Begins of Revenge [CHAPTER 7]

Ini bukan ff ditjao, melainkan ff titipan dari salah seorang teman. Harap memberikan apresiasi berupa komentar setelah membaca ya, terima kasih sebelumnya.

Previous :

CHAPTER 1 – CHAPTER 2 – CHAPTER 3 – CHAPTER 4 – CHAPTER 5 – CHAPTER 6

Begins of Revenge 2

 

Tittle : begins of revenge [disaster]

Genre : romance and sad

Type : chapter

Main cast : xi luhan dan park ahrin

Other cast :  park chanyeol

Author : lee hae min (uniara)

Artwork : park ahrin (amira)

Note : dont copas this ff, anehkah? hahaha

Happy reading 🙂

Author pov:

Drt…… drt…….

Suara getar ponsel berdering , tampaknya sang pemilik enggan untuk menjawab panggilan tersebut. Bukan enggan, namun ponsel tersbeut tertnggal di jok mobil. Apakah sang pemilik ini sengaja meninggalkannya atau mungkin ia teledor dan lupa membawanya ? yang jelas getar ponsel tersebut tidak henti-hentinya bersuara. Sudah 16 miscall yang tak terjawab dan 20 pesan belum sempat dibaca.

Bagaimana dengan sang pemilik? Ia sekarang sedang bersama dengan seorang yeoja manis. Tepatnya berada di namsan tower. Posisinya saat ini seolah-olah akan mencium gadis tersebut. Jika saja sang gadis tidak mencegahnya, mungkin hasratnya untuk mencium sang gadis sudah terlaksana sejak tadi. Mukanya kini memerah, merah karena ia malu atas apa yang ia lakukan. Ia pikir ia terlalu bodoh karena dengan mudahnya terhipnotis oleh pesona yeoja bernama ahrin tersebut. 

“mianhe..”ucap luhan.

“gwenchana, luhan-ssi.”ucap ahrin yang terlihat tenang walaupun sebenarnya ia juga sama seperti luhan mengalami skot jantung yang sangat berlebihan.

Setelah insiden aneh tersebut, mereka saling terdiam sampai seorang dari mereka mengajak untuk pulang.

“ahrin sebaiknya kita pulang.”ajak luhan, ahrin hanya mengangguk.

Tidak seperti tadi, disaat luhan menggendong ahrin.. kini tidak ada adegan seperti itu. mereka masih terlalu canggung atas insiden nekat luhan. Sesampainya di mobil, luhan dengan segera mengecek handphone miliknya itu. ia sedikit heran karena jumlah pesan masuk dan panggilan tak terjawab melebihi biasanya.

Saat ia membuka pesan masuk tersebut, ia kaget bukan main. Hari itu luhan  bagai tersambar petir beribu-ribu volt. Air mukanya berubah 180 derajat dari luhan yang tadi.

“luhan-ssi apa sesuatu terjadi?” tanya ahrin penasaran. Namun luhan tak menggubrisnya, ia malah menancap pedal gas mobilnya sangat kencang. Bagai kilat. Ahrin sempat protes dengan apa yang dilakukan luhan. Wajahnya tampak murung. Sosok Luhan yang dahulu kini hadir kembali. Pikirannya sedang kacau, sesekali ia memukul stir.

“luhan-ssi, pelan-pelan.”

“shit! Please shut up”umpatnya dengan kasar.baru kali ini ahrin melihat luhan mengumpat dengan bahasa dan intonasi sekasar itu.

Perjalanan mereka terhenti disebuah rumah sakit, rumah sakit dimana sehun dirawat disitu.  Luhan menarik ahrin sangat kasar. Lebih tepatnya mencengkram lengan ahrin. Ahrin sudah meringis kesakitan tapi namja china itu sepertinya tidak memperdulikannya. Ia terus menariknya menuju sebuah ruangan, dimana ruangan itu ditempati oleh sehun. Belum sempat ia sampai menuju ruangan yang ia tuju, tiba-tiba saja mereka bertemu dengan seorang namja. Ya namja yang sedari tadi terus saja menelepon dan mengirim pesan kepada

luhan.

“bagaimana keadaannya?”tanya luhan penasaran. Wajahnya mengisyaratkan kekhawatiran.

Namun apa yang terjadi, namja itu terdiam dan hanya memberikan air muka yang sangat menyesal. Tak perlu sebuah kalimat yang diucapkan untuk menjelaskan semua permasalahan ini. Dengan hanya melihat ekspresi wajah namja itu saja, luhan sudah mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.

