling ke seseorang yang tampak asyik bersender di dinding sambil mengetik sesuatu di atas Ipad-nya, “In Jonghyun, ia adalah public enemy untuk setiap diskusi kita. Pendapatnya selalu kontroversial. Anehnya ia selalu memiliki bukti bahwa pendapatnya yang tidak umum itu benar adanya. Ia menyukai pop culture dan tema-tema sosial lainnya. Ia agak mirip Minho tapi Jonghyun selalu berada di sisi kontra. Jika kita mengatakan A, ia pasti akan berkata B. Kadang aku ingin memecatnya tapi posisinya begitu penting, idenya segar walaupun kadang aneh.”

Namja gondrong itu hanya tersenyum sekilas, dengan balutan jaket kulit dan celana jeans robek ia lebih tampak seperti bad boy dibanding namja intelek yang sering Yuri temui di kampusnya.

“Nah yang ini Victoria, kalian bisa memanggilnya Vicky. Ia lebih normal dibanding teman-temanku yang lain. Ia ahli komputer dan hacker ulung. Ia juga merangkap sekretaris. Setiap diskusi Vicky akan mencatat dan mendokumentasikannya dan kami memiliki  library khusus untuk menyimpan hasil dokumentasi kita. Semuanya dilakukan oleh Vicky.”

Yuri ternganga dan juga kagum. Gaya Victoria yang berambut pirang kekuningan dan kacamatanya yang sebesar mata belalang mengingatkannya pada Rin Joo. Ia kini sedang dikelilingi orang-orang dengan kepintaran luar biasa. Suatu pertemanan yang menakjubkan dan Yuri menyukainya. Kontras dengan Dainn yang merasa ada di neraka. Ini jelas bukan dunianya. Ia lebih merindukan bau mall dibandingkan bau buku-buku tua dan orang-orang aneh itu.

“Baiklah, Yuri dan Dainn duduklah. Kalian tahu untuk apa aku mengajak kalian kemari?”

Yuri mengangguk, Dainn menggelang. Sayang sekali otak Dainn tidak cukup berisi untuk mencerna hal apa yang akan terjadi. Sedangkan Yuri, ia cukup polos untuk berpikir bahwa Kyu-Line itu hanya akan mengajaknya berdiskusi mengenai masalah-masalah politik yang sering mereka dengar di televisi.

“Aku tahu kalian memiliki pengetahuan yang cukup mengenai promosi industri musik tradisional Korea, aku ingin kita berdiskusi di sini. Kebetulan kami berencana mengirimkan artikel pada salah satu koran nasional. Salah satu editor meminta Kyu-Line untuk menuliskan pemikiran kami. Kebetulan kalian ini memiliki pemikiran yang serupa, boleh dibilang sama persis dan aku ingin menggalinya lebih dalam sebagai bahan tulisan kami. Kalian bersediakah?”

Mwo? Yuri dan Dainn sama-sama tercekat. Diskusi mengenai industri musik Korea? Berarti Kyuhyun sedang berusaha menggali pemikiran dari tugas yang dikerjakan Yuri atas suruhan Dainn? Yuri dan Dainn saling berpandangan. Dalam hal ini mereka mengalami ketegangan yang luar biasa, terutama Dainn yang sama sekali tidak siap dengan hal ini. Ia memandang Yuri tajam, ada sorot mata menuduh dalam pandangannya. Tentu saja siapa lagi pembawa onar yang tiba-tiba membuat masalah ini pada dirinya jika bukan Yuri. Apakah Yuri mengadu pada Kyuhyun bahwa dialah yang mengerjakan tugas itu? Tapi darimana Yuri tahu bahwa tugas itu adalah untuk Kyuhyun? Bagaimana juga Yuri dan Kyuhyun bisa saling terhubung seperti ini? Aish belum juga pertanyaan satu terjawab sudah muncul pertanyaan lainnya. Kali ini Dainn mati kutu. ‘Awas kau Yuri, jika terjadi sesuatu memalukan yang terjadi pada diriku, kau akan menanggung akibatnya!’

Yuri mengerti tatapan itu dan ia merasa bersalah. Ini semua gara-gara dirinya yang kebablasan tidur saat di national library dulu sehingga Kyuhyun dengan mudah membaca apa yang ditulisnya. Yang ia tidak mengerti kenapa harus ada Dainn di sini? Maksudnya ia memang tahu Kyuhyun dan yeoja itu memiliki hubungan khusus tapi kenapa Kyuhyun mengatakan bahwa mereka memiliki ide serupa dan sama persis mengenai topik ini. Apakah? Oh tidak, apakah tugas itu memang sengaja diberikan Dainn untuk Kyuhyun?

“Aku tertarik dengan keterangan Kyuhyun soal ide kalian tentang ide memasukan unsur tradisional pada music K Pop, menurut kalian kira-kira itu akan membuat musik tradisional kita ikut terangkat atau malah industry K Pop yang akan turun karena publik internasional tidak menyukainya?” Max bertanya dengan antusias.

“Ya menurutku itu cukup riskan karena publik menyukai Kpop bukan musik asli Korea dan penyuguhan musik asli kita pun harus sangat hati-hati karena ada beberapa norma yang harus tetap dijaga,” timpal Minho,”Apalagi ada tendensi kuat jika Kpop kini sudah dipengaruhi Illuminati. Semakin susah saja budaya asli kita untuk masuk.”

Victoria tiba-tiba melempar muka Minho dengan bantal, wajahnya menunjukan rasa sebal,”Minho, bisa tidak kau tidak mengoceh soal iluminati, atau teori-teori konspirasi itu. Kau terlalu banyak membaca buku Dan Brown.”

“Tapi itu kenyataan Vicky, apa kau mau aku tunjukan buktinya? Aku ada buku Protocols of Learned Elder Zion.”

“Itu hoax Minho. Sudahlah, berhenti berpikir terlalu buruk. Menurutku soal musik tradisional Korea supaya lebih go international itu sangat tergantung dari keahlian komposer untuk bisa meramunya dengan baik supaya terdengar lebih eye catchy, easy listening, dan tidak terdengar seperti music untuk kalangan elderly. Kau mengerti kan maksudku?” Victoria memandang Dainn dan Yuri bergantian. Dainn menunduk, ia bingung harus merespon apa? Sedangkan Yuri mengangguk antusias.

“Bagaimana pendapatmu Dainn, Yuri?” tanya Kyuhyun.

Dainn terdiam. Gila, apa yang harus dikatakannya. Ia tidak mengerti apa-apa soal musik. Ia memang fandom untuk beberapa boyband dan girlband Korea tapi hanya menikmati lagu, penampilan, dan gosip yang menyertainya saja.

“Menurutku, music K pop sekarang terlalu mengacu ke barat, padahal di barat sendiri sudah terjadi pergeseran untuk lebih menyukai cross world music. Musik hiphop, R&B, dan tekno adalah hal yang biasa mereka dengar sehari-hari dan musik kita tidak menawarkan hal baru bagi mereka. Perhitunganku menunjukan beberapa agensi besar telah berinvestasi besar supaya musisinya bisa tembus ke Amerika tapi menurutku ambisi itu tidak berhasil atau boleh dikatakan gagal. Walaupun media menggembar-gemborkan seolah-olah mereka sukses tapi secara ekonomi, mereka belum berhasil mencapai break even point seperti yang ditargetkan,” tiba-tiba Yuri buka suara.

“Namanya berinvestasi tentu tidak langsung mendapatkan return. Butuh waktu yang lebih lama. Ekonomi hanya menghitung secara matematika tapi tidak dapat menghitung efek psikologis yang publik Amerika rasakan ketika gelombang Hallyu masuk. Kupikir adalah ide yang cukup berbahaya jika dalam proses penyebaran gelombang KPop ini tiba-tiba mainstream berubah menjadi gelombang Traditional K Pop, rasanya aneh. Ini bukan berarti aku tidak menyukai kebudayaanku sendiri, tapi aku realistis saja,” tukar Jonghyun si bad mood maker.

