Oh Boy! [Chapter 6]

Ini bukan ff ditjao, melainkan ff titipan dari salah seorang teman. Harap memberikan apresiasi berupa komentar setelah membaca ya, terima kasih sebelumnya.

 

Oh Boy!_副本_副本

Author : @pramudiaah

 

Tittle : Oh Boy!

 

Cast : Byun Baekhyun ~ Park Chanyeol ~ Shin Hayoung (Kamu/Readers) ~ Kim Minhee (OC) and Others.

 

Genre : School life, Romance, Comedy (gagal?).

 

Rating : PG 15

 

Leght : Chaptered.

Chapter sebelumnya : [4] [5]

 

Still Hayoung’s Pov.

“Aku..” aku menggantungkan kalimatku, dan sekarang kelasku seperti ingin roboh karena kehebohan yang terjadi. Aku menutup mataku dan mengambil nafas dalam. Namun sebuah ide yang tidak waras menghampiri otakku.

Apa sebaiknya aku pura-pura pingsan saja? 

Jika aku menjatuhkan tubuhku di tempat ini, maka tubuhku akan langsung membentur lantai yang keras. Bagaimana ini? pasti akan terasa sakit. Aku bahkan tidak berani membuka mataku untuk melihat pemandangan di dalam kelas ini, apalagi lelaki yang aku tebak sedang tersenyum penuh kemenangan sekarang.

Duniaku seperti berputar-putar, kakiku mulai bergetar dan terasa lemas. Telingaku juga hampir meledak karena suara-suara desakan oleh seisi kelas.

‘Bruk!’

Tubuhnya terjatuh ke lantai yang keras. Bukan, aku belum pingsan, aku masih sepenuhnya sadar, aku hanya sekedar menutup mata dengan tubuh yang tergeletak, bahkan aku masih dapat merasakan punggungku yang hampir patah ketika menghantam lantai. Aku dapat mendengar suara sepatu teman-temanku yang semakin jelas di telingaku, bisa dipastikan mereka mulai berhambur mengerubungiku. Sekarang, mungkin mereka tengah memandang iba ke arahku, iba melihat Shin Hayoung yang begitu mengenaskan dan menyedihkan.

Aku menahan nafasku untuk sesaat, tubuhku tetap saja menegang. Yang membuatku khawatir, apa mereka tidak akan curiga melihatku yang ‘pura-pura pingsan’ ini? apa cara pingsanku terlihat aneh dan terlihat tidak natural?

Sungguh aku hampir gila sekarang! Siapapun, tolong bawa aku menghilang dari tempat ini!

“Minggir-minggir!” aku dapat mendengar suara seorang lelaki yang semakin mendekat ke arahku. Aku tidak dapat mengenali suara tersebut dengan jelas, karena memang situasinya sangat ramai. Dan yang sedang aku rasakan sekarang adalah, seseorang mengangkat tubuhku, mungkin lebih tepatnya menggendongku. Seseorang itu menggendongku hingga meninggalkan kelas dan menjauhi keramaian. Aku sedikit membuka mataku, dan indra penglihatanku hanya menangkap sebuah dagu lancip milik seorang lelaki.

Tapi tunggu, wangi parfume ini? Tidak asing lagi di hidungku, rasanya aku sudah sangat sering mencium aroma ini, namun aku sama sekali belum mengingatnya. Tunggu, beri aku waktu untuk berpikir dan mengingat-ingat. Malam itu? Kemarin?

Aku telah mengingatnya sekarang. Sial!

 

-o0o-

 

Normal’s Pov.

Hayoung masih tetap meringkuk di atas ranjang ruang kesehatan, padahal beberapa detik yang lalu kebohongannya telah terbongkar, memang Hayoung sangat payah dalam hal ber-acting, dan gadis itu mulai merutuki kebodohannya itu di dalam hati.

“Hei, aku sudah mengetahui semuanya. Untuk apa kau masih berbaring di atas sana?” Lelaki itu bertanya geli dan mengalami kesulitan menahan tawanya. Tidak habis pikir dengan kelakuan Hayoung yang nekat dengan berpura-pura pingsan. Sementara gadis yang ditanya, terlihat acuh tak acuh dengan posisinya membelakangi laki-laki itu.

Entah apa yang ditahan atau yang dicoba untuk disembunyikan oleh gadis itu, malu? Emosi yang hampir meledak? Atau entahlah. Hayoung berbaring dengan membelakangi laki-laki yang telah menyelamatkannya dari situasi kacau di dalam kelasnya, atau mungkin laki-laki yang menjadi biang masalah di kelasnya itu.

“Ini semua gara-gara kau, Baekhyun!” balas Hayoung dengan geram, masih tetap dengan posisi yang sebelumnya. Mungkin ia benar-benar akan membunuh laki-laki itu jika saja ia melihat wajahnya secara langsung.

“Kau hanya perlu menjawab, tidak perlu berpura-pura pingsan seperti itu.” Balas Baekhyun se-enaknya, dengan nada yang terdengar seperti mengejek. Kali ini lelaki itu duduk di tepi ranjang dimana Hayoung berbaring.

Hayoung bangkit dengan kesal, berposisi duduk dan memandang Baekhyun tajam.

“Kenapa kau mudah sekali berbicara seperti itu? Apa kau tahu, aku hampir gila akibat pertanyaan konyolmu itu!” teriak Hayoung kesal, ia begitu murka dan frustasi. Baekhyun membalasnya dengan senyuman menyebalkan, dan Hayoung sangat membenci senyuman itu.

“Apa kau mau berkencan denganku?” tanya Baekhyun kemudian, lelaki itu memang tidak mudah menyerah. Dan sungguh Hayoung ingin meledak ketika Baekhyun kembali menanyakan hal itu.