Kebenciannya yang selama ini seikit memudar kini hadir kembali dan bahkan kembali menjadi lebih besar. Air mukanya berubah menjadi dingin dan kejam. Ia merasa terpukul tentang apa yang terjadi hari ini.

Tiba-tiba saja ia menarik kerah baju namja itu secara kasar dan brutal.

“WAE PARK CHANYEOL WAE!!! KENAPA KAU TIDAK MEMBERITAHUKU LEBIH AWAL”teriaknya dengan histeris. Namja itu.. ya park chanyeol hanya bisa diam membisu, ia tidak bisa berbuat apa-apa ia tidak bisa membela diri, karena ia tahu sahabatnya itu sedang terpukul atas kematian adiknya, lebih tepatnya adik tirinya yang sangat ia sayangi.

Cairan bening perlahan keluar dari kedua mata luhan. Satu tetes dua tetes dan kemudian mengalir dengan derasnya sehingga membasahi pipi luhan. Namja itu menyandarkannya ketembok dan membiarkan tubuhnya merosot kelantai yang dingin dan berdebu. Sesekali ia mengacak-ngacak rambutnya, ia masih tidak percaya tentang fakta bahwa adiknya itu sudah tidak ada lagi di dunia.

Sedangkan Ahrin, ya gadis itu hanya bisa melihat luhan dengan rasa iba. Ia tak tahu harus berbuat apa sekarang. Ahrin tahu bagaimana perasaan luhan. Perasaan dimana seseorang yang kita sayangi pergi meninggalkan kita bukan hanya sekedar berpergian melainkan pergi untuk selama-lamanya.

Tiba-tiba saja seorang dokter datang menghampiri mereka, ia adalah dokter lee yang menangani sehun selama ini. Ia menceritakan semuanya pada luhan tentang kronologi yang terjadi.

Sehun, namja itu kembali menglami masa kritisnya. Namun anehnya disaat masa kritisnya itu ia terus saja menyebut nama kakaknya. Dokter lee yang menangani sehun sempat kewalahan, dengan cekatan ia menyuruh chanyeol yang tadi baru saja menjenguk sehun untuk menghubungi luhan agar segera kesini. Namun apa daya, handphone luhan saat itu tertinggal di dalam mobil.

Mendengar semua ucapan dokter lee, ia menyesal. Beribu-ribu penyesalan bersarang didirinya. Kini pikirannya semakin kacau. Ia tidak mengetahui kalau adiknya itu terus memanggil namanya. Ya nama xi luhan.

“mianhe sehun..  maafkan kakakmu yang bodoh ini!” ucapnya lirih. Beribu-ribu pertanyaan mucul dipikirannya. Mengapa ia tidak membawa handphonennya, mengapa ia datang terlambat, mengapa ia tidak tahu semua ini, mengapa ia…..

Tiba-tiba saja matanya menangkap sosok seseorang dengan sorot mata dingin.

Ya dia yang menyebakan semua ini. Gadis sialan itu yang menyebabkan sehun tiada, umpatnya dalam hati.

Dengan keadaannya yang gontai, luhan menghampiri ahrin yang sedari tadi hanya diam membisu.

Plakk

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi gadis manis itu. bukan hanya ahrin namun chanyol dan dokter lee pun kaget.

“luhan-ah…”ucapnya sembari meringis kesakitan

“kau sudah puas melihatku menderita hah! Jika saja kau tidak merengek memintaku untuk menemani mu pergi ke namsan tower mungkin semua ini tidak akan terjadi”ujar luhan sembari menguncang-guncangkan tubuh ahrin.

“mianhe luhan.. mianhe..”

Pelupuk mata gadis itu kini sudah mengalir  derasnya airmata, bukan karena tamparan luhan ia menangis, melainkan ia merasa bersalah pada luhan. Ia sungguh bodoh karena terus merenggek pada namja yang sekarang sedang mencengkram kuat pundaknya itu untuk menemaninya pergi ke namsan tower. Selain itu karena kepercayaan luhan terhadapnya kembali runtuh hingga berkeping keping.

“persetan dengan semua kata maafmu!” hampir saja luhan melayangkan tamparannya untuk yang kedua kalinya, namun seseorang mengahalanginya.

