Begins of Revenge [CHAPTER 6]

Ini bukan ff ditjao, melainkan ff titipan dari salah seorang teman. Harap memberikan apresiasi berupa komentar setelah membaca ya, terima kasih sebelumnya.

Previous :

CHAPTER 1 – CHAPTER 2 – CHAPTER 3 – CHAPTER 4 – CHAPTER 5

Begins of Revenge 2

 

Tittle : begins of revenge [I think i lost my mind at that time]

Genre : romance and sad

Type : chapter

Main cast : xi luhan dan park ahrin

Other cast :  park chanyeol

Author : lee hae min (uniara)

Artwork : park ahrin (amira)

Note : dont copas this ff, tidakkk aku semakin bingung… diharapkan ceritanya memuaskan.

Happy reading 🙂

***

“sebenarnya.. aku… ingin tanya apa kau menyukai chanyeol?”tanyanya padaku dengan sorot mata penuh ketegasan.

Mataku terbelalak seketika setelah mendengar pertanyaannya yang kelewat aneh bahkan mungkin membingungkan.

“untuk apa kau menannyakan hal seperti itu?” 

“itu tidak penting! Sekarang jawab pertanyaanku tadi.”ujarnya dengan nada sedikit memaksa. Pikiranku kini terus berkutat dan diriku bertanya-tanya pada hati kecil yang kini terus menyaring pertanyaan luhan.

Apa kau menyukai park chanyeol , ahrin? Namja tampan itu selalu bersikap baik padamu. Selain itu jantungku selalu berdetak kencang jika berada disisinya, apakah ini pertanda bahwa aku menyukainya? Tapi jika aku benar menyukainya, kenapa disisi lain ada sesuatu perasaan yang mengganjal, entah bentuk perasaan apa itu. entahlah hal itu sangat membingungkan….

“kau bisa bicara? Jika ya cepat JAWAB!”ucapnya dengan menekankan intonasi memaksa pada kata jawab.

“aku…. aku tidak tahu..”dengan seadanya saja ku menjawab, karena ku benar-benar tidak tahu harus menjawab apa.

 “tapi, mungkin juga aku menyukainya..”bodoh kenapa mulutku ini dengan cepat mengatakan jika seolah-olah aku ini memang menyukai park chanyeol. gawat wajahku benar-benar merah merona sekarang. Hal yang bisa kulakukan hanya mennundukan kepalaku karena merasa bodoh dan malu.

“hmm, seperti itu. mungkin ya? Berarti ada sdikit perasaan untuknya.”ucap luhan dengan tiba-tiba. Tapi kenap intonasi yang ia gunakan menandakan jika ia tidak suka ah ralat tapi lebih tepatnya kecewa.

***

Author pov:

Angin malam ini bertiup semakin kencang membuat sekujur tubuh pasti menggigil kedinginan. Hal yang dilakukan jika terjadi seperti ini adalah berdiam dirumah dan membuat cokelat hangat, tapi tidak dengan kedua anak manusia ini. Mereka tetap berdiam disebuah balkon gedung.Entah sudah berapa lama mereka berada dibalkon, yang jelas setelah perbincangan mereka sebelumnya yang bisa dibilang terkesan aneh. Kini mereka diam satu sama lain.

Si gadis manis bernama park ahrin hanya bisa memperlihatkan wajah yang bingung dan heran kepada namja yang sedang berada di depannya itu. sedangkan sang namja, ya xi luhan kini pikirannya terus bekerja untuk mencerna semua jawaban yang tadi ahrin berikan. Ini mungkin bukan tipikal cowok seperti xi luhan yang terkesan nakal playboy dan menyebalkan itu. tapi satu hal, jawaban yang ahrin berikan itu seperti sbuah keganjilan di lubuk hatinya.

Jika ia benarbenar tidak menyukai chanyeol, seharusnya ia menjawab tidak..bukan mungkin dan tidak tahu… aish berati sudah dipastikan ia memiliki perasaan terhadap si jangkung itu gumamnya dalam hati sambil terus saja bersumpah serapah. Namun disisi lain hatinya ia memprotes, karen auntuk apa ia memikirkan hal bodoh seperti itu.