“Apa kalian lupa dengan keberhasilan lagu Rokuko? Maksudku aku tidak bermaksud mengganti semua lagu Kpop dengan nuansa tradisional tapi setidaknya ada satu atau dua single dalam tracklist harus memasukkan unsur tersebut. Dan aku setuju dengan usul Vicky bahwa komposer, produser, music arranger, atau siapapun yang terlibat dalam proses produksi harus jeli dan memiliki sense yang kuat sehingga publik tidak shock saat mendengarnya. Slow but sure. Begitu juga dengan pengemasannya harus mengikuti trend masa kini supaya tetap terlihat mengikuti jaman,” jawab Yuri panjang lebar.

Tanpa Yuri sadari, yeoja itu telah masuk dalam sebuah diskusi seru dengan teman-teman diskusi Kyuhyun. Kyuhyun lebih banyak menjadi penengah atau moderator jika diskusi sudah mulai panas, biasanya karena Jonghyun yang membuat orang ingin melemparnya dengan kursi. Dainn hanya diam, hatinya panas, apalagi ketika melihat bagaimana Yuri begitu sangat menguasai topik ini. Yeoja ini bahkan bisa menyebutkan angka dan persentase secara rinci. Ia tampak seperti buku berjalan. Teman-teman Kyuhyunpun memandang Yuri dengan kagum dan antusias dan mereka sama sekali tidak memperdulikan sosoknya karena sedari tadi ia memang hanya bisa diam.

Kyuhyun memandangnya,”Ayolah Dainn dari tadi kau hanya diam saja padahal papermu ini sangat bagus. Perlukah aku tunjukkan pada mereka?”

Dainn melirik Yuri dengan tatapan membunuh tapi Yuri juga pasrah, ia juga tidak bisa melakukan apapun untuk melindungi Dainn.

“Hmm menurutku musik tradisional Korea itu tidak gaul dan seperti untuk orangtua saja. Jika boyband atau girlband kita menyanyikannya akan terdengar sangat lucu dan aneh, bahkan publik akan menganggapnya mereka sedang melawak. Aku tidak dapat membayangkan Kpop dicampur dengan musik daerah. Tapi tidak apa-apa, karena kupikir belum ada pelawak yang benar-benar go internasional.”

Tidak terdengar suara apapun selain keheningan dan desahan nafas panjang pendek di dalam ruangan itu. Kyuhyun mengernyitkan dahinya, ia memegang paper itu erat-erat.

“Kenapa pernyataanmu berbeda dengan yang kau tulis di sini?”

“Mwo?”

“Kau seperti tidak menyukai musik tradisional tapi yang kau tulis sebaliknya.”

“Terus?”

Dainn memandang wajah Kyuhyun tanpa dosa. Terlihat sekali seberapa besar IQ yeoja itu dalam kondisi ini.

“Anehnya justru pernyataan Yurilah yang tampak mirip seperti yang kau tulis.”

Kyuhyun memandang Dainn dan Yuri dengan curiga,”Hmm apakah ada sesuatu yang tidak kuketahui?”

“Maksudmu?” Yuri dan Dainn bertanya bersamaan.

“Entahlah, tulisan kalian begitu mirip. Aku pernah sekilas membaca tulisan ini di laptop Yuri beberapa waktu lalu dan perlu kukatakan tulisan kalian sama.”

Dainn terhenyak, akhirnya alarm dalam otaknya bekerja dengan normal. Tiba-tiba Dainn menarik tangan Yuri,”Mianhae aku harus berbicara dengan Yuri, bolehkah?”

Kyuhyun menatap kedua yeoja itu dengan sedikit curiga. Yuri tidak bisa menolak ketika Dainn dengan paksa menarik tangannya untuk keluar dari apartemen mencari tempat sepi. Setelah sampai di tempat yang sekiranya aman, Dainn dengan kasar melepaskan tangan Yuri dengan kasar. Ia mendorong badan Yuri ke belakang hingga membuat yeoja itu terjatuh.

“Yeoja lancang, hal apa lagi yang kau lakukan kali ini? Apa kau sengaja memperlihatkan paper itu pada Kyuhyun dan mengatakan bahwa kaulah yang membuatnya, dan bukan aku begitu?”

Dainn berkacak pinggang tidak perduli melihat Yuri yang merintih kesakitan. Yeoja itu mencoba berdiri.

“Aku tidak melakukan itu.”

“Lalu kenapa Kyuhyun bisa mengetahuinya? Apa maksudnya dia membaca tulisan itu di laptopmu beberapa waktu lalu? Kau jadi sering bersamanya akhir-akhirnya ini hah!?”

“Kyuhyun mungkin tidak sengaja membaca saat aku mengetiknya,” jawab Yuri sedikit merintih. Pinggangnya sakit. Tenaga Dainn ternyata sangat kuat.

“Jadi kalian bersama-sama di belakangku begitu? Kalian mengerjakan tugas bersama? Jelaskan ada apa ini?” Dainn terbelalak tidak percaya.

“Tidak seperti yang kau pikirkan Dainn.”

“Lalu apa yang kau ingin jelaskan hah?!”

“Begini, aku bekerja untuk Noona Kyuhyun dan kami secara tidak sengaja bertemu beberapa kali di rumah Noona-nya.”

“Jadi kau sering bertemu dengannya?”

“Tidak sering tapi Kyuhyun memang diminta untuk menjaga keponakannya Semuanya terjadi tanpa sengaja, seperti saat ia membaca tulisanku. Sungguh aku tidak tahu bahwa tugasku itu akan kau berikan untuk Kyuhyun. Yang ku tahu kau memang sedang mengerjakan tugas untuk seorang mahasiswa S2 tapi aku tidak menyangka itu Kyuhyun, sungguh. Kau harus percaya padaku. Jika aku tahu bahwa orang itu Kyuhyun aku akan sangat berhati-hati.”

Dainn menggeram marah. Yeoja itu cantik tapi jika sedang marah sangat menakutkan, seperti melihat ibu tiri putri salju atau lebih buruk lagi seperti melihat nenek sihir.

“Kau harus membalas semua perbuatanmu Yuri!”

“Tolong jangan lakukan apapun padaku. Aku sungguh tidak melakukan apa-apa.”

Yuri ketakutan, kali ini ancaman Dainn tidak main-main karena amarah tampak menguasai diri yeoja itu. Beasiswanya, masa depannya kini dipertaruhkan.

“Kau merasa tidak melakukan apa-apa? Cih, apa perlu kusebutkan daftar kesalahanmu? Pertama, kau telah bermain dengan Kyuhyun di belakangku. Kau tahu bahkan seluruh kampus tahu dia adalah miliku. Kedua, kau telah mempermalukanku dan membuatku terlihat bodoh tadi. Ketiga kau telah membuat Kyuhyun mencurigaiku, ia hampir saja percaya bahwa aku yang membuat tugas itu tapi kau merusaknya.”

Yuri menggelang,”Tapi aku tidak tahu sama sekali, jika aku tahu akan seperti ini aku akan menolak untuk ikut Kyuhyun tadi.”

“Ikut Kyuhyun? Maksudmu, kau tadi diantar naik mobilnya?”

Rasanya Yuri telah berbuat kesalahan. Niat memperbaiki kondisi, alih-alih malah membuat situasi menjadi rumit.

“Baiklah Yuri, kini aku mengerti. Kau adalah otak dari semua ini bukan? Ayo mengakulah. Kau dengan tanpa dosa seolah-olah menunjukan diri bahwa kaulah yang mengerjakan paper itu bukan? Dan kau berusaha segala cara agar misimu itu berhasil. Kau ingin mempermalukanku dan menjatuhkan nama baikku di depan Kyuhyun. Kau hebat seharusnya aku tidak menganggapmu remeh.”

