[FREELANCE] Bestfriend part 2



Title : Bestfriend (part 2)
Author : Lumie91
Main Cast : Lee Sungmin (Super Junior), Han Yejin (OC)
Support Cast : Dong Youngbae/Taeyang(bigbang), Lee Eunri (OC), all members of Super Junior
Rating : G
Genre : romance, comedy
Ps : Author masih baru di bidang per ff-an dan baru belajar nulis ff. Kalau ada kemiripan tokoh, cerita, latar, dll, author mohon maaf karena tidak disengaja karena author gak tahu apa-apa. Gomawo~ ff ini udah author publish di blog author yang baru ajah di buat belum lama ini (http://lumie91.wordpress.com )
Disclaim : ff ini murni buatan dan hasil pikiran author sendiri yang dibuat dengan susah payah, tolong dihargai dengan tidak memplagiatnya yah… ^^
bisa dibaca sambil dengerin lagi BEST FRIEND –JASON CHEN.. karena author terinspirasi dari situ… huahahahaa… udah berhari-hari dengerin tuh lagu n gak bosen2, btw untuk part 2 ini semua adalah Yejin POV yah.. happy reading.. 

Rumah kami bertetangga dan kami telah berteman akrab sejak aku masih berusia 5 tahun, dan Sungmin oppa 10 tahun. Setiap hari kami menghabiskan waktu bersama. Aku sangat menyayangi Sungmin oppa, menganggapnya sebagai oppa-ku sendiri yang selalu ada untukku, senang maupun sedih, menemaniku setiap waktu. Aku adalah anak tunggal di keluargaku, kehadiran Sungmin oppa yang telah membuat hari-hariku yang sepi menjadi ceria. Seiring berjalannya waktu, tanpa kusadari ada perubahan pada diriku, pada diri Sungmin oppa, yang tidak kami ketahui sebelum kami sama-sama beranjak dewasa.

Do you remember when I said I’d always be there.
Ever since we were ten, baby.
When we were out on the playground playing pretend.
Didn’t know it back then.

1995, Yejin 5 Tahun, Sungmin 10 Tahun

“Eommaaaa.. huhuhuhuu..”

Aku menangis terduduk di tanah, di taman dekat rumahku. Lututku berdarah, perih sekali. Aku dan keluargaku baru pindah bulan lalu, dan aku tidak punya teman bermain, sehingga aku memutuskan untuk bermain sendirian di taman yang hanya beberapa puluh meter jaraknya dari rumahku, sendirian, yah, aku memang gadis kecil berusia 5 tahun, tapi aku tidak manja dan tidak takut jika harus bermain sendirian. Tapi sekarang aku menangis karena terjatuh, terpeleset dari tangga perosotan yang ingin kunaiki.

“Gwenchanayo?” suara seorang anak laki-laki menghentikan teriakanku yang memanggil eomma daritadi. Aku menoleh ke arah suara itu berasal. Untuk pertama kalinya aku bertemu dengannya, namja yang akan mengisi hari-hariku yang sepi, dan membuatnya menjadi ceria.

“Hiks… kakiku sakit…” ujarku sesungukkan.

“Lututmu berdarah, siapa namamu? Di mana rumahmu?” tanya anak laki-laki itu lembut.

“Yejin, Han Yejin imnida, rumahku di sana…” jawabku sambil menunjuk arah ke rumahku dengan jari telunjuk kananku.

“Ne, Lee Sungmin imnida, rumahku juga ada di sana. Sepertinya kita bertetangga, biar aku antar kau pulang,” Sungmin oppa berjongkok di depanku, mengarahkan punggungnya ke hadapanku, “Kajja, biar aku gendong, kau pasti akan sulit berjalan dengan lututmu yang berdarah.”

Sungmin oppa menggendongku pulang ke rumah. Ketika eomma melihat kami, ia sangat terkejut, namun juga sangat berterima kasih pada Sungmin oppa yang telah mengantarkanku pulang.