“hyung-ahrin sedang apa kalian dibalkon?”teriak seseorang dari kejahuan. Sepertinya mereka tidak perlu melirik kearah datanya suara, karena mereka mengetahui siapa pemilik suara yang sangat familiar itu. dia park chanyeol, namja tampan berperawakan jangkung dan tak luput dengan senyuman mempesonan, begitulah ahrin menyebutnya.

Chanyeol mendekati mereka berdua, namun sepertinya kedua manusia itu tidak menyukainya. Tidak menyukai dalam artihal, chanyeol datang disaat tidak tepat. Karena semua perbincangan yang membuat mereka saling terdiam itu membahas namja yang kini sedang mendekat kearah mereka.

Ahrin-gadis itu hanya bisa memalingkan wajahnya, dan suah dipasikan pipinya merah merona karena melihat chanyeol. lain halnya dengan xi luhan, namja itu mendengus sngat kesal. “sial” umpatnya

“wae? Apa ada masalah?’tanya chanyeol pada ahrin dan luhan.

Tentu saja masalanya adalah kau datang menghampiri kami bodoh, dengus luhan lagi dalam hati.

“salah jika aku bergabung dengan kalian?”tanya namja pemilikmarga park itu.

Jawabannya ya, gumam luhan dan begitupun ahrin. Entahlah apa ada kontak batin atau apapun yang jelas, ahrin dan luhan sekarang merasakan hal yang sama.

“untuk apa kau kemari?”tanya luhan dengan memberikan sorot mata tidak suka.

“ah, sebenarnya aku ingin mengajak ahrin pulang.”jelasnya, sembari mengenggam tangan gadis berparas cantik itu dengan halus. Sang gadis hanya menuruti saja apa yang dikatakan park chanyeol.

Entahlah, seperti ada sesuatu perasaan aneh yang muncul dibenak xi luhan. Dengan cepat ia mencegah mereka pergi.

“tunggu.”

“wae hyung?”

“yeoja bodoh ini akan pulang denganku.”

Kaget itulah hal pertama yang diperlihatkan oleh ahrin, mengapa tidak.. seorang xi luhan yang selama ini membencinya bahkan selalu mengkasarinya bisa mengatakan hal yang terkesan bualan klise. Ahrin berpikir, mungkin trjadi sesuatu pada namja china ini. Apa mungkin kepalanya terbenur? Itu masuk akal.

“mianhe, ahrin harus pulang denganku hyung.”ujar chanyeol, kemudian menarik kembali ahrin.

“yya park chanyeol, biarkan dia memilih.. dia atau kau.”

Chanyeol yang dirinya merasa tertantang, kemudian membalikan tubuhnya sehingga menatap sahabaty. ia tidak menyangka pada sahabtanya itu bisa berbuat senekat itu, hanya untuk mengajak yeoja bernama ahrin pulang.

“ok, sekarang aku tanya… ahrin-ssi kau lebih memilih pulang dengan siapa? Aku atau hyung?”

Hal macam aneh apalagi yang mnimpaku, tukas ahrin dengan pasrah. Ia benar-benar bingung, jagankan unuk memilih diantara mereka. Menjawab pertanyaan luhan yang tadi saja membuat pikiran ahrin terkuras habis, apalagi ini.

“cepat jawab yeoja bodoh.”paksa xi luhan pada gadis cantik yang sekarang terus memikirkan jawabannya. Sebenarnya maslah mereka sangat simple, hanya saja ke-egoisan semata xi luhan ya g menyebabkan ini semakin rumit.

“aku…akan memilih..”

Pilihan ini sulit bagi ahrin. Chayeol namja itu sangat baik dan ahrin tidak rela jika melihatnya kecewa, karena ahrin yakini sekarag ia memiliki perasaan kepada namja jangkung itu, namun dialain pihak jika ia memilih chanyeol, bagaimana dengan xi luhan? Ia takut jika ia memilih chanyeol, sudah dipastika xi luhan akan memarahinya habis-habisan dan kemungkina terbesar dia akan mengkasarinya lagi.