“Mianhae tapi aku tidak sengaja.”

“Tunggulah pembalasanku Yuri, kau akan menyesal!”

Dainn berbalik, Yuri mengejarnya,”Kumohon Dainn jangan lakukan apapun kepadaku, aku tidak bersalah, kumohon. Aku masih ingin berkuliah, jebal.”

Dainn terus berjalan menjauh. Yuri menarik tangannya tapi yeoja itu menepisnya. Yuri tidak menyerah, ia menarik tangan Dainn kembali hingga yeoja itu spontan berbalik dan kembali mendorong Yuri kali ini lebih keras dari sebelumnya,”Kau akan menderita Yuri!”

Blug

Yuri terjatuh dan sialnya ia berdiri di atas tangga, dorongan keras Dainn membuatnya terguling menuruni setiap undakan tangga kayu di taman apartemen itu.

“Dainn apa yang kau lakukan!”

Suara teriakan keras tiba-tiba muncul dari belakang yeoja itu. Kyuhyun tiba-tiba muncul, muka Dainn begitu pucat. Ia bukan takut karena telah melakukan kekerasan fisik terhadap Yuri, tapi ia takut karena Kyuhyun menangkap basah dirinya. Namja itu berlari dengan cepat menuruni undakan tangga, ia meraih Yuri yang terkulai lemas, beberapa badannya terluka. Untunglah undakan tangga itu terbuat dari kayu, jika terbuat beton entahlah apa yang akan terjadi. Yuri masih sadar. Ia mencoba bangun dengan tenaganya tapi Kyuhyun menahannya. Ia berusaha menggendong Yuri tapi Max, Jonghyun, dan Vicky tiba-tiba sudah berada di sisinya.

“Yuri biar kami yang tangani. Kau selesaikan saja urusanmu dengan nenek sihir itu. Ia tadi mencoba kabur jika Minho tidak menahannya. Ini sudah kriminal Kyuhyun. Kami tadi melihat semua adegannya di balkon apartemen,” terang Vicky, dengan sigap ia meraih tubuh Yuri dibantu Max dan Jonghyun.

Kyuhyun ternganga,”Aku penyebabnya. Tolong kau jaga Yuri, badannya penuh luka.”

Namja itu langsung berdiri menyusuri undakan tangga untuk menemui Dainn yang berteriak-teriak seperti orang kesetanan karena Minho menahan kedua tangannya untuk tidak kabur begitu saja.

“Bodoh, tolol, lepaskan aku. Akan kuadukan tindakan kalian semuanya. Kalian akan menyesal jika orangtuaku tahu apa yang terjadi.”

“Apa aku tidak salah dengar Dainn? Yang ada orangtuamu akan menyesal jika mendengar apa yang telah kau lakukan.” Kyuhyun muncul dari belakang Minho. Entah apa yang dilakukan namja penyuka teori konspirasi itu karena kedua tangan Dainn sudah terikat dengan tali dan tubuh yeoja itu menempel pada sebatang pohon.

“Kyuhyun, itu tidak seperti yang kau pikirkan. Yuri berusaha menyakitiku, ia terus menarikku dan aku terpaksa mendorongnya.”

“Begitukah?”

“Kau harus percaya padaku.”

“Karena yang kulihat dan kudengar adalah kau membentak dan mendorong Yuri hingga jatuh. Aku juga mendengar kau menyuruh Yuri mengerjakan tugas itu dan mengakuinya sebagai milikmu kepadaku. Tuhan tidak pernah tidur Dainn, aku secara tidak sengaja membaca tulisan itu di laptop milik Yuri dan setelah membaca laporanmu aku langsung yakin bahwa aku sedang membaca tulisan yang sama. Tapi aku perlu pembuktian lebih dalam dengan mengundang kalian berdua kemari, dan ternyata benar karena aku mendengarnya secara langsung dari mulutmu.”

Dainn terbelalak ia tidak menyangka ternyata Kyuhyun telah mencurigainya sejak awal. Huh, kenapa ia begitu bodoh dan percaya begitu saja ketika namja itu mengajaknya bertemu. Ia pikir Kyuhyun akan mengajaknya berkencan. Sudah cukup, ini adalah penghinaan atas nama baik dan harga dirinya sebagai seorang Danielle Kim yang terhormat.

“Aku juga tidak percaya kau mengancam Yuri sedemikian rupa, apakah kau sering mengancamnya seperti itu? Kau  menggunakan kekuatan orangtuamu untuk membuatnya tidak bisa berkuliah lagi? Yeoja seperti apa kau ini Dainn, kau begitu jahat.”

“Jadi kau mendengar semua?”

“Tentu saja aku membuntuti kalian, kupikir akan ada sesuatu yang tidak beres ketika kau mengajaknya ke luar dan ternyata instingku benar.”

“Kyuhyun Oppa, jadi kau menganggapku jahat? Kau keterlaluan menuduhku. Aku melakukan semuanya untukmu.”

“Untukku atau untukmu Dainn? Sekarang pilihanmu hanya ada dua, kau berhenti mengganggu Yuri dan kau akan kubebaskan karena aku tidak akan melaporkan kejahatanmu pada polisi atau jika kau berniat balas dendam padanya, kau akan benar-benar berusan denganku.”

Dainn menangis, sisi kewanitaan-nya terguncang,“Oppa, kenapa kau jahat kepadaku. Kenapa kau membela Yuri? Apa hubunganmu dengan dia?”

“Aku tidak memiliki hubungan apapun tapi aku hanya mencoba bersikap adil atas kejahatan yang dilakukan di depan mataku sendiri. Sekarang pilihlah!”

Dainn terisak, pagi tadi hatinya masih berbunga-bunga karena akan bertemu dan berkencan dengan Kyuhyun tapi siapa sangka nasib naas menimpanya. Hidupnya kini bagai neraka, orang yang disukainya ternyata telah berani mengancamnya. Semuanya karena yeoja miskin sialan itu? Ia masih merasa tidak bersalah atas apa yang dilakukannya. Dainn masih menganggap bahwa dirinya adalah korban atas konspirasi kejam yang dilakukan Yuri untuk menjatuhkan dirinya di depan Kyuhyun. Tapi ia tidak punya pilihan selain memilih tawaran pertama. Ia harus menjauhi Yuri.

“Baiklah aku memilih yang pertama tapi tolong lepaskan tali ini.”

“Jinja?”

“Aku berjanji.”

“Bagus,” Kyuhyun mengerling ke arah Minho, dengan sigap Minho melepaskan ikatan tali itu.

Kyuhyun memandang tajam Dainn, “Sekarang pulanglah dan jauhilah Yuri karena aku akan selalu mengawasimu!”

Dainn lari terbirit-birit sambil menangis. Ia menangis dengan hati yang penuh dengan amarah. Hatinya memang terlalu kotor untuk mencoba berpikir jernih bahwa ialah pelaku kejahatan dari semua ini. Hal buruk yang menimpanya semata-mata adalah akibat dari semua kajahatan dan prilaku buruknya terhadap Yuri. Sayangnya ia tidak mengerti atau karena mata hatinya telah tertutup oleh rasa marah dan cemburu buta.

“Awas kau Yuri, aku akan membalas semua perbuatanmu. Tunggu saja, bahkan Kyuhyun pun tidak akan bisa melindungimu saat itu!”

Dainn menstarter mobilnya dengan emosi yang begitu luar biasa meledak. Yuri telah mempermalukannya dan membuatnya kehilangan kesempatan mendapatkan Kyuhyun. Yeoja itu akan mendapatkan balasannya. Mungkin kali ini ia hanya harus lebih pintar. Selama ini ia selalu menuruti nafsu dan amarahnya, saat ini ia harus lebih berhati-hati. Pembalasan itu akan tiba tunggu saja tanggal mainnya!