Ternyata rumah Sungmin oppa tepat berada di sebelah rumahku. Kami memang bertetangga, bahkan bertetangga dekat. Sejak hari itu, Sungmin oppa sering mengajakku bermain bersama, taman tempat kami bertemu menjadi tempat di mana kami menghabiskan banyak waktu kami bersama selama tahun-tahun berikutnya.

1998, Yejin 8 Tahun, Sungmin 13 Tahun

“Han Yejin, apakah kau bersedia menjadi istri Lee Sungmin, bersama dalam suka maupun duka selamanya sampai maut memisahkan?” tanya Sungmin oppa kepadaku.

“Ne, saya bersedia,” jawabku sambil menatapnya.

“Baiklah, kalian telah menjadi suami istri,” kata Sungmin oppa lagi, “Sekarang kedua pengantin bertukar cincin.”

Sungmin oppa memakaikan cincin yang terbuat dari manik-manik bewarna merah muda di jari manisku, selanjutnya aku memakaikan cincin yang sama, namun bewarna kuning di jari manisnya. Kedua cincin itu aku buat di kelas kerajinan tangan di sekolah tadi siang. Merah muda adalah warna kesukaan Sungmin oppa, sedangkan kuning adalah warna kesukaanku.

Hari ini, kami kembali menghabiskan waktu sore hari kami untuk bermain di taman, seperti hari-hari sebelumnya selama tiga tahun sejak aku mengenal Sungmin oppa. Aku memberikan cincin yang kubuat untuk Sungmin oppa. Aku sengaja membuatnya dengan warna kesukaan kami, namun aku membuat cincin untuk Sungmin oppa dengan warna kuning kesukaanku, sedangkan untukku warna merah muda yang Sungmin oppa sukai.

Karena cincin yang kubuat merupakan cincin yang serupa seperti cincin pasangan, maka Sungmin oppa mengajakku untuk berpura-pura menjadi orang dewasa yang saling mencintai dan menikah. Kurasa itu hal yang menyenangkan. Meskipun hubungan kami seperti kakak-adik, tapi aku senang jika suatu saat nanti bisa menikah dengan Sungmin oppa. Maklum saja, Sungmin oppa adalah satu-satunya namja yang dekat denganku.

Kurasa ini bukan perasaan cinta, karena aku menganggap Sungmin oppa seperti oppaku sendiri. Dan aku juga tahu ia menganggapku sebagai dongsaengnya. Lagipula usia kami masih terlalu muda untuk mengerti apa itu cinta. Yang kutahu pasti, Sungmin oppa adalah bagian dari hidupku, begitupun aku telah menjadi bagian dari hidupnya.

2003, Yejin 13 Tahun, Sungmin 18 Tahun

“Yejin~ah!” seru Sungmin oppa ketika melihatku keluar dari gedung sekolahku. Sudah satu tahun keluargaku pindah rumah, itu berarti aku dan Sungmin oppa tidak lagi bertetangga. Namun ketika kami akan berpisah, Sungmin oppa berjanji akan selalu menjemput dan mengantarkanku pulang ke rumah setiap hari.

Gedung sekolah kami berbeda, karena Sungmin oppa sudah duduk di sekolah menengah atas, sedangkan aku masih sekolah menengah pertama. Namun, sepanjang satu tahun ini, Sungmin oppa selalu menepati janjinya. Setiap hari ia selalu mengantarku pulang, kecuali saat ia sakit atau sedang ada latihan.

Dua tahun lalu, Sungmin oppa, diterima sebagai trainee di SME. Akhirnya Sungmin oppa selangkah lebih dekat dengan impiannya menjadi seorang penyanyi. Aku tahu dengan pasti suaranya yang lembut dan penuh perasaan ketika bernyanyi. Semoga Sungmin oppa bisa meraih impiannya, aku berdoa baginya.

“Hari ini, kau jadi ingin pergi ke taman?” tanya Sungmin oppa ketika kami sudah berada di halte, menunggu bus yang akan mengantar kami ke taman tempat kami sering bersama.

“Ne, sudah lama aku tidak ke sana. Kau mau menemaniku kan oppa?”