“ayolah cepat ahrin..”ucap kedua namja itu dengan tidak sabar.

Perlahan namun pasti ahrin mengenggam lengan chanyeol, mungkin inilah satu-satunya jpilihan yang tepat sekarang. Wajah cerah menghiasi namja jangkung itu, ia tidak menyangka yeoja yang selama ini disisinya benar-benar akan memilihnya.  Merasa tidak senang dengan hasil yang diberika ahrin untuk kedua kalinya, kini luhan benar-benar sudah gila. Ia dengan cepat menghempaskan genggaman kedua insan yang kini bisa dibilang saling menyukai? Kemudian ia menggenggam lengan ahrin menariknya dan membawa ahrin pergi menjauh dari chanyeol.

“luhan-ssi apa yang kau lakukan?”

Namun orang yang gadis itu tanya, hanya terdiam dan terus saja menariknya. Didalam gedung mereka menjadi sorotan utama para tamu, tapi tetap saja namja bernama xi luhan itu terus saja menarik ahrin. Sepertinya luhan akan membawa ahrin menuju mobilnya dan membawa ahrin pulang. Terlihat sedikit agresif dan terlalu nekat tentang apa yang dilakukan xi luhan.

Ah ya, bagaimana dengan chanyeol. namja itu terlihat kesal dengan apa yang dilakukan sahabtanya itu, tangannya ia kepalkan dengan sangat kuat. Ingin sekali ia memukul xi luhan, apa daya.. chanyeol hanya bisa mengurungkan niatnya. Bisa dipastikan jika ia melarang kengininan luhan, uhan akan berubah menjadi monstre. Ya.. dia pastiakan sangat marah besar.perlahan emosinya yang tersulut padam sekarang ia tidak peduli  jika ahrin dengan luhan, karena ahrin tadi memilhnya. Alasan kenapa ia sekarang bersama luhan, karena namja chiina itu menarik paksanya.

“xi luhan.. lepaskan…”pinta ahrin. Ia mulai kesusahan jika berjalan terlalu cepat, karena langkahnya dengan langkah luhan berbeda. Selain itu sepatu high hellsnya serta kain yang menjuntai ke tanah itu menghambat ahrin, sehingga ia benar-benar kesusahan berjalan. Sekali saja terinjak sudah dipastikan ahrin terjatuh.

“tidak peduli apa yang terjadi, kau harus bersamaku.”gumam xi luhan dengan sorotan mata tegas serta teduh.

Perasaan apa ini? Kenapa perasaan aneh itu muncul lagi, setelah ia mengucapkan kata-kata yang sebenarnya membuatku tidka mengerti. Ujar ahrin penuh tanya. Wajahnya kini dua kali lipat bersemu merah ketimbang saat melihat chanyeol.

“apa kasdumu, mengucapkan hal aneh seperti itu?”

Xi luhan yang menyadari tentang ucapan yang kelewat bodoh itu, kemudian terdiam. Ia tidak bisa menjelaskan maksud dari ucapannya, sungguh ia benar-benar bingung. Terlalu gilakah atau mungkin ia sakit, sehingga kata-kata manis yang memualkan itu bisa terlontar dibibirnya. Ia sudah berjanji pad dirinya sendiri bahwa ia akan menutup rapat hatinya, ia tidak akan peduli pada siapa pun, bahkan ia tidak akan pernah mengenal namanya kasih sayang… namun apa yang terjadi sedikit-demi sedikit tembok yang berdiri kokoh itu, terkikis. Seperti batu yang ditetesi air.

“wae? Bukankah kau membenciku? Tapi mengapa kau mengatakan sesuatu halyang sebenarnya seolah-olah kau meny….”

“itu tidak penting!”bentak xi luhan dan kemudian menarik paksa kembali ahrin.

Brughh….