Hayoung menghirup nafas dalam dan kemudian membuangnya perlahan. Ia tidak bisa langsung menolak Baekhyun begitu saja, masih terdapat banyak hal yang harus di pertimbangkan. Namun ia juga tidak bisa menerima Baekhyun, yang jelas-jelas begitu tidak di sukainya.

“Apa kau sedang bercanda?” tanya Hayoung dengan sedikit bersabar, tentu saja ia telah berusaha keras untuk menelan emosinya bulat-bulat. Baekhyun mendekatkan tubuhnya dan juga wajahnya ke arah Hayoung. Namun gadis itu berusaha untuk tidak terpengaruh,  ia bahkan tidak menjauhkan tubuhnya barang se-senti pun, berusaha menunjukan kepada Baekhyun bahwa ia sedang tidak ingin bercanda.

Namun Baekhyun memanglah tidak sedang bercanda, ia semakin mendekatkan wajahnya hingga hanya menyisakan jarak beberapa senti saja di antara hidung mereka. Hayoung tetap pada pendiriannya, ia berusaha untuk tidak mundur dan tetap berusaha membuka matanya lebar-lebar, menatap Baekhyun dengan tatapan mematikan miliknya.

“Apa aku terlihat sedang bercanda?” tanya Baekhyun pada akhirnya, membuat bulu leher Hayoung meremang ketika mendengarnya. Di tambah lagi deru nafas Baekhyun di sekitar hidungnya, membuatnya kesulitan untuk bernafas.

“Apa kau sedang bertaruh dengan seseorang untuk kencan denganku?” desis Hayoung bertanya, mencoba menahan luapan amarah yang hampir meledak, namun disisi lain terdapat perasaan aneh yang bergejolak di dalam hatinya. Baekhyun sedikit memundurkan wajahnya, namun bukan berarti menjauhkannya, terdapat pandangan tulus di dalam manik matanya, entahlah.

“Aku tahu laki-laki seperti apa kau ini.” ujar Hayoung lagi, tidak berniat menggeserkan pandangannya dari mata Baekhyun bahkan se-mili pun.

“Memangnya aku laki-laki seperti apa?” balas Baekhyun dengan santainya, tentu saja semakin membuat Hayoung geram. Bertanya mengenai hal yang seluruh dunia pun mengetahuinya, sama halnya Baekhyun baru saja menanyakan ‘tahun baru tanggal berapa?’

Tentu saja semua makhluk yang hidup di bumi dan juga dunia lain akan mengetahui jawabannya.

“Breng-sek.” Ujar Hayoung tepat di depan wajah Baekhyun, dengan suara yang tidak terlalu keras tetapi penuh penekanan pada setiap suku katanya, tentu saja itu lebih mengena di hati. Namun entahlah, apa Baekhyun masih punya hati?

Baekhyun menjauhkan tubuhnya dari Hayoung, lelaki itu tertawa aneh. Hayoung memandang Baekhyun heran. Ada yang lucu dengan ucapannya barusan? pikirnya.

“Benar, aku memanglah brengsek. Tapi kenapa kau tidak menolak ketika si brengsek ini akan menciummu?” tanya Baekhyun kemudian, tentu saja dengan senyuman menyebalkan miliknya, kembali mendekatkan tubuhnya ke arah Hayoung. Skak-mat, gadis itu sendiri tidak tahu jawabannya, Hayoung mulai berpikir keras.

“Bagaimana bisa menolak? Kau memegang erat kedua tanganku, aku bahkan tidak bisa bergerak. Kekuatanku juga tidak cukup untuk mendorong tubuhmu. Aku..” Hayoung kepayahan meladeni pertanyaan Baekhyun, gadis itu bahkan menjawabnya dengan tergesa-gesa. Baekhyun geli mendengarkan alasan Hayoung itu, ia mulai terkikik dan kesulitan untuk menahan tawanya.

“Sudahlah Shin Hayoung. Byun Baekhyun tengah menginginkanmu, dan kau tidak bisa menolak.” Ujar Baekhyun setelah tawanya reda, terdengar sepihak dan se-enaknya memang. Hayoung makin geram mendengarnya, emosi nya telah mendidih dan hampir meledak, ia ingin mencekik Baekhyun sekarang juga.

 

-o0o-

 

“Kemana perginya Hayoung? Aku tidak melihatnya sejak tadi.” Chanyeol yang sibuk dengan makanannya, bertanya kepada seorang gadis yang sekarang duduk di hadapannya, mereka tengah berada di kantin sekolah.

“Baekhyun yang sekarang, bukanlah Baekhyun yang aku kenal dulu, Oppa.” Balas gadis itu dengan nada rendah, sama sekali tidak sejurus dengan pertanyaan Chanyeol sebelumnya. Chanyeol segera menghentikan kegiatannya dan memandang heran ke arah gadis yang menunduk sejak tadi. Entahlah, gadis itu hanya mengaduk makanannya tanpa berniat untuk menyantapnya.

“Memangnya apa yang sedang terjadi? Apa Baekhyun berbuat sesuatu yang jahat padamu?” tanya Chanyeol sedikit khawatir. Bukan hanya karena manyangkut adiknya, tetapi juga karena gadis yang pernah disukainya itu, Kim Minhee.

“Sejak kapan Baekhyun menyukai Hayoung?” Minhee kembali bertanya tanpa berniat menjawab pertanyaan Chanyeol sebelumnya, gadis itu memandang Chanyeol dengan tatapan nanar. Chanyeol terperangah beberapa saat, matanya menatap mata Minhee intens dan seakan terhanyut dalam kesedihan di dalamnya, hingga akhirnya ia kembali ke alam sadarnya. Itu bukanlah hal yang mengejutkan untuk Chanyeol, yang membuatnya terkejut, kenapa Minhee mengetahuinya?