Sedangkan di tempat lain tepatnya di apartemen yang ternyata milik Minho, Yuri tengah diobati oleh Victoria. Tangan, kaki, dan keningnya berdarah. Untunglah tidak terlalu parah tapi melihatnya cukup membuat orang iba dan mengerutkan kening karena terlalu banyak perban di mana-mana. Yuri tidak mengkhawatirkan dirinya tapi ia jadi teringat Appa yang juga mengalami nasib sama dengan dirinya, malah jauh lebih parah.

Kyuhyun masuk ke kamar tamu dan melihat Yuri yang terbaring di sana. Mukanya terlihat khawatir.

“Kau tidak apa-apa Yuri?”

Victoria berdiri,”Tampaknya aku harus meninggalkan kalian berdua.”

Ia mengerling ke arah Max dan Jonghyun yang hanya berdiri di dalam kamar tersebut. Rupanya kedua orang itu tidak mengerti signal yang diberikan Vicky sampai-sampai yeoja itu berdehem,”Max, Jonghyun bantulah aku menyiapkan ramen, pasti kalian lapar begitu juga dengan Yuri dan Kyuhyun.”

Akhirnya mereka menurut dan tinggallah Kyuhyun dan Yuri berdua.

“Kau tidak apa-apa?” Kyuhyun berjongkok mendekati Yuri yang terbaring lemas.

“Sebetulnya tidak apa-apa, aku masih kuat tapi Vicky melarangku banyak bergerak. Kau lihat ia membuatku seperti mumi. Badanku jadi kaku.”

Kyuhyun tersenyum dalam hatinya ia merasa lega, jika Yuri sudah mengeluarkan kalimat ejekan pada dirinya sendiri berarti yeoja itu memang tidak sakit. Walaupun terluka dan darah mengucur ketika jatuh dari tangga tadi tapi mental Yuri begitu kuat.

“Kita ke dokter ya? Aku khawatir ada infeksi, walaupun aku percaya bahwa Vicky bisa mengobatimu tapi untuk memastikan lebih baik kita ke dokter.”

Yuri mencoba mengangkat badannya, walaupun sulit. Kyuhyun menahannya.

“Jangan banyak bergerak Yuri.”

“Aish kini kau seperti Omma-ku saja, tapi sungguh aku tidak apa-apa tapi perban ini menggangguku.”

“Dan kau sangat sok kuat. Akui saja kau sakit, aku melihatmu tadi hampir mati ketakutan karena melihat darah mengucur di mana-mana.”

“Kau hampir mati ketakutan, seorang Cho Kyuhyun? Kau tidak sedang bercanda bukan? Kapan kau begitu perduli seperti ini?” Yuri tersenyum mengejek walaupun dalam hatinya ia merasa senang karena namja itu mengkhawatirkannya.

“Aku perduli tahu! Jika terjadi apa-apa denganmu, aku akan merasa bersalah, karena akulah yang menyebabkanmu menjadi terluka begini. Seharusnya aku fokus saja pada Dainn supaya dia mengaku bahwa dia yang memintamu mengerjakan tugas itu.”

“Jadi kau sudah tahu semuanya?” Yuri menatap Kyuhyun tidak percaya.

Kyuhyun mengangguk,”Aku mendengar semuanya.”

Ia tidak menyangka demi mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya yeoja itu sampai harus menggadaikan idealismenya dengan mengerjakan tugas orang lain.

“Aku tidak mau menghakimimu tapi yang kau lakukan juga salah Yuri. Dalam hal ini kau dan Dainn sama-sama bersalahnya. Perbuatanmu mengerjakan tugas mahasiswa lain adalah tindakan yang sama sekali tidak dibenarkan dalam dunia akademis.”

Yuri terdiam, Kyuhyun tidak tahu betapa berat hidupnya, semua kemungkinan untuk mencari uang harus dijalaninya walaupun mungkin tampak tidak benar. Yang penting ia tidak menjadi pelacur atau pedagang narkoba. Tapi ia malas menjelaskan itu, Kyuhyun tidak akan mengerti apa itu konsep ‘tidak punya uang sepeserpun untuk bisa bertahan hidup’.

“Aku mohon hentikan pekerjaan itu Yuri. Itu illegal.”

“Tapi aku membutuhkan uang itu Kyuhyun, apakah kau masih tidak mengerti? Kau tahu Appa dipecat dari pekerjaannya dan Omma hanya pedagang kue kecil di pasar Insadong. Suatu keajaiban bahwa aku masih bisa berkuliah. Tolong jangan bicara soal moral di sini. Denganku kau hanya harus bicara pada tataran perut dan tempat berteduh. Aduuh!”

Tiba-tiba Yuri mengaduh kesakitan mungkin karena ia terlalu banyak bergerak.

Spontan Kyuhyun mengangkat tubuhnya kemudian menggendongnya. Kini Yuri sudah berada di depannya dengan tubuh ditopang kedua tangan Kyuhyun.

“Kyuhyun, babo apa yang kau lakukan?”

Yuri protes dan ingin melepaskan diri tapi apa daya tubuhnya telah terbungkus plester kain dan perban.

“Diamlah, aku akan membawamu ke dokter dan jangan banyak protes!”

“Tapi…”

Ia melihat mata Kyuhyun yang melotot tajam kepadanya, baiklah lebih baik Yuri menurut karena jika ia membuat Kyuhyun kesal, namja itu bisa menjatuhkan badannya dengan mudah di mana saja.

“Kau akan bawa Yuri ke mana Kyuhyun?” Terdengar suara Minho dari belakang dengan celemek menutupi badannya,”Kami sedang membuatkan ramen untuk kalian.”

“Habiskan saja punyaku, aku akan membawa Yuri ke dokter terdekat,” jawab Kyuhyun tidak perduli bahwa pemandangan itu cukup mengagetkan keempat temannya. Muka Yuri bersemu merah, ia malu terlihat digendong seperti itu.

Victoria tiba-tiba muncul dari balik pantry,”Tadi juga aku menyuruhnya begitu tapi ia menolaknya. Baguslah kalau begitu karena lukanya cukup dalam.”

“Kau dengar itu Yuri. Sekarang bekerjasamalah dengan baik jika kau ingin cepat sembuh.”

Yuri menatap Kyuhyun, tubuhnya tepat berada di depan dada namja itu. Belum pernah ada seorang namja yang menyentuhnya dan memperlakukannya seperti ini. Sesuatu perasaan asing tiba-tiba muncul dalam hati yeoja itu. Sesuatu yang menyenangkan tapi juga menakutkan. Entahlah, ia sendiri tidak dapat mendeskripsikannya dengan baik, tapi yang pasti ia sangat merasa tenang dan nyaman. Saat Kyuhyun merangkulnya, mengangkat tubuhnya, menggendongnya, kemudian mengantarnya ke klinik, semua terasa bagaikan potongan video klip lagu yang sayangnya terlalu cepat berlalu. Semua perhatian itu terekam dalam hati Yuri. Sedikit-sedikit dengan keterbatasan pengalaman yang dimilikinya, ia mencoba menganalisa perasaan apa yang sedang muncul dalam hatinya. Apakah karena rasa terimakasih yang amat sangat karena Kyuhyun telah menyelamatkannya saat ia didorong jatuh oleh Dainn? Ataukah karena perhatiannya yang begitu luar biasa pada selama dua hari ini? Atau karena ia seorang Cho Kyuhyun, namja tampan yang memiliki segala yang tidak pernah dimiliknya? Yuri mengelus dadanya, ia sadar ini tidak baik. Perasaan aneh ini harus segera dibuangnya. Fokus dalam hidupnya hanya satu, mencari pekerjaan tetap untuk menghidupi keluarganya. Tidak boleh ada hal lain termasuk perasaan yang tiba-tiba datang dari suatu tempat antah berantah ini yang bisa  mengganggu misi dan konsentrasinya. Ia pun berjanji akan membayar lunas semua biaya yang sudah dikeluarkan Kyuhyun saat ia berobat tadi. Tidak boleh ada hutang uang, hutang budi, atau apalah!