Terdengar suara dentuman keras, dentuman itu diakbitkan karena ahrin.. ya yeoja itu jatuh tersungkur. Bukan karena sang namja mendorongnya, melainkan ia menginjak kain yang menjuntai dari gaun indahnya itu, sehingga oleng dan kemudian tersungkur. Namja yang sedari tadi terus menariknya dengan cepat menolong ahrin. Wajahnya mulai cmas semakin menjadi-jadi ketika ahrin meringis kesakitan.

“gwenchana?”

Hanya ringisan yang diberikan gadis bernama park ahrin. Jika bisa, mungkin ia sudah menangis, namun apa boleh buat rasa sakitnya itu lebih besar ketimbang rasa ingin menangis tersedu-sedu. Ia- ahrin terus memegangi mata kakinya, rasa ngilu kini menjalar dari kakinya hingga menuju ke otaknya.

“apa ini sakit?”tanya luhan sembari menekan bagian yang sepertinya dirasakan ahrin benar-benar ngilu.

“argh…, itu sakit xi luhan.”

“sepertinya kakimu terkilir.”

“ini semua ulahmu, dasar menyebalkan.”

“yya, jika saja kau benar-benar bisa berjalan normal, mungkin kau tidak akan jatuh.”ucap xi luhan sembari terus membela dirinya.

Emosi ahrin kini mulai tersulut, ia tidak menyangka namja dihadapannya ini masih saja terus membela diri, padahal ia tahu jika namja itulah yang sebenarnya salah.

Tiba-tiba saja xi luhan berjongkok dan membelakangi yeoja itu, kemudian ia menepuk-nepuk bagian punggungnya, seolah-olah memberikan isyarat bahwa ahrin harus naik keatasnya, lebih tepatya punggung xi luhan.

Namun sepertinya ahrin, kurang memahami maksdu dari xi luhan, ia hanya bisa memperlihatkan ekspresi bingung sembari mengangkat satu alisnya. Xi luhan, namja itu hanya mendelikkan kedua matanya.

“dasar bodoh, aku menyuruhmu untuk menaikiku.”

“untuk apa?”tanya ahrin polos

“bukankah kakimu sakit? Aku tidak mungkin meninggalkanmu.”

Ahri terlihat ragu, namun disisi lain hatinya ia merasa senang jika uhan memperlakukannya seperti ini. Aneh, tapi ini kenyataan. Perasaan lembut dan asing ini selalu timbul.

luhan hanya bisa melihat wajah keraguan yang tersirat di ekspresi ahrin, membuatnya merasa jengkel. Bagaimana tidak? Namja ini hanya ingin berusaha menolong gadis berambut semampai yang sekarang berada dihadapannya.

padahal ini sudah 5 menit namun tetap saja tak ada jawaban dan tak juga ahrin menaiki punggungnya itu. luhan yang terus mempertahankan posisi jongkoknya itu lama-lama sedikit kesal, karena ahrin tak kunjung naik. Dengan sigap luhan berdiri dan tiba-tiba saja mengendongnya bak putri kerajaan.

“yya, turunkan aku xi luhan.”ujr ahrin yang sekarang sudah berada dipangkuan luhan. Wajahnya terlihat sangat merona, entahlah itu hanya perasaan malu atau mungkin sesuatuhal.

“hanya dengan cara ini aku bisa membawamu.”

“tap..”

“sudahlah, jangan banyak bicara.”ucap luhan sembari menggendong ahrin menuju mobil miliknya itu.

Dalam dekapan hangat luhan, perasaan ahrin tak menentu. Entahlah itu perasaan senang atau mungkin sebuah perasaan aneh. Ahrin terus memperhatikan wajah namja yang kini sedang mengengdongnya bak putri dari istana. Tanpa ahrin sadari namja bermarga xi itu melirik sekilas dan kemudian tersenyum tipis. Bukankah itu sebuah hal aneh, namja bernama xi luhan itu memberikan senyuman hangatnya meskipun sang gadis tak mengetahuinya.