“Baekhyun mengajak Hayoung kencan, dan Baekhyun menanyakan hal itu di depan kelas. Di depanku..” ujar Minhee dengan suara serak, ia mulai kesulitan menahan tangisnya. Chanyeol terkejut, ia tidak menduga kalau Baekhyun se-nekat itu. Dan lagi, Chanyeol merasa iba terhadap gadis di hadapannya, bagaimanapun juga ia pernah memiliki perasaan untuk Minhee.

“Lalu?” tanya Chanyeol kemudian, ia benar-benar penasaran sekarang.

“Aku tidak tahu.” Gadis itu menjawab dengan suara yang semakin terdengar menyedihkan.

 

-o0o-

 

Jauh dari kepadatan dan juga hiruk pikuk kota Seoul, jauh dari kebisingan dan keramaian ibu kota, di sebuah tempat yang penuh ketenangan dan kesunyian namun bukan berarti memiliki kedamaian, yang tak lain dan tak bukan adalah sebuah pemakaman, seorang laki-laki menatap lurus ke arah sebuah nisan di hadapannya. Sorotan mata yang penuh dengan kesedihan, penyesalan, kemarahan, kebencian di dalamnya. Tangannya mulai mengepal dan perlahan tubuhnya jatuh berlutut.

“Aku tidak akan memaafkannya.” Ucapnya lirih tetapi penuh dengan penekanan, ia mulai meraih dan meraba batu nisan yang tertorehkan nama ‘Xi Li Yun’ di atasnya.

Laki-laki itu menangis bukan tanpa sebab, tubuh seseorang yang sangat di cintainya, resmi di sematkan di dalam makam itu beberapa hari yang lalu. Mungkin ia bersedih karena itu adalah makam adik yang sangat di cintainya, ia menyesal karena baru mengetahui kabar kematian adiknya kemarin, sehingga ia baru bisa mengunjungi makam adiknya hari ini. Marah, tentu saja ia marah karena adiknya meninggal dengan mengenaskan, kecelakaan mengerikan, yang bahkan ia tidak berani membayangkannya, telah merenggut nyawa adiknya. Benci, ia sangat membenci seseorang yang ia tahu sebagai penyebab kematian adiknya itu.

Berulang kali laki-laki itu menggeram, melampiaskan kesedihan, penyesalan, dan juga kebencian di dalam hatinya.

“Aku akan membalasnya untukmu.”

 

-o0o-

 

Baekhyun, Jongin dan Sehun baru saja keluar dari kamar mandi, hingga tiba-tiba seorang gadis datang dan menyerang Baekhyun.

“Hei Jung Eunji apa yang kau lakukan?” Baekhyun kepayahan menghindari pukulan demi pukulan yang di berikan oleh gadis itu, sementara Sehun berusaha menghentikan gadis itu dengan menahan tangannya dan Jongin berusaha menghalau pukulan gadis itu dengan berdiri di depan Baekhyun. Terlihat lucu memang, mereka bertiga kepayahan hanya karena seorang gadis. Tapi memang gadis itu terlihat begitu kuat dengan tongkat besball di tangannya. Jongin dan Sehun tidak dapat melakukan apapun kecuali menahan dan menghalau gadis itu agar tidak melukai Baekhyun. Tidak lucu bukan, jika Sehun dan Jongin menjadi perbincangan seluruh sekolahan karena menghajar seorang gadis?

“Hei! Gadis gila! Hentikan dan jauhkan tongkat besball mu itu!” teriak Jongin dengan kesal, ia akhirnya dapat merebut tongkat dari gadis bernama Eunji itu, dan segera membuangnya ke sembarang tempat.

“Baekhyun, kenapa kau tega sekali mencampakan aku? Aku begitu ingin membunuhmu!” gadis itu meronta-ronta di dalam dekapan Sehun yang memang berniat menghentikannya.

“Bukankah kita sudah berakhir beberapa minggu yang lalu? Kau tidak mempunyai hak untuk mengusik kehidupanku lagi.” Baekhyun berbicara sekenanya, mungkin ia sama sekali tidak peduli akan perasaan gadis itu.

Gadis itu mulai menangis dengan suara keras, Jongin dan Baekhyun heran dan kebingungan melihatnya. Sehun, diantara kedua sahabatnya, ia memang paling lemah ketika melihat seorang gadis menangis.

“Bukankah ini sangat keterlaluan?” tanya Sehun tajam kepada Baekhyun, entah kenapa ia menjadi kesal, tangannya masih mendekap tubuh gadis yang sekarang terisak pelan. Sungguh, Sehun merasa Baekhyun terlewat kejam, Sehun memang suka membolos sama halnya seperti Baekhyun dan Jongin, namun Sehun bukanlah laki-laki yang pandai mempermainkan wanita, lalu setelah itu mencampakannya. Dalam hal itu, Sehun berbeda dengan Baekhyun dan Jongin.

“Hei Sehun-ah, apa yang kau katakan?” tanya Baekhyun heran, ia memandang Sehun dengan tatapan meminta penjelasan. Ia juga tidak mengerti kenapa Sehun tiba-tiba bereaksi berlebihan. Jongin berperan sebagai penengah dalam hal ini, ia mencoba berdiri di antara Baekhyun dan juga Sehun, Jongin merasakan akan terjadi sesuatu yang lebih fatal.

“Oh Sehun, ada apa denganmu?” Jongin mencoba menenangkan Sehun dengan menepuk pelan pipinya, namun justru Sehun langsung menyingkirkan tangan Jongin itu dari wajahnya.