“Tentu saja,” ujarnya mantap sambil mengacak rambutku, “Kapan aku tidak menemanimu yeoja kecilku?”

Yeoja kecilku, Sungmin oppa suka memanggilku dengan sebutan itu. Dulu aku sering marah karena dia selalu memanggilku dengan sebutan kecil. Aku tidak suka dengan panggilan itu. Namun belakangan ini aku jadi suka dengan sebutan itu. Bukankah sebutan itu dapat diartikan bahwa aku ini yeoja kecil miliknya?

Hari itu, kami bermain di taman sampai matahari terbenam. Sungmin oppa mengantarku pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan di bus, aku menatap ke arah jendela. Melihat pantulan wajah Sungmin oppa dari jendela. Tiba-tiba kepala Sungmin oppa terjatuh di bahuku. Ia tertidur, sepertinya ia kelelahan karena harus menemaniku bahkan mengantarku pulang.

Aku mengalihkan wajahku ke arah Sungmin oppa yang tertidur di bahuku. Memandang wajahnya selama bermenit-menit berikutnya. Tampan, ujarku dalam hati. Sungmin oppaku sudah tumbuh dewasa menjadi seorang namja yang tampan. Tanpa kusadari jantungku berdebar semakin cepat. Aku menahan nafasku, mencoba menenangkan diri.

Tanpa sadar aku berguman pelan, “Sungmin oppa, bolehkah aku menyukaimu lebih dari sekedar oppa?”

Now I realize you were the only one
It’s never too late to show it.
Grow old together,
Have feelings we had before
Back when we were so innocent

2006, Yejin 16 Tahun, Sungmin 21 Tahun

“Yejin~ah, maukah kau menjadi pacarku?”

Untuk pertama kalinya ada seorang namja menembakku, jantungku berdebar cepat mendengar pengakuannya. Aku terdiam selama beberapa saat. Menatapnya dengan kedua bola mataku yang hitam.

“Yejin~ah, mengapa diam? Apa jawabanmu?” tanyanya tidak sabar, aku pun mengangguk.

Aku memang menyukai Sungmin oppa. Tapi selama tiga tahun sejak aku menyadari perasaanku padanya, aku sadar, hubungan kami tidak bisa lebih dari hubungan kakak-adik. Aku tidak bisa terus berharap Sungmin oppa akan mempunyai perasaan yang sama terhadapku. Aku ingin melupakan perasaanku pada Sungmin oppa, dan kembali menyayanginya sebagai oppaku.

Sore hari, aku sedang menonton TV, melihat berita bahwa Super Junior memenangkan penghargaan untuk pertama kalinya sejak debut mereka satu tahun lalu. Super Junior adalah boyband yang beranggotakan 13 orang, termasuk Sungmin oppa.

Aku segera mengganti pakaianku. Aku akan membeli hadiah untuk Sungmin oppa sebagai ucapan selamat. Setelah hampir dua jam berjalan-jalan memutari toko-toko di mall, aku memutuskan membeli jam tangan untuknya. Maksudku membelikannya jam tangan adalah agar ia tidak lupa waktu merawat dirinya di tengah kesibukannya sebagai penyanyi.

Baru selesai aku membayar jam tangan yang kubeli, ponselku berdering, Sungmin oppa menelponku dan mengajakku untuk makan malam dengannya. Ia akan menjemputku nanti malam.

“Arraseo, aku akan menunggumu oppa. Lagipula ada hal baik yang ingin aku ceritakan padamu. Nanti saja ketika kita bertemu akan aku ceritakan.”

Kami makan malam di restoran favorit kami selama tiga tahun terakhir ini. Lebih tepatnya restoran kesukaanku yang ingin kudatangi dengan namjachinguku. Tiga tahun lalu, ketika aku menyadari perasaanku, aku langsung mengajak Sungmin oppa makan di restoran ini tanpa memberitahunya alasanku mengajaknya.

“Sekali lagi, chukae oppa!!” ujarku sambil mengulurkan kado yang telah kusiapkan untuknya.