Sesampainya diparkiran, luhan membantu ahrin untuk masuk kedalam mobil sprotnya itu, dengan sangat hati-hati. Setelah semuanya selesai, luhan dengan mantap menginjak pedas gas mobilnya. Selama perjalanan, seperti biasa hanya susasana hening yang membalut kedua manusia ini. Tidak ada saling bertegur sapa. Sang namja terfokus untuk menyetis sedangkan sang gadis manis yang duduk disebelah namja itu hanya melirik kearah jalanan kota seoul yang bisa dibilang cukup ramai.

“ahrin…”ucap luhan yang memecah keheningan didalam mobilnya itu, tampaknya ahrin langsung melirik kerahnya dengan sekali sahutan.

“bwo?”

“apa ada suatu tempat yang sekarang ingin kau kunjungi?”tanya luhan yang sampai sekarang masih terfokus pada setir mobilnya itu.

Ahrin terlihat berpikir sejenak, pikirannya melayang kesebuah tempat. Dimana tempat itu menyimpan sejuta kenangan indah miliknya dahulu sebelum ia hijrah kenegeri sakura.

***

Luhan pov

Dan disinilah kini diriku berada, disebuah tempat paling ramai dikunjungi dan selalu disebut tempat paling romantis dikota seoul. Tapi teruntuk bagiku, semua tempat itu sama saja tidak ada yang romantis karena didalam hidupku tdak pernah ada yang namanya cinta. Aku heran dengan smua orang di korea, mengapa mereka senang sekali mengunjungi tempat ini, apa  bagusnya tempat ini. Hanya sebuah tower yang dipenuhi dengan sejumlah gembok yang terpasang disetiap pagar pembatasnya. Namsan ower ya begitulah orang-orang menyebutnya.

Hei, betapa bodohnya diriku yang mengejek tempat ini dengan menyebutnya tempat sederhana jauh dari kata menarik sedangkan dirimu sedang berada ditempat tersebut bersama gadis ya.. aku tak perlu mengumpat tentang gadis manis yang membuatku selalu naik pitam, tidak lain adalah ahrin. Gadis yang sekarang sedang melihat beberapa gembok itu sedari tadi terus merengek agar aku mau menemaninya mengunjungi namsan tower. Otakku mungkin akan konslet jika terus mengingat bagaimana cara ia merengek dan mengancamku.

“apa ada suatu tempat yang sekarang ingin kau kunjungi?”

“sebenarnya aku ingin mengunjungi namsan tower.”

“untuk apa kau mengunjungi tempat bodoh seperti itu!”

“yya, xi luhan jangan pernah menyebut namsan tower sebagi tempat bodoh, hal yang bodoh didunia ini adalah hanya dirimu.”

“YYA BERANI SEKALI DIRIMU MENYEBUTKU BODOH, OLEH ORANG BODOH SEPERTIMU.”

“jangan menyebutku bodoh oleh orng bodoh, cepat antarkan aku ke namsan tower!”

“se-enaknya sekali kau memperintahku!”

“aku tidak peduli, jika kau tidak mengantarkan aku ke namsan tower aku akan turun dari mobil ini.”

“silahkan saja turun!”

“ok baiklah, aku akan turun.. jika terjadi apa-apa aku akan meminta pertanggung jawaban kepada dirimu!”

Mengingatnya saja sudah membuatku mual.

Sebenarnya aku bingung pada gadis ini, mengapa ia sangat dan terlalu ngotot untuk menyuruhku mengantarkannya ketempat ini. Apa ada sebuah kenangan atau mungkin…

ah ya, sekarang aku tahu, aku mengingat mengapa ahrin ingin sekali mengunjungi namsan tower, ditempat inilah kenangan bersama keluarganya terkumpul. Mungkin ini satu-satunya kenangan yang ia punya. Xi luhan mengapa hatimu tertegun? Lihatlah siapa dia, dia adik dari namja bernama choi seunghyun.