“Apa kau baik-baik saja?” Sehun mengabaikan pertanyaan Baekhyun dan Jongin, dan justru bertanya pelan kepada gadis yang masih setia di dalam dekapannya. Gadis itu menggeleng, mengisyaratkan bahwa dia sedang ‘tidak baik-baik saja’. Sehun membawa gadis itu berlalu dari hadapan Jongin dan Baekhyun.

“Ada apa dengan anak itu?” Baekhyun memandang heran kepergian Sehun, tidak ada tanda-tanda Jongin akan menjawab pertanyaan Baekhyun itu, ia sendiri juga tengah kebingungan dengan sikap Sehun yang mendadak aneh.

 

-o0o-

 

“Selain menyebalkan dan sesat, seharusnya aku tahu kalau dia bukanlah seorang yang tepat waktu.” Ujar Hayoung kesal. Mendengus, mengeluh, marah-marah, hanya hal-hal seperti itu yang di lakukan gadis itu sejak tadi. Setengah jam bukanlah hal sebentar bagi Hayoung, karena faktanya ia memang membenci menunggu, apalagi menunggu sesuatu yang di lakukannya hanya karena terpaksa. Baekhyun berjanji akan bertemu pukul 7 malam, dan lihat sekarang telah hampir pukul 8 malam.

Hayoung kembali menyedenderkan tubuhnya pada sebuah pohon, ia berharap orang-orang yang melihatnya tidak akan menganggapnya sebagai ‘hantu penunggu pohon’, karena memang sejak tadi gadis itu berdiri di bawah pohon yang cukup besar. Dihadapan gadis itu, terdapat keramaian, kebisingan, dan juga kerumunan banyak orang, karena tempat itu memanglah sebuah night market yang memang selalu di gelar setiap tahunnya.

Baiklah, Hayoung memang tidak ‘mengiyakan’ ajakan kencan Baekhyun siang tadi, tapi faktanya ia datang ke tempat yang Baekhyun katakan. Entahlah, apa memang gadis itu sempat berpikir jernih sebelum datang ke tempat itu, atau memang ia tidak dapat berpikir lagi, sehingga memutuskan untuk datang ke tempat itu. Jangan-jangan Baekhyun mengira Hayoung tidak akan datang, sehingga laki-laki itu memutuskan untuk tidak jadi pergi, itulah yang membuat gadis itu cemas sekarang.

“Aku kira kau tidak akan datang.” Suara seorang lelaki segera menarik Hayoung kembali ke alam sadaranya. Hayoung memandang kesal ke arah sumber suara, ya meskipun tidak dapat dipungkiri, jika ia lega setelah melihat seseorang yang ditunggunya akhirnya datang juga.

“Aku kira, kau yang tidak akan datang.” Balas Hayoung sinis, mengingat ia hampir saja lumutan menuggu di tempat itu. Laki-laki itu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Baekhyun, mengambil langkah untuk mendekat ke arah Hayoung. Lelaki itu memandang Hayoung lekat, dari ujung kaki hingga pucuk kepala, bahkan se-senti pun tidak ada yang terlewat. Namun setelah itu ia terkekeh pelan begitu menyadari sesuatu.

“Kau pergi ke tempat ini dengan memakai dress?” tanya Baekhyun heran, ia sedang berusaha menahan tawanya. Hayoung terperangah, mengingat kebodohannya yang mengira Baekhyun akan mengajaknya ke sebuah kafe, kini ia memandangi dress merah muda yang sekarang dikenakannya, Hayoung juga harus mengakui kalau ia sempat berdandan sebelum datang ke tempat ini, tapi catat, hanya sedikit. Namun apakah mungkin, Hayoung sanggup mengakui kebodohannya itu di depan Baekhyun. Gadis itu tengah berpikir keras sekarang, mencari alasan yang membuatnya tidak terlihat bodoh di depan Baekhyun.

Beberapa detik Hayoung berpikir keras, namun ia tidak kunjung mendapatkan ide di dalam otaknya. Baekhyun semakin mendekat ke arah Hayoung sembari menunggu gadis itu bersuara.

“Aku kira, nama yang kau sebutkan siang tadi err… nama sebuah kafe. Tapi ternyata, setelah aku menunjukannya pada supir taksi, dia membawaku ke tempat ini.” balas Hayoung dengan suara lirih dan terdengar kikuk, tidak ada yang bisa dilakukannya kecuali mengakui kebodohannya. Gadis itu berharap Baekhyun tidak dapat mendengar perkataannya barusan, karena bisa dipastikan laki-laki itu akan tertawa keras setelah ini.

“Ternyata, kau lebih bodoh dari yang kuperkirakan.” Ucap Baekhyun datar. Hayoung terdiam, dia tidak mendengar laki-laki itu tertawa, namun tetap saja mengejek dirinya, dan Hayoung tidak menyukai hal itu.

Baekhyun menjulurkan lengannya, dan Hayoung begitu heran dengan kegiatan Baekhyun itu. Gadis itu memandang Baekhyun dengan penuh tanda tanya, Baekhyun menghela nafas menyadari hal itu.

“Kau tidak cukup bodoh bukan?” tanya Baekhyun sedikit kesal, karena sejak tadi Hayoung hanya mematung di tempatnya.

Hayoung akui, dia mengerti akan maksud Baekhyun itu, ya karena dia memang bukanlah gadis yang bodoh. Yang Hayoung tidak mengerti, kenapa dia harus melakukannya?

“Kenapa aku harus melakukan itu?”

“Karena kita datang ke tempat ini sebagai sepasang kekasih.”

“Sepasang kekasih?” tanya Hayoung heran, terdapat tatapan tidak terima di dalam matanya. Karena memang dipikirannya sejak siang tadi ‘hanya sebatas kencan biasa’.