“cukup hyung! Tidak sepantasnya hyung melakukan ini pada ahrin, sehun tiada karena memang sudah takdir, terimalah.”ujar chanyeol yang menahan tamparan luhan itu.

“diam kau park chanyeol, aku tidak ada urusan denganmu. Dan janganpernah sekali-kali kau mengurusi urusanku” Tepis luhan dengan kasar.

“jika urusan itu mengenai ahrin, itu juga menjadi urusanku.”

“apa hakmu?”

“hakku? Aku memang bukan siapa-siapa ahrin. Tapi sadarlah hyung, dia itu perempuan. Kau tidak berhak memukulnya sekasar itu apalagi kau seorang namja. Mana harga dirimu hyung? Kau sungguh menjijikan jika seperti ini.”

Kalimat chanyeol merupakan kalimat telak bagi luhan. Menjijikan? Ya memang benar. Luhan terlalu mementingkan ke-egoisannya semata. Ia terlalu cepat naik pitam tanpa menelik apa yang terjadi.

Merasa dirinya diremehkan oleh si jangkung itu, tanpa basa-basi luhan menarik ahrin pergi. Sekuat tenaga luhan mencengkram tangan ahrin. Ia membawa ahrin pergi dari rumah sakit. Chanyeol dan dokter lee sempat mengejarnya, namun luhan terlalu kencang.

“HYUNG..TOLONG SADARLAH HYUNG, KAU JANGAN BERBUAT NEKAT”teriak chanyeol dari kejauhan, namun tetap saja luhan tidak menggubrisnya. Ia terus menarik ahrin tanpa tahu gadis yang ia tarik sedang menahan kesakitan.

Luhan membawa menuju mobilnya, dengan segera ia menyuruh ahrin menaiki mobilnya. Handphone luhan terus saja berbunyi.

“ah shit!” umpatnya sembari melempar handphonenya dengan kasar ke jok mobil belakang. Pedal gas mulai ditancap dengan sangat kencang. Luhan  mengendarai mobilnya seperti orang yang sedang kesetanan. Ahrin harap-harap cemas dengan semua kemungkinan yang terjadi. ia hanya bisa pasrah, karena ia terlalu takut dengan keadaan luhan yang sudah mulai gila ini.

“you bastard ahrin, semua karena ulahmu. Bukan hanya kakakmu saja yang brengsek tapi dirimu lebih brengsek dari dia.”umpatnya dengan penuh emosi.

“maafkan aku luhan, sumpah demi tuhan aku tidak berniat seperi itu.”

“AH SHUT UP, SEMUA OMONGANMU HANYA OMONG KOSONG SEMATA!”bentaknya sembari terus menyetir.

Entah apa tujuan luhan membawa ahrin, namun ahrin semakin khawatir ketika luhan berhenti disebuah apartemen super megah dan mewah. Hatinya mulai tidak karuan, ada rasa takut terselip di hatinya sekarang. Debaran jantung semakin kencang.

“KELUAR!”perintah luhan dengan intonasi menyentak.

“luhan-ssi  untuk apa kau mengajakku kesini?”

“tidak perlu banyak tanya, kau hanya tinggal menuruti semua perintahku. arraseo?” ujarnya sembari menjenggut rambut ahrin. Ahrin yang semakin kesakitan hanya bisa menggangguk pasrah.

Kini mereka berdua sudah berada di apartemen nomor 18, lebih tepatnya berada dilantai 2. Luhan terus saja menyeret ahrin dengan kasar. Memang sangat tidak manusiawi, tapi apa mau dikata. Jiwa dan batin luhan sudah tertutupi awan kebencian dan kebusukan.

“appo xi luhan appo..”ucap ahrin lirih.

Seberapapun ahrin memelas tetap saja luhan tidak akan pernah luluh. Ia mendorong ahrin ke kasur yang berada di kamar apartemen tersebut.

“yya xi luhan apa yang akan kau lakukan?”

“aku akan melakukan apa yang seharusnya kulakukan sejak dulu padamu.”ucapnya menyeringai sembari perlahan-lahan membuka sebagian kancing bajunya.

Ahrin mengetahui maksud luhan. Keringat dingin mulai bercucuran dipelipisnya. Ia tidak bisa melawan, jika melawanpun tetap saja ia akan kalah. Karena tenaganya tidak sebesar luhan

“andwae xi luhan andwae… jebal..”ucapnya sembari menangis.