“luhan-ssi, sini”ujarnya padaku sembari melambaikan tangannya. Aku menuruti keinginannya dengan cara menghampirinya. Saat kuhampiri, ia sedang memegang sebuan gembok berwarna perak dengan sedikit warna kecoklatan karena terlihat dari beberapa sisinya sudah berkarat.

“mungkin kau sudah lupa, tapi aku pernah menceritakannya padamukan alasan aku selalu ingin ketepat ini, dan salah satu alasannya adalah gembok ini.” Ya aku sudah tahu jawab diriku dalam hati.

Gembok itu terus ia perlihatkan padaku, dan tulisan yang berada di gembok itu adalah

always together even though in a state of grief

appa, eomma,seunghyun,ahrin

sebuah kata bualan menurutku, selalu bersama? Ahh shit, apanya yang bersama.. lihatlah gadis yang bersamaku ini, apa dia terlihat bersama dengan keluarganya? tentu tidak. Appanya yang tidak bertanggung jawab itu telah membuat takdir keluarganya menjadi kelam.

“hanya sebuah gembok usang apa yang berharga”

Hanya seulas senyuman yang ia berikan, aneh.. bukan senyuman yang merasa tersindiri oleh kata-kataku. Justru itu sebaliknya, seolah-olah ia yang menyindiriku. Helaan napas panjang kemudian ia berikan juga. Perlahan ia menatapku, pandangan yang tajam namun hangat.

“luhan-ssi, tidak penting gembok ini sudah usang atau jelek. Namun nilai kenangan yang berada didalamnya sangat berharga. Sekecil apapun kenangan bahagia didalamnya itu tidak dapat dibeli oleh uang sekalipun.”jelasnya dengan lancar dan pasif, tidak ada intonasi merasa kecewa atau tersindir.

“bahagia? Seharusnya kau sadar, mengapa kau seperti ini karena ulah siapa? Appamu yang brengsek…” ia terlonjak kaget setelah mendengar aku menge-jek ayahnya. Kukira kami akan kembali bertengkar tapi ternyata air mukanya kembali menjadi normal dan kembali tenang.

“dulu aku juga selalu berpikir, bahwa penyebab semua yang kualami adalah akibat appaku. Aku selalu bertanya mengapa aku seperti ini, mengapa harus aku yang mengalami semua ini, mengapa appa tega berbuat seperti ini pada kami. Tapi sekarang aku sadar, seberapa besar aku menyalahkan appaku tidak akan merubah semua ini, karena semua yang kualami adalah takdir dari tuhan.”

“kau tidak pernah berpikir untuk membenci appamu?” tanyaku lagi karena semakin penasaran.

“dulu iya tapi sekarang tidak..”

“wae?”

“jawabannya sangat mudah, karena dia itu appaku. Seberapa besar aku membencinya tetap saja dia itu berstatus appaku, sebuah ikatan benang merah yang mengikat dia dan diriku itu  tidak akan pernah putus sampai kapanpun. Meskipun dia bukan appa kandungku. Dan meskipun ia bisa berbuat setega itu, tapi aku tetap bersyukur.. karena dia telah memberikan kasih sayang padaku, eomma dan kakakku walaupun itu hanya sedikit.”

Kini hanya ketegunan yang aku rasakan sekarang. Melihtanya bercerita dengan setenang itu membuatku iri, ya aku iri terhadap gadis dihadapanku ini. Mengapa ia bisa menerima takdirnya, sedangakan diriku? Aku selalu menyalahkan eomma aku selalu menyalahkan tuhan atas apa yang kualami. Benar apa kata dia, seharusnya aku bersyukur.. meskipun penderitaan yang kualami ini berat tapi, setidaknya diriku pernah merasakan apa yang namanya itu kasih sayang seorang eomma, meskipun hanya sekejap. Slain itu aku merasa malu pada diriku yang bodoh ini, karena selalu mengkasari yeoja bernama ahrin. Aish, xi luhan apakau tehipnotis olehnya? Sadarlah….

“luhan-ssi, kenapa kau melamun?” tanyanya. Membuat lamunanku buyar. Aku hanya bisa menggeleng untuk menimpalinya.