Baekhyun semakin mendekat ke arah Hayoung, dia memberikan senyuman termanisnya kepada gadis itu, catat, bukan seringaian menyebalkan seperti biasanya.

“Apa kau tidak mengerti dengan pertanyaanku siang tadi? Apa kau tidak mengerti dengan arti tersirat di balik kata ‘kencan’?” tanya Baekhyun dengan penekanan pada kata ‘kencan’. Hayoung mengerutkan kening kebingungan, gadis itu kembali menelaah pertanyaan Baekhyun siang tadi, dan sedikit terkejut ketika menyadari sesuatu.

“Kencan yang aku maksud, kau menjadi milikku.” Ujar Baekhyun kemudian, terdengar memaksa dan mendesak. Hayoung syok, bagaimanapun ia telah bersedia menerima ajakan kencan Baekhyun, dan itu artinya, ia bersedia menjadi milik Baekhyun. Hayoung semakin membuka mulutnya lebar-lebar ketika menyadari kenyataan yang sedang terjadi.

“Bagaimana bisa kau melakukannya hanya sepihak.” Balas Hayoung tak terima, ia memandang Baekhyun sebal. Baekhyun tersenyum sekilas dan segera menarik tangan –atau lebih tepatnya menyeret Hayoung ke kerumunan pasar malam, Baekhyun mengabaikan segala bentuk protes yang di berikan gadis itu.

Hayoung berulang kali mencoba menghempaskan tangan Baekhyun yang mencengkeram pergelangan tangannya, namun sepertinya ia tak cukup kuat. Lagipula seberapa besar teriakannya, Baekhyun akan mengabaikannya, karena memang lelaki itu berusaha menulikan pendengarannya sekarang. Tidak banyak yang dapat di lakukan Hayoung saat ini, kecuali pasrah dan mengikuti kemana Baekhyun akan membawanya.

 

-o0o-

 

“Apa kau ingin naik komedi putar ini?” tanya Baekhyun antusias, sepertinya lelaki itu sangat tertarik. Berbeda hal nya dengan Hayoung, gadis itu langsung menggeleng cepat, sangat kekanakan menurutnya. Meskipun jarang, bahkan sangat jarang menaiki wahana seperti komedi putar, tetap saja itu tidak membuatnya tertarik. Baekhyun menghela nafas ketika menyadari gadisnya sama sekali tidak tertarik untuk menaiki wahana tersebut.

Namun Baekhyun tidak kehabisan ide, ia kembali menarik Hayoung untuk mengikutinya. Sama seperti sebelumnya, tidak banyak yang dapat dilakukan gadis itu, kecuali mengikuti kehendak Baekhyun.

Hayoung cukup kesal ketika Baekhyun menariknya untuk berdesak-desakan di sebuah kerumunan, entahlah apa tujuannya. Hayoung hanya dapat meringis kesakitan ketika beberapa kali bertabrakan dengan seseorang di dalam kerumunan. Baekhyun tidak dapat diam saja melihat hal itu, ia mengamankan Hayoung di dalam dekapannya sembari terus berusaha menerobos kerumunan. Tentu saja Hayoung tidak terima dengan perlakuan Baekhyun padanya itu, selain risih, ia juga sangat membenci keberadaan Baekhyun yang sedekat ini dengannya, ia benci ketika jantungnya berdetak kencang seperti akan keluar dari tempatnya, dan Hayoung juga membenci ketika hatinya justru menikmati hal-hal semacam itu disaat seperti ini.

Hayoung segera melepaskan diri dari Baekhyun untuk sedikit menjauh. Baekhyun memandang heran ke arah Hayoung. Kenapa gadis itu menjauh disaat mereka benar-benar tidak memiliki banyak ruang di dalam kerumunan itu. Gadis itu semakin menjauhkan tubuhnya, hingga beberapa orang berhasil berjalan di sela jarak antara mereka berdua.

“Kau, jangan terlalu jauh dariku.” Cegah Baekhyun sebelum gadis itu benar-benar berdiri jauh darinya. Yang ditakutinya hanyalah, jika gadis itu menjauh dari jangkauannya dan menghilang di tengah kerumunan.

Desakan orang-orang yang berjalan di belakang Hayoung, membuat gadis itu terdorong dan terhuyung ke depan. Dengan sigap Baekhyun menahan –atau lebih tepatnya mendekap gadis itu agar tidak terjatuh.

“Yak Baekhyun! Lepaskan aku!” seru Hayoung tepat di dekat telinga Baekhyun. Baekhyun tetap dalam posisinya dan mengabaikan teriakan Hayoung itu.

“Bukankah kau sendiri yang datang padaku?” tanya Baekhyun jahil, ia tersenyum tipis. Benar juga, sejak tadi Baekhyun hanya berdiri di tempatnya, dan tiba-tiba saja Hayoung terdorong ke arahnya. Bukankah itu lebih baik daripada gadis itu jatuh tersungkur, atau yang lebih parah, ia jatuh ke pelukan orang asing. Hayoung hanya dapat mendengus pasrah ketika Baekhyun kembali mendekapnya untuk menerobos kerumunan.

Hayoung dan Baekhyun bernafas lega ketika berhasil melewati kerumunan. Namun kemudian Hayoung tersentak, mereka bersusah payah menerobos kerumunan itu hanya untuk mencapai sebuah aliran sungai yang tidak terlalu lebar ini? Ya setidaknya itu lah yang ada dibenak gadis itu. Ia menoleh ke arah Baekhyun dan memandangnya tidak percaya.