“Wah, apa ini? Kau memberiku hadiah?” kata Sungmin oppa seraya menerima kado dariku, membukanya dan menemukan jam tangan berwarna perak di dalamnya.

“Kau akan sangat sibuk dan bertambah sibuk setelah ini oppa. Jangan lupa mengurus dirimu, makan tepat waktu, tidur yang cukup, dan bagi waktumu untuk bertemu denganku,” ujarku sambil terkekeh pelan.

“Hahaha.. arra, arra, gomawo,” jawabnya sambil mengacak rambutku pelan, “Yejin~ah, tadi kau bilang ada hal baik yang ingin kau ceritakan padaku, apa itu?”

Aku berniat memberitahu Sungmin oppa bahwa aku telah mempunyai namjachingu sekarang. Aku ingin melihat reaksinya, apa Sungmin oppa akan sedih? Apa dia akan marah? Atau dia cemburu? Ah, apa-apaan aku ini, mengapa di saat-saat seperti ini aku masih berharap padanya.

“Ne, oppa.. sebenarnya hari ini aku sudah jadian dengan teman sekelasku…”

Aku memandang wajahnya, menunggu reaksinya, namun Sungmin oppa tetap tenang. Wajahnya tidak menunjukkan kemarahan ataupun kesedihan mendengar pengakuanku. Aku menundukkan kepalaku, menatap piring makanan di hadapanku. Hatiku sedih mengetahui bahwa ia tidak menunjukkan reaksi seperti yang kuharapkan. Sudahlah Han Yejin, jangan terus berharap pada Sungmin oppa, dia tidak akan pernah mencintaimu. Berhentilah mencintainya.

2007, Yejin 17 Tahun, Sungmin 22 Tahun

“Kau… apa yang kalian lakukan?” aku terkejut mendapati namjachinguku sedang berciuman dengan yeoja lain di dalam kelasnya yang kosong. Tahun ini aku tidak sekelas dengannya, jadi hari ini, ketika selesai dari kegiatan klub, aku memutuskan untuk menghampiri kelasnya karena ia bilang ia harus menyelesaikan hukuman di kelas sampai sore karena tidak membuat PR.

“Yejin~ah..” serunya terkejut setelah melepaskan ciumannya dengan yeoja dihadapannya yang tidak kukenal.

“Kau… Kurang ajar!! Apa yang kau lakukan, hah? Kau menghianatiku?!” teriakku marah.

“Siapa dia?” tanya yeoja yang telah berciuman dengan namjachinguku tadi.

“Dia.. bukan siapa-siapa,” jawab namjachinguku.

“MWO?! Apa maksudmu bukan siapa-siapa? Aku ini yeojachingumu!”

“Benarkah?” seringainya meremehkanku, “Aku tidak merasa bahwa kau adalah yeojachinguku.”

“Apa maksudmu, hah?”

“Apakah kurang jelas? Apa kau tidak mengerti ucapanku Yejin~ah? Baiklah akan aku jelaskan agar kau mengerti,” jawabnya sambil berbalik menatapku tajam, “Aku tidak pernah merasa kau adalah yeojachinguku, anii, mungkin sebenarnya kau yang tidak menganggapku sebagai namjachingumu.”

Aku terdiam mendengarkan ucapannya dengan perasaan kesal. Aku hampir menangis, tapi aku mencoba bertahan. Jangan sampai aku menangis di depan namja sepertinya.

“Sekarang biarkan aku bertanya padamu, apakah kau mencintaiku?”

Aku terkejut mendengar pertanyaannya. Tidak. Aku memang tidak pernah bisa mencintainya sekeras apapun aku mencoba.

“Tidak perlu kau jawab, karena aku sudah tahu perasaanmu. Kau tidak pernah mencintaiku,” ujarnya lagi dengan senyum meremehkan, “Kau mencintai Sungmin oppamu kan? Aku yakin itu. kau hanya menjadikanku pelarianmu.”

Aku menggigit bibir bawahku. Menyadari bahwa ucapannya benar.