“kau tahu ahrin, mungkin aku terlalu bodoh karena selama ini aku malah membantumu, jelas-jelas kau hanya seorang parasit dikehidupanku. Menolongmu bahkan mempercayaimu suatu kesalahan besar didalam hidupku. Mungkin aku tidak akan bisa membunuhmu namun dengan cara ini kau bisa membayar semua kesalahan kakakmu dan juga dirimu”jelas luhan yang semakin lama-semakin mendekati posisi keberadaan ahrin.

“andwae luhan-ssi, jebal andawe…”

“ssttt, diamlah gadis manis Kau pasti akan suka.”

Kancing baju luhan kini sudah terlepeas semua. Luhan hilang kendali. Otaknya hanya dipenuhi oleh hasrat membalaskan dendam. Hingga tidak peduli dengan apa yang ia lakukan sekarang.

“ANDWAEEEEEEE!”

Malam itu, menjadi malam penuh kegelapan, tangisan, siksaan, dan keterpurukan bagi ahrin. Tidak ada yang tahu apa yang luhan lakukan pada ahrin begitupun chanyeol. namja jangkung itu, terus saja mencari ahrin. Namu hasilnya nihil. Ia merasa dirinya pecundang, karena tidak bisa melindungi yeoja bernama park ahrin. Bagaimana dengan luhan? Kini namja china itu memiliki kepuasan karena telah berhasil membalaskan dendamnya.

Author pov end

***

 

Sinar matahari pagi yang hangat masuk dari sela-sela jendela apartemen karena tirainya tidak terlalu tertutup dengan benar. Burung-burung berkicau dengan riangnya. Hari ini begitu cerah. Tidak secerah dengan keadaanku sekarang. Tadi malam merupakan malapetaka buatku.

Hanya kesakitan dan rasa malu yang kini sedang kualami. Masih teringat di ingatanku bagamana ia mengkasariku bahkan mengambil sesuatu hal yang paling berharga dalam diri setiap yeoja.

Eomma.. appa mianhe, aku tidak bisa menjaga diriku dengan baik… ucapku dengan lirih seiring mengalirnya cairan bening dari kedua mataku yang sejak tadi tidak ada hentinya ku keluarkan.

Kuremas selimut yang hanya membalut tubuhku saat ini, soal baju? Tak perlu kau tanyakan, pakaianku semua berserakan di sekitar kasur. Kulihat sekeliling ruangan apartemen, apartemen ini merupakan saksi bisu hal terpait yang pernah kualami. Itu smua diakibatkan oleh dia. Dia yang mementingkan ego-nya, dia yang tadi malam berbuat kasar padaku, dan dia yang telah merengut kehormatanku.

Perlahan namja itu mengerang, sepertinya ia sudah mulai terjaga. Matanya menyipit ketika melihatku, kemudian memperlihatkan senyuman puasnya. Tidak ada semburat wajah merasa bersalah pada dirinya ketika melihatku hancur seperti ini.

“pagi yang sangat cerah, benarkan park ahrin?”

Tak ada jawaban dariku. Jika bisa satu patah kata pun enggan ku keluarkan

“jika saja sehun tidak meninggal, mungkin kejadian ini tidak kan terjadi. tapi.. yasudahlah yang lalu biarlah berlalu, lagipula Kau memang pantas mendapatkannya, karena untuk membayar semua kesalahan hyungmu dan dirimu….  dan hal seperti ini bukan sesuatu kejadian besar.”ucapnya enteng sekali, seperti tidak terjadi apa-apa semalam.

“bukan hal besar katamu? Apa merengut kehormatan seorang wanita itu bukan hal besar?”

“aniyo, karena wanita sepertimu memang pantas untuk menjadi kotor.”

Aku hanya bisa terpaku setelah mendengar ucapannya itu, seketika seperti ada ribuan jarum menusuk hati terdalam yang kupunya. Betapa sakitnya. Sungguh demi tuhan, serendah itukah harga diriku dihadapannya….

“KAU JAHAT XI LUHAN, KAU SUNGGUH JAHAT… KAU NAMJA BIADAB! KAU TIDAK PUNYA HATI!!!!” kuluapkan semua emosiku yang kutahan sedari tadi, tidak peduli luhan akan mengakasariku lagi.