“Kau tidak perlu heran. Seharusnya kita merasa beruntung karena datang malam ini.” ujar Baekhyun membalas tatapan heran dari Hayoung itu. Kemudian ia menarik Hayoung untuk kembali mengikutinya. Kini mereka telah menemukan sebuah bangku di pinggir aliran sungai itu dan duduk di atasnya. Hayoung kembali menelaah ucapan Baekhyun sebelumnya, namun entahlah, mengapa gadis itu menjadi tidak banyak tanya dan tidak banyak bicara malam ini? Hayoung sendiri tidak mengetahui jawabannya.

“Ini adalah malam terakhir dari night market ini, kita beruntung datang malam ini.” ujar Baekhyun kemudian, ia menengadahkan kepalanya untuk memandang langit malam yang terlihat jernih, dan tentu saja bintang-bintang yang menghiasinya.

“Lalu kenapa kita beruntung?” tanya Hayoung heran, gadis itu sama sekali belum mengerti. Ia menolehkan kepalanya untuk melihat Baekhyun dari samping. Beberapa saat gadis itu terdiam dalam posisinya, mengagumi wajah Baekhyun yang terlihat tampan dilihat dari sisi manapun, apalagi laki-laki itu tengah tersenyum dengan kepala yang menengadah ke langit. Dan sungguh, Hayoung belum melihat seringai menyebalkan milik Baekhyun malam ini. Gadis itu segera mengalihkan pandangannya dari wajah Baekhyun, dan segara menyeret pikirannya untuk kembali ke alam sadar, ia menghardik dirinya sendiri karena nyaris terperangkap ke dalam pesona Baekhyun. Hayoung sendiri hanya tidak sadar, bahwa faktanya ia mulai terjerat pesona laki-laki itu.

“Beruntung karena hanya akan terjadi malam ini saja. Sesuatu yang keren, yang hanya akan kau lihat malam ini dan mungkin tahun depan.” Balas Baekhyun, ia segera menoleh ke arah Hayoung dengan senyuman yang tidak pernah hilang dari bibirnya.

“Sesuatu yang keren?” Hayoung semakin mengernyit, ia mengalihakan pandangannya ke arah Baekhyun. Dan saat itulah, pandangan mereka kembali bertemu. Baekhyun hanya mengangguk, dan Hayoung sama sekali tidak dapat mengalihkan pandangannya dari wajah Baekhyun. Namun Baekhyun segera mengalihkan kepalanya ke depan, sepertinya ia sama sekali tidak menyadari akan Hayoung yang masih ingin melihat wajahnya lebih lama lagi. Dan saat itulah Hayoung tersadar dan menoleh ke depan, seperti ada ribuan kupu-kupu di dalam perutnya, jantungnya berdetak dengan frekuensi yang lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan ia berpegangan pada bangku yang sekarang ia duduki, berniat untuk menguasai perasaannya, namun sepertinya dibutuhkan lebih banyak waktu lagi.

“Tidak bisa! Tidak bisa!” Hayoung merutuki dirinya sendiri meskipun hanya di dalam hati. Otaknya mendesak untuk menolak mentah-mentah perasaan yang sekarang menyeruak di dalam hatinya.

“Apa masih lama?” tanya Hayoung pada akhirnya, tanpa berani melihat ke arah Baekhyun. Ia ingin segera pulang – atau lebih tepatnya jauh-jauh dari Baekhyun.

“Tidak perlu menunggu tengah malam, hanya sebentar lagi.” Balas Baekhyun, ia kembali menengadahkan kepalanya ke arah langit, seperti menunggu sesuatu untuk muncul di atas sana. Perasaan Hayoung semakin tidak karuan, satu detik terasa satu tahun menurutnya. Persetan dengan ‘sesuatu yang keren’ yang dikatakan oleh Baekhyun, sekarang Hayoung kepayahan menguasai perasaan aneh yang bergejolak di dalam hatinya, ia mengambil nafas dalam dan kemudian membuangnya perlahan, Hayoung melakukan itu beberapa kali, namun sepertinya itu tetap tidak membantu.

 

-o0o-

 

Di sebuah ruangan yang hanya terdapat penerangan yang redup, seorang laki-laki tengah duduk di depan meja berkerjanya. Sekilas tidak ada yang aneh dengan laki laki tersebut, maupun kegiatan yang tengah dilakukannya. Namun setelah melihat foto-foto di layar leptopnya, terdapat kejanggalan disana. Foto Baekhyun, Chanyeol, dan Minhee, muncul secara bergantian di layar leptopnya. Laki-laki itu tersenyum tipis dan menyeruput kopi hangatnya secara perlahan.

“Byun Baekhyun …” laki-laki itu sedikit bergumam, kembali tersenyum tipis dan menyeruput kopi hangatnya.

“… Akan aku buat kau mengerti apa yang di sebut kehilangan, dan bagaimana rasanya.” Lanjut laki-laki itu kemudian, kali ini tersenyum aneh, senyuman yang sulit terdefinisikan.

Lelaki itu membuka salah satu laci mejanya, dan mengambil sebilah pisau dari dalamnya. Lelaki itu mengarahkan pisau kecilnya ke arah layar leptopnya, tepatnya ke arah foto Baekhyun yang tengah tersenyum, tepat di jantung Baekhyun.

“Senyuman itu …Aku membencinya.” Ujarnya geram, ia menutup leptopnya dengan kasar. Tangannya yang menggenggam pisau, mengepal kuat. Kedua tangannya bergerak mengobrak-abrik seluruh benda di atas mejanya dengan penuh emosi, bahkan kopi hangatnya, yang baru diminumnya setengah, tidak luput dari lampiasan amarahnya, cangkir kopi itu terjatuh ke lantai dan hancur berkeping-keping. Tidak ada tanda-tanda lelaki itu akan menghentikan kegiatannya, bahkan ketika pisau di tangannya tidak sengaja melukainya sendiri, darah segar keluar dari pergelangan tangannya yang terluka.