Jderrrrr

Tiba-tiba saja semarak kembang api mengisi malam yang sunyi ini, warna-warni kembang api menghias setiap sudut langit kota seoul. Semua orang bergemuruh dan menatap langit dengan indahnya. Begitupun dengan ahrin.., yeoja itu berlari kearah pagar pembatas dan tersenyum bahagia sembari menatap langit malam.

“luhan.. yya xi luhan… sini, lihat kembang apinya sangat indah.”ucapnya dengan girang. Aku enggan untuk mendekatinya, karena terlalu sesak. Namun sepertinya ahrin bersikeras untuk mengajakku. Ia menarikku dengan perlahan, bukannya ketempat semula. Ia malah menuju sebuah tempat yang sedikit terlihat sepi.

“untuk apa kau mengajakku kesini hah?”tanyaku sedikit ketus.

“untuk meilhat kembang api bersamamu, aku tahu disana terlalu sesak jadi kuajak kau kesini.”

Dasar yeoja bodoh, masih sempat-sempatnya berpikirn seperti itu, tanpa sadar aku memberikan sebuah senyuman untuk kesekian kalinya.

“luhan-ssi…”

“hmm..”

“bagaimana kalau kita memasang gembok disini? Gembok persahabatan?”tanyanya sedikit ragu. Perasaan apa yang saat ini menghantuiku, sedari tadi aku selalu mengikuti perintahnya. Dengan mantap kuanggukan saja keinginannya.

Kemudian gadis itu mengeluarkan sebuah gembok kecil, lalu ia menuliskan sesuatu di gembok itu. saat kulihat, rasanya aku ingin tertawa melihat tulisannya yang sedikit kekanak-kanakan.

Disini tertanda park ahrin dan xi luhan yang akan selalu bersama 🙂

“selesai, ayo kita buang kunci gemboknya.”perintah ahrin setelah memasankan gemboknya. Untuk pertamakalinya, aku memegang tangannya yang lembut tanpa berbuat kasar. Kubuang kunci gembok tersebut bersamaan. Rasa gembira kini terus menyeruak dihati ahrin, dan begitupun dengan diriku….

Gadis itu terus memainkan gembok kami berdua. Rambutnya yang halus tiba-tiba saja tersibak oleh angin malam, perlahan lenganku ini mengusap rambutnya yang halus itu dengan lembut. Ia terlihat aneh dengan perlakuanku padanya. Bukan hanya dia tapi diriku sendiripun tidak tahu, sebenarnya apa yang terjadi.

Senyumannya yang selalu memikat setiap saat, matanya yang memberikan kesan tajam namun hangat… baru kusadari bahwa yeoja bernama park ahrin ini neomu yeppo. Wae xi luhan, jantungmu berdetak sangat keras.. seperti tidak ada jeda atau irama sama sekali. Puncak kegilaanku semakin mejadi jadi…yya sadarlah…..

Matanya sedari tadi melihatku dengan penuh keanehan, ia terlihat bingung melihat diriku yang tidak pernah lepas memandangnya dengan sangat lekat.

Deg…deg….

Perasaan aneh macam apa ini? Lembut namun sangat dahsyat mengelitik hatiku. Posisiku semakin mendekati dirinya, bukan hanya itu. lenganku tiba-tiba saja mengusap pipinya.

“luhan-ah…..”ucapnya, entahlah itu berintonasi lirih atau heran.

pabo….. apa yang terjadi pada diriku. Suaranya sungguh memikat.

Perlahan-lahan kumiringkan kepalaku. Dengan intens aku menatap bibirnya. Kupejamkan kedua mataku. Dan suasana semakin mendukung tak kelak angin semakin bertiup kencang dan kembang api terus saja menghias langit malam.

Sebutan untuk perasaan seperti ini adalah….

Luhan pov end

Tbc part 7 

82 responses to “Begins of Revenge [CHAPTER 6]

  1. Pingback: Begins of Revenge [Chapter 13] | FFindo·

Leave a comment