Kupukul luhan dengan kedua tanganku. Sangat kencang, sampai tubuhnya kini terguncang-guncang akibat pukulan dariku. Tapi percuma saja aku memukulnya. Sepertinya nmja ini benar-benar sudah gila, ia hanya memberikan senyum kepuasan dan tidak merasa kasihan pada diriku.

“APA SALAHKU SAMPAI KAU TEGA BERBUAT HAL MENJIJIKAN SEPERTI TADI MALAM, KAU..JA….”belum usai aku membentak dan bahkan mencacimakinya, namun xi luhan telah mengunci bibirku dengan ciumannya. Aku membulatkan mataku, tentu saja aku terkejut. aku mulai memberontak, namun semakin aku memberontak luhan justru semakin memperdalam ciuman ini…. tiba-tiba saja ia melumatkan setiap jengkal bibirku,mengecupnya dalam…dan menggigit kecil bibir bawahku…hembusan nafasnya semakin terasa memburu.

Setelah beberapa lama, luhan melepas ciuman itu karena pasok oksigen yang menipis. Sungguh sangat menjijikan. Teganya dia menciumku dengan penuh nafsu seperti tadi. Dengan geram kulayangkan tamparan ke arah pipinya, namun dengan cepat ia menghentikannya.

“jangan pernah mencoba untuk melukai wajahku ini dengan tangan kotormu sayang” ucapnya sembari terus mengumbar senyum.

Kemudian luhan mengambil kimono tidur miliknya dan memakainya. Ia beranjak dari kasur menuju kamar mandi yang berada di dalam apartemen kami saat ini. Sepertinya dia akan mandi.

Sekarang dengan cepat kupungut semua pakaianku dan memakainya. Tidak peduli aku sudah mandi atau tidak, itu tidak penting. Pikiranku terlalu kacau pagi ini. Sekarang bagamana dengan nasibku. Aku malu pada diriku aku merasa menjijikan dan kotor. Tanpa kusadari, air mata kini mengalir kembali. Semakin deras, hingga membuatku terisak.

Pintu kamar mandi terbuka, kulihat sosok luhan yang sudah berpakaian rapih. Tidak sepertiku yang lusuh dan berantakan. Ia beranjak dari kamar mandi untuk menhampiri diriku.

“dengar, sekarang aku akan ke jepang untuk membuat perhitungan pada hyungmu itu. dan kau yeoja bodoh.. sebaiknya kau pulang kerumah, kau jangan pernah menyeritakan hal yang terjadi padasiapun, dan chanyeol termasuk dalam orang yang tidak perlu mengetahui ini. Jika kejadian ini sampai bocor…”

“kau akan tanggung semuanya..”ancamnya setengah berbisik padaku.

Aku hnya bisa tertunduk, tidak tahu harus berbuat apa. Semua ini bagai mimpi buruk yang terjadi setiap malam.

“anak manis, baiklah aku pergi.”

Blam…

Pintu apartemen tertutup. Sosoknya kini menghilang, dia sudah pergi. Ya dia pergi, meninggalkan diriku seorang diri dengan memberikan bekas luka, kepedihan, dan rasa malu yang amat sangat besar melekat pada diriku saat ini.

Xi luhan.. wae?

***

“aigooo ya, ahrin-ssi kau kemana saja? Aku sudah lelah mencarimu dengan hyung.”ujar park chanyeol dengan wajah lega namun rasa cemas masih terselip di raut wajahnya.

“mianhe karena telah membuatmu khawatir.”

“gwenchana, ngomong-ngomong kau tidak bersama hyung? Kemana dia?”

Untuk pertma kalinya aku berbohong sangat besar pada seseorang yang baik padaku, yaitu chanyeol. aku mereka-reka semua apa yang terjadi. dimulai dari luhan membawaku pergi, kemudian bercerita padaku karena dia merasa bersedih atas sehun yang sudah tidak ada,kemudian kebohongan lainnya yang memuakan. Chanyeol hanya bisa mendengarkan semua ceritaku, ia terkadang berkata “OH” saja, karena ia tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi pada diriku dan luhan. Senyum yang kuberikan padanya adalah senyum palsu, jika diizinkan ingin sekali aku menjerit dan menangis sejadinya serta menceritakan sebenarnya yang terjadi pada chanyeol. tapi itu semua kutahan, bukan karena aku takut pada luhan, hanya saja jika aku memberitahu chanyeol. kemungkinan chanyeol dengan cepat akan membuat perhitungan pada sahabatnya itu. persahabatan mereka akan retak, aku tidak menginginkan hal itu terjadi, walaupun aku membeci luhan sekalipun.