“Arraagghh …”

 

-o0o-

 

“Sebentar lagi!” ujar Baekhyun antusias, tangannya bergerak reflek menggenggam tangan Hayoung yang duduk di sebelahnya. Hampir saja Hayoung berhasil mengusai perasaannya, hampir, jika saja Baekhyun tidak menyentuhnya hingga membuatnya seperti sengatan listrik. Perasaan aneh itu kembali lagi, setidaknya itulah jeritan hati Hayoung.

‘Duarr …duaarr …duaar’

Baekhyun dan Hayoung serempak menengadahkan kepala mereka untuk melihat ke atas. Puluhan kembang api melesat dan meledak di langit, berwarna-warni hingga menambah kecantikan langit malam yang begitu jernih. Pancaran sinarnya hingga memantul ke permukaan sungai yang memang nampak jernih sebelumnya.

Sorak-sorai para pengunjung juga menambahkan keindahan tersendiri dihati Hayoung, gadis itu merasa tenang dan nyaman saat ini. Matanya tidak berhenti memandang ke atas, dimana kembang api warna-warni seolah tengah menari di langit, tidak dapat dipungkiri bahwa sudah sangat lama sejak terakhir kali ia melihat pesta kembang api seperti ini.

Baekhyun mengalihkan perhatiannya ke arah gadis di sebelahnya, ia tersenuyum kecil ketika melihat Hayoung tak henti-hentinya tersenyum dengan mata berbinar-binar. Pancaran sinar kembang api di langit nampak jelas di wajah Hayoung. Gadis itu belum berhenti tersenyum bahkan hingga membuka mulutnya, melongo. Baekhyun kembali tersenyum kecil melihatnya. Kemudian pandangannya beralih ke arah tangannya yang kini menggenggam tangan Hayoung, ia sempat terkejut karena baru menyadarinya.

Hayoung sangat puas melihat pemandangan seperti itu, dan itu membuatnya untuk cukup tidak menyesal karena datang ke tempat itu malam ini, bersama Baekhyun tentunya. Hayoung mengalihkan pandangannya ke arah pengunjung lain, ia turut bahagia melihat para pengunjung tersenyum akan pemandangan itu. Namun kemudian pandangannya hanya terfokus ke arah lelaki di tengah-tengah para pengunjung, laki-laki itu juga tengah menatapnya. Meskipun hanya dengan pancaran cahaya kembang api yang menyala di langit, ia tetap dapat melihat dengan jelas sosok lelaki itu. Seketika matanya terbelalak.

“Chan …yeol.”

Sosok lelaki itu menghilang di tengah-tengah pengunjung, Hayoung kebingungan, namun hatinya terus saja mendesak untuk menghampiri laki-laki itu. Hayoung melepaskan kaitan tangannya dengan Baekhyun, dan pergi begitu saja untuk mencari seseorang di tengah kerumunan. Baekhyun terkejut melihat Hayoung yang tiba-tiba pergi, ia segera mengekor untuk mengikuti gadis itu.

Hayoung menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri di tengah kerumunan, memang sekarang tidak terlalu padat seperti sebelumnya. Namun Hayoung tidak menemukan tanda-tanda Chanyeol di tempat itu. Sekarang ia kebingungan, baru kali ini hatinya terasa begitu kacau, sebagian dari hatinya mendesak untuk mengejar Chanyeol, dan sebagian lagi menahannya agar jangan pergi, menahan agar tetap berada di sisi Baekhyun. Gadis itu merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatinya. Gadis itu menundukan kepalanya yang terasa pening dan berat. Sepasang sepatu muncul di tanah, di depan mata Hayoung, seketika gadis itu menengadahkan kepalanya, dan menjumpai sosok yang dicarinya sejak tadi berdiri di hadapannya.

“Apa kau mencari seseorang?” tanyanya dengan wajah tanpa dosa, laki-laki itu tersenyum kecil.

“Kenapa kau tiba-tiba menghilang?” tanya Hayoung dengan suara lemah, rasanya tenaganya terkuras habis entah kemana. Bahkan Hayoung hampir saja jatuh terduduk jika saja laki-laki itu tidak menahannya.

“Kau baik-baik saja?”

“Aku baik-baik saja, Oppa. Aku tengah berusaha membuat Baekhyun bertekuk lutut padaku.” Ujar Hayoung penuh percaya diri meskipun terdengar lemah. Lelaki itu, yang tidak lain adalah Chanyeol, hanya dapat tersenyum kecil menanggapi. Meskipun itu berbanding terbalik dengan hatinya saat ini, Chanyeol tetap tersenyum.

“Tapi kau akan menyesal …” balas Chanyeol menggantungkan kalimatnya. Hayoung memandangnya heran, sekarang gadis itu dapat berdiri dengan tegak tidak seperti sebelumnya.

Chanyeol Pov.

Kau akan terluka dan sakit hati. Sekarang, sekarang aku menyelasal telah memintamu untuk menghilangkan sifat buruk Baekhyun. Aku menyesal telah memintamu untuk membuat Baekhyun bertekuk lutut padamu. Aku menyesal telah memintamu membantuku pada waktu itu. Aku menyesal …

Aku mengenal Baekhyun lebih baik dari siapapun, aku mengenal Baekhyun lebih baik dibandingkan dirinya sendiri. Aku sangat mengenal Baekhyun, bahkan terlalu mengenal Baekhyun, hingga aku tahu laki-laki itu tidak akan dengan mudahnya bertekuk lutut padamu, Shin Hayoung. Dia akan melukaimu, dia akan menyakitimu, dan dia akan mencampakkanmu, bahkan sebelum kau berhasil membuatnya bertekuk lutut.