Kini mereka sudah ada dalam mobil setelah Kyuhyun membawanya berobat.

“Kenapa kau melihatku begitu?” Kyuhyun yang tengah mengemudikan mobilnya tiba-tiba mengejutkan Yuri yang tengah melamun sambil memandangnya.

Yuri tersentak, ia seperti tertangkap basah melakukan pekerjaan yang hina,”Hmm aku hanya sedang berpikir, yah begitulah, aku sedang berpikir.”

“Berpikir? Boleh kutahu?”

“Hmm aku berpikir bagaimana aku harus berterima kasih dan membalas kebaikanmu, yah begitulah, itu yang aku pikirkan. Aku akan bekerja lebih keras untuk bisa membayar hutang atas biaya dokter tadi padamu. Mudah-mudahan kau tidak masalah jika aku membayar secara mencicil, mungkin aku akan membayarnya bulan depan karena sekarang ini aku belum memiliki penghasilan tetap tapi aku yakin bulan depan aku akan punya pekerjaan. Yaa mungkin tiga sampai empat kali cicilan, bagaimana menurutmu?”

Tiba-tiba Kyuhyun menghentikan mobilnya secara mendadak, untung kendali mobil itu begitu stabil sehingga pengereman mendadak seperti ini tidak membuat Yuri terantuk dashboard.

“Kyuhyun ada apa?”

Namja itu menoleh ke arah Yuri,”Apakah kau merasa harga diri tetap di atas segala-galanya sehingga kau terus mengoceh soal membayar hutang perawatanmu kepadaku. Sudah kubilang kau tidak usah membayarnya, jikapun kau ada uang, simpanlah untuk kebutuhan dirimu sendiri yang jauh lebih penting.”

“Tapi aku merasa tidak enak…”

“Singkirkan perasaan malu, gengsi, atau tidak enak. Terima saja dengan tangan terbuka apa yang telah kuberikan. Kau tidak perlu takut aku akan menuntut balas budi karena aku tidak akan memintanya.”

“Aku tidak bisa karena…”

“Yang kuminta hanya satu, hentikan pekerjaanmu yang suka mengkomersialisasikan tugas mahasiswa lain, jika kau butuh pekerjaan aku bisa membantumu walau asalnya kupikir kau sudah cukup baik bekerja menjadi guru privat Seokhyun,” potong Kyuhyun cepat.

“Kontrak-ku dengan Omma Seokhyun adalah sampai Noona-mu pulang, aku tidak bisa berharap banyak dari pekerjaan itu jadinya.”

“Kalau begitu aku akan mencarikan untukmu, yang penting berhenti dari pekerjaan mengerjakan tugas orang lain.”

“Akan kupikirkan dan tidak usah repot-repot aku bisa mencari pekerjaan sendiri, saat ini aku belum membutuhkan bantuan siapa-siapa.”

Gengsi Yuri langsung muncul ketika Kyuhyun menawarkan bantuannya.

Namja itu tersenyum sinis,”Oh ya, apakah sudah ada perusahaan yang menerimamu bekerja?”

“Hmm, hmm belum tapi aku yakin bisa mencarinya dalam minggu ini”

“Oh ya? kau percaya diri sekali.”

Yuri tidak menjawab, Kyuhyun hanya tersenyum sambil menggelangkan kepala,’yeoja miskin tapi gengsi dan harga dirinya tinggi sekali,’ pikirnya kesal tapi juga geli.

Namja itu kembali menstarter mobilnya. Mereka sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah Yuri. Untunglah setelah didiagnosa dokter tadi, Yuri tidak mengalami kecelakaan yang berarti walaupun Dokter sedikit takjub dengan kekuatan fisik yang dimiliki Yuri. Seharusnya jika terjatuh dari tangga seperti yang yeoja itu alami, mungkin tulang tubuh yeoja itu sudah retak atau mungkin gegar otak. Tapi Yuri masih bisa berjalan walau tertatih, ia masih bisa beraktivitas normal walaupun darah di sekujur kening, tangan, dan pahanya tadi bercucuran.

Fisik dan mental Yuri memang kuat, ia terlihat tidak terpengaruh atas musibah yang menimpanya. Ia tidak mengatakan apa-apa soal Dainn, bahkan ketika Kyuhyun mencoba untuk memancingnya, yeoja itu tetap tidak mengeluarkan suatu komentar apapun tentang Dainn.

“Aku tidak boleh terbawa emosi atas apa yang dilakukan Dainn padaku. Jika aku marah, lalu apa bedanya aku dengan dia. Saat emosi biasanya orang tidak dapat mengendalikan diri dan saat ini aku tidak mau dikontrol oleh amarah yang tidak berdasar,” Yuri mengatakannya dengan tenang, seolah-olah peristiwa penganiayaan tadi tidak membuat mentalnya guncang.

“Lalu kau memaafkannya?” tanya Kyuhyun penasaran.

“Marah dan memaafkan adalah hal yang berbeda. Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku memaafkannya tapi aku hanya mencoba bersabar. Ini ujian untuk mentalku.”

Bahkan setelah didorong dari ketinggian di puncak tangga, reaksinya terhadap Dainn masih tetap terkendali. Tapi bagi Kyuhyun, kejadian ini begitu berat dihadapinya. Melihat apa yang dialami Yuri mengingatkannya akan sesuatu. Sesuatu di masa lampau yang selalu berusaha dilupakannya karena akan selalu menjadi penyesalan berkepanjangan. Hal itulah yang membuatnya otomatis berlari berusaha menyelamatkan Yuri saat ia melihat Dainn mendorongnya dari atas tangga bukit taman. Ia tidak berbohong ketika mengatakan dirinya hampir mati ketakutan melihat Yuri terjatuh. Ia tidak mau melakukan kesalahan dua kali. Sudah cukup pengalaman di masa lalunya menghantuinya setiap saat.

“Kita sudah sampai di rumahmu Yuri, kali ini kau tidak boleh menolak. Aku harus menemanimu dengan selamat sampai ke rumah.”

“Tidak usah Kyuhyun, aku bisa berjalan dengan baik.”

“Kau berjalan saja masih membutuhkan kruk, alat penyangga tubuh itu, kakimu pincang karena luka-luka itu Yuri.”

“Tapi tolonglah Kyuhyun seperti yang kubilang akan terjadi kehebohan jika aku membawa seorang Cho Kyuhyun ke area ini. Kami bukan orang-orang dalam golonganmu yang bisa berpura-pura tidak perduli melihat seorang artis terkenal lalu lalang. Mereka akan sangat mengganggumu dan tentu saja kredibilitasmu sebagai seorang artis dipertaruhkan. Aku masih memikirkan bagaimana reaksi pers jika mendengar kau mengunjungi rumah susun ini.”

“Aish, kau terlalu banyak bicara,” Kyuhyun keluar dari mobilnya sambil menutup mulutnya dengan masker serta memakai kaca mata hitam dan topinya,”Jika itu yang kau takutkan.”

Namja itu kemudian membuka pintu mobil dari arah Yuri,”Sekarang keluarlah!”

Sambil mendengus, yeoja itu keluar dari mobil Kyuhyun dengan menggunakan kruknya tapi baru beberapa langkah, ia sudah terjatuh. Ia benar-benar terjatuh jika Kyuhyun tidak menahannya.

“Mianhae, aku belum terbiasa memakai kruk ini.”

Yuri sedikit melepaskan diri dari rangkulan Kyuhyun di bahunya, ia merasa tidak nyaman dan ia tidak suka dengan efek yang terjadi pada dirinya ketika sentuhan itu tiba-tiba memercik sesuatu dalam hatinya.