***

Hari kedua setetalah luhan pergi ke jepang  

Kehidupanku kini mulai berangsur membaik. Walaupun rasa trauma masih melekat pada diriku. Chanyeol membuatku kembali tersenyum ya namja jangkung itu sepertinya tahu jika aku sedang mengalami tekanan. Sedangkan luhan, namja itu sampai saat ini belum mengabari kami. Tidak menelepon sama sekali. Handphonenya selalu tidak aktif jika chanyeol mencoba meneleponnya hanya sekedar menanyakan kabarnya serta kebaradannya. Bagaimana dengan sehun? Abunya sudah chanyeol dan aku tebarkan di lautan. Semoga dia berbahagia dialam sana.

Hari keempat setetalah luhan pergi ke jepang  

Sampai saat ini namja itu belum pulang, dia benar-benar serius dengan ucapannya untuk mencari oppaku. Bagaimana dengan keadaanya sekarang, apa dia baik-baik saja? Aish apa aku ini bodoh.. jelas-jelas dia yang telah membuatmu mengalami trauma yang amat berat.

Hari keenam setetalah luhan pergi ke jepang  

Dia sebenarnya kemana?

Hari keduabelas setetalah luhan pergi ke jepang  

Bagaimana keadaannya sekarang? Apa dia makan dengan benar?

Hari kelimabelas setetalah luhan pergi ke jepang  

Kapan dia akan pulang, aku sudah lelah menunggunya. Aishhh menunggunya? Maksudnya apa ini….

Hari keduapuluh setetalah luhan pergi ke jepang  

“ahrin-ssi sebaiknya kau makan. Sudah dari kemarin kau tak makan.” Ujar chanyeol dari meja makan. Ia sudah menyiapkan makan siang untuk kami berdua. Ya hanya berdua, bagaimana dengan seorang lagi? sudah lama orang itu tidak pulang. Tidak memberikan kabar sama sekali. Terakhir aku bertemu dengannya adalah setelah insiden mengerikan itu.

Aku hanya menggeleng dengan lemas. Chanyeol terlihat kecewa karena aku menolak untuk makan bersamanya. Sekarang aku hanya diam duduk di sofa sembari teru memperhatikan sebuah pintu besar berwarna coklat. Kapan dia akan pulang….

“sedang melamun ya?”tanya chanyeol yang kini sudah berada di sebelahku. Tapi tetap saja aku tidak menjawab pertanyaannya, aku hanya meleos pergi dan menghindarinya.

Aku berjalan tanpa arah, tanpa kusadari aku sudah berada disebuah kamar. Kamar milik orang itu, orang yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya. aku mulai terdiam dan memutar kembali memoriku ketika aku berada dikamar ini.

Flashback

“YEOJA BODOH!!, UNTUK APA KAU DIKAMARKU.”

“kau dapat dari mana kertas ini? Apa kau sudah membacanya?”

“beraninya kau masuk kekamarku dan membaca surat ini, siapa yang menyuruh hah.. dasar yeoja bodoh. Kau sama seperti kakakmu yang brengsek, apa orang tua kalian tidak mengajari tentang sopan santun? Ah tidak mungkin, aku merasa orang tua kalian sama seperti kalian.”

Saat itu tidak sengaja luhan menemukanku sedang membaca secarik surat. Yang sekarang sudah kuketahui surat itu berasal dari ibu angkatnya. Ia sangat marah, sampai sampai mencengram tanganku sangat kuat…

“luhan-ssi… kemarikan lenganmu.”

“apa yang akan kau lakukan?”

“kita sama-sama mencoba tidur dengan cara seperti ini…”

Malam itu merupakan malam penuh kedamaian. Kami berdua tidur dengan mengenggam tangan satu sama lain, setelah aku dan luhan berbagi rahasia.

Perlahan diriku melangkah pergi dari kamarnya kemudian menuju ruang tengah dimana chanyeol sekarang berada. Seakan tuli aku tidak menyaut panggilan chanyeol. pandanganku hanya tertuju pada dapur kemudian sofa yang kini chanyeol duduki. Memori di otakku sepertinya tak henti mengulang adegan dirumah ini.

“heh bodoh, kau buatkan untukku juga.”

“jika yang seperti ini enak.. bagaimana dengan yang tidak enaknya.”