“Setiap kali kita pergi berkencan, kau selalu berbicara tentangnya, ‘aku pernah pergi ke sini bersama Sungmin oppa’, ‘ aku pernah makan ini bersama Sungmin oppa’, ‘wah, Sungmin oppa pasti suka jaket ini, apa aku sebaiknya membeli jaket ini untuknya?’” ucapnya menirukan gaya bicaraku, “Selalu Sungmin oppa, Sungmin oppa, dan Sungmin oppa. Aku muak Yejin~ah. Kau bahkan tidak mau kucium. Kau selalu melepaskan pelukanku. Ketika menggandeng tanganmupun, kau tidak membalas dengan menggenggam tanganku erat.”

Benar, ucapannya benar dan aku tidak bisa membalasnya. Aku hanya bisa mamandangnya dengan tatapan kesal.

“Pergilah, Yejin~ah. Kita putus saja. Aku tidak bisa terus-menerus berada di sampingmu sedangkan hati dan pikiranmu dipenuhi namja lain.”

“Mianhe..” aku berbalik, berlari pulang keluar gedung sekolahku. Hari ini Sungmin oppa tidak menjemputku karena ada acara variety show. Aku menaiki bus yang mengantarku menuju rumahku. Sepanjang perjalanan memandang jalan yang kulalui dari balik jendela. Mataku memanas, tapi aku berusaha untuk tidak menangis.

Sampai di rumah aku mengurung diri di kamar, tangisanku yang daritadi berusaha kutahan pecah. Aku tidak tahu apa yang kutangisi. Karena namjachinguku berselingkuh, atau karena aku tidak bisa membalas semua ucapannya tentangku yang adalah benar. Ku kirim pesan kepada Sungmin oppa.

‘Oppa, aku baru saja putus dari namjachinguku.’

Malamnya, Sungmin oppa datang ke rumahku. Menenangkanku. Kehadirannya membuat kesedihanku lenyap, aku bahkan tidak peduli lagi pada namjachinguku. Tidak peduli lagi pada delapan bulan yang telah kulalui dengan menjadi kekasihnya. Tidak peduli pada penghianatannya, maupun kata-katanya yang menyakitkan namun benar adanya. Aku tidak peduli pada apapun lagi, seolah Sungmin oppa adalah satu-satunya yang kubutuhkan di duniaku.

Sungmin oppa bernyanyi untukku. Suaranya menentramkan hatiku. Aku membaringkan kepalaku di pangkuannya. Jemari tangannya yang lembut membelai rambutku. Selama beberapa detik aku memandang wajahnya. Mengagumi matanya, hidungnya, bibirnya, dan seluruh bagian wajahnya yang telah kulihat selama bertahun-tahun. Aku tidak pernah merasa bosan memandang wajahnya, bahkan semakin menyukainya. Sungmin oppa, aku mencintaimu. Bolehkan aku memiliki perasaan ini?

I know it sounds crazy
That you’d be my baby.
But you mean that much to me.
‘Cause nothing compares when
We’re lighter than air and
We don’t wanna come back down.

2009, Yejin 19 Tahun, Sungmin 24 Tahun

“Oppa, mengapa kau mengikutiku?” tanyaku pada seorang namja yang daritadi berjalan di belakangku. Dia adalah Taeyang oppa, sunbae di klub yang kuikuti di kampusku.

“Aku hanya ingin bertemu dengan Sungmin oppamu itu,” jawabnya santai.

Kurasakan wajahku memanas, pipiku pasti sudah memerah. Tadi di klub, Taeyang oppa memintaku untuk menceritakan soal namja yang kusukai. Tadinya aku bermaksud tidak mengubrisnya, namun aku ingat ucapan salah satu temanku yang berkata bahwa Taeyang oppa menyukaiku. Walaupun jahat, tapi aku tidak ingin dia mempunyai perasaan kepadaku karena sudah jelas aku tidak bisa membalas perasaannya. Satu-satunya namja yang kucintai adalah Sungmin oppa.