“Lain kali kau harus hati-hati dan jangan berusaha berjalan terlalu cepat.”

Kyuhyun tidak mau melepaskan pegangannya walau Yuri berusaha melepaskannya. Ia  membantu Yuri yang berjalan tertatih. Untunglah malam itu tidak terlalu banyak orang yang lalu lalang sehingga kehebohan yang dikhawatirkan Yuri tidak terjadi. Beberapa hanya berbisik iba karena mereka juga tahu kecelakaan yang menimpa Ayahnya. Apakah ini suatu kebetulan jika Ayah dan anak sama-sama terluka dalam waktu hampir bersamaan.

“Tiap hari kau naik turun sampai delapan lantai?”

Yuri mengangguk menjawab pertanyaan Kyuhyun, ia cukup kesulitan naik turun tangga dengan menggunakan alat penyangga ini. Untunglah namja itu membantunya, namja itu begitu terampil membantu Yuri berjalan dan melewati setiap undakan tangga. Akhinya dengan perjuangan yang terasa panjang, mereka sudah berada di depan pintu depan rumah Yuri.

“Gomawo Kyuhyun atas semuanya, aku sudah sampai dan kau boleh pulang.”

“Apa kau tidak menawariku masuk?”

“Kau bercanda? Kau mau masuk ke rumahku?”

“Kenapa tidak? Aku juga ingin menjenguk Appa-mu dan tentu saja aku harus menjelaskan soal luka-lukamu ini pada Orangtuamu.”

“Aish kau ini membuat masalah. Baiklah kau boleh masuk tapi kau tidak usah menjelaskan apapun, akan rumit jadinya jika kau berkata jujur.”

Beberapa detik kemudian mereka sudah masuk ke rumah Yuri yang sangat mungil. Kyuhyun menganggapnya seperti kandang untuk kelinci saking kecilnya. Kyuhyun duduk dengan manis di atas sofa tua sambil melihat kanan kiri, atas bawah ruangan itu. Omma masuk ke ruang tamu dan terkejut, pertama karena melihat keadaan Yuri, dan kedua karena ada seorang namja bertopi, berkacamata hitam, dan bermasker dalam rumahnya.

”Yuri ada apa?”

Yuri berbalik, mendekati Omma sambil menggunakan kruknya,”Omma kumohon jangan khawatir, tadi di taman, aku terjatuh. Untunglah tidak parah tapi aku harus menggunakan alat bantu ini untuk membantuku berjalan. Aku berjalan begitu sembrono sampai tidak melihat ada galian cukup dalam di situ”

Omma hampir menangis melihatnya, tapi diurungkannya karena kehadiran sosok namja itu. Kyuhyun berdiri dan membungkuk hormat.

“Annyeong Ahjumma.”

Omma melongo bingung. Dari belakang, Yuri memberikan tanda supaya namja itu melepas masker, topi, dan kacamatanya. Seperti tersadar karena dirinya membuat Ahjumma itu bingung. Kyuhyun melepas semua atribut yang ada di kepala dan wajahnya.

“Annyeong Ahjumma, Jae ireumen Cho Kyuhyun imnida,” Kyuhyun kembali membungkuk hormat.

“Ia yang menyelamatkanku Omma dan ia mengantarkanku sampai ke sini,” jelas Yuri pada Omma.

Muka Omma tampak panik karena belum juga selesai dengan kondisi Appa yang masih terbujur berbalut perban di seluruh tubuhnya kini hanya dalam selang sehari ia harus melihat anaknya dalam kondisi serupa walaupun mungkin Yuri masih lebih baik karena masih bisa beraktivitas.

“Tolong jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?”

Kyuhyun hampir membuka suara, jika Yuri tidak memotongnya,”Hanya kecelakaan biasa Omma karena aku tidak hati-hati saat berjalan. Kyuhyun-ssi yang membantuku, ia membawaku ke rumah sakit, saat itu aku…”

Setelah itu keluarlah rentetan penjelasan dari mulut Yuri, sebagian benar, sebagian lagi adalah karangannya. Yeoja itu terpaksa berbohong supaya tidak membuat Omma khawatir. Mana mungkin ia mengatakan bahwa Dainn telah mendorong dirinya sampai jatuh berguling-guling di tangga taman di apartemen milik teman Kyuhyun. Ia tidak pernah berbohong sebelumnya tapi untuk hal ini Tuhan pun mungkin memperkenankannya berkata seperti ini. Omma telah begitu menderita karena Appa, ia tidak mau menambah beban itu lagi. Untunglah Omma mau percaya dengan penjelasannya. Dan sekarang Yuri hanya harus siap mendengar omelan dan ceramah berkepanjangan dari Omma. Padahal Yuri ingin sekali melihat kondisi Appa tapi ia segan memotong pembicaraan Omma. Rentetan nasihat itu tampak tidak pernah berhenti sampai Kyuhyun harus berdehem. Omma seperti tersadar bahwa dalam ruangan itu ada orang asing yang dengan terpaksa harus mendengarkan ceramahnya.

“Kyuhyun-ssi, mianhae kau harus mendengar banyak masalah kami jadinya. Omma begitu khawatir dengan kondisi Yuri sampai Omma lupa bahwa ada kau di sini. Gomawo atas semua yang telah kau lakukan untuk anakku. Entahlah kami harus membalas kebaikanmu dengan apa. Tapi Ahjumma akan berdoa untuk kebaikan dan kesuksesanmu, namja baik sepertimu harus hidup dengan bahagia.”

“Gomawo Ahjumma, maaf jika saya jadi mendengar pembicaraan Ahjumma dengan Yuri. Jadi Ahjussi juga sedang sakit?” Kyuhyun berpura-pura tidak tahu.

“Begitulah, ini karena Appa-nya Yuri tetap bersikukuh untuk bekerja di tempat bangunan itu.”

“Bolehkah aku melihatnya?”

“Kyuhyun?” Yuri menatap namja itu dengan terkejut,”Kau benar-benar ingin melihat Appa?”

Kyuhyun mengangguk.

Omma berdiri,”Baiklah, mari kita lihat bersama, mianhae kamar kami begitu kecil sehingga kau harus berdesak-desakkan masuk ke dalamnya.”

Yuri membimbing namja itu masuk ke kemar Appa. Kyuhyun kini melihat kondisi Appa Yuri yang menurutnya kritis. Pria tua itu tampak tertidur dengan pulas mungkin akibat pengaruh obat tidur dosis tinggi yang biasa diberikan dokter pada pasien dengan kecelakaan  yang cukup parah. Seharusnya dengan kondisi ini, Ahjussi itu mendapatkan pengobatan rawat inap intensif di rumah sakit tapi Kyuhyun tidak harus bertanya kenapa. Melihat bagaimana kondisi rumah ini saja, ia sudah tahu jawabannya. Ternyata apa yang dikatakan Yuri bahwa berbicara dengannya hanya bisa dalam tataran perut dan tempat berlindung saja mungkin ada benarnya. Untuk orang-orang seperti Yuri, asal mereka sudah bisa mengisi perut mereka dan tidur tanpa kehujanan dan kepanasan itu sudah merupakan berkah. Tentu saja mereka tidak akan berpikir bahwa untuk mengisi perut diperlukan makanan yang bergizi baik atau untuk bisa tidur dengan baik diperlukan rumah yang mengikuti standar kesehatan yang dianjurkan. Mereka hanya membutuhkan rasa kenyang dan nyaman saat tidur, itu sudah cukup.