Sebagai seorang pria, apakah aku bisa menarik kembali perkataan yang pernah aku ucapkan? Sebagai seorang pria, apakah aku harus mengatakan keburukan adikku sendiri di depan gadis sepertimu?

Sebagai seorang pria, apakah salah jika aku ingin melindungimu dari adikku sendiri?

Sebagai seorang pria, apakah salah jika aku mulai menyukaimu?

“Chanyeol Oppa.” Tangan Hayoung yang melambai-lambai di depan wajahku segera menyeretku ke alam yang sebenarnya. Sungguh, aku tidak bisa mengatakan semua yang bergejolak di dalam hatiku. Hatiku terus saja mendesak untuk mengatakannya, namun otakku melarangnya. Aku masih bisa berfikir dengan jernih, dan bagaimanapun Baekhyun adalah adikku. Lalu apa yang harus aku lakukan?

Mungkin selalu berada di belakang gadis itu adalah hal yang terbaik, maksudku melindunginya. Aku akan selalu di belakangnya jika sewaktu-waktu Baekhyun melukainya, meskipun menjadi pelampiasan sepertinya terdengar buruk. Lalu sampai kapan aku harus menahannya?

Maksudku, hasrat untuk memilikinya. Bagaimana pun juga aku tetaplah lelaki yang ingin selalu bersama dengan gadis yang ku sukai. Baiklah, aku rasa itu tidak penting karena aku masih sanggup menahannya.

Normal’s Pov.

‘Bruk!’

Beberapa saat Chanyeol terdiam di tempatnya ketika tubuh Hayoung terjatuh ke tanah. Lalu Chanyeol buru-buru menghampiri gadis itu. Pantas saja, tubuh Hayoung sangat dingin dan wajahnya pucat, dan hal yang Hayoung sadari sebelum ia pingsan, gadis itu melupakan makan malamnya, pantas saja ia menjadi lemah dan tidak bertenaga. Chanyeol melepas jaketnya untuk menutupi tubuh Hayoung, dan setelah itu ia menggendongnya dan membawanya ke mobil, berniat untuk segera mengantarkan gadis itu pulang.

Disisi lain tempat itu, Baekhyun tengah kebinguangan mencari Hayoung. Ia semakin frustasi karena tidak kunjung menemukan gadis itu. Beberapa kali ia mencoba menghubungi Hayoung, namun nomornya tidak aktif, Baekhyun semakin frustasi dibuatnya.

 

-o0o-

 

Ke esokan paginya.

Chanyeol melamun di dalam kelasnya, entahlah mungkin masih ada hubungannya dengan kejadian semalam. Ia masih begitu ingat ketika Hayoung terlihat bahagia memandangi pesta kembang api semalam, tentu saja dengan Baekhyun di sebelahnya. Terdapat perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya ketika Baekhyun menggenggam tangan Hayoung. Chanyeol harus mengakui, dan dia memang telah mengakui bahwa dirinya menyimpan perasaan pada gadis itu, namun entahlah. Kedatangan guru laki-laki yang berusia setengah baya, menuntut Chanyeol untuk segera menghentikan lamunannya, meskipun dengan berat hati.

Namun ternyata bukan guru itu yang membuatnya menghentikan lamunan, melainkan seorang laki-laki di sebelah guru matematikanya itu.

“Silahkan perkenalkan namamu, nak.” Ujar guru itu mempersilahkan laki-laki di sebelahnya untuk memperkenalkan diri.

“Hallo, jeoneun Xi Luhan imnida, kalian bisa memanggilku Luhan …” Chanyeol terlihat acuh tak acuh melihat murid baru yang tengah memperkenalkan diri di depan kelas itu. Sebagian kecil murid-murid di kelasnya juga melakukan hal yang sama seperti Chanyeol, sebagian lagi terlihat tersenyum kecil, dan sebagian besar murid-murid -khususnya murid wanita terlihat tersenyum lebar dan begitu antusias, begitu berbinar-binar hingga melongo. Apalagi jika bukan dikarenakan murid baru yang terlewat tampan itu.

“… Aku pindahan dari China. Mungkin bahasa korea ku terdengar sedikit aneh. Meskipun begitu, aku berharap kalian dapat menerimaku dengan baik. Terimakasih.” Laki-laki itu membungkukan badan setelah selesai memperkenalkan dirinya.

.

.

.

TBC~

 

 

Jederr! Ada konflik yang tak terduga pemirsah~

Dan kenapa Luhan tiba-tiba muncul gitu? Haha..

Kenapa Hayoung bingung gitu, kenapa di mulai plinpan? Siapa sebenarnya yang disukainya?

Coba tanyakan pada hati kalian sendiri, hahahah /ketawa nista/

 

Komentar sangat di butuhkan Chingu^^

283 responses to “Oh Boy! [Chapter 6]

  1. kayanya mah hayoung suka ma baekhyun deh..
    dan trnyta mereka mulai memperebutkan hayoung sepertinya
    xi luhan pasti mw bles dendam k baekhyun noh

  2. Oohh shit, chapter ini sukses bikin aku bertanya2 thor. Tentang perasaan hayoung, baekhyun dan chanyeol. Terus luhan itu siapa? Apa hubungannya sama baekhyun? Balas dendam apa? Aahh, penasaran thor –“

  3. luhan ? ige mwoyaa ??
    aku punya firasaaaat kalo luahn itu gege dari salah satu cewe yg pernah disakitin sama baekki oppa
    geutji ?
    aih penasaraaaaaaan
    next chap ahh
    hihi

Leave a comment