Jadi akhirnya aku bercerita soal Sungmin oppa, “Sungmin oppa adalah member Super Junior yang sangat keren, dan ia adalah sahabat sekaligus oppa yang selalu melindungiku sejak kami masih kecil. Walaupun sekarang dia sudah jadi penyanyi terkenal, ia tetap ada di saat aku membutuhkannya. Dan aku sangat menyayanginya lebih dari sekedar oppa. Aku mencintainya,” aku memberikan penekanan pada kalimat terakhir.

Akibat pernyataanku itu, Taeyang oppa ingin bertemu dengan Sungmin oppa dan mengikutiku ke halaman kampus tempat Sungmin oppa menungguku. Hari ini ia menjemputku karena kami akan pergi ke taman.

“Oppa, kau lama menunggu?” tanyaku pada Sungmin oppa ketika melihatnya berdiri di samping mobilnya menggunakan topi dan kacamata hitam.

“Anii, belum lama. Nuguya?” Sungmin oppa memandang Taeyang oppa yang kini berdiri di sampingku.

“Ah, kenalkan ini sunbaeku di klub, Taeyang oppa,” aku memperkenalkan namja di hadapanku, “Taeyang oppa, kenalkan ini Sungmin oppa.”

“Rupanya ini Sungmin oppa yang tadi kau ceritakan, Yejin~ah,” ujar Taeyang oppa seraya menjabat tangan Sungmin oppa.

“Ya, Yejin~ah, kau cerita apa tentangku?”

“Hahaha… “aku hanya bisa tertawa sambil mejulurkan lidahku. Sungmin oppa tidak boleh diberitahu.

“Yejin bilang kau adalah Super Junior Sungmin yang sangat keren, dan kau adalah sahabat sekaligus oppa yang selalu melindunginya sejak kalian masih kecil,” ujar Taeyang tiba-tiba, membuatku terkejut. Aku tidak boleh membiarkannya menceritakan apa yang tadi aku katakan.

“Sudah.. sudah…” aku memotong ucapan Taeyang, “Ayo oppa kita pulang!!”

“Ah, ne.” Sungmin oppa membukakan pintu mobil untukku. Taeyang oppa segera pamit untuk kembali ke klub.

Sepanjang perjalanan Sungmin oppa hanya diam, memandang jalanan di depannya. Tiba-tiba terbesit sebuah pikiran yang cukup gila di otakku. Jika aku menceritakan soal Taeyang oppa, apakah ia akan cemburu?

“Sungmin oppa,” panggilku, “Kau tahu Taeyang oppa yang tadi kukenalkan kepadamu, “Ia adalah namja yang baik dan perhatian padaku.”

Sungmin oppa masih diam, aku melirik ke arahnya. Ia tidak mendengarkan ucapanku rupanya, “Sungmin oppa.. Sungmin oppa!!”

“Ah, ne?” akhirnya ia tersadar dari lamunannya dan menatapku sekilas sebelum kembali memandang jalan di depannya.

“Kau kenapa melamun oppa? Sakitkah?” tanyaku khawatir.

“Anii, gwenchanayo, ada apa Yejin~ah?”

“Bagaimana menurutmu?”

“Mwo? Maaf tadi aku tidak mendengarmu bercerita. Apa maksudmu Yejin~ah?” tanya Sungmin oppa dengan tatapan minta maaf.

“Aku tadi bercerita tentang Taeyang oppa. Sepertinya aku menyukainya,” ujarku mengulangi kata-kataku, “Ia adalah namja yang baik dan perhatian padaku. Temanku bilang Taeyang oppa juga suka padaku, bagaimana menurutmu oppa?”

Jantungku berdebar cepat menunggu respon Sungmin oppa. Jaebal, aku ingin sekali ia melarangku menyukai namja lain. Aku ingin ia sedikit cemburu. Bukankah selama ini ia sendiri yang menyebutku sebagai yeoja kecilnya. Jadi seharusnya ia tidak rela aku bersama dengan namja lain.

“Ne, kalau kau pikir ia adalah namja yang baik dan kau menyukainya, aku akan mendukungmu.”