Kyuhyun mendesah, kemiskinan yang dilihatnya menggoncang jiwanya. Kini ia sudah kembali dalam mobil putih kesayangannya. Setelah melihat dengan kepala sendiri bagaimana kondisi Appa Yuri yang terbalut perban dan gips di mana-mana. Ia pamit untuk pulang. Ia tidak bisa lagi berlama-lama di tempat itu. Bukan karena ia tidak betah berada dalam rumah sederhana itu tapi sesuatu dalam kotak Pandora yang tersembunyi dalam hatinya menjadi semakin kencang mengetuk-ngetuk minta dibuka. Keringat dingin menetes dari dahinya. Tentu saja Yuri saat itu melihatnya. Yeoja itu tampak khawatir melihat perubahan sikap Kyuhyun.

“Kau tidak apa-apa Kyuhyun? Kenapa mukamu pucat sekali?”

Baiklah waktunya telah tiba untuk bermain-main dengan bayangan masa depan dan masa lalu yang selalu seenaknya datang mengganggu kemapanan hidupnya. Dengan terburu-buru, ia pamit pulang. Ia tidak mau keluarga itu melihat bagaimana menakutkannya dirinya jika visi itu tiba-tiba datang. Kyuhyun mengemudikan mobilnya dengan cepat, ia ingin segera sampai ke rumah. Jika waktunya tiba, ia ingin berada dalam tempat yang paling nyaman dimana ia bisa berteriak sepuas-puasnya, bahkan menangis jika ia memang harus melakukannya.

Ia seperti berpacu dengan visi yang diramalkannya akan datang mengunjunginya malam ini. Kotak Pandora itu terus mengetuk-ngetuk hatinya bahkan kini sudah menggedor-gedor dengan keras minta segera dibuka. Kyuhyun bertahan untuk tidak membukanya. Tunggulah sampai ia tiba di rumah. ‘Tolonglah, tunggulah sampai aku berada di tempat yang seharusnya, tolonglah, jangan datang dulu,’ pekik Kyuhyun dalam hati. Ia terus memacu mobilnya dengan kecepatan luar biasa tapi terlambat!

Perlahan sebuah kotak kecil dalam bayangannya muncul, membuka dan keluarlah bayangan yang paling ditakutinya selama ini. Seperti sebuah adegan film hitam putih lama berkelebat dalam benaknya.

‘Oh tidak, jangaaaan, tolong, jangan sekarang,’ jerit Kyuhyun tapi ia tidak mampu menghentikan slide film yang terus bergerak dalam pikirannya. Ia menghentikan mobilnya. Inilah saatnya ia bertarung dengan dirinya sendiri, dengan masa lalunya. Tapi tunggu! Apakah itu masa lalunya atau masa lalu seseorang?

Dua orang bocah sedang bermain dengan riang di sebuah taman dekat hutan. Seorang gadis cilik cantik sedang menanam bunga dan seorang bocah laki-laki membantunya seolah-olah sedang memberikan air dan pupuk.

“Oppa bunga ini sangat indah dan aku akan menanamnya. Aku ingin membuat taman bunga di sini.”

“Pasti tamannya indah karena bunganya indah.”

“Bunga ini sangat indah, bunga ini namanya apa, Oppa?”

Gadis cilik itu mengangsurkan sebuah bunga yang baru saja ditanamnya.

“Jika tidak salah, Ahjumma berkata bahwa bunga ini adalah anggrek hutan. Kau menemukannya di hutan bukan?”

Gadis kecil itu mengangguk.

“Kau tahu artinya anggrek hutan?”

“Anggrek hutan berarti ketegaran dan keabadian.”

Tentu saja gadis kecil itu tidak mengerti apa arti ketegaran dan keabadian tapi bocah laki-laki itu terlalu pintar untuk seusianya.

“Artinya anggrek itu kuat dan umurnya lama, kau mengerti kan maksudnya?”

Gadis kecil itu mengangguk-angguk walaupun sebenarnya butuh waktu lama baginya untuk memahami penjelasan bocah laki-laki itu.

“Kalau begitu, aku akan berikan anggrek itu untuk Oppa, bukankah Oppa berjanji untuk menjadi namjachinguku nanti? Aku berharap Oppa akan menjadi namjachingu yang kuat dan selalu menjadi namja chinguku selamanya.”

Kedua bocah itu tertawa, entah mereka mengerti apa maksud dari namja chingu atau tidak. Tapi dalam pembicaraannya gadis kecil itu selalu mengulang-ulang pernyataannya.

“Aku adalah yeojachingu Oppa dan Oppa adalah namjachinguku. Oppa harus berjanji menungguku dan janji harus ditepati.”

“Baiklah Oppa berjanji.”

Mereka kemudian tertawa dan bersama-sama menanam anggrek liar itu ke dalam tanah, berharap akan tumbuh dan berkembang seperti saat pertama mereka melihatnya di hutan, menempel pada sebuah batang kayu pohon yang besar. Mungkin mereka tidak tahu bagaimana caranya menanam anggrek tapi ada harapan dan janji yang terpupuk dalam tanah tersebut. Mereka melakukannya dengan riang. Sampai kemudian seorang Ahjumma datang dengan tergopoh-gopoh mendekati mereka berdua. Entah apa yang disampaikannya tetapi ia langsung menggandeng tangan anak laki-laki itu.

Gadis kecil itu memandang mereka berdua dengan khawatir, bocah laki-laki itu rupanya mengerti. Ia berbalik dan mendekatinya.

“Oppa akan pergi?”

“Oppa tidak akan pergi, gadis kecil.”

“Oppa berjanji tidak akan pergi dan akan menjadi namjachinguku nanti. Oppa harus ingat itu!”

“Oppa tidak akan pergi. Kau tunggulah di sini, nanti kita akan bermain-main lagi.”

Anak laki-laki itu berbalik kemudian bergandengan tangan lagi dengan Ahjumma yang membawanya masuk ke sebuah rumah. Ia tahu bahwa baru saja ia berbohong pada gadis kecil itu. Tapi ia tidak punya pilihan lain lagi, jika tidak pasti gadis itu akan menangis dan ia tidak mau melihatnya bersedih.

Di depannya kini terlihat sepasang suami istri yang melihatnya begitu bahagia dan antusias. Mereka telah bertemu beberapa kali di panti asuhan ini. Ahjumma itu membawa koper kecil dari kamarnya. Suami dari Nyonya itu langsung membawa koper itu. Ahjumma kemudian memakaikan jaket dan topi pada bocah laki-laki itu, spontan memeluknya sambil menangis.

“Aku akan sangat kehilanganmu tapi kau tahu waktu seperti ini akan selalu tiba. Jadilah anak yang baik, belajar yang rajin dan buatlah mereka bangga dan sayang padamu.”

Anak kecil itu mengangguk patuh, ia merasa sedih karena selama enam tahun ia telah hidup dengan sangat nyaman di sini. Dengan Ahjumma yang sudah dianggapnya sebagai ibu kandungnya sendiri, dan gadis kecil yang selalu membuatnya berjanji bahwa kelak ia akan menjadi namjachingunya, ia akan kehilangan semua itu. Walaupun mereka hidup dalam kondisi sederhana tapi ia merasa bahagia. Tapi benar memang apa yang dikatakan Ahjumma, waktu seperti ini akan selalu tiba. Dari sejak balitapun, ia sudah mempersiapkan diri untuk hal ini. Ia sudah menduga dengan tepat kapan penjemputan itu akan terjadi. Itulah mengapa pikirannya jauh lebih dewasa dari ukuran seusianya. Ia selalu dapat menebak apa yang akan terjadi di masa depan, membuatnya menjadi lebih matang walaupun sebenarnya ia hanya bocah laki-laki berumur enam tahun.

Suami istri itu membawanya masuk ke sebuah mobil mewah dan mengendarainya perlahan meninggalkan rumah kenangan itu. Tapi seseorang berteriak dari belakang berlari menyusul mobil yang bergerak menjauh.

“Opppaaaaa, jangan tinggalkan aku, Opppaaaaa!!!!!”