“bagus sekali kelakuanmu, memasukkan kopi, cuka, dan garam kedalam tehku. Sebagai gantinya kau harus ku hukum.”

“bisa diam? Aku ingin tidur.”

“apa kau mulai terpesona olehku yeoja bodoh? Atau bahkan menyukaiku?”

Ketika itu aku menjailinya, sungguhbahagia rasanya ketika melihat ekspresi wajahnya. namun tidak lama dia mengetahui rencanaku it sehingga aku dihukum olehnya… ya dan itu hukuman paling aneh yang pernh kujalani.

jangan pernah berpikir, jika aku tidak bisa memasak.”

“ apa yang kau lakukan bodoh.”

Sungguh menyebalkan ketika dia mengaku dirinya itu handal dalam hal memasak.

“yakso. Aku pasti akan menyusulmu nanti.” 6 kata itulah yang sangat berarti buatku…..

Flashback end

Tiba-tiba saja setetes airmataku mengalir membasahi pipi. Namun lama kelamaan cairan bening itu sepertinya menumpahkan tampungannya. oh tuhan mengapa aku mengingat kembali kenangan bersamanya. Dia tidak patut untuk ku kenang, namja itu telah merengut kehormatan milikku. Bahkan ia selalu berlaku kasar padaku. Tapi mengapa aku harus menangis….. betapa bodohnya diriku.

“ahrin-ssi, yya mengapa kau tidak menjawab sautanku.”tanya chanyeol dengan memberikan intonasi protes di akhir kalimatnya.

“mian aku tidak mendengarnya.”

“kau menangis ahrin?”tanya chanyeol khawatir. Perlahan kedua ibu jarinya mendekat dan akan menghapus air mataku. Namun dengan cepat aku mengempas tangannya.

“gwenchana.”jawabku singkat kemudian mengusap mataku dan pergi meninggalkan chanyeol.

“ahrin-ssi mengapa akhir akhir ini kau selalu menghindariku? Bahkan kau tidak pernah menjawab semua ucapanku.”

Mendengar ucapan chanyeol, aku terdiam dan kemudian berbalik sehingga aku bisa kembali melihat wajahnya yang kini memberika air muka bingung. Bukan hanya dirimu yang bingung chanyeol, tapi diriku sendiripun sama. Pikiranku kacau, aku terlalu kalut dengan semua yang kualami. Seberapa besar aku berpikir aku tidak sanggup menjawabnya..

“apa semua ini karena hyung?”

Mataku seketika terbelalak mendengar ucapan namja jangkung itu. spertinya dengan cepat ia bisa membaca pikiran seseorang.

“aniya..”jawabku bohong.

“kau bohong, aku tahu selama ini kau menunggunya pulangkan?”

“aniya…”

“aku mulai curiga, setelah kejadian kau menghilang bersama hyung serta hyung pergi kejepang, sepertinya ada sesuatu hal yang kalian sembunyikan dariku.”

Oh tuhan, ujian apalagi. Kata-kata chanyeol merupakan kalimat skakmat untuk mengakhiri semua kebohongan yang kubuat. Perlahan keringat dingin mulai bercucuran. Ekspresi wajahku sudah tidak karuan.

“aniya, sudahlah aku tidak mau membahasnya park chanyeol.”

“tunggu.”cegahnya yang memegang lenganku. Namun diriku ini dengan cepat menghempas lengannya itu. padahal chanyeol mengenggam tanganku secara lembut.

“sampai aku menyentuhmu saja kau menepisnya.”

“mianhe.”ucapku kemudian pergi meninggalkanya.

“apa kau sekarang menyukai dia? Namja bernama xi luhan itu?”

Aku terkejut mendnegarnya, bukan hanya sekedar tekejut namun benar-benar kaget bukan main. Aku tidak bisa mengekspresikan perasaanku serta wajahku saat ini.

“entahlah..”

Tiba tiba saja chanyeol memelukku dari belakang. Ia memelukku sangat erat.

“lepaskan park chanyeol.”protesku. semakin aku memberontak chanyeol semakin mempererat pelukannya.

“wae ahrin-ssi, kenapa kau menjadi seperti ini. Mengapa kau tidak mau kusentuh.. “ujarnya. Benar, akhir akahir ini aku sama sekali tidak mau disentuh oleh park chanyeol. apa ini trauma? Entahlah aku tidak tahu.