Seperti tersambar petir di siang hari, mendengar ucapannya, hatiku terasa sakit. Sungmin oppa memang tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Berhenti berharap Han Yejin. Kali ini kau harus benar-benar berhenti mengharapkannya. Selamanya, ia hanya akan menjadi oppa bagiku.

But I don’t wanna ruin what we have
Love is so unpredictable.
But it’s the risk that I’m taking,
Hoping, praying
You’d fall in love with your best friend

2011, Yejin 21 Tahun, Sungmin 26 Tahun

“Mianhe, Yejin~ah. Kita harus berpisah. Aku akan berangkat ke Amerika dua hari lagi. Kurasa perpisahan adalah jalan yang terbaik. Aku harus fokus pada kuliahku di sana. Semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi dalam keadaan yang lebih baik. Aku akan selalu mencintaimu Yejin~ah.”

Kata-kata Taeyang oppa masih terngiang di telingaku. Bohong jika ia berkata bahwa akan selalu mencintaiku. Apakah pergi meninggalkanku, memutuskan hubungan kami yang telah terjalin selama dua tahun, adalah bukti bahwa ia mencintaiku?

Kehadiran Taeyang oppa telah berhasil membuatku sedikit demi sedikit melupakan Sungmin oppa yang selama ini kucintai. Padahal aku baru belajar mencintai Taeyang oppa. Belajar untuk menerimanya sebagai satu-satunya namja yang paling berarti bagiku. Dan aku hampir berhasil ketika ia memutuskan untuk pergi meninggalkanku. Jahatnya kau oppa!

Aku menangis seorang diri di kamar, selama berjam-jam, dan akibatnya mataku sakit, kepalaku pusing. Kuraih ponselku. Tanpa sadar aku menghubungi Sungmin oppa.

Ia datang. Menghiburku. Memelukku erat di tubuhnya yang sekarang semakin bidang dan berotot. Perlahan hatiku mulai tenang. Kesedihanku mulai lenyap. Sungmin oppa selalu dapat memberikanku ketenangan. Lagi dan lagi, sepanjang aku mengenalnya, dan selama aku mencintainya. Hanya ia satu-satunya namja yang selalu ada untukku.

Aku melepaskan pelukannya. Menatap wajahnya yang memandangku penuh kecemasan. Hanya memandangnya seperti ini, selama beberapa detik, telah berhasil menggantikan dua tahun yang telah kulalui untuk berusaha melupakan perasaanku kepadanya. Aku menyadari satu hal, kesedihanku karena kepergian Taeyang oppa telah lenyap, seiring dengan kembalinya perasaan cintaku padanya yang selama ini kukubur dalam-dalam di dasar hatiku.

Aku menceritakan alasanku menangis kali ini. Seperti biasanya, Sungmin oppa mendengarkan ceritaku sambil menatapku lekat-lekat. Tatapan matanya membawa kehangatkan ke sekujur tubuhku.

Ia mengambil gitar yang tersandar di tembok di samping tempat tidurku. Memetik senar-senarnya dengan merdu, kemudian mulai bernyanyi. Aku menyandarkan kepalaku di bahu kanannya. Menutup mataku untuk menikmati suaranya.

Whatever you do, I’ll be two steps behind you
Wherever you go, and I’ll be there to remind you
That it only takes a minute of your precious time
To turn around, I’ll be two steps behind
Yeah baby, two steps behind
Oh sugar, two steps behind
(two steps behind-Def Leppard)

‘Gomawo, Sungmin oppa, terima kasih karena telah hadir dalam hidupku. Terima kasih karena selalu ada untukku. Terima kasih untuk segalanya. Saranghae oppa. Jeongmal sarangheo,’ ujarku dalam hati sebelum terlelap di sisinya.

TBC

Gimana readers?? Udah gak penasaran kan sama perasaan Yejin terhadap Sungmin oppa… hehehehe… part berikutnya adalah part terakhir dari ff ini… di tunggu yah… dan tolong komennya soal ff ini.. author masi baru jadi masih harus banyak belajar… khamsahamnida.. 

4 responses to “[FREELANCE] Bestfriend part 2

Leave a comment