Tapi mobil itu terus melaju. Gadis kecil itu berlari dengan segenap kekuatannya, menyusuli satu-satunya orang yang selalu menjadi pelindungnya selama ini. Ia menangis, air matanya bercucuran, tapi ia tetap berusaha berlari.

Bocah laki-laki itu melihat semua itu dengan kepedihan luar biasa. Ia ingin mobil ini berhenti tapi tidak bisa. Sejak ia melangkah masuk dalam mobil itu semuanya telah berbeda, ia adalah bagian dari keluarga baru itu kini. Anak laki-laki itu melihat gadis kecil itu berlari mengejarnya dengan tertatih-tatih sampai akhirnya gadis itu tidak mampu mengendalikan tubuhnya karena ia terjatuh, terjerembab, dan terguling menyusuri undakan tangga tanah di bukit hutan.

Kyuhyun ingin berteriak berhenti tapi mulutnya terkunci. Sesuatu mengunci seluruh sel tubuhnya. Ia begitu putus asa, ia ingin menolong gadis cilik itu tapi ia tidak bisa. Energinya seolah terserap oleh sesuatu kekuatan luar biasa. Mobil itu terus melaju kencang. Tiba-tiba bayangan itu menyusut memasuki kotak kecil Pandora dalam bayangannya menyisakan ketakutan yang luar biasa di hati Khyuhyun. Akhirnya semua yang selama ini dikuncinya dalam kotak itu terbuka dengan jelas.

“Aaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkh!!!”

Kyuhyun berteriak dengan kencang, ia tidak perduli telah membuat keributan di jalan dengan suaranya. Tapi ia tidak tahan, hatinya sakit. Ia menangis, keringat dingin mengucur deras di seluruh tubuhnya. Baju dan rambutnya basah. Kyuhyun tertunduk, ia tidak bisa menahan air mata yang tiba-tiba jatuh dari kedua matanya. Bayangan itu menyiksanya, sejak lama ia melupakannya hingga jatuh pada kesadaran bahwa itu  hanya mimpi buruknya semata. Tapi itu nyata, Kyuhyun harus mengakuinya bahwa ialah tokoh utama dalam bayangan itu. Dengan cepat ia menyalakan mobilnya, melajunya dengan kecepatan sangat maksimal. Ia ingin pulang.

Rumahnya yang gelap tiba-tiba menyala, Mister Chey membuka pintunya. Ia membungkuk dengan hormat pada Kyuhyun.

“Kau ingin aku siapkan makan malam?”

“Tidak usah, aku ingin tidur.”

“Appa dan Omma-mu tadi meneleponmu Kyuhyun-ssi. Mereka sudah pulang dari Amerika.”

“Begitukah? Mereka menitipkan pesan?”

“Datanglah menemui mereka secepatnya, itu saja pesan mereka,” jawab Mister Chey dengan sangat sopan.

“Baiklah, besok aku akan menemui mereka.”

Kyuhyun melangkah masuk menuju kamarnya tapi kemudian berbalik ketika mendengar deheman Mister Chey dari belakang.

“Member Super Junior juga meneleponmu tadi. Mereka tidak bisa menghubungi HPmu.”

“Terimakasih Mister Chey, ada lagi yang ingin kau katakan?”

Kepala pelayan rumah tangga kediaman Kyuhyun itu tampak ingin mengatakan sesuatu tapi ditahannya,”Tidak ada lagi Kyuhyun-ssi. Selamat beristiraha. Kau bisa memanggilku kapan saja jika kau membutuhkan.”

“Kau tidurlah saja, aku tidak akan mengganggumu Mister Chey.”

Namja itu segera memasuki kamar mandi dalam kamarnya yang luas. Dengan kucuran air dingin yang mengalir dari tubuhnya ia ingin melupakan bayangan buruk tadi. Bayangan gadis kecil itu menghantuinya. Jika saja ia lebih berani untuk berteriak, meminta Appa untuk menghentikan mobilnya mungkin ia masih bisa menolong anak itu. Tapi semuanya terlambat. Keterlambatan fatal yang baru diketahuinya beberapa belas tahun kemudian setelah ia bergabung dengan Super Junior.

Kyuhyun memejamkan matanya menyenderkan tubuhnya di dinding kamar mandi dengan air terus mengucur dari pancuran. ‘Mianhae, maafkan aku gadis kecil.’

Di tempat lain, tepatnya dalam sebuah kamar kecil di rumah susun sederhana. Yuri mencoba membaringkan tubuhnya. Ia meraba hatinya. Ada sesuatu yang berbeda dengan perasaannya kini. Ada rasa senang yang membuncah tapi juga kekhawatiran yang teramat dalam. Yuri menganalogikannya seperti sebuah bibit dalam tanah yang mencoba tumbuh dan berkembang. Rasa itu begitu menyenangkan tapi masih terlalu dini untuk bisa menilainya. Ia tersenyum mengingat bagaimana Kyuhyun memperlakukannya. Tapi Yuri tidak mau berpikir terlalu jauh, mereka adalah dua orang yang hidup dalam latar belakang sosial yang sangat berbeda. Terlalu jauh bahkan jembatan terpanjang sedunia sekalipun tidak bisa menghubungkan perbedaan kasta yang begitu berbeda. Sudahlah, lupakan mengenai perasaan sentimentil ini, besok adalah hari baru baginya, ia akan mencoba melamar pekerjaan. Tidak bisa dipungkiri ada sedikit kekhawatiran bahwa Dainn akan membalas dendam kepadanya, mungkin yeoja itu akan memutus beasiswanya. Jika itu terjadi ia harus sudah siap. Mudah-mudahan pekerjaan yang akan dilamarnya besok dapat memenuhi kebutuhan kuliah dan keluarganya. Yuri berdoa dalam hatinya, dalam beberapa menit kemudian ia sudah tertidur pulas dengan senyum mengembang di kedua ujung bibirnya.

TO BE CONTINUED

Author Notes:

Author cuman pengen bilang MIANHAE TELAT, huhuhu pasti readers marah nih sama author. Author dah bowing-bowing nih jadi harus dimaapin yah kalo enggak , ga akan lanjut WO lagi loh (loh kok author ngancem *dicubit readers deh).

Curhat nih, author lagi ada proyek sedang membuat kompetisi FF dan pemberi komentar terbaik, hadiahnya seperti yang ditunjukan di atas. Keren kan hadiahnya, ampe masuk daftar waiting list karena harus pesen dulu khusus buat Suju Spy sama SMTown Best Album 3. Sekarang hadiah2 itu sudah sampai di tangan author dengan selamat. Amin. Gimana readers tersayang mo dapetin semua hadiah itu. Klik aja wp author ini ya

www.hyeahkim.wordpress.com

Ini nih posternya (minta ijin ya admin ffindo yang baeeeek)

Nanti readers akan baca persyaratannya, dan yang ga bisa nulis ff tenang aja karena ada lomba untuk yang ngasih komentar juga. Jadi author dan reader sama-sama memiliki kesempatan untuk mendapatkan hadiah keren tersebut. Jadi buruan ngecek ya kalo perlu promosiin dan RT kemana-mana biar banyak yang ikutan. Sayang hadiah udah segitu kerennya tapi yang ikutan dikit hehehe.

Soal ff WO ini udah cukup clear kan, ya enggak akan jelas jelas banget dunk, kalo jelas berarti ga TO BE CONTINUED lagi dong tapi END hehehe. Seperti biasa kalo mau WO ini lanjut lagi, read, comment, & like readers tercinta sangat ditunggu ya. Mau curcol, ngomong geje juga ga pa2 bakal dilayani dengan senang hati, asal jangan bashing aja, apalagi bashing authors yang baek ini hehehe.

Oh ya follow me oke di @hyeahkim22 kalo mo ngbrol.

404 responses to “SUPER JUNIOR RADIO LOVE SERIES: WILD ORCHID FOR KYUHYUN’S HEART (PART 4)

Leave a comment