 “yya lepaskan park chanyeol.”

“SIREO! KAU TAHU AKU SANGAT MENCINTAIMU, AKU BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK AGAR KAU SUKA PADAKU. DISAAT KAU SUDAH BERADA DI GENGGAMANKU, TERNYATA KAU LEBIH MENYUKAI NAMJA ITU.. NAMJA YANG SELALU MENGKASARIMU.”

Ucapannya itu sungguh mengejutkan, namja jangkung itu ternyata menyukaiku. Bukankah kau seharusnya mersa senang park ahrin, namja yang selalu berbuat baik padamu ternyata menaruh perhatian lebih. Tapi kenapa, di lubuk hatiku seolah aku tidak bisa menerimanya. Seolah ada seseorang yang sudah mencuri hatiku secara utuh.

“ahrin-ssi tolong hiduplah bersamaku….”

“sirreo park chanyeol, lepaskan kumohon lepaskan aku!” dengan sekuat tenaga aku melepaskan pelukannya. Ia tersungkur setelah aku mendoronya. Wajah kini seperti memelas, seolah ia mengemis cinta padaku. Kumohon jangan melakukan hal yang tadi, itu bukan park chanyeol yang kukenal. Sungguh menjijikan melihatnya.

“wae ahrin-ssi?”

“ak..aku…”

“tidak peduli apa yang terjadi, kau harus bersamaku.”

“bukankah kakimu sakit? Aku tidak mungkin meninggalkanmu.”

“hanya dengan cara ini aku bisa membawamu.”

Bodoh.. neomu pabo. Masih sempat-sempatnya aku mengingat kembali tentang dirinya. Kenapa otakku dipenuhi oleh si bodoh itu. tanpa kusadari air mata mengalir dan membasahi pipiku. Sudah ku seka air mata bodoh ini tetap saja mengalir dengan se-enaknya. Yya ahrin-ssi sadarlah, dia itu tidak pantas kau ingat, dia sangat jahat……

“ahrin, gwenchana?”tanya chanyeol khawatir.

Perlahan aku memeluk chanyeol. dan namja itu membalas pelukanku. Didalam dekapannya, aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak tahu perasaan campur aduk seperti apa ini. Dibalik rasa bahagia itu, terselip rasa sakit..

“chanyeol-ah…mi..mianhe.. naneun..naneun…” aku tidak bisa melanjutkan kalimat selanjutnya, sangat sulit seperti mengganjal di tenggorokanku.

“gwenchana, aku mengerti.. seberapapun aku memaksa agar kau tetap berada disisiku, tapi jika hatimu tidak untukku, itu akan menyakitkan untuk kita berdua. Sekarang aku tahu, hatimu sudah diambil olehnya. Ya orang itu..”ujar chanyeol sembari mengelus rambutku dengan lembut.

“chanyeol-ah… hiks hiks..” tangisku semakin menjadi-jadi setelah mendengar ucapannya. Aku tahu chanyeol saat ini hanya berpura-pura tersenyum, berpura-pura merelakanku.. hatinya sekarang pasti ingin menjerit, tapi ia tidak bisa.. ia menahannya karena melihatku saat ini begitu rapuh. Jeongmal miahe park chanyeol.. mianhe… karena tanpa kusadari aku….. menyukai namja menyebalkan itu.

Tok tok tok

Tiba-tiba saja seseorang mengetuk dari luar rumah. Dengan refleks aku melapaskan pelukan chayeol. Aku sedikit berlari kerarah suara itu berasal, sembari mengahpus air mataku dan menstabilkan suaraku agar tidak terlihat seperti yang menangis.

Ada secercah harapan, jika itu benar-benar dia. Apakah dia pulang? Aku berharap dan tersu berharap agar seseorang yang mengetuk pintu adalah dirinya. Aku sudah lelah menunggunya.

Kubuka pintu rumah dengan antusias

“lu-han…….”

Disana aku mendapati seorang namja sedang berdiri. Namja yang sudah tidak asing lagi bagiku…….

Tbc part 8

93 responses to “Begins of Revenge [CHAPTER 7]

  1. Pingback: Begins of Revenge [CHAPTER 12] | FFindo·

  2. duh kok jadi gini,ahrin kasiann deh serius .___. chanyeol? km jg ga shoot dri dulu sih (?) wkwk

  3. Pingback: Begins of Revenge [Chapter 13] | FFindo·

Leave a comment